Pemasangan tanpa koordinasi dengan operator

standar mutu barang yang berlaku, serta memberi kompensasi, ganti rugi danatau penggantian apabila barang yang diterima atau dimanfaatkan tidak sesuai dengan perjanjian. Pasal 8 secara jelas menyatakan bahwa pelaku usaha dilarang memproduksi danatau memperdagangkan barang yang tidak memenuhi atau tidak sesuai dengan standar yang dipersyaratkan dan ketentuan peraturan perundang- undangan. Pada pasal 10, pelaku usaha dalam menawarkan barang danatau jasa yang ditujukan untuk diperdagangkan dilarang menawarkan, mempromosikan, mengiklankan atau membuat pernyataan yang tidak benar atau menyesatkan mengenai kegunaan suatu barang. Bagi pelaku usaha yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 dapat dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 lima tahun atau pidana denda paling banyak Rp. 2.000.000.000.- Dua Milyar Rupiah. Pengawasan dan Penertiban Pengawasan dan penertiban harus dilakukan secara terus menerus terhadap pelaku usaha, seperti pabrikanimportirdistributorvendor perakitpenjual maupun pengguna yang melanggar peraturan dibidang sertifi kasi alat dan perangkat telekomunikasi dalam skala nasional. Pengawasan dan penertiban ini dilakukan sebagai langkah pencegahan adanya aktifi tas saling mengganggu interferensi frekuensi antar perangkat telekomunikasi yang berpotensi mengurangi kualitas layanan telekomunikasi QoS. serta untuk melindungi masyarakat dari kemungkinan kerugian yang ditimbulkan akibat pemakaian alat dan perangkat telekomunikasi illegal. Penggunaan repeater selular diperbolehkan sepanjang memenuhi persyaratan teknis, dalam hal ini telah melalui proses sertifi kasi di Ditjen SDPPI cq. Direktorat Standardisasi PPI. Bagi pabrikanimportirdistributor vendor yang memperdagangkan perangkat repeater selular diharuskan memiliki kerjasama dengan Operator Telekomunikasi terkait Surat Direktur Standardisasi PPI Nomor 770 DJSDPPI.5KOMINFOX2012 tanggal 8 Oktober 2012 dan bagi masyarakat diwajibkan menggunakan perangkat penguat sinyal repeater yang telah memiliki sertifi kat dari Ditjen SDPPI. Akibat penggunaan repeater yang dipasang tidak sesuai dengan spesifi kasi yang dipersyaratkan oleh pemerintah dan pengoperasiannya tanpa melakukan sinkronisasi teknis dengan operator seluler yang bersangkutan, repeater tersebut dapat menimbulkan interferensi pada jaringan telekomunikasi secara umum. Pengoperasian repeater tanpa izin dikategorikan sebagai praktek melawan hukum, melanggar beberapa ketentuan dalam UU No. 361999 tentang Telekomunikasi dan UU No. 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, bagi pelaku akan dikenakan sanksi baik secara pidana. Kesimpulan 1. Untuk perlindungan hukum terhadap pengguna jasa telekomunikasi yang dirugikan bagi pelaku yang melanggar adalah berupa pidana karena penggunaan repeater secara illegal oleh pelaku telah terbukti melanggar ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku baik Undang-Undang No. 36 tahun 1999 tentang Telekomunikasi, maupun Undang-Undang No. 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, sebagaimana terdapat pada Pasal 52 Undang-Undang No. 36 tahun 1999 tentang Telekomunikasi menyatakan “Barang siapa memperdagangkan, membuat, merakit, memasukkan, atau menggunakan perangkat telekomunikasi di wilayah negara Republik Indonesia yang tidak sesuai dengan persyaratan teknis sebagaimana diatur dalam pasal 32 1 dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 satu tahun dan atau denda paling banyak Rp 100.000.000,- seratus juta rupiah. Pasal 8 undang-undang No. 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen bagi pelaku usaha yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 lima tahun atau pidana denda paling banyak Rp.2.000.000.000.- Dua Milyar Rupiah; 2. Perlu dilakukan pengawasan dan penertiban terhadap pelaku pabrikanimpor tirdistributor vendorpenjual dan atau pengguna yang melanggar peraturan dibidang sertifi kasi alat dan perangkat telekomunikasi dalam skala nasional. Pengawasan dan penertiban ini dilakukan sebagai langkah pencegahan adanya aktivitas saling mengganggu interferensi frekuensi antar perangkat telekomunikasi yang berpotensi mengurangi kualitas layanan telekomunikasi QoS. Selain itu juga untuk melindungi masyarakat dari kemungkinan kerugian yang ditimbulkan akibat pemakaian alat dan perangkat telekomunikasi illegal; 3. Perlu dilakukan sosialisasi secara terus menerus kepada masyarakat bahwa penggunaan repeater secara illegal adalah merupakan suatu perbuatan melawan hukum, dan bagi para pelakunya dapat diancam dengan hukuman pidana; 4. Agar penggunaan repeater seluler secara illegal tidak semakin berkembang perlu dilakukan dengan cara membatasi para pihak tertentu saja yang berhak untuk penggunaan repeater seluler. Penulis adalah Staf pada Bagian Hukum dan Kerjasama INFO HUKUM 35