PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA TEKS BERITA MELALUI TEKNIK PEMODELAN PADA SISWA KELAS VIII-B SMP PGRI 4 LABUHAN RATU TAHUN PELAJARAN 2012/2013

(1)

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA TEKS BERITA MELALUI TEKNIK PEMODELAN PADA SISWA

KELAS VIII-B SMP PGRI 4 LABUHAN RATU TAHUN PELAJARAN 2012/2013

Oleh DALIMAN

Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pend. Bahasa dan Sastra Indonesia Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni

Fakultas Keguruan dan IlmuPendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS LAMPUNG

2013


(2)

ABSTRAK

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA TEKS BERITA MELALUI TEKNIK PEMODELAN PADA SISWA

KELAS VIII-B SMP PGRI 4 LABUHAN RATU TAHUN PELAJARAN 2012/2013

Oleh DALIMAN

Permasalahan dalam penelitian ini adalah rendahnya kemampuan membaca teks berita siswa SMP PGRI 4 Labuhan Ratu, Lampung Timur. Untuk mengatasi permasalahan ini, peneliti melakukan penelitian tindakan dengan cara penggunaan teknik pemodelan guna meningkatkan kemampuan membaca teks berita. Tujuan dalam penelitian ini adalah mendeskripsikan kemampuan membaca teks berita melalui teknik pemodelan, khususnya siswa kelas VIII-B SMP PGRI 4, Lampung Timur.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan (action research) yang dilakukan dalam dua siklus. Setiap siklus terdiri atas tahapan sebagai berikut: (1) perencanaan ; (2) tindakan; (3) pengamatan; dan (4) refleksi . Subjek dalam penelitian ini ialah siswa kelas VIII-B SMP PGRI 4, Lampung Timur tahun pelajaran 2012/ 2013 yang berjumlah 32 siswa, terdiri atas 17 laki-laki dan 15 perempuan.


(3)

rata nilai sebesar 64,58 atau meningkat sebesar 10%, sedangkan siswa yang tuntas 21 dari 32 siswa atau 65%. Selanjutnya kemampuan membaca teks berita pada siklus II diperoleh nilai rata-rata sebesar 72,39 dengan kategori baik atau mengalami peningkatan sebesar 20% dengan ketuntasan klasikal 27 siswa atau sebesar 85%.

Melihat data dan kompetensi yang diperoleh siswa dalam pembelajaran teks berita, keberhasilan telah mencapain indikator yang ditargetkan yaitu 85% siswa dengan telah memperoleh KKM yaitu 65,00, sehingga tindakan dilaksanakan hanya sampai pada siklus II dan tidak dilanjutkan pada siklus-siklus berikutnya. Dari hasil penelitian tindakan kelas ini dapat disimpulkan bahwa penggunaan teknik pemodelan dapat meningkatkan kemampuan membaca teks berita.


(4)

(5)

(6)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pembelajaran Bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa untuk berkomunikasi dalam Bahasa Indonesia, baik lisan maupun tulis serta menimbulkan penghargaan terhadap hasil cipta manusia. Selain itu keterampilan membaca merupakan salah satu dari aspek keterampilan berbahasa yang harus dikuasai oleh siswa.

Membaca merupakan salah satu keterampilan berbahasa. Di samping keteram-pilan menyimak, berbicara, dan menulis. Keempat keteramketeram-pilan itu merupakan kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Membaca merupakan kegiatan memahami bahasa tulis. Membaca merupakan kegiatan memaknai lambang-lambang bunyi. Pemaknaan itu akan dapat diwujudkan jika seseorang terlebih dahulu memahami fonologi dari lambang tersebut dan memahami makna morfologis dalam kaitan untaian kata pada suatu tata kalimat.

Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata atau bahasa tulis (Tarigan, 1986: 7). Proses membaca sangat kompleks dan rumit karena melibatkan beberapa aktivitas, baik berupa fisik maupun mental.


(7)

Membaca adalah komunikasi interaktif antara pembaca dan bacaan. Pembaca menggunakan latar belakang pengalaman dan pengetahuannya untuk memahami bahasa dalam bacaan. Kegiatan-kegiatan yang ditempuh dalam membaca adalah penggunaan pikiran atau penalaran termasuk ingatan.

Proses membaca terdiri atas beberapa aspek. Aspek-aspek tersebut adalah (a) aspek sensori, yaitu kemampuan untuk memahami simbol-simbol tertulis, (b) aspek perseptual, yaitu kemampuan untuk menginterpretasikan apa yang dilihat sebagai simbol, (c) aspek skemata, yaitu kemampuan menghubungkan informasi tertulis dengan struktur pengetahuan yang telah ada, (d) aspek berpikir, yaitu kemampuan membuat inferensi dan evaluasi dari materi yang dipelajari, (e) aspek afektif, yaitu aspek yang berkenaan dengan minat pembaca yang berpengaruh terhadap kegiatan membaca (Santosa, 2008: 6.3).

Tujuan setiap pembaca adalah memahami bacaan yang dibacanya. Dengan demikian, pemahaman merupakan faktor yang amat penting dalam membaca. Karena itu, di kelas membaca, proses memasukkan informasi dan pengetahuan ke dalam otak siswa harus terjadi. Kelas merupakan tempat memberikan kesempatan kepada siswa untuk memperoleh kejelasan tentang bagian-bagian bacaan yang belum dipahami sehingga terjadilah penambahan pengetahuan dalam dirinya.

Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Sekolah Menengah Pertama, tepatnya pembelajaran dengan Standar Kompetensi (SK 11) yaitu memahami ragam wacana tulis dengan membaca ekstensif, membaca intensif, dan membaca nyaring, dengan Kompetensi Dasar (KD 11.3) yaitu membaca teks berita dengan intonasi yang tepat serta artikulasi dan volume suara yang jelas,


(8)

dengan indikator: (1) mampu memberi tanda penjedaan teks berita, (2) mampu membacakan teks berita dengan intonasi yang tepat, artikulasi dan volume suara yang jelas, serta ekspresi yang sesuai dengan konteks. Dengan kompetensi ini siswa diharapkan dapat mencapai tujuan membaca.

Realitanya pembelajaran Bahasa Indonesia di SMP selama ini belum mendapat respon yang positif dari siswa pada umumnya, khususnya siswa SMP PGRI 4 Labuhan Ratu Kabupaten Lampung Timur, lebih-lebih pada kompetensi membaca nyaring khususnya membaca teks berita. Hal ini dibuktikan oleh hasil ulangan harian siswa, kemampuan siswa membaca teks berita masih rendah, lebih dari 70% siswa tidak mampu membaca teks berita. Dari 32 siswa hanya 4 siswa yang memiliki tingkat kemampuan baik, dengan persentase 12,5%, 6 siswa memiliki tingkat kemampuan cukup dengan persentase 18,7%, 22 siswa memiliki tingkat kemampuan kurang dengan persentase 70,4%.

Kesulitan yang dialami siswa dalam pembelajaran membaca teks berita di antaranya, siswa sulit menetukan penjedaan teks berita sehingga dalam membaca teks berita tidak komunikatif, pengalamanya membaca dan kemampuannya menguasai pengetahuan yang berkaitan dengan aspek-aspek kebahasaan, misalnya intonasi, volume suara, dan ekspresi. Selain itu perencanaan, strategi pembelajaran yang dipilih guru kurang melibatkan siswa secara langsung dan kurang menyenangkan karena bersifat monoton.

Guru masih terikat pada pola pembelajaran tradisional dan monoton. Kondisi seperti ini dapat menghambat para siswa untuk aktif dan kreatif sehingga menyebabkan rendahnya kualitas siswa. Sistem pembelajaran dengan pendekatan


(9)

tradisional yang masih diterapkan guru tidak mampu menciptakan anak didik yang diidamkan, terutama untuk bidang keterampilan membaca. Hal ini karena guru mendominasi dalam pembelajaran dengan pendekatan tradisional lebih menonjol dan dikuasai guru sehingga keterlibatan siswa kurang mendapat tempat. Guru lebih banyak mendominasi sebagian besar aktivitas proses belajar-mengajar sehingga para siswa cenderung pasif. Fenomena inilah yang peneliti jumpai saat melaksanakan observasi di kelas VIII SMP PGRI 4 Labuhan Ratu Kabupaten Lampung Timur. Jika keadaan tersebut terus berlanjut, tanpa ada solusi penanggulangannya secara tepat dikhawatirkan lama-kelamaan akan menurunkan kemampuan dan kualitas siswa dalam membaca. Padahal pembelajaran membaca di Sekolah Menengah Pertama merupakan salah satu bidang garapan pembelajaran Bahasa Indonesia yang memegang peranan penting. Maksudnya tanpa memiliki keterampilan membaca yang memadai siswa Sekolah Menengah Pertama akan mengalami kesulitan di kemudian hari, bukan saja bagi pelajaran Bahasa Indonesia tetapi juga bagi pelajaran yang lain. Kelemahan siswa kelas VIII SMP PGRI Labuhan Ratu dalam membaca teks berita adalah volume suara siswa yang terlalu rendah sehingga sulit atau tidak kedengaran oleh seluruh siswa di dalam kelas serta penjedaan siswa yang masih kurang tepat.

