PENERAPAN MODEL COOPERATIVE TEPE STUDENS TEAMS ACHIEVEMENS DEVISIONS (STAD) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA KELAS IV A SD XAVERIUS METRO TAHUN PELAJARAN 2011/2012

(1)

ABSTRAK

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE TEPE STUDENS TEAMS ACHIEVEMENS DEVISIONS (STAD) UNTUK MENINGKATKAN

AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA KELAS IV A SD XAVERIUS METRO

TAHUN PELAJARAN 2011/2012

Oleh

V. EKO WINARSIH

Kegiatan belajar mengajar di kelas IV A SD Xaverius Metro, khususnya pada pelajaran metematika kurang berjalan maksimal. Hasil observasi menunjukkan bahwa kualitas hasil belajar matematika masih di bawah KKM (65), untuk itu diperlukan adanya upaya pembelajaran yang dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar matematika. Salah satu media yang dianggap tepat untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar matematika dengan menggunakan penerapan model cooperative tipe STAD dengan tujuan untuk meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa.

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) yang terdiri dari dua siklus. Dan setiap siklusnya terdiri dari empat tahapan, yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data aktivitas siswa, menggunakan lembar observasi dan data hasil belajar siswa menggunakan tes.

Aktivitas dan hasil belajar dengan menggunakan model cooperative tipe STAD menunjukkan peningkatan yang positif. Dalam aktivitas belajar pada siklus 1 mencapai 71,02% dan pada siklus 2 mencapai 91,83 %. Hasil belajar siklus 1 dengan nilai rata-rata 72,9 sedang pada siklus 2 nilai rata-rata 83,5, jadi ada peningkatan, baik pada aktivitas dan hasil belajar siswa.


(2)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan memegang peranan penting dalam memajukan suatu bangsa, di Indonesia pendidikan berdasarka Pancasila dan UUD 1945. Pendidikan berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat, dalam rangka mencerdaskan bangsa. Tujuan pendidikan secara menyeluruh meliputi aspek pengetahuan, ketrampilan dan nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang Sistim Pendidikan Nasional, pasal 3 dijelaskan tujuan pendidikan nasional ádalah mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman, dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, beraklak mulia, berilmu, cakap, kreatif, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Dalam stándar kompetensi dan kompetensi dasar kurikulum 2006 tujuan pendidikan matemátika adalah agar peserta didik memiliki kemampuan,


(3)

memahami konsep matemátika, mengaplikasikan konsep secara luwes, akurat, efisien dan tepat dalam pemecahan masalah. Mampu menggunakan penalaran, melakukan manipulasi matemátika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, merancang model matemátika, mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, serta memiliki sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

Dari hasil pengamatan, yang dilakukan di SD Xaverius Metro khususnya kelas IV.A nampak bahwa pembelajaran matemátika yang dilakukan selama ini maíh bersifat teacher oriented (dominan guru). Dalam pembelajaran guru cenderung masíh banyak menggunakan metode ceramah, siswa hanya sekedar mendengarkan penjelasan guru, tanpa melakukan aktivitas yang berarti, akibatnya dalam pembelajaran siswa cenderung pasif, jika hal ini dibiarkan akan berdampak negatif pada hasil belajar atau prestasi siswa. Berdasarkan dokumen yang ada, ditemukan bahwa hasil belajar matemátika pada ulangan bersama dan hasil ulangan mid semester ganjil masíh belum mencapai KKM sebagaimana yang telah ditetapkan sekolah, yakni 65. Siswa yang mendapat nilai sama dengan atau di atas KKM kurang dari 50 %

Hal ini menunjukkan bahwa kualitas pembelajaran matematika pada siswa kelas IV A SD Xaverius Metro masih rendah. Apabila tidak diperbaiki akan berakibat buruk bagi mutu sekoalah tersebut, dan sekolah akan ditinggalkan murid. Cooperative tipe STAD merupakan kelompok belajar dimana siswa yang mampu menolong teman yang kurang mampu dalam memecahkan suatu masalah yang dipelajari.


