Tinjauan Yuridis Tentang Pembentukan Aparatur Yang Bersih Dan Berwibawa Dengan Pemberian Sanksi Administrasi Disiplin Tehradap Pegawai Negeri Sipil (Studi Tentang PNS di Pengadilan Tata Usaha Negara Medan)

(1)

SANKSI ADMINISTRASI DISIPLIN TEHRADAP PEGAWAI NEGERI SIPIL

(Studi Tentang PNS di Pengadilan Tata Usaha Negara Medan)

Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara

Oleh :

NIM : 070 200 313

IRENE S.U.I.H.

DEPARTEMEN HUKUM ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N

2 0 1 2


(2)

SANKSI ADMINISTRASI DISIPLIN TEHRADAP PEGAWAI NEGERI SIPIL

(Studi Tentang PNS di Pengadilan Tata Usaha Negara Medan)

Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara

Oleh :

NIM : 070 200 313

IRENE S.U.I.H.

DEPARTEMEN HUKUM ADMINISTRASI NEGARA

Disetujui Oleh:

Ketua Departemen Hukum Administrasi Negara

SURIA NINGSIH, SH.M.Hum NIP.196002141987032002

PEMBIMBING I PEMBIMBING II

Dr. PENDASTAREN TARIGAN,SH.MS SURIA NINGSIH, SH.M.Hum

NIP.1954205370121000 NIP.196002141987032002

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N

2 0 1 2


(3)

ADMINISTRASI DISIPLIN TEHRADAP PEGAWAI NEGERI SIPIL

(Studi Tentang PNS di Pengadilan Tata Usaha Negara Medan) ABSTRAK

Irene S.U.I.H.

* Mahasiswa Fakultas Hukum USU Nim 070200393

** Dosen/Staf Pengajar Fakultas Hukum USU, Dosen Pembimbing I.

*** Dosen/Staf Pengajar Fakultas Hukum USU/Ketua Departemen, Dosen Pembimbing II.

*)

Dr. Pendastaren Tarigan,SH.MS**) Suria Ningsih,SH.M.Hum***)

Meningkatkan kualitas aparatur negara dengan memperbaiki kesejahteraan dan keprofesionalan serta memberlakukan sistem karir berdasarkan prestasi kerja dengan prinsip memberikan penghargaan dan sanksi, maka aparatur negara hendaknya dapat bersikap disiplin dalam mewujudkan pemerintahan yang bersih dan berwibawa. Kaitannya dengan hal tersebut di atas, maka pendayagunaan aparatur negara terus ditingkatkan terutama yang berkaitan dengan kualitas, efisiensi pelayanan dan pengayoman pada masyarakat serta kemampuan professional dan kesejahteraan aparat sangat di perhatikan dalam menunjang pelaksanaan tugas. Dalam rangka usaha untuk mencapai tujuan pembangunan nasional, di perlukan adanya Pegawai Negeri Sipil sebagai unsur aparatur negara, abdi negara dan abdi masyarakat yang penuh rasa tanggung jawab dalam melaksanakan tugas pemerintahan yang berdasarkan Pancasila dan Undang – Undang Dasar 1945. Untuk menciptakan pemerintahan yang baik, bersih dan bebas dari unsur KKN (Korupsi, Kolusi dan Nepotisme), kedisiplinan Pegawai Negeri Sipil merupakan hal yang penting dan perlu mendapatkan perhatian yang cukup dalam pelaksanaannya. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan bahwa penerapan sanksi dalam pelanggaran disiplin pegawai negeri sipil adalah dengan menjatuhkan hukuman terhadap Pegawai Negeri Sipil yang melakukan pelanggaran. Untuk meningkatkan pelaksanaan kedisiplinan Pegawai Negeri Sipil dilingkungan Pengadilan Tata Usaha Negara Medan dilakukan beberapa pendekatan antara lain : pembinaan pegawai pada segi operasional, pengawasan secara langsung maupun secara fungsional dan hal ini dimaksudkan untuk mencegah timbulnya berbagai penyimpangan yang dilakukan oleh para pegawai. Pelaksanaan pemberian sanksi Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Pengadilan Tata Usaha Negara Medan sering mendapat kendala dan hambatan seperti pada panjangnya proses yang harus ditempuh dalam pemberian sanksi tersebut. Penegakan disiplin juga harus terbentur oleh pihak lain yang berperkara seperti Penggugat dan Tergugat


(4)

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang dengan rahmat dan karunia-Nya telah memberikan kesehatan, kekuatan dan ketekunan pada penulis sehingga mampu dan berhasil menyelesaikan skripsi ini.

Skripsi ini adalah sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Hukum Pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Dalam penulisan skripsi ini penulis menyadari terdapatnya kekurangan, namun demikian dengan berlapang dada penulis menerima kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak yang menaruh perhatian terhadap skripsi ini.

Demi terwujudnya penyelesaian dan penyusunan skripsi ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah dengan ikhlas dalam memberikan bantuan untuk memperoleh bahan-bahan yang diperlukan dalam penulisan skripsi ini.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH.M.Hum, sebagai Dekan Fakultas Hukum USU Medan

2. Bapak M. Husni, SH, MH, sebagai Pembantu Dekan III FH. USU Medan 3. Ibu Suria Ningsih, SH.M.Hum, sebagai Ketua Departemen Hukum

Administrasi Negara sekaligus sebagai Pembimbing II yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk membimbing dan mengarahkan pembuatan skripsi

4. Bapak Dr. Pendastaren Tarigan, SH.MS sebagai Pembimbing I yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk membimbing dan mengarahkan pembuatan skripsi.

5. Seluruh staf pengajar Fakultas Hukum USU yang dengan penuh dedikasi menuntun dan membimbing penulis selama mengikuti perkuliahan sampai dengan menyelesaikan skripsi ini.


(5)

SE yang telah memberikan sangat banyak dukungan moril, materil, dan kasih sayang mereka yang tak pernah putus sampai sekarang dan selamanya.

Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang tidak mungkin disebutkan satu persatu dalam kesempatan ini, hanya Allah SWT yang dapat membalas budi baik semuanya.

Semoga ilmu yang penulis telah peroleh selama ini dapat bermakna dan berkah bagi penulis dalam hal penulis ingin menggapai cita-cita.

Medan, Oktober 2012 Penulis

IRENE S.U.I.H.


(6)

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

BAB I : P E N D A H U L U A N ... 1

A... Latar Belakang ... 1

B. ... Perum usan Masalah ... 6

C. ... Tujua n dan Manfaat Penelitian ... 7

D.... Keasli an Penelitian ... 7

E. ... Tinjau an Pustaka ... 8

F. ... Metod e Penelitian ... 11

G.... Siste matika Penulisan ... 13

BAB II : DISIPLIN KERJA PEGAWAI NEGERI SIPIL ... 15

A. Pengertian Disiplin Pegawai Negeri Sipil ... 15

B. Pengaturan Hukum Pelaksananan Disiplin Pegawai Negeri Sipil ... 18

C. Pelaksanaan Disiplin Kerja Pegawai Negeri Sipil ... 20

D. Hak dan Kewajiban Pegawai Negeri Sipil ... 21


(7)

PEGAWAI NEGERI SIPIL ... 27

A. Pengertian Sanksi Pegawai Negeri Sipil ... 27

B. Penerapan Hukum Disiplin Pegawai Negeri Sipil ... 29

C. Pelaksanaan Putusan Hukuman Disiplin Pegawai Negeri Sipil ... 46

D. Kewenangan Menghukum Pegawai Negeri Sipil yang Melanggar Disiplin... 48

BAB IV : PEMBERIAN SANKSI TERHADAP PEGAWAI NEGERI YANG MELANGGAR DISIPLIN PNS DI PENGADILAN TATA USAHA NEGARA ... 66

A. Mekanisme Penerapan Sanksi Disiplin Pegawai Negeri Sipil di Pengadilan Tata Usaha Negara ... 66

B. Kendala Yang Dihadapi Dalam Pelaksanaan Sanksi PNS di Pengadilan Tata Usaha Negara Medan ... 76

C. Upaya Pengadilan Tata Usaha Negara Medan Dalam Menegakan Disiplin Pegawai Negeri Sipil ... 78

D. Implementasi Pemberian Sanksi Administrasi Terhadap Kedisiplinan Pegawai Negeri Sipil Di Pengadilan Tata Usaha Negara Medan ... 86

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN ... 96

A. Kesimpulan ... 96

B. Saran ... 97

DAFTAR PUSTAKA


(8)

ADMINISTRASI DISIPLIN TEHRADAP PEGAWAI NEGERI SIPIL

(Studi Tentang PNS di Pengadilan Tata Usaha Negara Medan) ABSTRAK

Irene S.U.I.H.

* Mahasiswa Fakultas Hukum USU Nim 070200393

** Dosen/Staf Pengajar Fakultas Hukum USU, Dosen Pembimbing I.

*** Dosen/Staf Pengajar Fakultas Hukum USU/Ketua Departemen, Dosen Pembimbing II.

*)

Dr. Pendastaren Tarigan,SH.MS**) Suria Ningsih,SH.M.Hum***)

Meningkatkan kualitas aparatur negara dengan memperbaiki kesejahteraan dan keprofesionalan serta memberlakukan sistem karir berdasarkan prestasi kerja dengan prinsip memberikan penghargaan dan sanksi, maka aparatur negara hendaknya dapat bersikap disiplin dalam mewujudkan pemerintahan yang bersih dan berwibawa. Kaitannya dengan hal tersebut di atas, maka pendayagunaan aparatur negara terus ditingkatkan terutama yang berkaitan dengan kualitas, efisiensi pelayanan dan pengayoman pada masyarakat serta kemampuan professional dan kesejahteraan aparat sangat di perhatikan dalam menunjang pelaksanaan tugas. Dalam rangka usaha untuk mencapai tujuan pembangunan nasional, di perlukan adanya Pegawai Negeri Sipil sebagai unsur aparatur negara, abdi negara dan abdi masyarakat yang penuh rasa tanggung jawab dalam melaksanakan tugas pemerintahan yang berdasarkan Pancasila dan Undang – Undang Dasar 1945. Untuk menciptakan pemerintahan yang baik, bersih dan bebas dari unsur KKN (Korupsi, Kolusi dan Nepotisme), kedisiplinan Pegawai Negeri Sipil merupakan hal yang penting dan perlu mendapatkan perhatian yang cukup dalam pelaksanaannya. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan bahwa penerapan sanksi dalam pelanggaran disiplin pegawai negeri sipil adalah dengan menjatuhkan hukuman terhadap Pegawai Negeri Sipil yang melakukan pelanggaran. Untuk meningkatkan pelaksanaan kedisiplinan Pegawai Negeri Sipil dilingkungan Pengadilan Tata Usaha Negara Medan dilakukan beberapa pendekatan antara lain : pembinaan pegawai pada segi operasional, pengawasan secara langsung maupun secara fungsional dan hal ini dimaksudkan untuk mencegah timbulnya berbagai penyimpangan yang dilakukan oleh para pegawai. Pelaksanaan pemberian sanksi Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Pengadilan Tata Usaha Negara Medan sering mendapat kendala dan hambatan seperti pada panjangnya proses yang harus ditempuh dalam pemberian sanksi tersebut. Penegakan disiplin juga harus terbentur oleh pihak lain yang berperkara seperti Penggugat dan Tergugat


(9)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pengadilan Tata Usaha Negara Medan didirikan berdasar kepada Surat Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia Nomor : M. 06. PR. 07. Tahun 1992 tanggal 17 Oktober 1992 tentang Pembentukan Sekretariat

Pengadilan Tata Usaha Negara Medan, Semarang dan Padang serta berdasarkan kepada Keputusan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor :

KMA/012/SK/III/1993 tanggal 5 Maret 1993 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kepaniteraan Pengadilan Tata Usaha Negara dan Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara.

Mengenai maksud dan tujuan didirikannya Pengadilan Tata Usaha Negara Medan ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk menampung dan menyelesaikan Sengketa Tata Usaha Pejabat atau Badan Tata Usaha Negara dengan Masyarakat di wilayah Propinsi Sumatera Utara.

2. Untuk melindungi masyarakat dari tindakan atau perbuatan sewenang- wenang Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara yaitu dengan diterbitkannya Surat Keputusan Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara yang dinilai merugikan masyarakat.