Pemilihan strategi dan pendekatan yang tepat dalam pembelajaran merupakan hal yang harus betul-betul dipertimbangkan oleh guru agar tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan dapat mencapai sasaran. Pada kesempatan ini penulis menggunakan strategi pemodelan dalam proses belajar mengajar. Karena pemodelan adalah suatu proses untuk memperoleh dan mendapatkan informasi


(10)

melalui permasalahan yang ada. Guru harus selalu merancang kegiatan yang merujuk pada kegiatan menemukan.

Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti merasa perlu mengadakan penelitian

tindakan kelas tentang” Peningkatan Kemampuan Membaca Teks Berita Melalui Teknik Pemodelan pada Siswa Kelas VIII SMP PGRI 4 Labuhan Ratu, Kabupaten

Lampung Timur Tahun Pelajaran 2012/2013”.

1.2 Perumusan Masalah

Bertolak dari uraian di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini ada dua yakni secara khusus dan secara umum. Rumusan masalah secara khusus adalah sebagai

berikut “Bagaimanakah peningkatan kemampuan membaca teks berita melalui teknik pemodelan pada siswa kelas VIII SMP PGRI 4 Labuhan Ratu, Lampung Timur Tahun Pelajaran 2012/2013?”

Selanjutnya, secara lebih rinci rumusan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut. 1. Bagaimanakah peningkatan perencanaan pembelajaran kemampuan

membaca teks berita melalui teknik pemodelan pada siswa kelas VIII SMP PGRI 4 Labuhan Ratu, Lampung Timur Tahun Pelajaran 2012/2013?

2. Bagaimanakah peningkatan pelaksanaan pembelajaran kemampuan membaca teks berita melalui teknik pemodelan pada siswa kelas VIII SMP PGRI 4 Labuhan Ratu, Lampung Timur Tahun Pelajaran 2012/2013?

3. Bagaimanakah peningkatan penilaian pembelajaran kemampuan membaca teks berita melalui teknik pemodelan pada siswa kelas VIII SMP PGRI 4 Labuhan Ratu, Lampung Timur Tahun Pelajaran 2012/2013?


(11)

1.3 Tujuan Penelitian Tindakan

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini dibagi dua yakni khusus dan umum. Penelitian tindakan ini tujuan khusus adalah untuk mendeskripsikan peningkatan kemampuan membaca teks berita melalui teknik pemodelan pada siswa kelas VIII SMP PGRI 4 Labuhan Ratu, Lampung Timur Tahun Pelajaran 2012/2013?

Selanjutnya tujuan secara lebih rinci dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Mendeskripsikan peningkatan perencanaan pembelajaran kemampuan

membaca teks berita melalui teknik pemodelan pada siswa kelas VIII SMP PGRI 4 Labuhan Ratu, Lampung Timur Tahun Pelajaran 2012/2013?

2. Mendeskripsikan peningkatan pelaksanaan pembelajaran kemampuan membaca teks berita melalui teknik pemodelan pada siswa kelas VIII SMP PGRI 4 Labuhan Ratu, Lampung Timur Tahun Pelajaran 2012/2013?

3. Mendeskripsikan peningkatan penilaian kemampuan membaca teks berita melalui teknik pemodelan pada siswa kelas VIII SMP PGRI 4 Labuhan Ratu, Lampung Timur Tahun Pelajaran 2012/2013?

1.3 Manfaat Penelitian

Penelitian yang dilakukan oleh guru dalam pembelajaran di kelas memiliki manfaat yang penting. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat praktis sebagai berikut.


(12)

A. Bagi Siswa

Penelitian ini diharapkan dapat membantu siswa dalam menuangkan ide, gagasan, kretifitas pada saat menyimak dan meningkatkan kompetensi membaca teks berita.

B. Bagi Guru

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pengetahuan tentang cara mendesain, mengembangkan, mengelola dan mengevaluasi proses pembelajaran. Pengetahuan ini diharapkan dapat memberikan alternatif pembelajaran membaca.

C. Bagi Sekolah

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan ide untuk memecahkan masalah pembelajaran membaca di kelas sehingga akan membantu teciptanya suasana pembelajaran yang aktif, inovatif, kondusif, dan menyenangkan.


(13)

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Pembelajaran Keterampilan Berbahasa

Keterampilan berbahasa terdiri atas keterampilan berbahasa tulis dan keterampilan berbahasa lisan (Santosa, 2009: 6.1). Keterampilan berbahasa tulis terdiri dari keterampilan membaca dan menulis, sedangkan keterampilan berbahasa lisan terdiri dari keterampilan menyimak dan berbicara. Membaca merupakan kegiatan memahami bahasa tulis, sedangkan menulis adalah kegiatan menggunakan bahasa tulis sebagai sarana untuk mengungkapkan gagasan (Santosa, 2009: 6.3).

2.1.1 Pembelajaran Keterampilan Membaca

Keterampilan berbahasa terdiri dari keterampilan berbahasa tulis dan keterampilan berbahasa lisan (Santosa, 2009: 6.1). Keterampilan berbahsa tulis terdiri dari keterampilan membaca dan menulis sedangkan keterampilan berbahasa lisan mendengarkan dan berbicara. Klasifikasi seperti ini, dibuat berdasarkan pendekatan komunikatif. Implikasinya, pembelajaran bahasa harus difokuskan pada kemampuan siswa memahami dan menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi dalam kehidupan sehari-hari.

Pembelajaran membaca diselenggarakan dalam rangka pengembangan kemampuan membaca yang mutlak harus dimiliki oleh setiap warga negara agar


(14)

dapat mengembangkan diri secara berkelanjutan. Melalui pembelajaran membaca, siswa diharapkan memperoleh dasar-dasar kemampuan di samping kemampuan menulis dan menghitung, serta kemampuan esensial lainnya. Dengan dasar kemampuan itu, siswa dapat menyerap berbagai pengetahuan yang sebagian besar disampaikan melalui tulisan.

2.1.2 Pengertian Keterampilan Membaca

Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata/bahasa tulis (Tarigan, 1986: 7). Membaca merupakan kegiatan memahami bahasa tulis (Santosa, 2009: 6.3). Membaca merupakan kegiatan memaknai lambang-lambang bunyi atau lambang ortografis tertulis dalam kegiatan berbahasa (Kusmana, 2011: 73).

Membaca ialah memahami pola-pola bahasa dari gambaran tertulisnya (Lado dalam Tarigan, 1986: 9). Menurut Wiryodirjo dalam Kusmana (2011: 74) membaca ialah mengucapkan kata-kata dan perolehan arti dari barang cetakan. Kegiatan ini melibatkan analisis dan pengorganisasian berbagai keterampilan yang kompleks.

Dari beberapa teori tentang membaca penulis mengacu pada Tarigan (1986: 7), yang berpendapat bahwa membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata/bahasa tulis.


(15)

2.1.3 Tujuan Membaca

Menurut Tarigan (1986: 9) mengemukakan tujuan membaca yaitu mencari serta memperoleh informasi, mencakup isi, memahami makna bacaan. Pembelajaran membaca harus mempunyai tujuan yang jelas. Menurut Santosa (2009: 6.5) tujuan yang dimaksud meliputi;

1. menikmati keindahan yang terkandung dalam bacaan;

2. membaca bersuara untuk memberikan kesempatan kepada siswa menikmati bacaan;

3. menggunakan strategi tertentu untuk memahami bacaan;

4. menggali simpanan pengetahuan atau skemata siswa tentang suatu topik; 5. menghubungkan pengetahuan baru dengan skemata siswa;

6. mencari informasi untuk pembuatan laporan yang akan disampaikan dengan lisan ataupun tulisan;

7. melakukan penguatan atau penolakan terhadap ramalan-ramalan yang dibuat siswa sebelum melakukan perbuatan membaca;

8. memberikan kesempatan kepada siswa melakukan eksperimentasi untuk meneliti sesuatu yang dipaparkan dalam sebuah bacaan;

9. mempelajari struktur bacaan;

10. menjawab pertanyaan khusus yang dikembangkan oleh guru atau sengaja diberikan oleh penulis bacaan.

