Eropa, kemudian tahun 1923 mulai mengeskpor minyak inti sawit sebesar 850 ton.
Pada masa pendudukan Belanda, perkebunan kelapa sawit mengalami perkembangan yang cukup pesat. Indonesia menggeser dominasi ekspor negara
Afrika pada waktu itu. Namun, kemajuan pesat yang dialami Indonesia tidak diikuti dengan peningkatan perekonomian nasional. Hasil perolehan ekspor
minyak sawit hanya meningkatkan perekonomian Negara asing termasuk Belanda.
Tim Penulis PS.2007
2.2. Minyak Kelapa Sawit
Kelapa sawit mengandung kurang lebih 80 persen perikrap dan 20 persen buah yang dilapisi kulit yang tipis, kadar minyak dalam perikrap sekitar 34-40
persen. Minyak kelapa sawit adalah lemak semi padat yang mempunyai komposisi asam lemak seperti pada tabel 2.2.1
Tabel 2.2.1. Komposisi asam lemak minyak sawit dan minyak inti kelapa sawit.
Sumber : ketaren 1986 Asam lemak
Minyak kelapa sawit persen Minyak inti sawit persen
Asam Kaprilat Asam kaproat
Asam laurat Asam Meristat
Asam Palmitat Asam Stearat
Asam Oleat Asam linolenat
- -
- 1.1 – 2.5
40 – 46 3.6 – 4.7
39 – 45 7 – 11
3 - 4 3 - 7
46 -52 14 - 17
6.5 - 6 1 – 2.5
13 - 19 0.5 – 2
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
1986. Bila lemak atau minyak dipanaskan dengan alkali, ester terkonversi menjadi gliserol dan garam dari asam lemak. Reaksi tersebut digambarkan disini
dengan penyabunan gliseril tripalmitat.
CH
2
O-C-CH
2 14
CH
3 O
CH
2
O-C-CH
2 14
CH
3 O
CHO-C-CH
2 14
CH
3 O
+ 3 Na
+
OH
-
kalor CH
2
OH CHOH
CH
2
OH +
3 CH
3
CH
2 14
C
O ONa
natrium palmitat sabun
gliserol gliseril tripalmitat
tripalmitin dari minyak sawit
Garam biasanya Natrium dari asam lemak berantai panjang dinamakan sabun Riswiyanto, 2009
2.3. Asam Lemak
Minyak kelapa sawit kasar mengandung asam lemak dalam jumlah cukup besar. Asam lemak tersebut berikatan dengan gliserol membentuk gliserida Corley,
1979. Karena asam-asam lemak terdapat 95 dari berat total molekul gliserida dan asam-asam lemak tersebut terdiri dari bagian yang reaktif, maka asam-asam
lemak sangat mempengaruhi karakteristik minyak. Moolayil, 1977
Asam lemak pada minyak kelapa sawit ada yang mempunyai rantai dengan ikatan tunggal saturatedasam lemak jenuh dan ada yang mempunyai
rantai dengan ikatan rangkap unsaturatedasam lemak tidak jenuh. Campuran asam lemak jenuh dan tidak jenuh tersebut dapat dipisahkan dengan cara
fraksinasi. Sifat fisik asam lemak tergantung pada berat molekul dan jenis
Universitas Sumatera Utara
ikatannya. Salah satu sifat fisik pada asam lemak adalah titik cair. Setiap asam lemak mempunyai titik cair yang berbeda-beda.
Faktor yang mempengaruhi titik cair asam lemak, antara lain panjang rantai karbon, jumlah ikatan rangkap, stereoisomerisasi ikatan rangkap, posisi
ikatan rangkap, percabangan asam lemak bebas, posisi asam lemak bebas dalam trigliserida, bentuk asimetrik, dan asam lemak dengan jumlah atom karbon ganjil
Selain itu, kombinasi asam lemak dalam bentuk monogliserida, digliserida, maupun trigliserida serta isomer-isomernya juga menyebabkan variasi
titik cair dari asam lemak tersebut Ketaren, 1986. Titik cair asam lemak pada umumnya naik dengan semakin panjangnya rantai karbon, tetapi kenaikannya
tidak linier. Titik cair asam lemak turun jika ketidakjenuhannya meningkat. Hal ini dikarenakan ikatan antarmolekul asam lemak tidak jenuh kurang kuat akibat
rantai pada ikatan rangkap tidak lurus. Semakin banyak ikatan rangkap, ikatan semakin lemah sehingga titik cairnya semakin rendah.
Winarno, 1997 dan Ketaren, 1986
Dibandingkan dengan asam lemak berkonfigurasi trans, bentuk cis pada umumnya mempunyai titik cair yang lebih rendah. Hal ini disebabkan secara
geometris, bentuk cis lebih mengubah bentuk keseluruhan asam lemak dari bentuk rantai lurus sehingga tidak mudah tersusun membentuk Kristal
Universitas Sumatera Utara
Minyak sawit memiliki dua komponen asam lemak yang terbesar yaitu asam palmitat dan asam oleat. Asam palmitat merupakan asam lemak rantai
panjang yang memiliki titik cair melting point yang tinggi, yaitu 64°C. Kandungan asam palmitat yang tinggi ini membuat minyak sawit lebih tahan
terhadap oksidasi ketengikan dibanding jenis minyak lain.
Asam oleat merupakan asam lemak tidak jenuh rantai panjang dengan panjang rantai C18 dan memiliki satu ikatan rangkap. Titik cair asam oleat lebih
rendah dibanding asam palmitat yaitu 14°C Ketaren, 1986. Sifat lain dari asam lemak adalah kelarutan. Asam lemak yang berantai pendek dapat larut dalam air.
Akan tetapi, semakin panjang rantai karbon asam-asam lemak, semakin kurang daya kelarutannya dalam air. Asam lemak dalam bentuk gliserida umumnya tidak
larut dalam pelarut yang mengandung air.
Suatu zat dapat larut dalam pelarut jika mempunyai nilai polaritas yang sama. Karena gliserida bersifat nonpolar, maka akan lebih mudah larut dalam
pelarut organik yang non polar, seperti benzena, eter, kloroform, atau heksana. Asam-asam lemak tidak jenuh lebih mudah larut dalam pelarut organic
dibandingkan dengan asam lemak jenuh. Sifat kelarutan ini dapat digunakan sebagai dasar pemisahan asam lemak dengan proses kristalisasi.
Fardiaz et al., 1992 dan Ketaren, 1986
Universitas Sumatera Utara
2.4. Pemurnian Minyak Sawit