(4)

Pembelajaran dengan penggunaan model cooperative tipe STAD diharapkan mampu meningkatkan aktivitas belajar. Dengan meningkatnya aktivitas belajar, dapat meningkatkan kerjasama positif antar siswa sehingga siswa dapat memecahkan masalah yang dihadapinya dan secara tidak langsung siswa tersebut dapat memahami materi sehingga dapat meningkatkan prestasi siswa.

Dalam proses belajar mengajar banyak metode yang dapat digunakan oleh seorang guru dalam menyampaikan materi ajar. Hendaknya seorang guru tidak hanya menggunakan satu metode dalam mengajar, tetapi bisa lebih dari satu metode dan disesuaikan dengan materi yang diajarkan supaya siswa tertarik dan pelajaran tidak terkesan membosankan.

Bertitik tolak dari masalah tersebut maka dilakukan penelitian tindakan kelas yang berjudul Penerapan Model Cooperative tipe Student Teams Achievement Devisions (STAD) untuk meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar matematika siswa kelas IV A SD Xaverius Metro.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut di atas, peneliti mengidentifikasi masalah sebagai berikut:

1. Guru dalam pembelajaran masih menggunakan metode ceramah 2. Peserta didik terlihat pasif dalam menerima pelajaran

3. Aktivitas siswa dalam proses pembelajaran tidak ada 4. Hasil belajar atau prestasi siswa masih rendah


(5)

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1.Apakah penerapan model cooperative tipe STAD dapat meningkatkan aktivitas belajar matematika siswa kelas IV.A SD Xaverius Metro?

2. Bagaimana peningkatan prestasi belajar siswa di kelas IV.A SD Xaverius Metro, dari siklus 1 ke siklus 2 setelah pembelajaran dengan penerapan model cooperative tipe STAD?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah: 1. Meningkatnya aktivitas belajar siswa kelas IV A SD Xaverius Metro

dengan menggunakan model coperative tipe STAD.

2. Meningkatnya prestasi belajar siswa kelas IVA SD Xaverius Metro dengan memanfaatkan model cooperative tipe STAD.


(6)

E. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian di atas, manfaat penelitian ini berguna 1. Bagi siswa, dapat meningkatkan aktivitas dan prestasi.

2. Bagi guru, dapat membantu memperbaiki pembelajaran, membantu guru berkembang secara profesional, meningkatkan rasa percaya diri, dan memungkinkan guru secara aktif mengembangkan pengetahuan dan ketrampilan

3. Bagi sekolah membantu sekolah untuk berkembang karena adanya peningkatan pada diri guru, dan meningkatkan mutu pendidikan di sekolah tersebut.

4. Bagi peneliti, menambah wawasan dan pengalaman tentang Penelitian Tindakan Kelas (PTK) serta dapat meningkatkan pengetahuan dalam pembelajaran khususnya dalam penerapan cooperative tipe STAD.


(7)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian Belajar

Pengertian belajar menurut Margaret E. Bell Gredler (1994 : 1), proses seseorang memperoleh kecakapan, ketrampilan, dan sikap. Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman (Oemar Hamalik 2008 : 36), sedang menurut Sardiman (1994 : 95) belajar adalah berbuat mengubah tingkah laku melalui kegiatan. Belajar adalah perubahan yang menetap dalam kehidupan seseorang yang tidak diwariskan secara genetis, menurut Morris L Bigge yang dikutip oleh Darsono, dkk (2003 :3)

Menurut Slameto (1995 : 81) belajar adalah sebagai suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh perubahan tingkah laku secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya.

Dapat disimpulkan belajar adalah suatu usaha yang dilakukan secara terus menerus oleh seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, dari hasil pengalaman yang didapat lewat interaksi dengan lingkungan.


(8)

B. Aktivitas Belajar.

Aktivitas belajar merupakan segala kegiatan yang dilakukan dalam proses interaksi (guru dan siswa) dalam rangka mencapai tujuan belajar, Pidarta (2007 : 197), sedang menurut Sardiman (2010 : 100) aktivitas belajar adalah aktivitas yang bersifat fisik maupun mental. Dalam kegiatan belajar kedua aktivitas itu harus selalu terkait. Menurut Meyer (2002 : 90), aktivitas belajar adalah kegiatan yang dilakukan oleh siswa untuk mengubah prilakunya melalui pengalaman yang diperoleh secara langsung. Menurut Kunandar (2010 : 277), aktivitas belajar adalah keterlibatan siswa dalam bentuk sikap, pikiran, perbuatan, dan aktivitas dalam kegiatan pembelajaran guna menunjang keberhasilan dan memperoleh manfaat dari kegiatan tersebut.