2.1.4 Jenis-Jenis Membaca

Ada beberapa jenis kemampuan membaca yaitu membaca nyaring (reading out lud), membaca bersuara (oral reading), membaca lisan (reading aloud), dan membaca dalam hati (silent reading). Aktivitas membaca nyaring direlisasikan


(16)

dengan bentuk membaca cerita, membaca puisi, membaca teks drama. Adapun membaca dalam hati dibagi menjadi dua yaitu membaca ekstensif dan intensif. Membaca ekstensif terdiri dari membaca survei, sekilas, dangkal. Membaca intensif terdiri dari membaca telaah isi dan telaah bahasa. Membaca telaah isi mencakup membaca teliti, membaca pemahaman, kritis, dan ide-ide. Membaca telaah bahasa mencakup membaca bahasa dan sastra (Tarigan, 1986: 13).

Menurut Kusmana (2011: 75) jenis-jenis membaca dapat dilakukan berdasarkan aktivitas yang harus dilakukan oleh pembaca. Oleh karena itu, jenis-jenis membaca yang sering dilakukan pembaca adalah membaca nyaring, membaca pemahaman yang terdiri atas membaca intensif dan membaca ektensif, membaca cepat (skimming) dan membaca sekilas (scanning). Dalam standar isi (Permendiknas Nomor 22/2006) sebagai dasar bagi pembuatan kurikulum sekolah, kompetensi-kompetensi dasar membaca yang harus dimiliki peserta didik adalah membaca nyaring, membaca intensif, membaca ekstensif, membaca memindai, dan membaca cepat.

2.2Membaca Nyaring

Ditinjau dari segi terdengar atau tidaknya suara si pembaca waktu dia membaca maka proses membaca menurut Tarigan (1986: 22) dapat dibagi atas:

a) membaca nyaring, membaca bersuara, membaca lisan (reading out loud; oral reading; reading aloud);


(17)

2.2.1 Pengertian Membaca Nyaring

Pada membaca dalam hati, kita hanya mempergunakan ingatan visual (atau visual memory). Dalam hal ini yang aktif adalah mata (pandangan; penglihatan) dan ingatan. Sedangkan pada membaca nyaring, selain penglihatan dan ingatan, juga turut aktif auditory memory (ingatan pendengaran) dan motor memory (ingatan yang bersangkut paut dengan otot-otot kita) (Moulton dalam Tarigan, 1986: 22). Membaca nyaring adalah suatu aktivitas atau kegiatan yang merupakan alat bagi guru, murid, ataupun pembaca bersama-sama dengan orang lain atau pendengar untuk menangkap serta memahami informasi, pikiran dan perasaan seseorang pengarang (Tarigan, 1986: 22).

Menurut Kusmana (2011: 75) penekanan membaca nyaring adalah pengucapan lafal, intonasi frasa, informasi kalimat, serta memahami isi bacaan tersebut. Oleh karena itu, tujuan utama pengembangan kompetensi membaca nyaring adalah mengomunikasikan isi bacaan, sehingga pembaca bukan hanya dituntut mampu malafalkan dengan suara nyaring lambang-lambang bunyi bahasa, melainkan juga dituntut harus mampu melakukan proses pengolahan pesan atau muatan makna yang terkandung dalam lambang-lambang bunyi bahasa tersebut

2.2.2 Langkah-Langkah Membaca Nyaring

Kesulitan dalam membaca nyaring dapat dilihat dari organ-organ tubuh yang turut beraktivitas. Dalam membaca dalam hati hanya menggunakan ingatan visaual. Dalam hal ini yang aktif adalah mata (pandangan atau penglihatan dan ingatan), sedangkan dalam membaca nyaring selain penglihatan dan ingatan turut aktif juga ingatan pendengaran, seperti alat-alat ucap. Oleh karena itu, untuk memiliki


(18)

kemampuan membaca nyaring sangat mutlak diperlukan adanya latihan secara terencana dan sungguh-sungguh.

Menurut Kusmana (2011: 76) hal-hal yang perlu diperhatikan oleh pembaca nyaring adalah sebagai berikut:

1. mengerti makna dan pesan yang terkandung dalam bahan bacaan; 2. memiliki kemampuan menafsirkan lambang-lambang grafika; 3. membagi pandangan, untuk bacaan dan pendengar; dan

4. melafalkan lambang bunyi dengan artikulasi, nada, dan jeda yang baik dan tepat agar jelas.

Menurut Tarigan (1986: 26) untuk membantu para pendengar menangkap serta memahami maksud sang pembaca, maka sang pembaca biasanya mempergunakan berbagai cara, antara lain:

a) dia menyoroti ide-ide baru dengan mempergunakan penekanan yang jelas; b) dia menjelaskan perubahan dari satu ide ke ide lainnya;

c) dia menerangkan kesatuan-kesatuan pikiran di dalam satu kalimat dengan penyusunan kata-kata yang tepat dan baik;

d) menghubungkan ide-ide yang bertautan dengan jalan menjaga suaranya agar tinggi sampai akhir dan tujuan tercapai;

e) menjelaskan klimaks-klimaks dengan gaya dan daya ekspresi yang baik dan tepat.

2.2.3 Syarat-Syarat Membaca Teks Berita

Dalam membaca sebuah teks berita, ada beberapa rambu yang harus diperhatikan agar tujuan membaca dapat tersampaikan. Berikut ini ada beberapa aspek yang


(19)

perlu diperhatikan dalam membaca teks berita meliputi intonasi, lafal, mimik dan jeda, ekspresi dan mimik. Aspek tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.

1) Intonasi

Intonasi adalah kerja sama antara nada, tekanan, durasi dan penghentian-penghentian yang menyertai suatu tutur dari awal sampai penghentian-penghentian akhir (Keraf dalam Santosa, 2009: 4.7). Intonasi bukan merupakan gejala tunggal, tetapi merupakan perpaduan antara bermacam-macam gejala yang meliputi tekanan, nada, durasi (penjang pendek), penghentian. Landasan intonasi adalah rangkaian nada yang diwarnai oleh tekanan, durasi, penghentian, suara menaik, merata, dan merendah. Intonasi yaitu gabungan antara nada, tempo dan rima pada waktu kita membaca puisi. Menurut Depdiknas (2005: 254) intonasi adalah tinggi rendah, panjang pendek, dan naik turunnya suara. Intonasi adalah lagu kalimat (Iskandar dkk, 2007: 126). Dengan intonasi yang tepat dalam membaca maka pembicaraan akan dapat dipahami.

Contoh: Ibu kehilangan dompet. (intonasi berita) Di mana Jahro tinggal? (intonasi tanya)

Mari, mengisi teka teki silang! (intonasi ajakan) Jawablah teka teki berikut! (intonasi perintah) O, tidak begitu! (seruan)

2) Pelafalan/Pengucapan

Menurut Depdiknas (2005: 357) melafalkan berarti mengucapkan kata-kata. Ketepatan pelafalan adalah tepat dalam mengucapkan bunyi-bunyi bahasa. Pelafalan dengan artikulasi yang kurang tepat dapat mengalihkan perhatian


(20)

pendengar, menimbulkan kebosanan, kurang menyenangkan dan kurang menarik. Menurut (Suyatno dkk, 2008: 50) kata-kata ada yang harus diucapkan dengan nada tinggi, datar, atau rendah. Perhatikan tanda berikut!

Tanda : nada suara tinggi. Tanda : nada suara datar. Tanda : nada suara menurun.

Selain hal-hal di atas, dalam pengucapan membaca berita perlu memperhatikan tekanan dan ritme. Tekanan ada tiga macam, yaitu dinamik, nada, dan tempo. Tekanan dinamik adalah tekanan kuat atau lemmahnya pengucapan. Tekanan nada adalah tekanan tinggi, rendah, atau sedang. Adapun tempo adalah cepat atau lambatnya pengucapan.