3. Untuk membangun pemerintah yang mandiri, efisien, berwibawa, bersih, transparan serta bertanggung jawab.


(10)

Indonesia, sebagai bangsa yang mempunyai cita-cita untuk mewujudkan tujuan Nasional seperti yang telah diamanatkan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yaitu mewujudkan suatu masyarakat yang adil dan makmur, merata dan berkesinambungan antara materiil dan spirituil yang berdasarkan pada Pancasila di dalam wadah negara Kesatuan Republik Indonesia maka diperlukan adanya pembangunan yang bertahap, berencana, dan berkesinambungan.

Bangsa Indonesia memperoleh kemerdekaannya melalui perjuangan panjang dan tak kenal lelah. Setelah kemerdekaan diperoleh, tentu saja harus diisi dengan pembangunan di semua bidang dengan semangat dan kemauan yang kuat dan pantang menyerah.

Dalam usaha mencapai tujuan nasional tersebut di atas diperlukan adanya pegawai negeri yang penuh kesetiaan dan ketaatan pada Pancasila dan Undang – Undang Dasar 1945, negara dan pemerintah bersatu padu, bermental baik, berwibawa, berdaya guna dan berhasil guna, berkualitas tinggi, mempunyai kesadaran tinggi akan akan tanggung jawabnya sebagai aparatur negara, abdi negara, serta abdi masyarakat.

Kelancaran pelaksanaan pemerintahan dan pembangunan nasional terutama tergantung dari kesempurnaan aparatur negara dan kesempurnaan aparatur negara pada pokoknya tergantung dari kesempurnaan pegawai negeri.1

Pegawai negeri yang sempurna menurut Marsono adalah Pegawai negeri yang sempurna adalah pegawai negeri yang penuh kesetiaan pada Pancasila,

1


(11)

Undang-Undang Dasar 1945 dan pemerintah serta bersatu padu, bermental baik, berdisiplin tinggi, berwibawa, berdaya guna, berkualitas tinggi dan sadar akan tanggung jawab sebagai unsur pertama aparatur negara.2

Ada sejumlah permasalahan yang dihadapi oleh birokrasi Indonesia

berkenaan dengan Sumber Daya Manusia (SDM). SDM yang dimaksudkan adalah Pegawai Negeri Sipil yang ditempatkan dan bekerja di lingkungan birokrasi untuk menjalankan tugas pokok dan fungsi sebagaimana telah ditetapkan. Permasalahan tersebut antara lain besarnya jumlah PNS dan tingkat pertumbuhan yang tinggi dari tahun ke tahun, rendahnya kualitas dan ketidaksesuaian kompetensi yang dimiliki, kesalahan penempatan dan ketidakjelasan jalur karier yang dapat ditempuh.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa disiplin yang tinggi merupakan salah satu unsur untuk menjadi pegawai negeri yang sempurna. Dengan disiplin yang tinggi diharapkan semua kegiatan akan berjalan dengan baik.

3

Salah satu indikasi rendahnya kualitas PNS tersebut adalah adanya pelanggaran disiplin yang banyak dilakukan oleh PNS. Pembangunan yang sedang giat dilakukan di Indonesia sering mengalami banyak hambatan dan permasalahan yang cukup kompleks. Hal tersebut dapat menimbulkan

ketidaktertiban dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Peningkatan disiplin

2

Marsono, Pembahasan Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1974 Tentang Pokok – Pokok Kepegawaian, PT. Ikhtiar Baru, Jakarta, 1974, hal. 66

3

Ambar Teguh Sulistiyani, Memahami Good Governance Dalam Perspektif Sumber Daya Manusia, Gaya Media, Yogyakart, 2004, hal. 329


(12)

dalam lingkungan aparatur negara adalah salah satu upaya untuk mengatasi ketidaktertiban tersebut.

Adanya tingkat kedisiplinan yang tinggi diharapkan kegiatan

pembangunan akan berlangsung secara efektif dan efisien. Disiplin yang baik dapat menjadi langkah awal menuju pemerintahan yang bersih dan berwibawa.

Terkait kondisi kinerja PNS, Kristian Widya Wicaksono menyebutkan saat ini masih terdapat banyak kekurangan. Beberapa di antaranya, disiplin pegawai rendah, motivasi kurang, budaya dan etos kerja rendah, kualitas pelayanan buruk, tingkat korupsi tinggi, dan produktivitas rendah.4

Perwujudan pemerintah yang bersih dan berwibawa diawali dengan penegakan disiplin nasional di lingkungan aparatur negara khususnya Pegawai Negeri Sipil. Pegawai Negeri Indonesia pada umumnya masih kurang mematuhi peraturan kedisiplinan pegawai sehingga dapat menghambat kelancaran

pemerintahan dan pembangunan nasional. Mereka seharusnya menjadi teladan bagi masyarakat secara keseluruhan agar masyarakat dapat percaya terhadap peran Pegawai Negeri Sipil.

Pemerintah terus berusaha melakukan reformasi birokrasi di tubuh PNS. Karena itu, telah dibuat proyek percontohan di tiga lembaga yakni Departemen Keuangan, Mahkamah Agung, dan Badan Pemeriksa Keuangan. Pegawai di kantor-kantor tersebut diberi tunjangan kinerja setelah mereka mampu

menunjukkan kinerja yang tinggi (quick win) dengan mengutamakan perbaikan pelayanan secara sangat signifikan dan dirasakan masyarakat.

4

Kristian Widya Wicaksono, Administrasi dan Birokrasi Pemerintah, Graha Ilmu,


(13)

Dalam upaya meningkatkan kedisiplinan Pegawai Negeri Sipil tersebut, sebenarnya Pemerintah Indonesia telah memberikan suatu regulasi dengan di keluarkannya Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 Tentang Peraturan Disiplin Pegawai Negeri Sipil. Pegawai Negeri Sipil sebagai aparat pemerintah dan abdi masyarakat diharapkan selalu siap sedia menjalankan tugas yang telah menjadi tanggung jawabnya dengan baik, namun realitanya sering terjadi dalam suatu instansi pemerintah, para pegawainya melakukan pelanggaran disiplin yang menimbulkan ketidakefektifan kinerja pegawai yang bersangkutan.

Peraturan Disiplin Pegawai Negeri Sipil adalah peraturan yang mengatur kewajiban, larangan, dan sanksi apabila kewajiban – kewajiban tidak ditaati atau dilanggar oleh Pegawai Negeri Sipil.5 Dengan maksud untuk mendidik dan membina Pegawai Negeri Sipil, bagi mereka yang melakukan pelanggaran atas kewajiban dan larangan dikenakan sanksi berupa hukuman disiplin.6

Pegawai Negeri Sipil sebagai unsur aparatur negara dalam menjalankan roda pemerintahan dituntut untuk melaksanakan fungsi dan tugasnya sebagai abdi negara dan abdi masyarakat. Pegawai Negeri Sipil juga harus bisa menjunjung tinggi martabat dan citra kepegawaian demi kepentingan masyarakat dan negara. Namun kenyataan di lapangan berbicara lain dimana masih banyak ditemukan Pegawai Negeri Sipil yang tidak menyadari akan tugas dan fungsinya tersebut sehingga sering kali timbul ketimpangan – ketimpangan dalam menjalankan

5

Moh. Mahfud, Hukum Kepegawaian Indonesia , Liberty, Yogyakarta, 1988, hal. 121.

6

M. Suparno, Rekayasa Pembangunan Watak dan Moral Bangsa, PT. Purel Mundial,

Jakarta, 1992, hal. 85.


(14)

tugasnya dan tidak jarang pula menimbulkan kekecewaan yang berlebihan pada masyarakat.

Kinerja lembaga peradilan masih sering mendapat pandangan negatif dari masyarakat. Hal ini karena adanya anggapan bahwa lembaga peradilan sebagai lembaga yang paling sering melaukukan korupsi dan ada juga di antara warga peradilan yang berperilaku negatif. Pengadilan Tata Usaha Negara Bandung sebagai salah satu lembaga penegak hukum membutuhkan kedisiplinan pegawainya untuk menciptakan pemerintah yang bersih dan berwibawa.

Seiring dengan kerja seluruh jajaran Mahkamah Agung dan Pengadilan di bawahnya dalam menyelesaikan agenda – agenda reformasi birokrasi, pada tanggal 10 Maret 2008 Presiden telah menandatangani Peraturan Presiden Nomor : 19 tahun 2008 mengenai tunjangan kinerja untuk lingkungan Mahkamah Agung dan Pengadilan di bawahnya. Turunnya tunjangan kinerja adalah tonggak untuk mendorong seluruh jajaran Mahkamah Agung dan Pengadilan di bawahnya lebih keras berusaha memulihkan kepercayaan public dan meningkatkan image

Pengadilan dengan kinerja terbaik dan integritas yang solid.

Bertolak dari uraian di atas, penulis tertarik untuk memilih judul : Tinjauan Yuridis Tentang Pembentukan Aparatur Yang Bersih dan Berwibawa Dengan Pemberian Sanksi Administrasi Disiplin Tehradap Pegawai Negeri Sipil (Studi Tentang PNS di Pengadilan Tata Usaha Negara Medan).

B. Perumusan Masalah

Adapun beberapa permasalahan yang akan diteliti, yaitu:

Bagaimana penerapan Undang-Undang No.43 Tahun 1999 kaitannya dengan kedisiplinan Pegawai Negeri Sipil dilingkungan Tata Usaha Negara Medan


(15)

Bagaimana penerapan sanksi dalam pelanggaran disiplin pegawai negeri sipil

Bagaimana pelaksanaan kedisiplinan Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Tata Usaha Negara Medan.

C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian

Tujuan penelitian ini, yaitu :

1. Untuk mengetahui penerapan Undang-Undang No.43 Tahun 1999 kaitannya dengan kedisiplinan Pegawai Negeri Sipil dilingkungan Tata Usaha Negara Medan.

2. Untuk mengetahui penerapan sanksi dalam pelanggaran disiplin pegawai negeri sipil.

3. Untuk mengetahui pelaksanaan kedisiplinan Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Tata Usaha Negara Medan

Adapun manfaat dari hasil penelitian ini, adalah :

1. Secara teoritis, bahwa hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi dalam bidang ilmu pengetahuan hukum, khususnya ilmu Hukum Tata Negara. 2. Secara praktis, dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan

manfaat dalam memecahkan permasalahan meningkatkan kedisiplinan Pegawai Negeri Sipil.

D. Keaslian Penelitian

Penulisan dilakukan atas inisiatif penulis sendiri dengan berbagai masukan dari pihak yang membantu dalam penulisan skripsi ini. Penulisan ini belum pernah dibuat oleh mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara sebelumnya. Kalaupun skripsi ini pernah ada, maka perbedaan terletak pada pokok permasalahan serta lokasi penelitian yang berbeda pula.


(16)

E. Tinjauan Pustaka

Selamat Saksono mengemukakan bahwa :

Manajemen kepegawaian adalah seni dan ilmu perencanaan, pelaksanaan dan pengontrolan tenaga kerja untuk mencapai tujuan yang telah

ditentukan terlebih dahulu atu dengan kata lain manajemen kepegawaian adalah suatu ilmu yang mempelajari cara bagaimana memberikan fasilitas untuk mempelajari cara bagaimana memberikan fasilitas untuk

mengembangkan kemampuan dan rasa partisipasi pekerja dalam suatu kesatuan aktivitas demi tercapainya tujuan.7

Manajemen Pegawai Negeri Sipil adalah keseluruhan upaya untuk meningkatkan efisiensi, efektifitas dan derajat profesionalisme penyelenggaraan tugas, fungsi dan kewajiban kepegawaian yang meliputi perencanaan, pengadaan, pengembangan kualitas, penempatan promosi, penggajian dan pemberhentian.8

Kebijakan manajemen Pegawai Negeri Sipil dibentuk Badan Kepegawaian Negara (BKN) di Daerah dibentuk Badan Kepegawaian Daerah (BKD) sebagai

Manajemen Pegawai Negeri Sipil diatur dalam UU Nomor. 43 Tahun 1999. Pengertian tentang Pegawai Negeri Sipil adalah setiap warga negara

Republik Indonesia yang telah memenuhi syarat seperti telah ditentukan, diangkat oleh pejabat yang berwenang dan diserahi tugas dalam suatu jabatan negeri dan digaji berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

7

Slamet Saksono, Administrasi Kepegawaian, Kanisius, Yogyakarta, 1995, hal.14 8

SH. Sarundajang, Birokrasi Dalam Otonomi Daerah, PT. Surya Multi Grafika, Jakarta, 2003, hal.36


(17)

perangkat daerah. Presiden sebagai kepala pemerintahan adalah pembina seluruh PNS Baik pusat maupun daerah.9

a. Memenuhi syarat-syarat yang ditentukan.