Dari pengertian tersebut di atas dapat disimpulkan, aktivitas belajar adalah kegiatan untuk memperoleh pengetahuan, ketrampilan melalui interaksi antara guru dan murid serta interaksi dengan lingkungan sehingga mampu mengubah prilaku yang baru, melalui pengalaman yang diperoleh.


(9)

C. Konstruktivisme dalam Pembelajaran

Konstruksivisme merupakan aliran filsafah pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita merupakan hasil konstruksi kita sendiri ( Von Glaserfeld dalam Pannen dkk, 2001:3). Konstruksivisme sebagai aliran filsafat, banyak mempengaruhi konsep ilmu pengetahuan, teori belajar dan pembelajaran. Sebagai landasan paradigma pembelajaran, konstruksivisme menyerukan perlunya partisipasi aktif siswa dalam proses pembelajaran, perlunya pengembangan siswa belajar mandiri, dan perlunya siswa memiliki kemampuan untuk mengembangkan pengetahuannya sendiri.

Akibatnya, orientasi pembelajaran di kelas mengalami pergeseran. Orientasi pembelajaran bergeser dari berpusat pada guru mengajar ke pembelajaran berpusat pada siswa.

Bagi aliran konstruksivisme, guru tidak lagi menduduki tempat sebagai pemberi ilmu. Tidak lagi sebagai satu-satunya sumber belajar. Namun guru lebih diposisikan sebagai fasilitator yang memfasilitasi siswa untuk dapat belajar dan mengkonstruksi pengetahuanya sendiri (Hudojo, 1998:5-6). Aliran ini lebih menekankan bagaimana siswa belajar bukan bagaimana guru mengajar.

Sebagai fasilitator guru bertanggung jawab terhadap kegiatan pembelajaran di kelas. Diantara tangung jawab guru dalam pembelajaran adalah menstimulasi dan memotivasi siswa. Mendiagnosa dan mengatasi kesulitan siswa serta membutuhkan pengalaman untuk menumbuhkan pemahaman siswa (Suherman dkk, 2001:76).


(10)

Oleh karena itu, guru harus menyediakan waktu dan memberikan kesempatan sebanyak mungkin kepada siswa untuk belajara secara aktif, sehingga para siswa dapat menciptakan, membangun, mendiskusikan, bekerja sama, dan melakukan eksperimentasi dalam kegiatan belajarnya (Setyosari, 1997:53).

D. Prestasi Belajar

Prestasi belajar adalah standar tes untuk mengukur kecakapan atau pengetahuan bagi seseorang di dalam satu atau lebih garis-garis pekerjaan (Websters New Internasional Dictionary, 1951 : 20). Prestasi belajar adalah hasil sesuatu yang telah dicapai seseorang menurut kamus populer (Purwodarminto, 1979 : 251). Menurut Drs. H. Abu Ahmadi ( 1979 : 151) secara teori bila sesuatu kegiatan dapat memuaskan suatu kebutuhan, maka ada kecenderungan besar untuk mengulanginya. Sumber penguat belajar dapat secara ekstrinsik (nilai, pengakuan, penghargaan) dan dapat secara intrinsik (kegairahan untuk menyelidiki, mengartikan situasi), siswa harus menerima umpan balik secara langsung derajat sukses pelaksanaan tugas yang terdapat dalam nilai rapor atau nilai tes.

Jadi dapat disimpulkan, prestasi belajar adalah hasil usaha belajar yang menunjukkan ukuran kecakapan yang dicapai dalam bentuk nilai dari seseorang yang dapat ditunjukkan dalam nilai rapor atau nilai tes.