3) Jeda

Jeda adalah pemenggalan sebuah kalimat atau dapat pula diartikan pemberhentian atau kesenyapan. Agar dapat menempatkan jeda yang baik, hal yang perlu dilakukan dalam membaca berita harus memperhatikan tanda koma (,) dan tanda titik (.). Tanda koma, artinya pembacaan berhenti sebentar. Tanda titik, artinya pembacaan berhenti agak lama sedangkan dalam membaca puisi yaitu menandai tempo sesuatu yang dibaca dan membagi menjadi beberapa frase. Tanda jeda terbagi menjadi tiga, yaitu ( / ) digunakan untuk jarak satu hembusan nafas atau satu ketukan (digunakan antar kalimat dalam frase yang dilagukan dengan intonasi naik), ( // ) digunakan untuk tempo dua ucapan ketukan (digunakan antar frase dalam klausa dan dilagukan dengan intonasi naik) dan ( # ) digunakan dalam kalimat antar wacana (dilagukan dengan intonasi turun atau berhenti).


(21)

Contoh: Bibi/ Umi pergi ke mana? (yang pergi Umi, bukan bibi) Bibi Umi/ pergi ke mana? (yang pergi bibi)

4) Ekspresi dan Mimik

Ekspresi adalah pandangan air muka yang memperlihatkan perasaan seseorang (Suyatno dkk, 2008: 167). Ekspresi dan gerak mimik adalah penjiwaan dipadukan dengan gerak anggota tubuh khususnya wajah, sehingga ekspresi dan mimik sangatlah penting dan harus dipancarkan pada sinar wajah si pembaca. Gerak tubuh dan ekspresi wajah yang sesuai dengan makna katanya. Misalnya, sedih, haru, dan gembira. Menurut Suyatno dkk, (2008: 106) mimik merupakan ekspresi wajah ketika sedang berbicara. Mimik dan gerak anggota tubuh, misalnya, tangan, bahu, dan kepala sangat membantu dalam membaca berita. Membaca berita akan lebih hidup jika disampaikan dengan penuh ekspresi disertai gerak yang wajar, sesuai dengan makna kalimat yang disampaikan.

Dari beberapa pendapat tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa aspek yang dinilai pada membaca teks berita adalah intonasi, pelafalan/pengucapan, penjedaan, dan ekspresi dan mimik.

2.2.4 Cara Membaca Berita Yang Baik

Dalam membaca berita yang baik, harus memerhatikan hal-hal berikut ini. 1. Menggunakan lafal atau ucapan sesuai dengan bunyi bahasa yang tepat. 2. Memerhatikan artikulasi tiap-tiap fonem secara jelas.


(22)

4. Memerhatikan setiap tanda baca yang ada dalam naskah berita. (http://www.fendysastra.blogspot.com/)

Selain itu, jika membacakan sebuah berita di televisi, maka juga harus memerhatikan beberapa hal:

1. Berpenampilan wajar, rapi, dan bersih.

2. Bersikap tenang, tidak gugup, dan penuh rasa percaya diri.

3. Menghindari gerakan-gerakan yang tidak perlu, seperti gerakan tangan, kepala, dan anggota tubuh yang lain secara berlebihan.

4. Pandangan mata tidak terpaku pada naskah yang sedang dibaca, sesekali ditujukan ke arah penonton (http://www.fendysastra.blogspot.com/).

2.3 Berita

2.3.1 Pengertian berita

Kata berita sebenarnya berasal dari bahasa sansekerta "virit" atau dalam Bahasa Inggris disebut "write" yang sebenarnya berarti "kejadian atau ada". Beberapa orang juga ada yang meyebut kata ini dengan kata "vritta" yakni "kejadian" atau "yang sering terjadi". Teks berita adalah uraian yang memberikan informasi kepada pembaca (Anipudin dkk, 2007: 68).

Berita merupakan bentuk laporan tentang suatu kejadian yang sedang terjadi baru baru ini atau keterangan terbaru dari suatu peristiwa. Dengan kata lain berita adalah fakta menarik atau sesuatu hal yang penting yang disampaikan pada masyarakat orang banyak melalui media. Tapi tidak semua fakta bisa diangkat menjadi suatu berita oleh media. Karena setiap fakta akan dipilih mana yang pantas untuk disampaikan pada masyarakat.


(23)

2.3.2 Jenis -Jenis Berita

Berdasarkan isi berita, suatu berita bisa dibedakan atas berita langsung, berita ringan, berita kisah, dan laporan (Prihmantoro, 2008: 24).

1. Berita langsung adalah tulisan atau berita yang disajikan secara langsung atas peristiwa yang terjadi tiba-tiba sehingga wartawan langsung menyajikan informasi tentang fakta yang diketahuinya.

2. Berita ringan ditulis karena fakta yang diperoleh sangat menarik, tetapi tidak bermanfaat langsung bagi pembaca, meskipun faktanya baru saja terjadi.

3. Berita kisah menceritakan tentang hal bersifat manusiawi atau human interst yang ditemukan dalam sebuah fakta. Pembaca dapat tersentuh hantinya, lalu menghayati dan bercermin atas peristiwa tersebut. Berita ini biasanya tidak harus aktual. Misalnya, mengenai suka duka nara sumber.

4. Laporan yaitu pemaparan wartawan atau pengalaman orang lain yang ditulis secara lengkap menjadi berita.

Jenis-jenis berita yang di kenal dalam dunia jurnalistik adalah sebagai berikut: a. Straight news adalah Berita langsung apa adanya. di tulis secara singkat

dan lugas.

b. Depth news adalah Berita mendalam di kembangkan dengan pendalaman hal-hal yang ada di bawah suatu permukaan.

c. Investigation news adalah Berita yang di kembangkan berdasarkan penelitian atau penyelidikan dari berbagai sumber.

d. Interpretative news adalah Berita yang di kembangkan dengan pendapat atau penilaian penulisnya/reporter.


(24)

e. Opinion news adalah Berita mengenai pendapat seseorang seperti tokoh,ahli,cendekiawan mengebai sesuatu.

2.3.3 Unsur berita

Menurut Anipudin (2007: 68) unsur penting dalam sebuah berita adalah 5W + 1H

yaitu merupakan singkatan dari “what, who, when, where, why, how,”

Penjelasan dari 5w + 1H adalah :

WHAT = (Apa) topik dari suatu berita tersebut apakah kejadian atau peristiwa. WHO = (Siapa) pelaku penting dalam peristiwa tersebut.

WHEN = (Kapan) peristiwa itu berlangsung.

WHERE = (Dimana) tempat kejadian peristiwa tersebut.

WHY = (kenapa) yaitu pertanyaan untuk mengetahui bagaimana sebuah peristiwa dapat terjadi.

HOW = (Bagaimana) kejadian itu dapat terjadi.

Untuk mengumpulkan fakta, rumusan atau 5 kata tanya tersebut harus sudah terbenam dalam benak wartawan atau pencari berita. Dengan demikian, ketika bertemu dengan sebuah peristiwa ataupun nara sumber (sumber berita) maka semua pertanyaan itu harus dilontarkan kepada nara sumber secara lisan dan dijawab. Pertanyaan itu tidak hanya disampaikan ke nara sumber, tetapi juga berlaku saat wartawan atau pencari berita mendapat data langsung di lapangan melalui pancaindra, saat meriset atau menelaah sebuah dokumen, serta saat pengambilan foto.


(25)

2.4Pendekatan Kontekstual ( Contextual Teaching and Learning )

Terkait dengan pengelolaan interaksi belajar mengajar, pendekatan kontekstual sangat relevan dan mendukung dalam proses pembelajaran. Dalam pembelajaran kontekstual, siswa didorong untuk mengerti apa makna belajar, apa manfaatnya dan bagaimana mencapai.

2.4.1 Pengertian CTL

Kontekstual berasal dari kata konteks. Konteks berarti bagian suatu uraian atau kalimat yang dapat mendukung atau menambah kejelasan makna, situasi yang ada hubungannya dengan suatu kejadian (Depdiknas dalam Kusmana, 2010: 74). Pembelajaran Kontekstual merupakan salah satu pembelajaran yang memberikan penguatan pemahaman secara komprehensif melalui penghubungan makna atau maksud dari ilmu pengetahuan yang dipelajari siswa dengan pengalaman langsung dalam kehidupan nyata (Kusmana, 2010: 73). Sedangkan Pendekatan Kontekstual ( CTL ) merupakan konsep belajar yang membantu guru mengkaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat (Riyanto, 2010: 159).

2.4.2 Penerapan Pendekatan Kontekstual

Pendekatan CTL memiliki tujuh komponen utama, yaitu (1) konstruktivisme (constructivism), (2) menemukan (inquiry), (3) masyarakat belajar (learning commu-nity), (4) bertanya (questioning), (5) pemodelan (modeling), (6) refleksi (reflection), dan (7) penilaian yang sebenarnya (authentic assessment) (Wetty, 2009: 5).


