1.2. Permasalahan
1. Berapa kadar kehilangan β-karoten pada CPO setelah proses refinery 2. Ditahap manakah β-karoten terpisah pada proses pemurnian minyak CPO
1.3. Tujuan Penelitian
1.
Untuk mengetahui kadar β-karoten pada Crude Palm Oil CPO dan produk hasil pemurnian minyak sawit
Refened Of Bleached Deodorized Palm Oil RBDPO,Bleached Palm Oil BPO dan
Palm Fatty Acid Distilate PFAD
2. Untuk mengetahui tahap kehilangan β-karoten pada CPO setelah melewati proses Refinary.
1.4 Manfaat Penulisan
Adapun Manfaat Penulisan KaryaIlmiah adalah : 1. Untuk memberikan informasi mengenai pentingnya β-karoten yang
terdapat pada minyak sawit. 2. Untuk memberikan informasi mengenai proses kehilangan kandungan β-
karoten pada peroses pemurnian CPO menjadi RBDPO
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Pada tahun 1911, kelapa sawit dimulai diusahakan dan dibudidayakan secara komersial dengan perintisnya di Hindia Belanda adalah Adrien Hallet,
seorang Belgia, yang lalu diikuti oleh K. Schadt. Perkebunan kelapa sawit pertama kali berlokasi di Pantai Timur Sumatera Utara Deli dan Aceh.
Semenjak era Orde Baru perluasan areal penanaman digalakkan, dipadukan dengan sistem PIR Perkebunan Pirindu Perkebunan PTPN III .
Perluasan area perkebunan kelapa sawit terus berlanjut akibat meningkatnya harga minyak bumi sehingga peran minyak nabati meningkat sebagai energi alternatif.
Beberapa pohon kelapa sawit yang ditaman di Kebun Raya Bogor hingga sekarang masih hidup, dengan ketinggian sekitar 12 m, dan merupakan kelapa
sawit tertua di Asia tenggara yang berasal dari Afrika Darmosarkoro,W.2003 .
Kelapa sawit pertama kali diperkenalkan di Indonesia oleh pemerintahan kolonial Belanda pad tahun 1848. Ketika itu ada empat batang bibit kelapa sawit
yang dibawa dari Mauritius dan Amsterdam dan ditaman di Kebun Raya Bogor. Tanaman kelapa sawit mulai diusahakan dan dibudidayakan secara komresial pd
tahun 1911. Perintis usaha kelapa sawit di Indonesia adalah Adrian Hallet, seorang Belgia yang telah belajar banyak tentang kelapa sawit di Afrika.
Budidaya yang dilakukannya diikuti oleh K. Schadt yang menandai lahirnya kelapa sawit di Indonesia. Sejak saat itu perkebunan kelapa sawit di Indonesia
mulai berkembang. Perkebunan kelapa sawit pertama berlokasi di pantai timur Sumatera
Deli dan Aceh. Luas areal perkebunanya mencapai 5.123 ha. Indonesia mulai mengekspor minyak sawit pada tahun 1919 sebesar 576 ton ke negara-negara
Universitas Sumatera Utara
Eropa, kemudian tahun 1923 mulai mengeskpor minyak inti sawit sebesar 850 ton.
Pada masa pendudukan Belanda, perkebunan kelapa sawit mengalami perkembangan yang cukup pesat. Indonesia menggeser dominasi ekspor negara
Afrika pada waktu itu. Namun, kemajuan pesat yang dialami Indonesia tidak diikuti dengan peningkatan perekonomian nasional. Hasil perolehan ekspor
minyak sawit hanya meningkatkan perekonomian Negara asing termasuk Belanda.
Tim Penulis PS.2007
2.2. Minyak Kelapa Sawit