(11)

E. Pembelajaran Cooperative Tipe STAD

Pembelajaran cooperative tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) yang dikembangkan oleh Robert Slavin di Universitas John Hopkin ( 1995) merupakan :

pembelajaran cooperative yang paling sederhana, dan merupakan pembelajaran cooperative yang cocok digunakan oleh guru yang baru mulai menggunakan pembelajaran cooperative. Pembelajaran cooperative tipe STAD terdiri dari 5 tahapan utama, yaitu:

1. Presentasi kelas

Materi pelajaran dipresentasikan oleh guru dengan menggunkan metode pembelajaran. Siswa mengikuti presentasi guru dengan seksama sebagi persiapan mengikuti tes berikutnya.

2. Kerja kelompok

Kelompok terdiri dari 4-5 orang. Dalam kegiatan kelompok ini, para siswa bersama-sama mendiskusikan masalah yang dihadapi, membandingkan jawaban atau memperbaiki miskonsepsi. Kelompok diharapkan bekerjama sebaik- baiknya dan saling membantu dalam memahami pelajaran.

3. Tes

Setelah kegiatan presentasi guru dan kegiatan kelompok, siswa diberikan tes secara individu. Dalam menjawab tes, siswa tidak diperkenankan saling membantu.


(12)

4. Peningkatan skor individu

Setiap anggota kelompok diharapkan mencari skor yang tinggi, karena skor ini akan memberikan kontribusi terhadap peningkatan skor rata-rata kelompok.

5. Penghargaan kelompok

Kelompok yang mencapai skor rata-rata tertinggi, diberikan penghargaan.

F. Pembelajaran Matematika SD

Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia. Perkembangan pesat dibidang teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini dilandasi oleh perkembangan matematika. Untuk menguasai dan menciptakan teknologi di masa depan diperlukan penguasaan matematika yang kuat sejak dini. ( M. Khafid Kasri, 2007 : 2)

Pitadjeng (2006 : 1) mengungkapkan bahwa banyak orang tidak menyukai matematika termasuk anak-anak yang masih duduk di bangku SD/MI, karena anggapan matematika sulit dipelajari, gurunya tidak menyenangkan, membosankan, menakutkan, angker dan sebagainya.

Berdasarkan Kurikulum 2006, dalam ruang lingkup Standar Kopetensi dan Kopetensi Dasar, pada pelajaran matematika bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut.

1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar kon sep dan mengaplikasikan konsep secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah


(13)

2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi

matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika

3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masa lah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh

4. Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah

5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

Dapat disimpulkan, meskipun pelajaran matematika dianggap sulit, sangat perlu diajarkan, karena matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan tehnologi modern dan mempunyai peran penting diberbagai disiplin ilmu.

G. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan uraian di atas hipotesis penelitian ini adalah jika pembelajaran matematika menggunakan model cooperative tipe

STAD, dengan benar

dapat meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar matematika kelas IV.A SD Xaverius Metro tahun ajaran 2011/2012.


(14)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas (PTK) yang langkah – langkahnya diadaptasi dari rancangan penelitian tindakan kelas oleh Hopkins (1993) dan Elliot (1993). Penelitian dilakukan dengan menggunakan daur/siklus, setiap siklus terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Adapun langkah – langkah penelitian ditunjukkan dalam bagan berikut :


(15)

Gambar 3.1 Siklus Penelitian Tindakan dari Kemmis dan Taggart dalam Hopkins (1993).

B. Subjek Penelitian.

Subjek dalam penelitian tindakan kelas ini adalah guru dan siswa kelas IV.A. SD Xaverius Metro yang berjumlah 35 siswa, pada pelajaran matematika di tahun ajaran 2011/2012

Perencanaan Pelaksanaan Observasi SIKLUS I

Observasi

Refleksi

Perencanaan

Pelaksanaan SIKLUS II


(16)

C. Seting Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SD Xaverius Metro Jl Tulang Bawang No 9 Metro Pusat, pada pelajaran matematika kelas IV A semester 1, tahun pelajaran 2011/2012 selama  4 bulan dari bulan Nopember 2011 sampai bulan Februari 2012.