(26)

a. Konstruktivisme (Constructivism)

Constructivism merupakan landasan berpikir pendekatan CTL, yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak sekonyong-konyong. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia harus mengkontruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata (Riyanto, 2010: 169).

b. Bertanya (Questioning)

pengetahuan yang dimiliki seseorang, selalu bermula dari bertanya. Bertanya merupakan strategi utama pembelajaran berbasis CTL. Bertanya dalam pembelajaran dipandang sebagai kegiatan guru untuk mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berpikir siswa (Riyanto, 2010: 171). Bagi siswa bertanya merupakan bagian penting dalam melaksanakan pembelajaran yang berbasis inquiry, yaitu menggali informasi, mengonfirmasikan apa yang sudah diketahui, dan mengarahkan perhatian pada aspek yang belum diketahuinya.

c. Menemukan (Inquiry)

Menemukan merupakan kegiatan inti dari kegiatan pembelajaran berbasis CTL. Pengetahuan dari keterampilan yang diperoleh siswa bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri. Guru harus merancang kegiatan yang merujuk pada kegiatan menemukan apa pun materi yang diajarkannya (Riyanto, 2010: 171).


(27)

Konsep Learning Community menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh dari kerja sama dengan orang lain. Hasil belajar diperoleh dari sharing antara teman, antarkelompok, dan antara yang tahu ke yang belum tahu (Riyanto, 2010: 172).

e. Pemodelan (Modelling)

Dalam sebuah pembelajaran keterampilan dan pengetahuan tertentu, ada model yang bisa ditiru. Model itu berupa cara mengoperasikan sesuatu, atau guru memberikan contoh cara mengerjakan sesuatu (Riyanto, 2010: 173). Menurut Sardiman (2011: 226) guru bukan satu-satunya model. Model dapat dirancang dengan melibatkan siswa. Misalnya seorang siswa dapat ditunjuk untuk memberi contoh temannya cara melafalkan sesuatu kata dalam bahasa Inggris, karena siswa tersebut pernah memenangkan kontes berbahasa Inggris. Siswa contoh itu dapat dikatakan model, dan siswa yang lain dapat menggunakan model, sebagai standar kompetensi yang harus dicapai.

f. Refleksi (Reflection)

Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir ke belakang tentang apa-apa yang sudah dilakukan di masa yang lalu (Riyanto, 2010: 174).

g. Penilaian Sebenarnya (Authentic Assessment)

Assessment adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa. Gambaran perkembangan belajar siswa perlu diketahui oleh guru agar bisa memastikan bahwa siswa mengalami proses pembelajaran dengan benar (Riyanto, 2010: 175).


(28)

2.4.3 Pemodelan dalam Pendekatan Kontekstual

Pembelajaran dengan menggunakan pemodelan adalah suatu pembelajaran yang menggunakan media seorang model yang memberi contoh melakukan sesuatu yang diamati oleh siswa dan kemudian siswa mampu melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan model tersebut. Model yang dipilih pun dapat berupa siswa, dan guru yang mampu mencontohkan keterampilan tertentu.

Proses pembelajaran yang perlu diperhatikan dalam pengamatan terhadap model menurut Ziegler dalam Uno (2008: 196) adalah sebagai berikut.

1. Memberikan Perhatian (Attention)

Sebagai pengamat, orang tidak dapat belajar melalui observasi kecuali model dan benar-benar memahaminya. Perilaku yang sederhana dan lebih mencolok mata lebih mudah diperhatikan daripada yang tidak jelas.

2. Model yang Menarik (Attractive Model)

Penerapan teori kognitif sosial dalam proses pembelajaran di sekolah untuk mendapatkan perhatian siswa pada proses pembelajaran dari model, para guru sebaiknya mengusahakan: (1) menekankan bagian-bagian penting dari perilaku yang akan dipelajari untuk memusatkan perhatian siswa, (2) membagi kegiatan yang besar menjadi bagian-bagian kecil, (3) memperjelas keterampilan-keterampilan yang menjadi komponen suatu perilaku, (4) memberi kesempatan kepada siswa, untuk mempraktikkan hasil pengamatan mereka selesai dengan satu topik.

3. Menyimpan dalam Ingatan (Retention)

Setelah perilaku diamati, pengamat harus dapat mengingat apa yang telah dilihatnya. Hal ini bisa dilakukan dengan cara memberi kode dari informasi


(29)

yang telah didapatnya menjadi bentuk gambar mental atau menjadi simbol-simbol verbal yang kemudian disimpan dalam ingatannya.

4. Proses Produksi (Production)

Tindakan-tindakan yang diperagakan dapat direkam melalui video sebagai alat bantu. Hal ini merupakan salah satu cara pemberian umpan balik bagi si pengamat sebagai observasi diri melalui penayangan kembali rekaman video. Beberapa bagian dari perilaku yang benar.

2.4.4 Kelebihan dan Kekurangan Pemodelan a. Kelebihan Pemodelan

Pemodelan memiliki keunggulan menurut Uno dalam Mira (2011: 18) yang dapat diterapkan untuk meningkatkan kemapuan membaca teks berita sebagai berikut.

1. Pemodelan dapat memusatkan perhatian siswa pada hal-hal yang dianggap penting.

2. Dapat diamati dan ditiru langsung.

3. Pemerolehan pengetahuan yang didapat dari model dapat secara langsung diserap dan dipergunakan siswa.

4. Pemodelan siswa dapat mengukur tingkat ketercapaiannya sendiri.

5. Pemodelan merupakan metode yang paling sederhana karena model hanya memberi contoh melakukan sesuatu dan siswa mengamatinya.


(30)

b. Kekurangan Pemodelan

Kekurangan pemodelan pun dapat dirasakan ketika pada proses pelaksanaan pembelajaran, kekurangan ini sebisa mungkin akan diminimalisasikan. Adapun kekurangan yang dimaksud menurut Uno dalam Mira (2011: 18) sebagai berikut. 1. Sulit memghadirkan seorang model yang ideal untuk seluruh siswa.

2. Derajat validitasnya kurang, siswa tidak dapat melihat atau mengamati peristiwa yang terkadang tidak terkontrol.

3. Dalam mengamati model memerlukan pemusatan perhatian, terkadang diabaikan oleh siswa.

4. Memerlukan waktu yang lama. 5. Siswa mudah bosan.

2.4.5 Langkah-Langkah Pemodelan

Menurut Yamin (2012: 87) ada empat fase belajar dari model, yaitu (1) fase perhatian, (2) fase retensi atau pengulangan, (3) fase reproduksi, dan (4) fase motivasi. Fase pertama dalam belajar dari model ialah memperhatikan model. Pada umumnya, siswa memberikan perhatian pada model yang menarik, berhasil, menimbulkan minat, dan populer. Dalam kelas, model yang menyajikan isyarat-isyarat yang jelas dan menarik akan memperoleh perhatian dari para siswa sehingga menimbulkan minat dan keinginan meniru model yang ditampilkan. Fase kedua belajar dengan meniru model adalah retensi. Dalam meniru model, perilaku, kata-kata, nama-nama, atau bayangan yang kuat dari model penting untuk diulang. Oleh karena itu, retensi terhadap apa yang diamati, misalnya tentang cara melakukan sesuatu, akan memperkuat memori jangka panjang siswa. Pengulangan ini juga menolong terbentuknya kesesuaian antara perilaku yang


(31)

diamati dengan perilaku pengamatnya (siswa). Fase ketiga adalah fase reproduksi. Dalam fase ini, bayangan (imagery) atau kode-kode simbolik verbal dalam memori membimbing tampilan yang sebenarnya dari perilaku yang baru diperoleh. Pada fase ini guru akan dapat melihat apakah komponen-komponen suatu urutan perilaku telah dikuasai oleh siswa. Di sinilah pentingnya fase ini. Dengan penampilan perilaku yang diharapkan, guru akan mengetahui berhasil tidaknya pembelajaran yang dilaksanakan guru. Fase terakhir dari strategi meniru model ini adalah pemotivasian. Dalam fase ini, guru akan memberikan reinforsemen kepada siswa yang meniru model. Siswa akan berusaha sedapat mungkin meniru model yang ditampilkan karena mereka merasa bahwa dengan berbuat demikian mereka akan memperoleh respon yang menyenangkan dari gurunya.

