55
c. Mendorong siswa untuk berani mengemukakan pendapat serta
menyusun dalam bentuk kalimat yang bagus. d.
Memberi kesempatan kepada siswa untuk mengutarakan maksudnya dengan gaya bahasa dan caranya sendiri.
e. Dapat diketahui sejauh mana siswa mendalami sesuatu masalah yang
diteskan. Arikunto, 2002: 162-164.
3. Metode observasi
Metode observasi digunakan untuk mengetahui penerapan kelima prinsip PMR berjalan atau tidak dalam pembelajaran, baik yang terlihat
pada aktivitas guru maupun siswa. Observasi dilakukan oleh pengamat pada setiap pembelajaran.
E. Instrumen Penelitian
1. Materi dan bentuk tes
Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah pokok bahasan Segitiga dan Segiempat dengan sub pokok bahasan jajar genjang, persegi
panjang, persegi dan belah ketupat. Untuk mengetahui sejauh mana kemampuan pemecahan masalah siswa maka bentuk tes yang cocok untuk
digunakan adalah soal uraian. 2.
Metode penyusunan perangkat a.
Pembatasan terhadap bahan yang akan diteskan b.
Menentukan tipe soal
56
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keefektifan Pembelajaran Matematika Realistik PMR pada kemampuan
pemecahan masalah matematika siswa kelas VII SMP dalam penelitian ini mengambil pokok bahasan segitiga dan segiempat
dengan subpokok bahasan sifat, pengertian, keliling dan luas jajar genjang, persegi panjang, persegi dan belah ketupat. Kemampuan
pemecahan masalah matematik tidak hanya dilihat dari benar atau salah hasil perhitungan siswa dalam memecahkan masalah, tapi juga
dilihat dari kemampuan memahami masalah, merencanakan strategi penyelesaian, melaksanakan strategi penyelesaian dan memeriksa
kembali hasil yang telah diperoleh. Oleh karena itu, agar dapat mengetahui hasil kemampuan keempat hal tersebut,dalam penelitian
ini digunakan jenis soal uraian. c.
Kaidah penulisan butir soal 1.
Hendaknya soal-soal tes dapat meliputi ide-ide pokok dari bahan yang diteskan dan kalau mungkin disusun soal yang sifatnya
komprehensif. 2.
Hendaknya soal tidak mengambil kalimat-kalimat yang disalin langsung dari buku atau catatan.
3. Pada waktu menyusun, soal-soal itu sudah dilengkapi dengan kunci
jawaban serta pedoman penilaiannya.
57
4. Hendaknya diusahakan agar pertanyaannya bervariasi antara
”Jelaskan”, ”Mengapa”, ”Bagaimana”, ”Sejauh mana”, agar dapat diketahui lebih jauh penguasaan siswa terhadap bahan.
5. Hendaknya rumusan soal dibuat sedemikian rupa sehingga mudah
dipahami oleh tercoba. 6.
Hendaknya ditegaskan model jawaban apa yang dikehendaki oleh penyusun tes. Untuk itu pertanyaan tidak boleh terlalu umum, tetapi
harus spesifik. Arikunto, 2002: 162-164. 3.
Rancangan penelitian Dalam penelitian ini akan diketahui keefektifan PMR pada
kemampuan pemecahan masalah matematik pada siswa kelas VII SMPN 41 Semarang Tahun Ajaran 2006 2007. Setelah diketahui item soal yang
dipilih untuk dijadikan instrumen penelitian maka dilakukan treatmen pada kelas sampel. Perlakuan yang diberikan adalah kelas eksperimen dengan
PMR, sedangkan kelas kontrol dalam proses pembelajarannya dengan menggunakan pembelajaran konvensional. Setelah semua perlakuan
berakhir kemudian diberi tes. 4.
Pelaksanaan uji coba tes Setelah perangkat tes tersusun, kemudian diujicobakan pada kelas
uji coba yaitu kelas VII E SMPN 41 Semarang untuk diuji apakah butir- butir soal tersebut memenuhi kualifikasi soal yang baik dan dapat
digunakan.