Di dalam Pasal 1 huruf (a) UU No.43 Tahun 1999 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian, yang dimaksud dengan Pegawai Negeri Sipil adalah mereka atau seseorang yang telah memenuhi syarat-syarat yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku, diangkat oleh pejabat yang berwenang dan diserahi tugas dalam jabatannegeri atau disertahi tugas-tugas negeri lainnya yang ditetapkan berdasarkan suatu peraturan perundang-undangan serta digaji menurut peraturan yang berlaku.

Berdasarkan pada ketentuan tersebut di atas, maka unsur-unsur yang harus dipenuhi agar seseorang dapat disebut sebagai pegawai negeri adalah :

b. Diangkat oleh pejabat yang berwenang. c. Diserahi tugas dalam jabatan negeri.

d. Digaji menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Sedangkan menurut Pasal 2 ayat (2) UU No.43 Tahun 1999, maka Pegawai Negeri berdasar pada difinisi dalam pasal 1 huruf (a) terdiri dari : a. Pegawai Negeri Sipil

b. Anggota Angkatan Bersenjata Republik Indonesia.

Kemudian di dalam Pasal 2 ayat (2) dinyatakan pula bahwa Pegawai Negeri Sipil terdiri dari :

a. Pegawai Negeri Sipil Pusat

9

Mulyadi S., Ekonomi Sumber Daya Manusia Dalam Perspektif Pembangunan, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta., 2003, hal.14


(18)

b. Pegawai Negeri Sipil Daerah

c. Pegawai Negeri Sipil lain yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah. Selanjutnya di dalam Penjelasan Pasal 2 ayat (2) dari UU No. 43 Tahun 1999 ditegaskan bahwa :

a. Yang dimaksud dengan Pegawai Negeri Sipil Pusat adalah :

1) Pegawai Negeri Sipil Pusat yang dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan bekerja pada Departemen, Lembaga Pemerintah Non Departemen, Kesekretariatan Lembaga Tertinggi/Tinggi Negara, Instansi Vertikal di Daerah-daerah, dan Kepanitiaan Pengadilan.

2) Pegawai Negeri Sipil Pusat yang bekerja pada Perusahaan Bawahan. 3) Pegawai Negeri Sipil Pusat yang diperbantukan atau dipekerjakan pada

Daerah Otonom.

4) Pegawai Negeri Sipil Pusat yang berdasarkan suatu peraturan perundang-undangan yang diperbantukan atau dipekerjakan pada badan lain, seperti Perusahaan Umum, Yayasan dan lain-lain.

b. Yang dimaksud dengan Pegawai Negeri Sipil Daerah adalah Pegawai Negeri Sipil Daerah Otonom.

c. Organisasi adalah suatu alat untuk mencapai tujuan, oleh sebab itu organisasi harus selalu disesuaikan dengan perkembangan tugas pokok dalam mencapai tujuan. Berkaitan dengan itu ada kemungkinan bahwa arti Pegawai Negeri Sipil akan berkembang di kemudian hari. Kemungkinan perkembangan ini harus diletakkan landasannya dalam undang-undang.


(19)

Di dalam Penjelasan Pasal 2 dari UU No.43 Tahun 1999 dijelaskan bahwa, Pegawai Negeri adalah pelaksana peraturan perundang-undangan, oleh sebab itu Pegawai Negeri yang terdiri dari Pegawai Negeri Sipil Pusat dan Pegawai Negeri Sipil Daerah wajib berusaha agar setiap peraturan perundang-undangan ditaati oleh mayarakat.

Berdasarkan pada pengertian tersebut, Pegawai Negeri mempunyai

kewajiban untuk memberikan contoh yang baik dalam mentaati dan melaksanakan segala peraturan perundang-undangan yang berlaku dalam melaksanakan

peraturan perundang-undangan pada umumnya kepada Pegawai Negeri diberikan tugas kedinasan untuk dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.

Pada prinsipnya pemberian tugas kedinasan itu adalah merupakan

kepercayaan dari atasan yang berwenang dengan harapan bahwa tugas itu akan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya, dengan demikian maka, setiap Pegawai Negeri wajib melaksanakan tugas kedinasan yang telah dipercayakan kepadanya dengan penuh pengabdian, kesadaran, dan tanggung jawab.

F. Metode Penelitian

Metode adalah proses, prinsip-prinsip dan tata cara memecahkan suatu masalah, sedang penelitian adalah pemeriksaan secara hati-hati, tekun dan tuntas terhadap suatu gejala untuk menambah pengetahuan manusia, maka metode penelitian dapat diartikan sebagai proses prinsip-prinsip dan tata cara untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam melakukan penelitian. Dengan

demikian metode penelitian adalah cara ilmiah untuk mengumpulkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.


(20)

1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah Pengadilan Tata Usaha Negara Medan.

2. Sumber Data

Sumber data dalam penulisan skripsi ini, dikaji dari beberapa sumber, antara lain:

a. Data primer yaitu data yang langsung dikumpulkan oleh peneliti sendiri. yang diperoleh langsung dari masyarakat dengan jalan pengamatan interview/wawancara.

b. Data Skunder yaitu data yang diperoleh melalui kepustakaan, dengan menelaah buku literatur, undang-undang, brosur/tulisan yang ada kaitannya dengan masalah yang diteliti.

3. Metode Pengumpulan Data

a. Studi Kepustakaan

Metode pengumpulan data yang diperoleh dengan cara membaca bahan-bahan kepustakaan atau buku-buku yang berkaitan dengan topik yang diteliti. Dalam hal ini bahan-bahan hukum yang berkaitan dengan masalah yang sesuai dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 dan Peraturan Pelaksanaan lainnya yang berlaku.

b. Studi lapangan

Metode pengumpulan data dengan cara studi lapangan dimaksudkan agar memperoleh data yang dilakukan dengan cara wawancara atau interview dengan pihak yang berkompeten dalam menangani disiplin Pegawai Negeri di lingkungan Tata Usaha Negara Medan. Wawancara dilakukan untuk mengungkap data mengenai hambatan-hambatan yang terjadi dalam


(21)

pelaksanaan peraturan disiplin Pegawai Negeri di lingkungan Tata Usaha Negara Medan.

G. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan terdiri dari 5 bab yang dibagi dalam sub-bab: BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini terdiri dari Latar Belakang, Rumusan Masalah, Manfaat dan Tujuan Penelitian, Keaslian Penulisan, Tinjauan Pustaka, Metode Penelitian dan Sistematika penulisan.

BAB II : DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL.

Bab ini terdiri dari sub bab : Pengertian Disiplin PNS, Pengaturan Hukum Disiplin Pegawai Negeri Sipil, Pelaksanaan Disiplin Pegawai Negeri Sipil, Hak dan Kewajiban Pegawai Negeri Sipil

BAB III : SANKSI DALAM PELANGGARAN DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL.

Bab ini terdiri dari sub bab : Pengertian Sanksi Pegawai Negeri Sipil , Penerapan Hukum Disiplin Pegawai Negeri Sipil, Pelaksanaa Putusan Hukuman Disiplin Pegawai Negeri Sipil, Kewenangan Menghukum Pegawai Negeri Sipil yang Melanggar Disiplin.

BAB IV : PEMBERIAN SANKSI TERHADAP PEGAWAI NEGERI YANG MELANGGAR PERATURAN DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL DI KANTOR TATA USAHA NEGARA MEDAN.

Bab ini terdiri dari sub bab : Mekanisme Penerapan Sanksi Disiplin Pegawai Negeri Sipil di Pengadilan Tata Usaha Negara Medan,


(22)

Kendala Yang Dihadapi Dalam Pelaksanaan Penerapan Sanksi

Pegawai Negeri Sipil di Pengadilan Tata Usaha Negara Medan, Upaya Pengadilan Tata Usaha Negara Medan Dalam Menegakan Disiplin Pegawai Negeri Sipil, Implementasi Pemberian Sanksi Administrasi Terhadap Kedisiplinan Pegawai Negeri Sipil di Pengadilan Tata Usaha Negara Medan.


(23)

BAB II

DISIPLIN KERJA PEGAWAI NEGERI SIPIL

A. Pengertian Disiplin Pegawai Negeri Sipil

Pengertian disiplin dapat dikonotasikan sebagai suatu hukuman, meskipun arti yang sesungguhnya tidaklah demikian. Disiplin berasal dari bahasa latin “Disciplina” yang berarti latihan atau pendidikan kesopanan dan kerohanian serta pengembangan tabiat. jadi sifat disiplin berkaitan dengan pengembangan sikap yang layak terhadap pekerjaan.10

Di dalam buku Wawasan Kerja Aparatur Negara disebutkan bahwa yang dimaksud dengan disiplin adalah “sikap mental yang tercermin dalam perbuatan, tingkah laku perorangan, kelompok atau masyarakat berupa kepatuhan atau ketaatan terhadap peraturan-peraturan yang ditetapkan Pemerintah atau etik, norma serta kaidah yang berlaku dalam masyarakat”.11

Sutopo Yuwono di dalam bukunya yang berjudul Dasar-Dasar Produksi, diungkapkan bahwa disiplin adalah sikap kejiwaan seseorang atau kelompok orang yang senantiasa

berkehendak untuk mengikuti atau mematuhi keputusan yang telah ditetapkan.12 Alfred R. Lateiner dan I.S. Levine telah memberikan definisi antara lain, disiplin

merupakan suatu kekuatan yang selalu berkembang di tubuh para pekerja yang membuat mereka dapat mematuhi keputusan dan peraturan-peraturan yang telah ditetapkan.13

Di samping beberapa pengertian mengenai disiplin pegawai tersebut di atas, A.S. Moenir mengemukakan bahwa “Disiplin adalah ketaatan yang sikapnya impersonal, tidak memakai perasan dan tidak memakai perhitungan pamrih atau kepentingan pribadi.14

10

I.G. Wursanto, Managemen Kepegawaian. Kenisisus, Yogyakarta, 1989, hal. 108 11

Wirjo Surachmad, Wawasan Kerja Aparatur Negara, Pustaka Jaya, Jakarta, 1993, hal. 24 12

Nurlita Witarsa, Dasar-Dasar Produksi, Karunika, Jakarta, 1988, hal. 102 13

I.S. Livine Teknik Memimpin Pegawai dan Pekerja. Terjemahan oleh Iral Soedjono, Cemerlang, Jakarta, 1980, hal 71


(24)

Kaitannya dengan kedisiplinan, Astrid S. Susanto juga mengemukakan sesuai dengan keadaan di dalam setiap organisasi, maka disiplin dapat dibedakan menjadi 2 (dua) macam yaitu :

1. Disiplin yang bersifat positif. 2. Disiplin yang bersifat negatif. 15

Merupakan tugas seorang pemimpin untuk mengusahakan terwujudnya suatu disiplin yang mempunyai sifat positif, dengan demikian dapat menghindarkan adanya disiplin yang bersifat negatif.

Disiplin positif merupakan suatu hasil pendidikan, kebiasaan atau tradisi dimana

seseorang dapat menyesuaikan dirinya dengan keadaan, adapun disiplin negatif sebagai unsur di dalam sikap patuh yang disebabkan oleh adanya perasaan takut akan hukuman.

Adapun ukuran tingkat disiplin pegawai menurut I.S. Levine, adalah :

Apabila pegawai datang dengan teratur dan tepat waktu, apabila mereka berpakaian serba baik dan tepat pada pekerjaannya, apabila mereka mempergunakan bahan-bahan dan perlengkapan dengan hati-hati, apabila menghasilkan jumlah dan cara kerja yang ditentukan oleh kantor atau perusahaan, dan selesai pada waktunya.16

1. Kepatuhan terhadap jam-jam kerja.

Berdasarkan pada pengertian tersebut di atas, maka tolok ukur pengertian kedisiplinan kerja pegawai adalah sebagai berikut :

2. Kepatuhan terhadap instruksi dari atasan, serta pada peraturan dan tata tertib yang berlaku. 3. Berpakaian yang baik pada tempat kerja dan menggunakan tanda pengenal instansi.

4. Menggunakan dan memelihara bahan-bahan dan alat-alat perlengkapan kantor dengan penuh hati-hati.

14

A.S. Moenir, Pendekatan Manusia dan Organisasi Terhadap Pembinaan Kepegawaian, Gunung Agung, Jakarta, 1983, hal. 152.