Berdasarkan empat fase di atas secara garis besar langkah-langkah pembelajaran membaca teks berita dengan metode pemodelan adalah sebagai berikut :

1. Guru menampilkan model 2. Siswa mengamati model-model

3. Siswa membentuk kelompok untuk mendiskusikan bagian-bagian teks berita 4. Siswa berlatih menirukan model membaca teks berita


(32)

BAB III

PROSEDUR PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan (action research) yang diimplementasikan dalam proses pembelajaran membaca teks berita siswa kelas VIII B SMP PGRI 4 Labuhan Ratu. Pemilihan metode ini didasarkan pendapat bahwa penelitian tindakan adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri melalui refleksi diri dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sehingga hasil belajar siswa meningkat (Wardani, 2006:1.15). Siklus tindakan dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut.


(33)

3.1.1 Perencanaan Tindakan

a) Penelitian ini dilaksanakan dalam bentuk siklus. Setiap siklus terdiri atas dua tindakan dengan tahapan: perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi.

b) Menetapkan kelas penelitian, yaitu kelas VIII B. Waktu penelitian semester ganjil tahun pelajaran 2012/2013. Pelaksanaan pembelajaran diamati oleh observer, refleksi dan kolaborasi dilakukan setiap selesai pemberian tindakan.

c) Menyusun rencana pembelajaran dan alokasi waktu.

d) Menyiapkan alat bantu pembelajaran berupa model membaca berita. e) Instrumen penelitian

3.1.2 Pelaksanaan Tindakan dan Pengamatan

Pelaksanaan setiap siklus dilaksanakan secara umum mengikuti prosedur sebagai berikut:

a) Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang sudah disiapkan.

b) Melaksanakan pengamatan terhadap siswa oleh observer.

c) Mencatat semua peristiwa selama pembelajaran dengan instrumen penelitian.

d) Mengumpulkan data hasil pengamatan dari observer.


(34)

Proses tindakan berlangsung di kelas pada jam pelajaran bahasa Indonesia selama 2 kali pertemuan ( 4 × 40 menit ) dengan menggunakan langkah-langkah sebagai berikut.

A. Pertemuan Pertama a. Kegiatan Awal

1. Guru mengondisikan kelas.

2. Guru menginformasikan tujuan pembelajaran.

3. Guru mengadakan apersepsi dengan bertanya jawab kepada siswa yang berhubungan berita di media cetak maupun elektronik yang ditonton pada hari ini.

b. Kegiatan Inti

1. Siswa mendengarkan penjelasan guru tentang berita.

2. Siswa menonton model yang membacakan berita ditayangkan melalui media audio visual.

3. Siswa menjawab pertanyaan guru tentang berita yang ditonton.

4. Siswa berlatih membaca berita berdasarkan contoh model pembacaan berita. 5. Siswa membaca berita.

c. Kegiatan Akhir

Guru dan siswa melakukan refleksi hasil pembelajaran pertemuan pertama siklus kesatu.

Observasi atau pengamatan terhadap keterampilan proses yang dikembangkan selama proses pembelajaran berlangsung. Hal-hal yang diamati yaitu kinerja siswa dalam pembelajaran dan kinerja guru dalam menerapkan pembelajaran melalui media audio visual. Data aktifitas guru diperoleh dari lembar observasi yang


(35)

diamati dilakukan selama kegiatan pembelajaran bahasa Indonesia melalui teknik pemodelan yang berlangsung di sekolah.

1.1.3 Refleksi

Merefleksi berarti menuangkan secara intensif apa yang telah terjadi dan belum terjadi atau kekeliruan dan kekurangan dalam kegiatan pembelajaran, sehingga tampak hasil penelitian tindakan pada siklus tersebut. Dengan begitu dapat dicermati hasilnya secara positif maupun negatif. Refleksi berarti mengingat dan merenungkan kembali suatu tindakan persis seperti yang telah dicatat dalam observasi. Dengan refleksi dapat melakukan perbaikan baru, menyusun rencana baru. Hasil analisis refleksi digunakan untuk melaksanakan pada siklus berikutnya.

3.2 Setting Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMP PGRI 4 Labuhan Ratu tepatnya kelas VIII B semester genap tahun pelajaran 2012/2013. Dengan jumlah siswa 32 orang yang terdiri dari 17 siswa laki-laki dan 15 siswa perempuan. Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2012/ 2013. Penelitian ini dilakukan sesuai dengan jadwal pelajaran bahasa Indonesia di kelas VIII B dan berlangsung hingga mencapai indikator yang telah ditentukan.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan teknik tes dan observasi aktivitas siswa dan guru. Jenis tes yang digunakan adalah tes kemampuan membaca berita. Langkah-langkah pengumpulan data sebagai berikut.


(36)

Nilai Akhir (NA) =

2. Mengamati dan menilai pembacaan berita siswa.

3. Guru mengevaluasi pembacaan berita siswa secara keseluruhan dengan menggunakan indikator penilaian yang telah ditentukan.

3.4 Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Mengamati dan menskor setiap pembacaan berita siswa peraspek

( Intonasi, jeda, ekspresi ). 2. Menjumlah skor secara utuh.

3. Menentukan tingkat kemampuan siswa membaca berita melalui metode pemodelan.

4. Menghitung tingkat kemampuan siswa membaca berita melalui metode pemodelan.

5. Menghitung rata-rata kemampuan siswa membaca berita melalui metode pemodelan dengan rumus.

6. Menentukan tingkat kemampuan siswa berdasarkan tolok ukur yang digunakan.

Tabel 3.1 Tolok Ukur Kemampuan Membacakan Teks Berita

Interval Prestasi Tingkat Kemampuan Keterangan

85% - 100% Baik Sekali

75% - 84% Baik

60% - 74% Cukup

40% - 59% Kurang

0% - 39% Gagal

(Nurgiantoro, 1987: 363)

X Skor Ideal (100) Skor yang diperoleh


(37)

3.5 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan alat bantu bagi peneliti dalam mengumpulkan data. Lembar rubrik yang akan digunakan sebagai kumpulan data dalam penelitian ini menggunakan beberapa instrumen yang disesuaikan dengan sifat data yang diambi adalah sebagai berikut.

3.5.1 Instrumen Penilaian RPP

Tabel 3.2 Instrumen Penilaian Perencanaan pembelajaran (IPPP)

No Aspek yang dinilai Skor

1. Kejelasan perumusan tujuan pembelajaran (tidak menimbulkan penafsiran ganda dan perilaku hasil belajar)

1 2 3 4 5 2. Pemilihan materi ajar (sesuai dengan tujuan dan karakteristik

peserta didik)

1 2 3 4 5 3. Pengorganisasian materi ajar (keruntutan, sistematika materi dan

kesesuaian dengan alokasi waktu)

1 2 3 4 5 4. Pemilihan sumber/media pembelajaran (sesuai dengan tujuan,

materi, dan karakteristik peserta didik

1 2 3 4 5 5. Kejelasan skenario pembelajaran (langkah-langkah kegiatan

pembelajaran: awal, inti, dan penutup)

1 2 3 4 5 6. Kerincian skenario pembelajaran (setiap langkah tercermin

strategi/metode dan alokasi waktu pada setiap tahap)

1 2 3 4 5 7. Kesesuaian teknik dengan tujuan pembelajaran 1 2 3 4 5 8. Kelengkapan instrumen (soal, kunci, pedoman penskoran) 1 2 3 4 5

Skor Total

3.5.2 Instrumen Proses Pembelajaran oleh Guru

Data aktivitas guru diperoleh dari lembar observasi yang diamati selama kegiatan pembelajaran Bahasa Indonesia melalui metode pengamatan berlangsung di sekolah.