58
5. Analisis perangkat tes
Sebelum soal tes digunakan, maka diadakan uji instrumen soal tes terlebih dahulu yang meliputi:
a. Uji validitas
Untuk menghitung validitas tiap butir soal digunakan rumus product moment, yaitu:
{ }
{ }
, Y
N Y
2 2
2 2
∑ ∑
∑ ∑
∑ ∑
∑
− −
− =
Y X
X N
X XY
N r
xy
Arikunto, 2002: 81
dengan r
xy
= koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y N = banyaknya peserta tes
X = jumlah skor item Y = jumlah skor total
Hasil perhitungan r
xy
dikonsultasikan pada tabel harga tabel product moment dengan taraf signifikasi 5. Jika r
xy
r
tabel
maka butir soal tersebut valid signifikan. Item yang tidak valid perlu direvisi atau
tidak digunakan Arikunto, 2002: 75. Soal uji coba yang diberikan sebanyak 5 butir, dan dari hasil uji
coba, semua butir soal valid, karena butir-butir soal tersebut mempunyai r
xy
lebih dari r
tabel.
Perhitungan analisis uji coba validitas soal dapat dilihat pada lampiran 9.
59
b. Uji Reliabilitas
Sebuah tes dikatakan reliabel apabila tes tersebut dapat memberikan hasil yang relatif tetap atau ajeg jika tes tersebut
digunakan pada kesempatan yang lain. Karena tes yang dilakukan merupakan tes bentuk uraian maka rumus yang digunakan untuk
mencari reliabilitas soal adalah rumus alpha, yaitu:
⎥ ⎥
⎥ ⎥
⎦ ⎤
⎢ ⎢
⎢ ⎢
⎣ ⎡ −
⎥⎦ ⎤
⎢⎣ ⎡
− =
∑
= 2
1 2
2 x
xx
1 r
x n
i i
n n
σ σ
σ
, Arikunto, 2002: 109
dengan r
xx
= reliabilitas yang dicari n = banyak butir soal
∑
2 x
σ = jumlah varians skor tiap-tiap item
2 x
σ = varians total
Nilai r
xx
yang diperoleh kemudian dikonsultasikan dengan nilai r product moment pada tabel dengan ketentuan jika r
xx
r
tabel
maka tes tersebut reliabel.
c. Taraf kesukaran
Untuk soal uraian, teknik perhitungan dengan menghitung berapa persen siswa yang gagal menjaawab benar atau ada di bawah batas
lulus passing grade untuk tiap-tiap item. Untuk menginterpretasikan
60
nilai taraf kesukaran itemnya dapat digunakan tolok ukur sebagai berikut:
1. Jika jumlah testi yang gagal mencapai 27, termasuk mudah.
2. Jika jumlah testi yang gagal antara 28 sampai dengan 72,
termasuk sedang. 3.
Jika jumlah testi yang gagal 72 ke atas, termasuk sukar. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:
TK =
N TG
x 100, Arifin, 1991: 135
dengan TK
= taraf kesukaran TG
= banyaknya testi yang gagal N
= banyaknya siswa Dari hasil uji coba, butir soal 2, 3 dan 4 termasuk dalam kategori
sedang, sedangkan butir 1 dan 5 termasuk dalam kategori mudah. Perhitungan analisis taraf kesukaran butir soal dapat dilihat pada
lampiran 9. d.
Daya Pembeda Teknik untuk menghitung daya pembeda bagi tes uraian adalah
dengan menghitung perbedaan dua buah rata-rata yaitu antara rata-rata data kelas atas dengan rata-rata kelas bawah untuk tiap item. Kelas atas
adalah 27 bagian atas dari peserta tes setelah nilai diurutkan dari
61
frekuensi besar ke frekuensi kecil, sedangkan kelas bawah adalah 27 bagian bawah. Rumus yang digunakan :
⎟ ⎟
⎠ ⎞
⎜ ⎜
⎝ ⎛
+ −
=
∑ ∑
1 -
n n
X X
ML MH
t
i i
2 2
2 1
, Arifin, 1991: 141
dengan t
= daya pembeda MH
= rata- rata dari kelas atas ML
= rata- rata dari kelas bawah
∑
2 1
X = jumlah kuadrat deviasi individual dari kelas atas
∑
2 2
X = jumlah kuadrat deviasi individual dari kelas bawah
n
i
= 27 x N , dengan N adalah jumlah peserta tes. Kemudian t
hitung
dibandingkan dengan t
tabel
, dengan nilai dk = n
1
– 1 + n
2
– 1 dan 5
∝= . Dengan kriteria: jika t
hitung
t
tabel
, maka daya pembeda soal tersebut signifikan. Arifin, 1995:141-142
Dari hasil analisis tersebut terlihat bahwa semua item soal yang diujicobakan layak untuk dipakai yaitu dengan kriteria valid dan
mempunyai daya pembeda yang tidak jelek sehingga soal tersebut dapat digunakan. Perhitungan analisis uji coba tes selengkapnya dapat
dilihat pada lampiran 9.
62
F. Metode Analisis Data