15

Astrid S. Susanto, Komunikasi Dalam Teori dan Praktek, Bina Aksara, Jakarta, 1974, hal 305. 16


(25)

5. Bekerja dengan mengikuti cara-cara bekerja yang telah ditentukan.

Selanjutnya untuk lebih memperjelas arti dan makna displin kerja, Alex S. Nitisemito antara lain mengemukakan, bahwa kedisiplinan lebih dapat diartikan suatu sikap atau perilaku dan perbuatan yang sesuai dengan peraturan-peraturan yang telah ditetapkan oleh perusahaan atau instansi yang bersangkutan baik secara tertulis maupun tidak tertulis. 17

1. Mentaati segala peraturan perundang-undangan dan peraturan kedinasan yang berlaku, serta melaksanakan perintah-perintah kedinasan yang diberikan oleh atasan yang berhak.

Adapun menurut peraturan disiplin Pegawai Negeri Sipil sebagimana telah dimuat di dalam Bab II Pasal (2) UU No.43 Tahun 1999, ada beberapa keharusan yang harus dilaksanakan yaitu :

2. Melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya serta memberikan pelayanan yang baik terhadap masyarakat sesuai dengan bidang tugasnya.

3. Menggunakan dan memelihara barang-barang dinas dengan sebaik-baiknya.

4. Bersikap dan bertingkah laku sopan santun terhadap masyarakat, sesama Pegawai Negeri Sipil dan atasannya.

Dengan demikian, maka disiplin kerja merupakan praktek secara nyata dari para pegawai terhadap perangkat peraturan yang tedapat dalam suatu organisasi. Dalam hal ini disiplin tidak hanya dalam bentuk ketaatan saja melainkan juga tanggung jawab yang diberikan oleh

organisasi, berdasarkan pada hal tersebut diharapkan efektifitas pegawai akan meningkat dan bersikap serta bertingkah laku disiplin.

Kedisiplinan pegawai dapat ditegakkan apabila peraturan-peraturan yang telah ditetapkan itu dapat diatasi oleh sebagian besar pegawainya dalam kenyataan, bahwa dalam suatu instansi

17


(26)

apabila sebagian besar pegawainya mentaati segala peraturan yang telah ditetapkan, maka disiplin pegawai sudah dapat ditegakan.

B. Pengaturan Hukum Pelaksananan Disiplin Pegawai Negeri Sipil

Dalam rangka usaha memelihara kewibawaan Pegawai Negeri Sipil, serta untuk mewujudkan Pegawai Negeri sebagai Aparatur Pemerintah yang bersih dan berwibawa diperlukan adanya suatu perangkat Peraturan Disiplin yang memuat pokok-pokok kewajiban, larangan dan sanksi apabila suatu kewajiban tersebut tidak ditaati atau adanya suatu pelanggaran-pelanggaran dalam menjalankan tugas.

Adapun yang menjadi dasar-dasar hukum pelaksanaan disiplin Pegawai Negeri Sipil adalah sebagi berikut :

1. Undang-Undang No. 43 Tahun 1999 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian (Lembaga Negara Tahun 1974 No 8, Tambahan Lembaran Negara No 3041).

2. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 1974, tentang Pembatasan Kegiatan Pegawai Negeri dalam Usaha Swasta (Lembaran Negara Nomor 8 Tahun 1974, tambahan Lembaran Negara Nomor 3201).

3. Peraturan Pemerintah No. 53 Tahun 2010 yaitu tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipi

4. Keputusan Kepala Badan Administrasi Kepegawaian Negara Nomor 02 Tahun 1999 tentang Ketentuan Pelaksanaan Pegawai Negeri Sipil yang menjadi Anggota Partai Politik.

5. Keputusan Presiden Nomor 67 Tahun 1980 tentang Badan Pertimbangan Kepegawaian.

6. Surat Edaran Kepala Badan Administrasi Kepegawaian Nomor 23/SE/1980, tentang Peraturan Disiplin Pegawai Negeri Sipil.


(27)

Dasar hukum pelaksanaan disiplin Pegawai Negeri tersebut di atas, diharapkan memberikan dukungan atau dorongan agar supaya Pegawai Negeri Sipil bisa melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya.

Namun dasar hukum ini dirasa masih kurang tanpa didukung oleh sikap dan mental dari para pegawai itu sendiri, oleh karena itu diperlukan adanya pembinaan para Pegawai Negeri Sipil, sebagaimana telah dijelaskan di dalam Penjelasan pasal 12 dari UU No. 43 tahun 1999 yaitu bahwa, agar Pegawai Negeri Sipil dapat melaksanakan tugasnya secara berdaya guna dan berhasil guna, maka perlu diatur pembinaan Pegawai Negeri Sipil secara menyeluruh, yaitu suatu peraturan pembinaan yang berlaku baik bagi Pegawai Negeri Sipil Pusat maupun Pegawai

Negeri Sipil yang ada di Daerah. Dengan demikian peraturan perundang-undangan yang berlaku di tingkat pusat akan berlaku di tingkat daerah, kecuali ditentukan lain.

Selain itu perlu dilaksanakan usaha penerbitan dan pembinaan Aparatur Negara yang meliputi baik struktur, prosedur kerja, fasilitas dan sarana untuk menunjang Aparatur Negara yang bersih dan berwibawa.

C. Pelaksanaan Disiplin Kerja Pegawai Negeri Sipil.

Dalam rangka mewujudkan PNS yang handal, profesional, dan bermoral sebagai

penyelenggara pemerintahan yang menerapkan prinsip-prinsip kepemerintahan yang baik (good governance), maka PNS sebagai unsur aparatur negara dituntut untuk setia kepada Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan Pemerintah, bersikap disiplin, jujur, adil, transparan, dan akuntabel dalam melaksanakan tugas.


(28)

Untuk menumbuhkan sikap disiplin PNS, Pasal 30 Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian mengamanatkan ditetapkannya peraturan pemerintah mengenai disiplin PNS.

Untuk mewujudkan PNS yang handal, profesional, dan bermoral tersebut, mutlak diperlukan peraturan disiplin PNS yang dapat dijadikan pedoman dalam menegakkan disiplin, sehingga dapat menjamin terpeliharanya tata tertib dan kelancaran pelaksanaan tugas serta dapat mendorong PNS untuk lebih produktif berdasarkan sistem karier dan sistem prestasi kerja.

Peraturan Pemerintah No. 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil antara lain memuat kewajiban, larangan, dan hukuman disiplin yang dapat dijatuhkan kepada PNS yang telah terbukti melakukan pelanggaran. Penjatuhan hukuman disiplin dimaksudkan untuk

membina PNS yang telah melakukan pelanggaran, agar yang bersangkutan mempunyai sikap menyesal dan berusaha tidak mengulangi dan memperbaiki diri pada masa yang akan datang.

Dalam Peraturan Pemerintah No. 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil secara tegas disebutkan jenis hukuman disiplin yang dapat dijatuhkan terhadap suatu

pelanggaran disiplin. Hal ini dimaksudkan sebagai pedoman bagi pejabat yang berwenang menghukum serta memberikan kepastian dalam menjatuhkan hukuman disiplin. Demikian juga dengan batasan kewenangan bagi pejabat yang berwenang menghukum telah ditentukan dalam Peraturan Pemerintah ini.

Penjatuhan hukuman berupa jenis hukuman disiplin ringan, sedang, atau berat sesuai dengan berat ringannya pelanggaran yang dilakukan oleh PNS yang bersangkutan, dengan mempertimbangkan latar belakang dan dampak dari pelanggaran yang dilakukan.


(29)

D. Hak dan Kewajiban Pegawai Negeri Sipil

Di dalam Pasal 3 ayat (1) Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 disebutkan kedudukan Pegawai Negeri Sipil sebagai berikut : “Pegawai Negeri berkedudukan sebagai aparatur Negara yang bertugas untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat secara professional, jujur, adil, dan merata dalam penyelengaraan tugas Negara, pemerintahan, dan pembangunan.

Dari bunyi Pasal 3 ayat (1) ini dapat disimpulkan bahwa :

1. Pegawai Negeri baik yang rendah maupun yang berpangkat tinggi adalah unsur aparatur Negara.

2. Sebagai unsur aparatur Negara Pegawai Negeri bertugas memberikan pelayanan kepada masyarakat dengan ketentuan harus bertindak :

a. Jujur, dengan pengertian dalam menjalankan tugasnya tidak melakukan perbuatan yang berisifat KKN, yaitu korupsi, kolusi, dan nepotisme sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang bersih. b. Adil , dengan pengertian dalam melaksanakan tugasnya harus bertindak adil, tidak

memihak kepada siapapun.

c. Merata, dengan pengertian bahwa kepentingan-kepentingan yang dilayani mempunyai hak yang sama dengan yang lainnya.

3. Sebagai unsur aparatur Negara, Pegawai Negeri Sipil tidak hanya menjalankan fungsi umum pemerintahan, tetapi juga harus mampu melaksanakan, menggerakkan serta memperlancar pembangunan untuk kepentingan rakyat banyak.

Pasal 3 ayat 2 berbunyi : "Dalam kedudukan dan tugas sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), Pegawai Negeri harus netral dari pengaruh semua golongan dan partai politik serta tidak diskriminatif dalam membeikan pelayanan kepada masyarakat."


(30)

Dari ayat tersebut di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa seorang Pegawai Negeri dalam menjalankan tugasnya harus bertindak secara netral. Pengertian netral di sini berarti Pegawai Negeri dalam melaksanakan tugasnya tidak mementingkan Suku, Agama, Golongan, atau partai politik. Seorang Pegawai Negeri harus menghindari pengaruh tersebut sehingga ia dapat

menjalankan tugas memberikan pelayanan kepada masyarakat secara maksimal. Untuk

menghindari pengaruh partai politik, seorang Pegawai Negeri tidak boleh menjadi anggota aktif dan atau pengurus partai politik.

Bila seorang Pegawai Negeri ingin menjadi anggota suatu partai politik atau duduk sebagai pengurus suatu partai politik, maka yang bersangkutan diharuskan mengundurkan diri sebagai Pegawai Negeri. Pemerintah sendiri telah mengeluarkan Peraturan Pemerintah No.37 Tahun 2004 tentang Larangan Pegawai Negeri Sipil Menjadi Anggota Partai Politik.

Larangan bagi Pegawai Negeri menjadi anggota aktif atau pengurus suatu partai politik bertitik tolak dari pokok pikiran bahwa Pemerintah tidak hanya menjalankan fungsi umum pemerintahan tetapi juga harus mampu melaksanakan fungsi pembangunan atau dengan

perkataan lain, Pemerintah bukan hanya menyelenggarakan tertib pemerintahan tetapi juga harus mampu menggerakkan dan memperlancar pembangunan untuk kepentingan rakyat banyak. Hal ini tidak akan terwujud bila pegawai negeri diperkenankan menjadi anggota atau pengurus suatu partai politik. Karena dalam pelaksanaan tugasnya antara pegawai negeri yang satu dengan yang lainnya akan saling menjatuhkan sehingga program pembangunan tidak akan berjalan dengan lancar.

Agar Pegawai Negeri Sipil sebagai unsur Aparatur negara, abdi negara dan abdi

masyarakat dapat melaksanakan tugasnya dengan baik, maka ia harus mempunyai kesetiaan dan ketaatan penuh terhadap Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, negara, dan pemerintah,


(31)

sehingga dengan demikian dapat memusatkan segala perhatian dan pikiran serta mengarahkan segala daya dan tenaganya untuk menyelenggarakan tugas pemerintahan dan pembangunan secara berdaya guna dan berhasil guna. Dengan demikian kesetiaan dan ketaatan penuh tersebut mengandung pengertian bahwa Pegawai Negeri Sipil berada sepenuhnya di bawah pimpinan pemerintah. Hal ini perlu ditegaskan untuk menjamin kesatuan pimpinan dan garis pimpinan yang jelas dan tegas. Dari uraian ini, maka timbullah kewajiban dan hak setiap Pegawai Negeri Sipil.

Hak pegawai negeri diatur dalam beberapa pasal dalam Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 Tentang Pokok-Pokok Kepegawaian, yaitu :

1. Pasal 7 (1), (2) dan (3) yang berisi bahwa Setiap pegawai negeri berhak memperoleh gaji yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah yang adil dan layak sesuai dengan beban pekerjaan dan tanggung jawab. Gaji tersebut harm mampu memacu produktivitas dan menjamin kesejahteraannya.