(38)

Table 3.3 Instrumen Proses Pembelajaran oleh Guru

No Aspek Skor

1 2 3 4 5

I PRAPEMBELAJARAN

1.Mempersiapkan siswa untuk belajar 2. Melakukan kegiatan apersepsi

II KEGIATAN INTI PEMBELAJARAN A Penguasaan Materi Pembelajaran

3.Menunjukkan penguasaan materi pembelajaran 4.Mengaitkan materi dengan pengetahuan lain yang relevan

5.Menyampaikan materi dengan jelas, sesuai dengan hirarki belajar dan karakteristik siswa 6.Mengaitkan materi dengan realitas kehidupan B Pendekatan/Strategi Pembelajaran

7.Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan kompetensi (tujuan) yang akan dicapai dan karakteristik siswa

8.Melaksanakan pembelajaran secara runtut 9.Menguasai kelas

10.Melaksanakan pembelajaran yang bersifat kontekstual

11.Melaksanakan pembelajaran yang memungkinkan tumbuhnya kebiasaan posit 12.Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan

alokasi waktu yang direncanakan

C Pemanfaatan Sumber Belajar/Media Pembelajaran

13.Menggunakan media secara efektif dan efesien 14.Menghasilkan pesan yang menarik

15.Melibatkan siswa dalam pemanfaatan media D Pembelajaran yang Memicu dan Memilihara

Keterlibatan Siswa

16.Menumbuhkan partisipasi siswa dalam pembelajaran

17.Menunjukkan sikap terbuka terhadap respon siswa

18.Menumbuhkan kerjasama dan antusiasme siswa dalam belajar

E Penilaian Proses dan Hasil Belajar

19.Memantau kemajuan belajar selama proses 20.Melakukan penilaian akhir sesuai dengan kompetensi (tujuan)

No Aspek Skor


(39)

F Penggunaan Bahasa

21.Menggunakan bahasa lisan dan tulis secara jelas, baik, dan benar

22.Menyampaikan pesan dengan gaya yang sesuai

III PENUTUP

23.Melakukan refleksi atau membuat rangkuman dengan melibatkan siswa

24.Melaksanakan tindak lanjut dengan memberikan arahan, atau kegiatan, atau tugas sebagai bagian remedial/pengayaan

Jumlah 1.5.3 Instrumen Observasi Siswa Tabel 3.4 Instrumen Siswa

No CIRI PRILAKU SISWA DALAM MELAKSANAKAN KEGIATAN BELAJAR

ADA/ YA

TIDAK ADA 1 Mencari dan memberikan informasi

2 Bertanya kepada guru atau siswa lain

3 Mengajukan pendapat atau komentar kepada guru/siswa 4 Diskusi atau memecahkan masalah

5 Mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru 6 Memanfaatkan sumber belajar yang ada 7 Menilai dan memperbaiki pekerjaannya

8 Membuat simpulan sendiri tentang pembelajaran yang diterimanya

9 Dapat menjawab pertanyaan guru dengan tepat saat berlangsung KBM

10 Memberikan contoh dengan benar

11 Dapat memecahkan masalah dengan tepat

12 Ada usaha dan motivasi untuk mempelajari bahan pelajaran atau stimulus yang diberikan oleh guru

13 Dapat bekerja sama dan berhubungan dengan siswa lain 14 Menyenangkan dalam KBM

15 Dapat menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru pada akhir pelajaran


(40)

3.5.2 Instrumen Penilaian Kemampuan Membaca Berita Tabel 3.5 Instrumen Penilaian Kemampuan Membaca Berita

No Indikator Deskripsi Penilaian Skor Skor Maks 1 Intonasi

(variasi irama dan tekanan)

Terdapat variasi irama dan tekanan, suara dapat dijangkau semua pendengar. Variasi irama dan tekanan monoton, suara dijangkau sebagian pendengar saja Tidak terdapat variasi irama dan tekanan, suara sangat lemah tidak dapat didengar

3

2

1

3

2. Pelafalan (ketepatan melafalkan

kata

Tidak terdapat keslahan pelafalan Terdapat 1-3 kesalahan pelafalan Terdapat banyak kesalahan pelafalan

3 2 1

3

3. Jeda Tidak terdapat kesalahan penghentian atau jeda

Terdapat 1-3 kesalahan penghentian atau jeda

Terdapat banyak kesalahan penghentian atau jeda

3

2

1

3

4 Ekspresi (kesesuaian mimik, gerakan kepala, tatapan mata)

Gerakan tubuh mendukung isi berita dan nmenarik, tatapan mata dan gerak tubuh mantap

Terdapat sedikit ketidaksesuaian gerakan tubuh dengan isi berita, tatapan mata dan gerak tubuh menunjukkan keraguan atau grogi

Gerakan tubuh mengganggu isi berita, tatapan mata memandang ke bawah saja

3

2

1

3

Modifikasi dari (Wetty, 2007: 27)

3.6 Indikator Keberhasilan

Siklus dalam penelitian ini akan berakhir apabila

1. rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) kemampuan membaca berita memperoleh skor ≥ 75,00;


(41)

2. aktivitas siswa dalam pembelajaran kemampuan membaca berita memperoleh skor ≥ 75,00;

3. kemampuan membaca berita yang diperoleh siswa telah mencapai ketuntasan klasikal yaitu, 80% siswa telah memperoleh skor ≥ 65,00.


(42)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

Berdasarkan temuan dan hasil analisis data dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran melalui teknik pemodelan dapat diimplementasikan untuk meningkatkan kompetensi membaca teks berita siswa. Hal ini didasarkan pada temuan sebagai berikut.

1. Melalui teknik pemodelan siswa lebih bersemangat dan antusias dalam membaca teks berita. Hal ini dapat dicermati berdasarkan hasil kegiatan refleksi pada siklus I, dari 32 siswa sebanyak 22 orang siswa menyatakan lebih bersemangat belajar membaca teks berita melalui teknik pemodelan, sedangkan pada siklus II semua siswa menyatakan lebih bersemangat belajar membaca teks berita melalui teknik pemodelan.

2. Melalui teknik pemodelan dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa dalam belajar membaca teks berita pada siswa kelas VIII-B SMP PGRI 4 Labuhan Ratu Tahun Pelajaran 2012/2013. Hal ini dapat dilihat dari hasil pengamatan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran membaca teks berita secara keseluruhan pada siklus I, aktivitas positif siswa mencapai 70,6%. Sedangkan pada siklus II akttivitas positif siswa menjadi 82,3%.


(43)

3. Skor rata-rata kemampuan membaca teks berita pada prasiklus, di kelas VIII-B SMP PGRI 4 Labuhan Ratu adalah 54,42 dengan kategori kurang, menjadi 64,58 dengan kategori cukup pada siklus I, dan 72,39 dengan kategori Baik pada siklus II. Setiap siklus terjadi peningkatan diantaranya: (a) peningkatan ketuntasan belajar kelas VIII-B pada prasiklus sebanyak 2 siswa atau persentase 5%, 21 atau 65% pada siklus I, dan 27 atau 85% pada siklus II; (b) nilai tertinggi yang diperoleh siswa di kelas VIII-B pada prasiklus 66, 75 pada siklus I, dan 83 pada siklus II.

5.2 Saran

Sehubungan dengan simpulan penelitian ini, peneliti mengemukakan saran kepada guru Bahasa Indonesia, dalam hal ini guru kelas VIII-B SMP PGRI 4 Labuhan Ratu, Kabupaten Lampung Timur sebagai berikut:

1. Untuk meningkatkan kompetensi siswa dalam membaca teks berita, hendaknya guru menyusun rencana pembelajaran yang efektif, kreatif, dan inovatif. Pembelajaran melalui teknik pemodelan dapat dijadikan sebagai salah satu altenatif pembelajaran di sekolah.

2. Dalam pembelajaran, guru hendaknya merencanakan dan memperhatikan kebutuhan lingkungan siswa, strategi, metode, media dan evaluasi agar pembelajaran lebih berorientasi pada proses atau tujuan, bukan pada target materi yang harus diselesaikan.

3. Dalam memberikan pelatihan kepada siswa hendaknya hasil pelatihan dikoreksi dan dikembalikan agar siswa termotivasi untuk melakukan


(44)

pelatihan, dan mengetahui letak kelemahan yang perlu mereka benahi sehingga siswa dapat meningkatkan kompertensinya.

4. Dalam membelajarkan siswa hendaknya selalu mengupayakan adanya pembiasaan kecakapan hidup, agar siswa memiliki kompetensi kognitif, efektif, dan psikomotor yang baik dalam bidang membaca, khususnya membaca teks berita.


(45)

Kusmana, Suherli. 2011. Guru Bahasa Indonesia Profesional. Jakarta: Multi Kreasi Satu Delapan.

---. 2010. Model Pembelajaran Siswa Aktif. Jakarta: Multi Kreasi Satu Delapan.

Nurgiyantoro, Burhan. 1987. Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra. Yogyakarta: BPFE.

Riyanto, Yatim. 2009. Paradigma Baru Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Santosa, Puji, 2009. Materi dan pembelajaran Bahasa Indonesia SD. Jakarta: Universitas Terbuka.

Suliani, Ni Nyoman Wetty. 2009. Perencanaan Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia (Bahan Ajar Mahasiswa Penyetaraan S-1). Lampung: Unila. Tarigan, Henry Guntur. 1986. Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.

Bandung: Angkasa Bandung.

Uno, Hamzah B. 2008. Orientasi Baru Dalam Psikologi Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Prihmantoro, Heru. 2008. Menjadi Wartawan Sekolah. Jakarta: Pacu Minat Baca. Wardani. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Universitas Terbuka.

