Laporan keuangan yang relevan yakni memiliki ketepatan waktu timeliness. Sehingga audit report lag sangat mempengaruhi ketepatan waktu penyampaian
laporan keuangan perusahaan yang telah diaudit. Semakin panjang audit report lag, berarti perusahaan akan semakin terlambat untuk menyampaikan laporan
keuangan kepada publik yang menunjukkan semakin lamanya auditor menyelesaikan pekerjaan audit. Berdasarkan Peraturan Badan Pengawas Pasar
Modal dan Lembaga Keuangan Nomor: X.K.2, Lampiran Keputusan Ketua Bapepam dan LK Nomor: Kep-346BL2011 tentang Penyampaian Laporan
Keuangan Berkala Emiten Atau Perusahaan Publik, menyatakan bahwa laporan keuangan tahunan disampaikan kepada Bapepam dan Lembaga Keuangan dan
diumumkan kepada publik paling lambat pada akhir bulan ketiga 90 hari setelah tanggal laporan keuangan tahunan. Ketepatan waktu menjadi hal penting karena
keputusan yang diambil oleh stakeholders bergantung pada informasi yang disediakan.
2.1.4 Reputasi Auditor
Menurut Saputri 2012 informasi keuangan dan kinerja perusahaan akan lebih dapat dipercaya apabila telah menggunakan jasa KAP. Lee et al., 2008
menyatakan bahwa KAP yang berafiliasi dengan Big Four lebih awal dalam menyelesaikan auditnya dibandingkan dengan KAP non-Big Four. Hal tersebut
dikarenakan KAP Big Four memiliki ketersediaan teknologi dan sumber daya manusia yang lebih spesialis sehingga membuat pekerjaan audit yang dilakukan
lebih efisien.
Adapun kategori Kantor Akuntan Publik yang berafiliasi dengan The Big Four di Indonesia, yaitu:
1 KAP Price Waterhouse Coopers, yang bekerja sama dengan KAP
Tanudiredja, Wibisana Rekan. 2
KAP KPMG Klynveld Peat Marwick Goerdeler, yang bekerja sama dengan KAP Siddharta dan Widjaja.
3 KAP Ernst Young, yang bekerja sama dengan KAP Purwantono,
Suherman dan Surja. 4
KAP Deloitte Touche Tohmatsu, yang bekerja sama dengan KAP Osman Bing Satrio.
KAP yang lebih besar memiliki reputasi dan kualitas audit lebih baik dari KAP kecil. Maka dapat disimpulkan bahwa perusahaan yang menggunakan jasa
KAP besar cenderung mengurangi audit report lag karena memiliki teknologi dan sumber daya manusia yang lebih banyak dibandingkan dengan reputasi dan
kualitas yang dimiliki KAP kecil Sutikno, 2015.
2.1.5 Tenure Audit
Tenure audit adalah jangka waktu sebuah kantor akuntan publik melakukan perikatan terhadap kliennya dalam memberikan jasa audit laporan
keuangan. Definisi lain tenure audit menurut Geiger dan Raghunandan 2002 adalah lamanya hubungan auditor dan klien yang diukur dengan jumlah tahun.
Peraturan mengenai jangka waktu perikatan audit diatur dalam Keputusan Menteri Keuangan Nomor 17PMK.01 tahun 2008 tentang Jasa Akuntan Publik yang
mengatur perihal pemberian jasa audit umum atas laporan keuangan suatu entitas dapat dilakukan oleh KAP paling lama 6 enam tahun buku berturut-turut dan
seorang Akuntan Publik paling lama untuk 3 tiga tahun buku berturut-turut. Pada tanggal 6 April 2015, pemerintah telah menerbitkan peraturan baru yaitu
Peraturan Pemerintah PP No. 20 Tahun 2015 tentang Praktik Akuntan Publik yang mengatur perihal pemberian jasa audit atas informasi keuangan historis
terhadap suatu entitas oleh seorang Akuntan Publik dibatasi paling lama untuk 5 lima tahun buku berturut-turut dan tidak ada pembatasan lagi untuk KAP.
Penelitian mengenai tenure audit dalam berbagai proxi telah banyak dilakukan, diantaranya adalah penelitian Geiger dan Raghunandan 2002
mengenai hubungan antara tenure audit terhadap kegagalan audit. Hasil dari penelitian tersebut membuktikan bahwa kegagalan audit lebih tinggi pada tahun
awal masa audit. Penelitian Lee et al., 2009 menguji kembali hubungan tenure audit dengan audit report lag pada lingkup penelitian yang lebih besar dilihat dari
penelitian 2000 hingga 2005 pada perusahaan yang merupakan klien dari berbagai KAP di Amerika Serikat. Penelitian tersebut menghasilkan kesimpulan bahwa
tenure audit terkait dengan tingkat efisiensi audit yang lebih tinggi, yakni berupa audit report lag yang pendek.
Pada umumnya, penjelasan yang dapat menguraikan hubungan negatif antara tenure audit dengan audit report lag dibangun berdasarkan argumen bahwa
auditor dengan tenure audit yang lebih pendek belum memiliki pemahaman yang mendalam dan memadai tentang perusahaan, sehingga memperbesar potensi
kegagalan audit yang dapat mengakibatkan durasi audit report lag yang lebih
panjang. Oleh karena itu, dibutuhkan rentang waktu khusus bagi auditor untuk membangun pemahaman atas karakteristik bisnis dan operasional perusahaan
pada masa awal perikatan audit Ardianti, 2013. Start-up dibutuhkan agar auditor menjadi lebih familiar dengan pencatatan, operasional, kendali internal, serta
kertas kerja working paper klien Ashton et al., 1987. Hal ini mengakibatkan auditor akan menghabiskan lebih banyak waktu dalam pelaksanaan proses audit
pada tahun-tahun awal perikatan audit dengan perusahaan Caramanis dan Lenox, 2008. Dengan demikian, pemahaman auditor atas karakteristik operasional
perusahaan menjadi lebih lengkap dan mendalam seiring peningkatan tenure audit Carcello dan Nagy, 2004.
2.1.6 Komite Audit