2. Pasal 8 : Mengatur tentang hak pegawai negeri untuk cuti. Maksud cuti adalah tidak masuk kerja yang diizinkan dalam waktu yang ditentukan.

3. Pasal 9 : Mengatur hak setiap pegawai negeri yang ditimpa oleh suatu kecelakaan dalam dan karena menjalankan tugas berhak memperoleh perawatan.

4. Pasal 10 : Mengatur hak setiap pegawai negeri untuk pension bagi pegawai negeri yang telah memenuhi syarat.

5. Pasal 18 : Mengatur pemberian hak kenaikan pangkat pegawai negeri yang dilaksanakan berdasarkan system kenaikan pangkat reguler dan sistem kenaikan pangkat pilihan. Kenaikan pangkat reguler adalah hak, oleh karena itu apabila seseorang pegawai negeri telah


(32)

memenuhi syarat yang telah ditentukan tanpa terikat jabatan dan dapat dinaikkan pangkatnya, kecuali ada alasan-alasan yang menundanya.

Sedangkan kewajiban Pegawai Negeri Sipil menurut Pasal 3 Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil, ditentukan bahwa setiap PNS wajib:

1. Mengucapkan sumpah/janji PNS 2. Mengucapkan sumpah/janji jabatan.

3. Setia dan taat sepenuhnya kepada Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan Pemerintah.

4. Menaati segala ketentuan peraturan perundangundangan.

5. Melaksanakan tugas kedinasan yang dipercayakan kepada PNS dengan penuh pengabdian, kesadaran, dan tanggung jawab.

6. Menjunjung tinggi kehormatan negara, Pemerintah, dan martabat PNS.

7. Mengutamakan kepentingan negara daripada kepentingan sendiri, seseorang, dan/atau golongan.

8. Memegang rahasia jabatan yang menurut sifatnya atau menurut perintah harus dirahasiakan. 9. Bekerja dengan jujur, tertib, cermat, dan bersemangat untuk kepentingan Negara.

10. Melaporkan dengan segera kepada atasannya apabila mengetahui ada hal yang dapat membahayakan atau merugikan negara atau Pemerintah terutama di bidang keamanan, keuangan, dan materiil.

11. Masuk kerja dan menaati ketentuan jam kerja. 12. Mencapai sasaran kerja pegawai yang ditetapkan.


(33)

14. Memberikan pelayanan sebaik-baiknya kepada masyarakat. 15. Membimbing bawahan dalam melaksanakan tugas.

16. Memberikan kesempatan kepada bawahan untuk mengembangkan karier. 17. Menaati peraturan kedinasan yang ditetapkan oleh pejabat yang berwenang.


(34)

SANKSI DALAM PELANGGARAN DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL

A. Pengertian Sanksi Pegawai Negeri Sipil.

Menurut Pasal 1 ayat (4) Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil disebutkan bahwa sanksi atau hukuman disiplin adalah hukuman yang dijatuhkan kepada Pegawai Negeri Sipil karena melanggar peraturan disiplin Pegawai Negeri Sipil.

Untuk menjamin tata tertib dan kelancaran pelaksanaan tugas, diadakan Peraturan Disiplin Pegawai Negeri Sipil. Peraturan Disiplin Pegawai Negeri Sipil adalah peraturan yang mengatur mengenai kewajiban, larangan, dan sanksi apabila kewajiban tidak ditaati atau larangan dilanggar oleh Pegawai Negeri Sipil.

Tujuan hukuman disiplin adalah untuk memperbaiki dan mendidik Pegawai Negeri Sipil yang melakukan pelanggaran disiplin, oleh sebab itu setiap pejabat yang berwenang menghukum sebelum menjatuhkan hukuman disiplin harus memeriksa lebih dahulu Pegawai Negeri Sipil yang melakukan pelanggaran disiplin.

Terhadap Pegawai Negeri Sipil yang disangka melakukan pelanggaran disiplin diadakan pemeriksaan. Tujuan pemeriksaan adalah untuk mengetahui apakah Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan benar telah melakukan pelanggaran disiplin.

Pemeriksaan juga bertujuan untuk mengetahui latar belakang serta hal-hal yang mendorong pelanggaran disiplin tersebut. Pemeriksaan dilaksanakan sendiri oleh pejabat yang berwenag menghukum.


(35)

pelanggaran disiplin berpendapat, bahwa berdasarkan hasil pemeriksaan-nya hukuman disiplin yang wajar dijatuhkan adalah di luar wewenangnya, maka pejabat tersebut wajib melaporkan hal itu kepada pejabat yang berwenang menghukum yang lebih tinggi melalui saluran hirarki.

Laporan tersebut disertai dengan hasil-hasil pemeriksaan dan bahan-bahan lain yang diperlukan. Pejabat yang berwenang menghukum yang lebih tinggi wajib memperhatikan dan mengambil keputusan atas laporan itu.

Sebelum menetapkan keputusan penjatuhan hukuman disiplin, pejabat yang berwenang menghukum wajib mempelajari dengan saksama laporan hasil pemeriksaan pelanggaran disiplin.

Hukuman disiplin harus setimpal dengan pelanggaran disiplin yang dilakukan dan harus dapat diterima dengan rasa keadilan. Kepada Pegawai Negeri Sipil yang berdasarkan hasil pemeriksaan ternyata melakukan beberapa pelanggaran disiplin, terhadap-nya hanya dapat dijatuhi satu jenis hukuman disiplin. Kepada Pegawai Negeri Sipil yang pernah dijatuhi hukuman disiplin yang kemudian melakukan pelanggaran disiplin yang sifatnya sama, terhadapnya dijatuhi hukuman disiplin yang lebih berat dari hukuman disiplin terakhir yang pernah dijatuhkan kepadanya.

Pegawai Negeri Sipil yang dijatuhi hukuman disiplin dipanggil untuk menerima keputusan hukuman disiplin pada waktu dan tempat yang ditentukan. Keputusan hukuman disiplin disampaikan secara langsung oleh pejabat yang berwenang menghukum kepada Pegawai Negeri Sipil yang dijatuhi hukuman disiplin.

Penyampaian keputusan hukuman disiplin tersebut dapat dihadiri pegawai lain, dengan ketentuan bahwa pangkat dan jabatan pegawai yang hadir tidak boleh lebih rendah dari pangkat dan jabatan Pegawai Negeri Sipil yang dijatuhi hukuman disiplin.


(36)

pimpinan instansi tempat Pegawai Negeri Sipil yang dijatuhi hukuman disiplin bekerja.

B. Penerapan Hukum Disiplin Pegawai Negeri Sipil

Pelanggaran terhadap kewajiban dan larangan adalah merupakan pelanggaran disiplin. Pelanggaran yang dilakukan bisa berupa ucapan, tulisan maupun perbuatan. Sebagai bentuk pelanggaran ucapan itu adalah setiap kata-kata yang diucapkan dihadapan atau dapat didengar oleh orang lain seperti rapat, ceramah, diskusi, telepon, radio, televisi, rekaman atau alat komunikasi lainnya. Sedangkan tulisan adalah pernyataan pikiran atau perasaan secara baik dalam bentuk huruf-huruf (tulisan) maupun dalam bentuk gambar, karikatur, coretan dan lain-lain yang serupa dengan itu. Adapun yang dimaksud dengan perbuatan adalah setiap tingkah laku, sikap atau tindakan.

Dikatakan sebagai pelanggaran disiplin menurut Pasal 1 angka 3 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil adalah setiap ucapan, tulisan, atau perbuatan PNS yang tidak menaati kewajiban dan/atau melanggar larangan ketentuan disiplin PNS, baik yang dilakukan di dalam maupun di luar jam kerja.

Pegawai Negeri Sipil yang melakukan pelanggaran disiplin dapat dijatuhi hukuman disiplin oleh pejabat yang berwenang. Penjatuhan hukuman disiplin tidak mengurangi ketentuan yang berlaku dalam hukum pidana, artinya jika yang bersangkutan dalam pelanggarannya itu mengandung juga perbuatan pidana, maka di samping hukuman disiplin juga dapat dikenakan hukuman pidana sesuai dengan Pasal 10 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana. Jadi ada perbedaan antara hukuman disiplin Pegawai Negeri Sipil dengan hukuman pidana bagi Pegawai Negeri Sipil, yakni hukuman disiplin dijatuhkan oleh pejabat yang berwenang (atasan dari


(37)

Pemerintah Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil sedangkan hukuman pidananya hanya dapat dijatuhkan oleh hakim yang jenis-jenisnya terdapat dalam Pasal 10 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana. Hukuman pidana bagi Pegawai Negeri Sipil dapat dikenakan jika yang bersangkutan melakukan kejahatan jabatan, pelanggaran jabatan atau korupsi.

Dalam rangka memelihara kewibawaan Pegawai Negeri Sipil, maka tindakan kepolisian sebagai penyidik terhadap Pegawai Negeri Sipil hendaknya dilakukan dengan tertib dan

berdasarkan pada peraturan perundang-undangan yang berlaku, dalamkaitan ini apabila seorang Pegawai Negeri Sipil diperiksa, ditangkap dan atau ditahan sementara oleh pejabat yang

berwajib karena disangka melakukan tindak pidana, maka pejabat yang berwajib tersebut secepat mungkin memberitahukan kepada atasan Pegawai Negeri yang bersangkutan.

Kemudian menurut Pasal 1 angka 4Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil, disebutkan bahwa yang dimaksud dengan hukuman disiplin adalah hukuman yang dijatuhkan kepada Pegawai Negeri Sipil karena melanggar Peraturan Disiplin Pegawai Negeri Sipil.

Selanjutnya dalam Pasal 7 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil disebutkan pula mengenai tingkat dan jenis hukuman disiplin Pegawai Negeri Sipil, adapun tingkat dan jenis hukuman disiplin tersebut adalah :

1. Hukuman disiplin ringan, yaitu hukuman yang dapat berupa : a. Teguran lisan


(38)

c. Pernyataan tidak puas secara tertulis

2. Hukuman disiplin sedang, yang jenis-jenisnya terdiri dari :

a. Penundaan kenaikan gaji berkala untuk paling lama satu tahun

b. Penurunan gaji yang besarnya satu kali kenaikan gaji berkala untuk paling lama satu tahun

c. Penundaan kenaikan pangkat untuk paling lama satu tahun 3. Hukuman disiplin berat, yang jenis-jenisnya terdiri dari :

a. Penurunan pangkat pada pegawai yang setingkat lebih rendah untuk paling lama satu tahun

b. Pembebasan dari jabatan

c. Pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan sendiri sebagai Pegawai Negeri Sipil d. Pemberhentian tidak dengan hormat sebagai Pegawai Negeri Sipil

Peraturan Pemerintah No. 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil menentukan kriteria yang dapat dijadikan dasar untuk menentukan tingkat-tingkat pelanggaran, artinya apakah sesuatu yang dianggap sebagai pelanggaran dengan ancaman hukuman disiplin ringan, sedang atau berat ditentukan kriterianya.

Tingkat dan jenis hukuman disiplin menurut Peraturan Pemerintah No. 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil adalah :

1. Hukuman disiplin ringan apabila:


(39)

Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia dan Pemerintah, apabila pelanggaran berdampak negatif pada unit kerja.

b. Menaati segala peraturan perundang-undangan, apabila pelanggaran berdampak negatif pada unit kerja

c. Melaksanakan tugas kedinasan yang dipercayakan kepada PNS dengan penuh pengabdian, kesadaran, dan tanggung jawab, apabila pelanggaran berdampak negatif pada unit kerja.

d. Menjunjung tinggi kehormatan negara, Pemerintah, dan martabat PNS, apabila pelanggaran berdampak negatif pada unit kerja

e. Mengutamakan kepentingan negara daripada kepentingan sendiri, seseorang, dan/atau golongan, apabila pelanggaran berdampak negatif pada unit kerja.

f. Memegang rahasia jabatan yang menurut sifatnya atau menurut perintah harus dirahasiakan, apabila pelanggaran berdampak negatif pada unit kerja.

g. Bekerja dengan jujur, tertib, cermat, dan bersemangat untuk kepentingan Negara, apabila pelanggaran berdampak negatif pada unit kerja.

h. Melaporkan dengan segera kepada atasannya apabila mengetahui ada hal yang dapat membahayakan atau merugikan negara atau pemerintah terutama di bidang keamanan, keuangan, dan materiil sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 10, apabila pelanggaran berdampak negatif pada unit kerja

i. Masuk kerja dan menaati ketentuan jam kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 11 berupa:


(40)

hari kerja

2) Teguran tertulis bagi PNS yang tidak masuk kerja tanpa alasan yang sah selama 6 (enam) sampai dengan 10 (sepuluh) hari kerja.