Yamin, Martinis. 2012. Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi. Jakarta: Referensi (GP Press Group).


(1)

3.5.2 Instrumen Penilaian Kemampuan Membaca Berita Tabel 3.5 Instrumen Penilaian Kemampuan Membaca Berita

No Indikator Deskripsi Penilaian Skor Skor

Maks 1 Intonasi

(variasi irama dan tekanan)

Terdapat variasi irama dan tekanan, suara dapat dijangkau semua pendengar. Variasi irama dan tekanan monoton, suara dijangkau sebagian pendengar saja Tidak terdapat variasi irama dan tekanan, suara sangat lemah tidak dapat didengar

3 2 1

3

2. Pelafalan (ketepatan melafalkan

kata

Tidak terdapat keslahan pelafalan Terdapat 1-3 kesalahan pelafalan Terdapat banyak kesalahan pelafalan

3 2 1

3

3. Jeda Tidak terdapat kesalahan penghentian atau jeda

Terdapat 1-3 kesalahan penghentian atau jeda

Terdapat banyak kesalahan penghentian atau jeda

3 2 1

3

4 Ekspresi (kesesuaian mimik, gerakan kepala, tatapan mata)

Gerakan tubuh mendukung isi berita dan nmenarik, tatapan mata dan gerak tubuh mantap

Terdapat sedikit ketidaksesuaian gerakan tubuh dengan isi berita, tatapan mata dan gerak tubuh menunjukkan keraguan atau grogi

Gerakan tubuh mengganggu isi berita, tatapan mata memandang ke bawah saja

3

2

1

3

Modifikasi dari (Wetty, 2007: 27) 3.6 Indikator Keberhasilan

Siklus dalam penelitian ini akan berakhir apabila

1. rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) kemampuan membaca berita memperoleh skor ≥ 75,00;


(2)

skor ≥ 75,00;

3. kemampuan membaca berita yang diperoleh siswa telah mencapai ketuntasan klasikal yaitu, 80% siswa telah memperoleh skor ≥ 65,00.


(3)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan temuan dan hasil analisis data dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran melalui teknik pemodelan dapat diimplementasikan untuk meningkatkan kompetensi membaca teks berita siswa. Hal ini didasarkan pada temuan sebagai berikut.

1. Melalui teknik pemodelan siswa lebih bersemangat dan antusias dalam membaca teks berita. Hal ini dapat dicermati berdasarkan hasil kegiatan refleksi pada siklus I, dari 32 siswa sebanyak 22 orang siswa menyatakan lebih bersemangat belajar membaca teks berita melalui teknik pemodelan, sedangkan pada siklus II semua siswa menyatakan lebih bersemangat belajar membaca teks berita melalui teknik pemodelan.

2. Melalui teknik pemodelan dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa dalam belajar membaca teks berita pada siswa kelas VIII-B SMP PGRI 4 Labuhan Ratu Tahun Pelajaran 2012/2013. Hal ini dapat dilihat dari hasil pengamatan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran membaca teks berita secara keseluruhan pada siklus I, aktivitas positif siswa mencapai 70,6%. Sedangkan pada siklus II akttivitas positif siswa menjadi 82,3%.


(4)

B SMP PGRI 4 Labuhan Ratu adalah 54,42 dengan kategori kurang, menjadi 64,58 dengan kategori cukup pada siklus I, dan 72,39 dengan kategori Baik pada siklus II. Setiap siklus terjadi peningkatan diantaranya: (a) peningkatan ketuntasan belajar kelas VIII-B pada prasiklus sebanyak 2 siswa atau persentase 5%, 21 atau 65% pada siklus I, dan 27 atau 85% pada siklus II; (b) nilai tertinggi yang diperoleh siswa di kelas VIII-B pada prasiklus 66, 75 pada siklus I, dan 83 pada siklus II.

5.2 Saran

Sehubungan dengan simpulan penelitian ini, peneliti mengemukakan saran kepada guru Bahasa Indonesia, dalam hal ini guru kelas VIII-B SMP PGRI 4 Labuhan Ratu, Kabupaten Lampung Timur sebagai berikut:

1. Untuk meningkatkan kompetensi siswa dalam membaca teks berita, hendaknya guru menyusun rencana pembelajaran yang efektif, kreatif, dan inovatif. Pembelajaran melalui teknik pemodelan dapat dijadikan sebagai salah satu altenatif pembelajaran di sekolah.

2. Dalam pembelajaran, guru hendaknya merencanakan dan memperhatikan kebutuhan lingkungan siswa, strategi, metode, media dan evaluasi agar pembelajaran lebih berorientasi pada proses atau tujuan, bukan pada target materi yang harus diselesaikan.

3. Dalam memberikan pelatihan kepada siswa hendaknya hasil pelatihan dikoreksi dan dikembalikan agar siswa termotivasi untuk melakukan


(5)

pelatihan, dan mengetahui letak kelemahan yang perlu mereka benahi sehingga siswa dapat meningkatkan kompertensinya.

4. Dalam membelajarkan siswa hendaknya selalu mengupayakan adanya pembiasaan kecakapan hidup, agar siswa memiliki kompetensi kognitif, efektif, dan psikomotor yang baik dalam bidang membaca, khususnya membaca teks berita.


(6)

Kusmana, Suherli. 2011. Guru Bahasa Indonesia Profesional. Jakarta: Multi Kreasi Satu Delapan.

---. 2010. Model Pembelajaran Siswa Aktif. Jakarta: Multi Kreasi Satu Delapan.

Nurgiyantoro, Burhan. 1987. Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra. Yogyakarta: BPFE.

Riyanto, Yatim. 2009. Paradigma Baru Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Santosa, Puji, 2009. Materi dan pembelajaran Bahasa Indonesia SD. Jakarta: Universitas Terbuka.

Suliani, Ni Nyoman Wetty. 2009. Perencanaan Pembelajaran Bahasa dan Sastra

Indonesia (Bahan Ajar Mahasiswa Penyetaraan S-1). Lampung: Unila.

Tarigan, Henry Guntur. 1986. Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa Bandung.

Uno, Hamzah B. 2008. Orientasi Baru Dalam Psikologi Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Prihmantoro, Heru. 2008. Menjadi Wartawan Sekolah. Jakarta: Pacu Minat Baca. Wardani. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Universitas Terbuka.

Yamin, Martinis. 2012. Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi. Jakarta: Referensi (GP Press Group).


Dokumen yang terkait

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERWAWANCARA MELALUI TEKNIK PEMODELAN PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI I TEGINENENG TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 13 74

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERWAWANCARA MELALUI TEKNIK PEMODELAN PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI I TEGINENENG TAHUN PELAJARAN 2011/2012

4 37 79

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACAKAN TEKS BERITA MELALUI PENERAPAN TEKNIK PEMODELAN SISWA KELAS VIII D SMP NEGERI 1 PARDASUKA TAHUN PELAJARAN 2010/2011

1 13 60

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI MELALUI SUMBER BELAJAR ALAM SEKITAR SISWA KELAS VII-A SMP PGRI PEJAMBON TAHUN PELAJARAN 2012/2013

3 18 55

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGUBAH TEKS WAWANCARA MENJADI KARANGAN NARASI MELALUI TEKNIK KERJA KELOMPOK PADA SISWA KELAS VII-A SMP TAMAN SISWA GEDONGTATAAN TAHUN PELAJARAN 2012/2013

1 14 57

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA TEKS BERITA MELALUI TEKNIK PEMODELAN PADA SISWA KELAS VIII-B SMP PGRI 4 LABUHAN RATU TAHUN PELAJARAN 2012/2013

3 99 45

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA INDAH MELALUI TEKNIK PEMODELAN PADA SISWA KELAS VII-A SMP MUHAMMADIYAH BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 6 62

KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN SISWA MELALUI TEKNIK PQRST (PREVIEW, QUESTION, READ, SELF-RECITATION, TEST) KELAS XI SMA NEGERI 1 LABUHAN RATU TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 10 52

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMANDU ACARA MELALUI TEKNIK PEMODELAN PADA SISWA KELAS VIII A SEMESTER GENAP SMP 17.3 KATIBUNG LAMPUNG SELATAN TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 7 41

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI BEBAS MELALUI TEKNIK PEMODELAN PADA SISWA KELAS VIII-1 SMP NEGERI 1 LABUHAN RATU LAMPUNG TIMUR TAHUN PELAJARAN 2011/2012

3 41 108