D. Prosedur Penelitian

1. Siklus I

Kegiatan pada siklus pertama dengan pembuatan rencana pelaksanaan pembelajaran secara kolaboratif partisipatif antara peneliti dan teman sejawat dengan materi pelajaran keliling dan luas bangun datar segitiga, kemudian rencana kegiatan pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran cooperative tipe STAD agar efisien dan efektif, guru harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut :

a. Perencanaan.

Peneliti merancang proses pembelajaran di kelas dalam bentuk skenario pembelajaran, proses perencanaan siklus 1 dilakukan dengan langkah :


(17)

2. Menetapkan dan mendiskusikan rencana pembelajaran yang akan diterapkan di kelas. Seperti menentukan materi mencari keliling dan luas bangun segitiga sesuai kompetensi dasar yang akan dipelajari dan menyiapkan sumber belajar dan alat pembelajaran.

3. Membuat rencana pembelajaran berupa jadwal perencanaan

tindakan untuk menentukan materi pokok yang diajarkan sesuai dengan SK dan KD.

4. Menyusun lembar kegiatan yang akan diberikan kepada siswa pada

saat diskusi berlangsung.

5. Mempersiapkan alat evaluasi berupa lembar pengamatan untuk mengetahui hasil belajar siswa.

6. Menyiapkan instrumen tes.

7. Menentukan skor dasar.

b. Pelaksanaan.

Kegiatan ini berupa penerapan kegiatan pembelajaran yang telah disusun dalam perencanaan penelitian. Prosesnya mengikuti urutan kegiatan yang terdapat dalam skenario pembelajaran yang telah dibuat. Urutan – urutan kegiatan secara garis besar adalah sebagai berikut :

1. Kegiatan Awal

a. Guru mengadakan apersepsi.

b. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin


(18)

2. Kegiatan Inti

Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok, tiap kelompok bejumlah antara 4-5 anak. Kelompok harus heterogen dari kemampuan akademik, suku, jenis kelamin dan lain-lain.

a. Guru menyajikan materi secara garis besar dengan alat peraga yang ada.

b. Guru memberi LKS pada setiap anak untuk dikerjakan dalam kelompok. Anggotanya yang sudah mengerti, dapat menjelaskan pada anggota lainnya sampai semua anggota kelompok itu mengerti.

c. Hasil pekerjaan siswa saling dicocokkan, setelah itu dilaksanakan presentasi dari hasil diskusi kelompok.

d. Guru memberi kuis atau pertanyaan kepada seluruh siswa.

Pada saat menjawab kuis tidak boleh saling membantu.

3. Kegiatan Akhir

a. Guru mengulas kembali materi yang telah dipelajari untuk memantapkan pemahaman siswa.

b. Guru melakukan evaluasi hasil belajar siswa dengan

memberikan soal tertulis untuk mengetahui sejauh mana kemampuan siswa dalam menerima materi pelajaran.

c. Pengamatan ( observasi )

Pengamatan adalah kegiatan mendokumentasikan segala sesuatu yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran. Pengamatan dilakukan


(19)

oleh observer, yaitu guru mitra, dimana siswa dan guru (peneliti) sebagai objek, dengan menggunakan lembar pengamatan yang telah dipersiapkan oleh peneliti.

d. Refleksi

Refleksi adalah kegiatan menganalisis, memahami dan membuat kesimpulan berdasarkan hasil pengamatan. Refleksi dilakukan oleh peneliti atau guru dan observer untuk merinci dan menganalisa kendala – kendala yang dihadapi siswa serta hasil dari implementasi pemecahan masalah untuk menentukan perkembangan, kemajuan, dan kelemahan yang terjadi, sebagai dasar perbaikan perencanaan dan tindakan pada siklus 2 sehingga mencapai hasil yang lebih baik dari siklus 1.

2. Siklus II

Pada siklus 1 telah dilakukan beberapa metode untuk mengkaji proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru sebagai acuan dalam pelaksanaan siklus 2.

Adapun pelaksanaan pada siklus 2 ini meliputi :

a. Perencanaan.

1. Mendata masalah dan kendala yang dihadapi dalam proses pembelajaran yang telah dilaksanakan pada siklus 1.

2. Merencanakan perbaikan untuk pembelajaran pada siklus 2 berdasarkan refleksi dari siklus 1


(20)

3. Menyiapkan perangkap pembelajaran yang akan digunakan selama proses pembelajaran pada siklus 2

4. Menyiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran ( RPP ) yang

mengacu pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ( KTSP ) sesuai materi yang telah ditetapkan.