3) Pernyataan tidak puas secara tertulis bagi PNS yang tidak masuk kerja tanpa alasan yang sah selama 11 (sebelas) sampai dengan 15 (lima belas) hari kerja.

j. menggunakan dan memelihara barang-barang milik negara dengan sebaik-baiknya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 13, apabila pelanggaran berdampak negatif pada unit kerja.

k. Memberikan pelayanan sebaik-baiknya kepada masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 14, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

l. Membimbing bawahan dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 15, apabila pelanggaran dilakukan dengan tidak sengaja.

m. Memberikan kesempatan kepada bawahan untuk mengembangkan karier sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 16, apabila pelanggaran dilakukan dengan tidak sengaja. n. Menaati peraturan kedinasan yang ditetapkan oleh pejabat yang berwenang sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 3 angka 17, apabila pelanggaran berdampak negatif pada unit kerja.

2. Hukuman sedang dijatuhkan bagi pelanggaran terhadap kewajiban:

a. Mengucapkan sumpah/janji PNS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 1, apabila pelanggaran dilakukan tanpa alasan yang sah.

b. Mengucapkan sumpah/janji jabatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 2, apabila pelanggaran dilakukan tanpa alasan yang sah


(41)

Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan Pemerintah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 3, apabila pelanggaran berdampak negative bagi instansi yang bersangkutan

d. Menaati segala peraturan perundang-undangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 4, apabila pelanggaran berdampak negatif bagi instansi yang bersangkutan

e. Melaksanakan tugas kedinasan yang dipercayakan kepada PNS dengan penuh pengabdian, kesadaran, dan tanggung jawab sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 5, apabila pelanggaran berdampak negatif bagi instansi yang bersangkutan.

f. Menjunjung tinggi kehormatan negara, pemerintah, dan martabat PNS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 6, apabila pelanggaran berdampak negatif bagi instansi yang bersangkutan.

g. Mengutamakan kepentingan negara daripada kepentingan sendiri, seseorang, dan/atau golongan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 7, apabila pelanggaran berdampak negatif pada instansi yang bersangkutan.

h. Memegang rahasia jabatan yang menurut sifatnya atau menurut perintah harus dirahasiakan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 8, apabila pelanggaran berdampak negatif pada instansi yang bersangkutan.

i. Bekerja dengan jujur, tertib, cermat, dan bersemangat untuk kepentingan Negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 9, apabila pelanggaran berdampak negatif bagi instansi yang bersangkutan.

j. Melaporkan dengan segera kepada atasannya apabila mengetahui ada hal yang dapat membahayakan atau merugikan negara atau Pemerintah terutama di bidang keamanan,


(42)

pelanggaran berdampak negatif pada instansi yang bersangkutan.

k. Masuk kerja dan menaati ketentuan jam kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 11 berupa:

1) Penundaan kenaikan gaji berkala selama 1 (satu) tahun bagi PNS yang tidak masuk kerja tanpa alasan yang sah selama 16 (enam belas) sampai dengan 20 (dua puluh) hari kerja.

2) Penundaan kenaikan pangkat selama 1 (satu) tahun bagi PNS yang tidak masuk kerja tanpa alasan yang sah selama 21 (dua puluh satu) sampai dengan 25 (dua puluh lima) hari kerja.

3) Penurunan pangkat setingkat lebih rendah elama 1 (satu) tahun bagi PNS yang tidak asuk kerja tanpa alasan yang sah selama 26 (dua puluh enam) sampai dengan 30 (tiga puluh) hari kerja.

l. Mencapai sasaran kerja pegawai yang ditetapkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 12, apabila pencapaian sasaran kerja pada akhir tahun hanya mencapai 25% (dua puluh lima persen) sampai dengan 50% (lima puluh persen).

m. Menggunakan dan memelihara barang-barang milik negara dengan sebaik-baiknya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 13, apabila pelanggaran berdampak negatif pada instansi yang bersangkutan.

n. Memberikan pelayanan sebaik-baiknya kepada masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 14, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

o. Membimbing bawahan dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 15, apabila pelanggaran dilakukan dengan sengaja.


(43)

dimaksud dalam Pasal 3 angka 16, apabila pelanggaran dilakukan dengan sengaja.

q. Menaati peraturan kedinasan yang ditetapkan oleh pejabat yang berwenang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 17, apabila pelanggaran berdampak negatif pada instansi yang bersangkutan.

3. Hukuman berat dijatuhkan bagi pelanggaran terhadap kewajiban:

a. setia dan taat sepenuhnya kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan Pemerintah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 3, apabila pelanggaran berdampak negatif pada pemerintah dan/atau Negara.

b. menaati segala ketentuan peraturan perundangundangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 4, apabila pelanggaran berdampak negative pada pemerintah dan/atau Negara

c. melaksanakan tugas kedinasan yang dipercayakan kepada PNS dengan penuh pengabdian, kesadaran, dan tanggung jawab sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 5, apabila pelanggaran berdampak negatif pada pemerintah dan/atau Negara.

d. menjunjung tinggi kehormatan negara, pemerintah, dan martabat PNS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 6, apabila pelanggaran berdampak negatif pada pemerintah dan/atau Negara.

e. mengutamakan kepentingan negara daripada kepentingan sendiri, seseorang, dan/atau golongan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 7, apabila pelanggaran berdampak negatif pada pemerintah dan/atau Negara.


(44)

dirahasiakan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 8, apabila pelanggaran berdampak negatif pada pemerintah dan/atau Negara.

g. bekerja dengan jujur, tertib, cermat, dan bersemangat untuk kepentingan Negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 9, apabila pelanggaran berdampak negatif pada pemerintah dan/atau Negara.

h. melaporkan dengan segera kepada atasannya apabila mengetahui ada hal yang dapat membahayakan atau merugikan negara atau Pemerintah terutama di bidang keamanan, keuangan, dan materiil sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 10, apabila pelanggaran berdampak negatif pada pemerintah dan/atau Negara.

i. Masuk kerja dan menaati ketentuan jam kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 11 berupa:

1) Penurunan pangkat setingkat lebih rendah selama 3 (tiga) tahun bagi PNS yang tidak masuk kerja tanpa alasan yang sah selama 31 (tiga puluh satu) sampai dengan 35 (tiga puluh lima) hari kerja

2) Pemindahan dalam rangka penurunan jabatan setingkat lebih rendah bagi PNS yang menduduki jabatan struktural atau fungsional tertentu yang tidak masuk kerja tanpa alasan yang sah selama 36 (tiga puluh enam) sampai dengan 40 (empat puluh) hari kerja.

3) Pembebasan dari jabatan bagi PNS yang menduduki jabatan struktural atau fungsional tertentu yang tidak masuk kerja tanpa alasan yang sah selama 41 (empat puluh satu) sampai dengan 45 (empat puluh lima) hari kerja.


(45)

dengan hormat sebagai PNS bagi PNS yang tidak masuk kerja tanpa alasan yang sah selama 46 (empat puluh enam) hari kerja atau lebih;

j. Mencapai sasaran kerja pegawai yang ditetapkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 12, apabila pencapaian sasaran kerja pegawai pada akhir tahun kurang dari 25% (dua puluh lima persen).

k. Masuk kerja dan menaati ketentuan jam kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 11 berupa:

1) Penurunan pangkat setingkat lebih rendah selama 3 (tiga) tahun bagi PNS yang tidak masuk kerja tanpa alasan yang sah selama 31 (tiga puluh satu) sampai dengan 35 (tiga puluh lima) hari kerja.

2) Pemindahan dalam rangka penurunan jabatan setingkat lebih rendah bagi PNS yang menduduki jabatan struktural atau fungsional tertentu yang tidak masuk kerja tanpa alasan yang sah selama 36 (tiga puluh enam) sampai dengan 40 (empat puluh) hari kerja.

3) Pembebasan dari jabatan bagi PNS yang menduduki jabatan struktural atau fungsional tertentu yang tidak masuk kerja tanpa alasan yang sah selama 41 (empat puluh satu) sampai dengan 45 (empat puluh lima) hari kerja.

4) Pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan sendiri atau pemberhentian tidak dengan hormat sebagai PNS bagi PNS yang tidak masuk kerja tanpa alasan yang sah selama 46 (empat puluh enam) hari kerja atau lebih.


(46)

3 angka 12, apabila pencapaian sasaran kerja pegawai pada akhir tahun kurang dari 25% (dua puluh lima persen)

Adapun tahap-tahap penjatuhan hukuman terhadap Pegawai Negeri Sipil yang melakukan pelanggaran adalah sebagai berikut :.

1. Teguran Lisan

Teguran lisan sebagai hukuman disiplin harus disampaikan oleh pejabat yang berwenang kepada yang bersangkutan secara lisan dan disampaikan secara tegas bahwa tegurannya itu merupakan hukuman disiplin. Jika tidak disertai dengan penegasan bahwa teguran itu merupakan hukuman disiplin maka hukuman disiplin dianggap tidak ada. Selanjutnya pejabat yang menghukum harus memberitahukan secara tertulis tentang penjatuhan hukuman ringan berupa teguran secara lisan kepada pejabat yang mengurus kepegawaian. Setiap Pegawai Negeri Sipil yang dijatuhi hukuman berupa teguran lisan tidak dapat mengajukan keberatan. 2. Teguran tertulis

Hukuman disiplin yang berupa teguran tertulis ditetapkan dengan surat keputusan dan disampaikan kepada Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan. Dalam surat hukuman yang berupa teguran lisan maka hukuman yang berupa teguran tertulis pun tidak dapat dimintakan/diajukan keberatan.

3. Pernyataan tidak puas secara tertulis

Pernyataan tidak puas secara tertulis sebagai satu jenis hukuman disiplin juga harus dituangkan dalam surat keputusan yang di dalamnya harus memuat juga tentang jenis


(47)

dimintakan banding atau keberatan. 4. Penundaan kenaikan gaji berkala

Penundaan kenaikan gaji berkala sebagai hukuman bertingkat sedang, dalam pelanggaran disiplin Pegawai Negeri Sipil ditetapkan untuk masa sekurang-kurangnya tiga bulan dan paling lama satu tahun. Penjatuhan hukuman ini harus ditetapkan dengan surat keputusan pejabat yang berwenang yang didalamnya harus dimuat juga jenis pelanggaran yang telah dilakukan oleh Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan. Masa penundaan kenaikan gaji berlaka dihitung penuh dengan kenaikan gaji berlaka berikutnya. Pegawai Negeri Sipil yang meninggal dunia atau mencapai batas usia pensiun pada waktu menjalani hukuman disiplin berupa penundaan kenaikan gaji berkala, penurunan gaji dan penurunan pangkat dianggap telah selesai menjalani hukuman disiplin. Pegawai Negeri Sipil yang dijatuhi hukuman disiplin berupa penundaan kenaikan gaji berkala dapat mengajukan pernyataan keberatan dengan menyebutkan alasan-alasan keberatan itu yang disampaikan secara tertulis kepada atasan pejabat yang berwenang menghukum pelaku. Pengajuan pernyataan keberatan harus sudah disampaikan dalam jangka waktu empat belas hari terhitung mulai ia menerima surat keputusan hukuman disiplin itu.

5. Penurunan gaji

Penurunan gaji dapat dijatuhkan sebagai hukuman disiplin sebesar satu kali kenaikan gaji berkala dan penjatuhkan hukuman itu harus ditetapkan dengan surat keputusan oleh pejabat yang berwenang menghukum. Hukuman berupa penurunan gaji ini ditetapkan untuk sekurang-kurangnya tiga bulan dan paling lama satu tahun. Surat keputusan tentang hukuman disiplin berupa penurunan gaji harus menyebutkan juga jenis pelanggaran disiplin yang telah


(48)

disiplin tersebut selesai maka gaji pokok Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan langsung kembali pada gaji pokok semula. Di samping itu masa penurunan gaji tersebut tetap dihitung penuh untuk kenaikan gaji berkala berikutnya. Apabila dalam menjalani hukuman disiplin Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan memenuhi syarat untuk kenaikan gaji berkala, maka kenaikan gaji berkala tersebut baru diberikan terhitung satu bulan setelah berakhirnya masa menjalani hukuman disiplin. Pegawai Negeri Sipil yang dijatuhi hukuman disiplin berupa penurunan gaji dapat mengajukan keberatan yang disampaikan secara tertulis kepada atasan pejabat yang berwenang menghukum secara hirarkis dalam waktu empat belas hari terhitung ia menerima keputusan hukuman disiplin tersebut.

6. Penundaan kenaikan pangkat

Penundaan kenaikan pangkat dapat dijatuhkan kepada Pegawai Negeri Sipil yang melakukan pelanggaran disiplin. Penundaan kenaikan pangkat ini termasuk jenis hukuman sedang. Penjatuhan hukuman penundaan kenaikan pangkat ditetapkan dengan surat keputusan. Penundaan kenaikan pangkat ditetapkan dengan surat keputusan. Penundaan kenaikan pangkat dijatuhkan untuk waktu sekurang-kurangnya enam bulan dan selama-lamanya satu tahun terhitung tanggal kenaikan pangkat yang bersangkutan. Surat keputusan penjatuhan hukuman disiplin berupa penundaan kenaikan pangkat itu harus memuat jenis pelanggaran yang telah dilakukan oleh yang bersangkutan. Pegawai Negeri Sipil yang dijatuhi hukuman penundaan kenaikan pangkat dapat mengajukan keberatan secara tertulis yang disampaikan dalam jangka waktu empat belas hari terhitung mulai tanggal yang bersangkutan menerima


(49)

atas pejabat yang berwenang menghukum secara hirarki. 7. Penurunan Pangkat

Penurunan pangkat adalah hukuman disiplin yang bertingkat berat. Penurunan pangkat ini adalah penurunan pada pangkat yang setingkat lebih rendah dari pangkat yang sedang dipangku. Hukuman ini harus ditetapkan dengan surat keputusan pejabat yang berwenang menghukum dengan ketentuan bahwa pangkat yang diturunkan itu berlangsung untuk sekurang-kurangnya enam bulan dan paling lama satu tahun. Pegawai Negeri Sipil yang dijatuhi hukuman penurunan pangkat ini dapat mengajukan keberatan dengan menyebutkan alasan-alasan yang disampaikan secara tertulis kepada atasan pejabat yang berwenang menghukum secara hirarki. Pengajuan keberatan harus sudah dilakukan dalam jangka waktu empat belas hari terhitung mulai menerima keputusan tentang hukuman disiplin itu.

8. Pembebasan dari jabatan

Pegawai Negeri Sipil yang melanggar peraturan disiplin dapat dijatuhi hukuman disiplin berat berupa pembebasan dari jabatan. Pembebasan dari jabatan sebagai hukuman harus ditetapkan dengan surat keputusan pejabat yang berwenang menghukuman. Pembebasan dari jabatan berarti pula sebagai pencabutan segala wewenang yang melekat pada jabatan itu, sedangkan gajinya masih diterima secara penuh kecuali tunjangan jabatannya, yang bersangkutan baru dapat diangkat lagi dalam sesuatu jabatan setelah sekurang-kurangnya satu tahun menjalani hukuman berupa pembebasan dari jabatan itu, dengan dasar pemikiran bahwa dalam waktu satu tahun kiranya sudah cukup waktu untuk menilai apakah kepada yang bersangkutan sudah dapat diberi kepercayaan untuk memangku jabatan lain. Yang bersangkutan dapat mengajukan keberatan atas hukuman pembebasan dari jabatan itu dalam


(50)

menyebutkan alasan-alasannya dan disampaikan secara tertulis kepada atasan pejabat yang berwenang menghukum itu secara hirarkis.

9. Pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan sendiri.

Pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan sebagai jenis hukuman berat atas pelanggaran disiplin Pegawai Negeri Sipil harus ditetapkan juga dengan surat keputusan pejabat yang berwenang menghukum. Pegawai Negeri Sipil yang dijatuhi hukuman pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan sendiri diberikan hak-hak kepegawaian sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dalam surat keputusan pejabat tentang hukuman itu harus disebutkan dengan jelas tentang pelanggaran yang dilakukan oleh Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan. Pegawai Negeri Sipil yang dijatuhi hukuman pemberhentian tidak atas permintaan sendiri itu jika memenuhi syarat-syarat masa kerja dan usia pensiun menurut peraturan yang berlaku, diberikan hak pensiun. Selanjutnya penjatuhan hukuman berupa pemberhentian tidak atas permintaan sendiri dapat dibanding dengan surat keberatan dari Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan yang disampaikan kepada atasan pejabat yang berwenang menghukum secara hirarkis dalam jangka waktu empat belas hari dengan memberikan alasan-alasan keberatan tersebut.

10.Pemberhentian tidak dengan hormat

Hukuman disiplin yang terberat adalah pemberhentian tidak dengan hormat sebagai Pegawai Negeri Sipil. Penjatuhan hukuman menerima surat keberatan dengan surat keputusan pejabat yang berwenang menghukum. Pegawai Negeri Sipil yang dijatuhi hukuman pemberhentian dengan tidak hormat tidak diberikan hak-hak kepegawaian sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dalam surat keputusan pejabat tentang hukuman itu


(51)

yang bersangkutan. Pegawai Negeri Sipil yang dijatuhi hukuman pemberhentian tidak dengan hormat dapat dibanding dengan surat keberatan dari Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan yang disampaikan kepada atasan pejabat yang berwenang menghukum secara hirarkis dalam jangka waktu empat belas hari dengan memberikan alasan-alasan keberatan tersebut.

C. Pelaksanaan Putusan Hukuman Disiplin Pegawai Negeri Sipil

Menurut Peraturan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 21 tahun 2010 tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil, disebutkan bahwa Menurut Peraturan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 21 tahun 2010 tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil yang menentukan :

Pasal 23

(1) PNS yang diduga melakukan pelanggaran disiplin dipanggil secara tertulis oleh atasan langsung untuk dilakukan pemeriksaan.

(2) Pemanggilan kepada PNS yang diduga melakukan pelanggaran disiplin dilakukan paling lambat 7 (tujuh) hari kerja sebelum tanggal pemeriksaan.

(3) Apabila pada tanggal yang seharusnya yang bersangkutan diperiksa tidak hadir, maka dilakukan pemanggilan kedua paling lambat 7 (tujuh) hari kerja sejak tanggal seharusnya yang bersangkutan diperiksa pada pemanggilan pertama.

(4) Apabila pada tanggal pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) PNS yang bersangkutan tidak hadir juga maka pejabat yang berwenang menghukum menjatuhkan hukuman disiplin berdasarkan alat bukti dan keterangan yang ada tanpa dilakukan pemeriksaan.

Sebelum PNS dijatuhi hukuman disiplin setiap atasan langsung wajib memeriksa terlebih dahulu PNS yang diduga melakukan pelanggaran disiplin. Pemeriksaan dilakukan secara tertutup dan hasilnya dituangkan dalam bentuk berita acara pemeriksaan. Apabila menurut hasil


(52)

kewenangan:

a. Atasan langsung yang bersangkutan maka atasan langsung tersebut wajib menjatuhkan hukuman disiplin.

b. Pejabat yang lebih tinggi maka atasan langsung tersebut wajib melaporkan secara hierarki disertai berita acara pemeriksaan.

Khusus untuk pelanggaran disiplin yang ancaman hukumannya dapat dibentuk Tim Pemeriksa. Tim Pemeriksa terdiri dari atasan langsung, unsur pengawasan, dan unsur

kepegawaian atau pejabat lain yang ditunjuk. Tim Pemeriksa dibentuk oleh Pejabat Pembina Kepegawaian atau pejabat lain yang ditunjuk.

Apabila diperlukan, atasan langsung, Tim Pemeriksa atau pejabat yang berwenang menghukum dapat meminta keterangan dari orang lain. Dalam rangka kelancaran pemeriksaan, PNS yang diduga melakukan pelanggaran disiplin dan kemungkinan akan dijatuhi hukuman disiplin tingkat berat, dapat dibebaskan sementara dari tugas jabatannya oleh atasan langsung sejak yang bersangkutan diperiksa.

Pembebasan sementara dari tugas jabatannya berlaku sampai dengan ditetapkannya keputusan hukuman disiplin. PNS yang dibebaskan sementara dari tugas jabatannya tetap diberikan hak-hak kepegawaiannya sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Dalam hal atasan langsung tidak ada, maka pembebasan sementara dari jabatannya dilakukan oleh pejabat yang lebih tinggi.

Setiap penjatuhan hukuman disiplin ditetapkan dengan keputusan pejabat yang

berwenang menghukum. Keputusan sdisampaikan secara tertutup oleh pejabat yang berwenang menghukum atau pejabat lain yang ditunjuk kepada PNS yang bersangkutan serta tembusannya


(53)

paling lambat 14 (empat belas) hari kerja sejak keputusan ditetapkan. Dalam hal PNS yang dijatuhi hukuman disiplin tidak hadir pada saat penyampaian keputusan hukuman disiplin, keputusan dikirim kepada yang bersangkutan.

D. Kewenangan Menghukum Pegawai Negeri Sipil yang Melanggar Disiplin

Setiap hukuman disiplin dijatuhkan oleh pejabat yang berwenang menghukum sesuai tata cara tersebut dalam Surat Edaran Kepala Badan Administrasi Kepegawaian Negara Nomor 23/SE/1980 tanggal 30 Oktober 1980 tentang Peraturan Disiplin Pegawai Negeri Sipil. Pejabat Yang Berwenang Menghukum Pejabat yang berwenang menghukum adalah pejabat yang berwenang menjatuhkan hukuman disiplin. Ketentuan mengenai pejabat yang berwenang menghukum diatur dalam Pasal 15 Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010.

(1) Presiden menetapkan penjatuhan hukuman disiplin bagi PNS yang menduduki jabatan struktural eselon I dan jabatan lain yang pengangkatan dan pemberhentiannya menjadi wewenang Presiden untuk jenis hukuman disiplin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (4) huruf b, huruf c, huruf d, dan huruf e.

(2) Penjatuhan hukuman disiplin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan berdasarkan usul dari Pejabat Pembina Kepegawaian.

Pejabat Pembina Kepegawaian Pusat menetapkan penjatuhan hukuman disiplin bagi: 1. PNS yang menduduki jabatan:

a. Struktural eselon I di lingkungannya untuk jenis hukuman disiplin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2), ayat (3), ayat (4) huruf a.

b. Fungsional tertentu jenjang Utama di lingkungannya untuk jenis hukuman disiplin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2), ayat (3), ayat (4).


(54)

jenis hukuman disiplin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) huruf a, huruf d, dan huruf e.

d. Struktural eselon II dan fungsional tertentu jenjang Madya dan Penyelia di lingkungannya untuk jenis hukuman disiplin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (3) dan ayat (4).

e. Struktural eselon II di lingkungan instansi vertikal dan pejabat yang setara yang berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Pejabat Pembina Kepegawaian untuk jenis hukuman disiplin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2), ayat (3), dan ayat (4). f. Fungsional umum golongan ruang IV/a sampai dengan golongan ruang IV/c di

lingkungannya untuk jenis hukuman disiplin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (3) dan ayat (4) huruf a, huruf d, dan huruf e.

g. Struktural eselon III ke bawah, fungsional tertentu jenjang Muda dan Penyelia ke bawah di lingkungannya untuk jenis hukuman disiplin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (3) huruf c dan ayat (4).

h. Fungsional umum golongan ruang III/d ke bawah di lingkungannya untuk jenis hukuman disiplin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (3) huruf c dan ayat (4) huruf a, huruf d, dan huruf e.

2. PNS yang dipekerjakan di lingkungannya yang menduduki jabatan:

a. Struktural eselon I untuk jenis hukuman disiplin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2).

b. Fungsional tertentu jenjang Utama untuk jenis hukuman disiplin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2) dan ayat (4) huruf b dan huruf c.


(55)

disiplin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2).

d. Struktural eselon II ke bawah dan fungsional tertentu jenjang Madya dan Penyelia ke bawah untuk jenis hukuman disiplin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (4) huruf b dan huruf c.