5. Menentukan kompetensi dasar yang akan digunakan dalam

pembelajaran pada siklus 2.

6. Menyiapkan lembar observasi untuk mengamati kegatan siswa

selama pembelajaran matematika berlangsung.

b. Pelaksanaan

1. Menyampaikan tujuan pembelajaran yang harus dicapai, oleh

siswa, dan mengadakan apersepsi.

2. Membagi siswa ke dalam kelompok kecil, tiap kelompok

terdiri dari 5 orang yang hiterogen.

3. Menyapaikan LKS yang harus dikerjakan oleh setiap anak dalam kelompok.

4. Siswa berdiskusi dalam kelompok membahas materi yang telah

diberikan, dan guru berkeliling selama kerja kelompok itu berlangsung, bila diperlukan memberikan saran dan pertanyaan.

5. Siswa menyampaikan hasil kerja kelompok kepada kelompok lain dalam presentasi kelas.


(21)

c. Pengamatan

1. Menganalisis kerja siswa dalam kelompok, kemudian dicatat tentang kesulitan-kesulitan yang didapati siswa dalam proses pembelajaran.

2. Melakukan pengamatan terhadap aktivitas belajar siswa,

aktivitas kinerja guru, dan hasil belajar siswa. d. Refleksi

1. Menganilis temuan yang didapatkan pada saat melakukan tahap observasi.

2. Menganalisis kelebihan dan kekurangan pembelajaran dengan menggunakan metode kerja kelompok.

3. Melakukan refleksi terhadap tes hasil belajar siswa.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan selama pelaksanaan penelitian adalah :

1. Lembar pengamatan aktivitas siswa untuk mengumpulkan data tentang aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran.

2. Tes akhir yang berfungsi untuk mengukur tingkat pemahaman

siswa tentang materi yang diajarkan dan untuk melihat peningkatan nilai pada siklus 2.


(22)

Tabel 3. 1 Jenis data dan metode pengumpulan data

No Jenis Data Metode

1 2 3

Aktivitas siswa selama kegiatan

pembelajaran

Aktivitas guru selama kegiatan

pembelajaran

Penguasaan siswa terhadap materi pelajaran

Lembar observasi Lembar observasi Tes akhir

F. Teknik Analisa Data

Teknik analisis data dilakukan secara induktif. Analisis induktif adalah mengenali data spesifik dari lapangan menjadi unit-unit, kemudian dilanjutkan dengan kategorisasi. Kategorisasi maksudnya adalah data relevan atau bermakna yang telah dipilih disusun dalam satu kesatuan, difokuskan/ditonjolkan dalam hal-hal penting sehingga dapat memberikan gambaran tentang hasil observasi.

Data yang diperoleh dalam penelitian ini akan dianalisis dengan teknik kualitatif deskriptif. Hasil pengamatan aktivitas belajar siwa setiap siklus akan dianalisis. Data kuantitatif diperoleh dari data penguasaan materi, dari siklus 1 ke siklus 2.


(23)

G. Indikator Keberhasilan

Indikator kinerja dari penelitian ini adalah:

1. Meningkatnya aktivitas siswa dari siklus 1 ke siklus 2.

2. Meningkatnya prestasi belajar siswa dari siklus 1 ke siklus 2 hingga mencapai KKM.


(24)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas dan pembahasan pada bab IV dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Penerapan model cooperative tipe STAD, dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran matematika kelas IV A. SD Xaverius Metro. Siswa belajar berdiskusi, menjawab pertanyaan, pengajukan pendapat, menjelaskan, berpikir kritis, berargumentasi, dan saling berbagi pengalaman serta pengetahuan. Belajar menunmbuhkan daya juang, serta belajar bekerjasama. Hal ini dapat dilihat dari keaktifan siswa pada siklus 1 mencapai 71,02% dan pada siklus 2 meningkat menjadi 91,83%. Kesiapan siswa dalam menerima materi pelajaran pada siklus 1 dan siklus 2 juga meningkat dari 94,2% menjadi 97,85%.