3. PNS yang diperbantukan di lingkungannya yang menduduki jabatan:

a. Suktural eselon I untuk jenis hukuman disiplin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) huruf a.

b. Fngsional tertentu jenjang Utama untuk jenis hukuman disiplin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) huruf a, huruf b, dan huruf c

c. Fungsional umum golongan ruang IV/d dan golongan ruang IV/e untuk jenis hukuman disiplin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) huruf a. d. Struktural eselon II dan fungsional tertentu jenjang Madya untuk jenis hukuman disiplin

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (3) dan ayat (4) huruf a, huruf b, dan huruf c. e. Fungsional umum golongan ruang IV/a sampai dengan golongan ruang IV/c untuk jenis

hukuman disiplin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (3) dan ayat (4) huruf a. f. Struktural eselon III ke bawah dan fungsional tertentu jenjang Muda dan Penyelia ke

bawah untuk jenis hukuman disiplin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (3) huruf c dan ayat (4) huruf a, huruf b, dan huruf c.

g. Fungsional umum golongan ruang III/d ke bawah untuk jenis hukuman disiplin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (3) huruf c dan ayat (4) huruf a.

4. PNS yang dipekerjakan ke luar instansi induknya yang menduduki jabatan:


(56)

ayat (3) dan ayat (4) huruf a.

b. Struktural eselon II ke bawah dan fungsional tertentu jenjang Utama ke bawah untuk jenis hukuman disiplin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (3) dan ayat (4) huruf a, huruf d, dan huruf e

c. Fungsional umum golongan ruang IV/e ke bawah untuk jenis hukuman disiplin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (3) dan ayat (4) huruf a, huruf d, dan huruf e. 5. PNS yang diperbantukan ke luar instansi induknya yang menduduki jabatan structural eselon

II ke bawah, jabatan fungsional tertentu jenjang Utama ke bawah, dan jabatan fungsional umum golongan ruang IV/e ke bawah, untuk jenis hukuman disiplin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (4) huruf d dan huruf e.

a. PNS yang dipekerjakan atau diperbantukan pada Perwakilan Republik Indonesia di luar negeri, untuk jenis hukuman disiplin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (3) dan ayat (4) huruf a, huruf d, dan huruf e.

b. PNS yang dipekerjakan atau diperbantukan pada negara lain atau badan internasional, atau tugas di luar negeri, untuk jenis hukuman disiplin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) huruf a, huruf d, dan huruf e.

6. Pejabat struktural eselon I dan pejabat yang setara menetapkan penjatuhan hukuman disiplin bagi:

a. PNS yang menduduki jabatan:

1) struktural eselon II, fungsional tertentu jenjang Madya, dan fungsional umum golongan ruang IV/a sampai dengan golongan ruang IV/c di lingkungannya, untuk jenis hukuman disiplin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2).


(1)

kebijaksanaan management lainnya yang menurut pengalaman pada umumnya telah

menunjukkan keefektifan dalam mendorong dan memelihara semangat kerja pegawai yang baik. Keberhasilan pengawasan sangat ditentukan oleh kemauan pimpinan atau pemegang kebijakan untuk mengawasi para pegawainya dan kemauan mereka untuk memberikan sanksi kepada oknum yang bermasalah. Sanksi yang diterapkan dengan benar dapat menekan

penyimpangan yang dilakukan oleh pegawai Pengadilan Tata Usaha Negara dimana akan timbul efek jera bagi para pegawai yang melakukan kesalahan dan mencegah pegawai lainnya untuk melakukan kesalahan yang sama.

Pelatihan-pelatihan juga sangat diperlukan untuk membentuk kepribadian yang matang dan kedisiplinan yang tinggi. Pelatihan sebaiknya tidak hanya dilakukan oleh individu tertentu melainkan oleh seluruh pegawai. Dewasa ini juga sedang berkembang pelatihan di luar ruangan (outbound) yang bertujuan untuk membentuk kerja sama team dan meningkatkan tanggung jawab pribadi.

Pada akhirnya sebuah peraturan beserta sanksinya, dalam hal ini adalah sanksi administrasi Pegawai Negeri Sipil tidak akan berdampak besar dalam pembentukan aparatur yang bersih dan berwibawa bila tidak adanya kesadaran akan pentingnya kedisiplinan tersebut, tidak ditegakkannya hukum sebaik mungkin, tidak dilakukan pembinaan yang

berkesinambungan serta pengawasan yang ketat.

Segala macam kebijaksanaan itu tidak mempunyai arti kalau tidak didukung oleh disiplin oleh para pelaksananya. Disiplin dimulai dari diri pribadi, antara lain harus jujur pada dirinya


(2)

sendiri, tidak boleh menunda-nunda tugas dan kewajibannya dan memberikan yang terbaik bagi organisasinya.29

29

Hasil Wawancara dengan Panitera Sekretaris Pengadilan Tata Usaha Negara Medan, Tanggal 05


(3)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Penerapan Undang-Undang No.43 Tahun 1999 kaitannya dengan kedisiplinan Pegawai Negeri Sipil dilingkungan Pengadilan Tata Usaha Negara Medan adalah dalam rangka usaha untuk mencapai tujuan pembangunan nasional, sehingga diperlukan adanya Pegawai Negeri Sipil sebagai unsur aparatur negara, abdi negara dan abdi masyarakat yang penuh rasa tanggung jawab dalam melaksanakan tugas pemerintahan yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Untuk menciptakan pemerintahan yang baik, bersih dan bebas dari unsur KKN (Korupsi, Kolusi dan Nepotisme), kedisiplinan Pegawai Negeri Sipil merupakan hal yang penting dan perlu mendapatkan perhatian yang cukup dalam pelaksanaannya.

2. Penerapan sanksi dalam pelanggaran disiplin pegawai negeri sipil adalah dengan menjatuhkan hukuman terhadap Pegawai Negeri Sipil yang melakukan pelanggaran. Untuk meningkatkan pelaksanaan kedisiplinan Pegawai Negeri Sipil dilingkungan Pengadilan Tata Usaha Negara Medan dilakukan beberapa pendekatan antara lain : pembinaan pegawai pada segi operasional, pengawasan secara langsung maupun secara fungsional dan hal ini dimaksudkan untuk mencegah timbulnya berbagai penyimpangan yang dilakukan oleh para pegawai.


(4)

Usaha Negara Medan sering mendapat kendala dan hambatan seperti pada panjangnya proses yang harus ditempuh dalam pemberian sanksi tersebut. Penegakan disiplin juga harus terbentur oleh pihak lain yang berperkara seperti Penggugat dan Tergugat.

B. Saran

1. Agar adanya penegakan hukum yang lebih ketat terhadap pemberian sanksi administrasi disiplin hakim dan PNS dimana tidak hanya sebatas penegakan disiplin jam kerja saja namun mengenai kinerja juga.

2. Agar ada pembinaan dan pengawasan yang harus terus menerus dilakukan dan dikembangkan. Pada dasarnya setiap manusia tidak mau diawasi sehingga selalu ada orang yang berbuat sesuka hati. Karena itulah pengawasan sangat penting peranannya untuk menjaga agar setiap orang melaksanakan tugas-tugasnya dengan baik. Pelatihan mengenai kedisiplinan juga perlu dilakukan untuk merubah sikap para pegawai.

3. Agar ada pemberian tunjangan khusus kinerja yang sesuai dengan kinerja para pegawai. Pemberian tunjangan kinerja yang sama jumlahnya antara para pegawai yang memiliki golongan yang sama hendaknya ditinjau kembali. Akan lebih baik bila pemberian tunjangan tersebut benar-benar didasarkan kepada kinerja setiap individu tanpa memandang pangkat dan golongan sehingga setiap pegawai berpacu untuk menunjukkan kemampuan mereka dalam bekerja


(5)

DAFTAR PUSTSKA

A. Buku

Ambar Teguh Sulistiyani, Memahami Good Governance Dalam Perspektif Sumber Daya Manusia, Gaya Media, Yogyakart, 2004.

A.S. Moenir, Pendekatan Manusia dan Organisasi Terhadap Pembinaan Kepegawaian, Gunung Agung, Jakarta, 1983.

Astrid S. Susanto, Komunikasi Dalam Teori dan Praktek, Bina Aksara, Jakarta, 1974. Alex S. Nitisemito, Menegemen Sumber Saya Manusia, Sasmito Bross, Jakarta, 1980. Buchari Zainun, Organisasi dan Manajemen , Balai Aksara, Jakarta, 2002.

Hadiperwono, Tata Personalia, Djambatan, Medan, 2002.

I.G. Wursanto, Managemen Kepegawaian. Kenisisus, Yogyakarta, 1989.

I.S. Livine Teknik Memimpin Pegawai dan Pekerja. Terjemahan oleh Iral Soedjono, Cemerlang, Jakarta, 1980.

Kristian Widya Wicaksono, Administrasi dan Birokrasi Pemerintah, Graha Ilmu, Yogyakarta, 2006.

Marsono, Pembahasan Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1974 Tentang Pokok – Pokok Kepegawaian, PT. Ikhtiar Baru, Jakarta, 1974.

Moh. Mahfud, Hukum Kepegawaian Indonesia , Liberty, Yogyakarta, 1988.

M. Suparno, Rekayasa Pembangunan Watak dan Moral Bangsa, PT. Purel Mundial, Jakarta, 1992.

Mulyadi S., Ekonomi Sumber Daya Manusia Dalam Perspektif Pembangunan, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta., 2003.

Musanef, Pembinaan dan Pengawasan Pegawai Negeri Sipil, Sinar Grafika,2001. Nurlita Witarsa, Dasar-Dasar Produksi, Karunika, Jakarta, 1988.


(6)

Philipus M. Hadjon, dkk, Pengantar Hukum Administrasi Indonesia ( Introduction To The Indonesian Administrative Law ), Gadjah Mada University Press, Yogyakarta, 2008.

Sondang Siagian, Analisis Serta Perumusan Kebijaksanaan dan Strategi Organisasi Gunung Agung, Jakarta, 2005.

Slamet Saksono, Administrasi Kepegawaian, Kanisius, Yogyakarta, 1995.

SH. Sarundajang, Birokrasi Dalam Otonomi Daerah, PT. Surya Multi Grafika, Jakarta, 2003. Wirjo Surachmad, Wawasan Kerja Aparatur Negara, Pustaka Jaya, Jakarta, 1993.

B. Undang-Undang

Undang-Undang No.43 Tahun 1999 tentang Pegawai Negeri Sipil

Peraturan Pemerintah No 100 Tahun 2000 tentang Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil dalam Jabatan Struktural.


Dokumen yang terkait

Motif Etnis Tionghoa Bekerja sebagai Pegawai Negeri Studi Kasus pada PNS dan Polisi di Sumatera Utara)

1 45 135

Tinjauan Yuridis Tentang Pembentukan Aparatur yang Bersih dan Berwibawa dengan Pemberian Sanksi Administrasi Disiplin Terhadap Pegawai Negeri Sipil (Studi Tentang PNS di Pengadilan Tata Usaha Negara Medan)

0 51 98

Tata Cara Penerimaan Pegawai Negeri Sipil (PNS) Menurut Undang-Undang No. 43 Tahun 1999 Tentang Pokok-Pokok Kepegawaian

0 35 77

Perilaku Pegawai Negeri Sipil Dan Netralitas Birokrat Dalam Pemilihan Kepala Daerah Kota Medan 2010 (Studi PNS Kecamatan Medan Sunggal)

0 28 95

Penegakan Peraturan Disiplin Tentang Mentaati Ketentuan Jam Kerja Pegawai Negeri Sipil

0 17 1

Prosedur Mutasi Pegawai Negeri Sipil Dari Satu Daerah Ke Daerah Lain Berdasarkan Undang – Undang Nomor 05 Tahun 2014 Tentang Aparatur Sipil Negara ( Studi Di Pemerintah Kota Sibolga )

6 98 137

Penerimaan Pegawai Negeri Sipil dan Honorer Ditinjau dari Hukum Administrasi Negara (Studi Pemko Medan)

4 71 102

Pertanggung Jawaban Hukum Bagi Pegawai Negeri Sipil (Pns) Dalam Penyalahgunaan Wewenang Ditinjau Dari Prespektif Hukum Administrasi Negara

30 579 90

BAB II DISIPLIN KERJA PEGAWAI NEGERI SIPIL A. Pengertian Disiplin Pegawai Negeri Sipil - Tinjauan Yuridis Tentang Pembentukan Aparatur Yang Bersih Dan Berwibawa Dengan Pemberian Sanksi Administrasi Disiplin Tehradap Pegawai Negeri Sipil (Studi Tentang PNS

0 0 11

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Tinjauan Yuridis Tentang Pembentukan Aparatur Yang Bersih Dan Berwibawa Dengan Pemberian Sanksi Administrasi Disiplin Tehradap Pegawai Negeri Sipil (Studi Tentang PNS di Pengadilan Tata Usaha Negara Medan)

0 0 14