2. Dengan model pembelajaran cooperative tipe STAD, dapat

meningkatkan hasil atau prestasi belajar siswa, hal ini dapat dilihat dari hasil siklus 1 ke siklus 2, (lampiran 11), hingga mencapai nilai di atas KKM, sekurang-kurangnya 65.


(25)

B. Saran

1. Bagi Siswa

Siswa dapat memanfaatkan model pembelajaran cooperative tipe STAD,

sebagai salah satu alternatif untuk meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa dalam proses pembelajaran.

2. Bagi Guru

Guru dapat memanfaatkan model pembelajaran cooperative tipe STAD untuk memperbaiki cara mengajar, mendorong rasa percaya diri, dan berkembang lebih profesional.

3. Bagi Sekolah

Kepada sekolah hendaknya memfasilitasi model pembelajaran cooperative tipe STAD pada mata pelajaran matematika dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan dan mutu sekolah itu sendiri.


(1)

3. Menyiapkan perangkap pembelajaran yang akan digunakan selama proses pembelajaran pada siklus 2

4. Menyiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran ( RPP ) yang mengacu pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ( KTSP ) sesuai materi yang telah ditetapkan.

5. Menentukan kompetensi dasar yang akan digunakan dalam pembelajaran pada siklus 2.

6. Menyiapkan lembar observasi untuk mengamati kegatan siswa selama pembelajaran matematika berlangsung.

b. Pelaksanaan

1. Menyampaikan tujuan pembelajaran yang harus dicapai, oleh siswa, dan mengadakan apersepsi.

2. Membagi siswa ke dalam kelompok kecil, tiap kelompok terdiri dari 5 orang yang hiterogen.

3. Menyapaikan LKS yang harus dikerjakan oleh setiap anak dalam kelompok.

4. Siswa berdiskusi dalam kelompok membahas materi yang telah diberikan, dan guru berkeliling selama kerja kelompok itu berlangsung, bila diperlukan memberikan saran dan pertanyaan.

5. Siswa menyampaikan hasil kerja kelompok kepada kelompok lain dalam presentasi kelas.


(2)

c. Pengamatan

1. Menganalisis kerja siswa dalam kelompok, kemudian dicatat tentang kesulitan-kesulitan yang didapati siswa dalam proses pembelajaran.

2. Melakukan pengamatan terhadap aktivitas belajar siswa, aktivitas kinerja guru, dan hasil belajar siswa.

d. Refleksi

1. Menganilis temuan yang didapatkan pada saat melakukan tahap observasi.

2. Menganalisis kelebihan dan kekurangan pembelajaran dengan menggunakan metode kerja kelompok.

3. Melakukan refleksi terhadap tes hasil belajar siswa.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan selama pelaksanaan penelitian adalah :

1. Lembar pengamatan aktivitas siswa untuk mengumpulkan data tentang aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran.

2. Tes akhir yang berfungsi untuk mengukur tingkat pemahaman siswa tentang materi yang diajarkan dan untuk melihat peningkatan nilai pada siklus 2.


(3)

Tabel 3. 1 Jenis data dan metode pengumpulan data

No Jenis Data Metode

1

2

3

Aktivitas siswa selama kegiatan pembelajaran

Aktivitas guru selama kegiatan pembelajaran

Penguasaan siswa terhadap materi pelajaran

Lembar observasi

Lembar observasi

Tes akhir

F. Teknik Analisa Data

Teknik analisis data dilakukan secara induktif. Analisis induktif adalah mengenali data spesifik dari lapangan menjadi unit-unit, kemudian dilanjutkan dengan kategorisasi. Kategorisasi maksudnya adalah data relevan atau bermakna yang telah dipilih disusun dalam satu kesatuan, difokuskan/ditonjolkan dalam hal-hal penting sehingga dapat memberikan gambaran tentang hasil observasi.

Data yang diperoleh dalam penelitian ini akan dianalisis dengan teknik kualitatif deskriptif. Hasil pengamatan aktivitas belajar siwa setiap siklus akan dianalisis. Data kuantitatif diperoleh dari data penguasaan materi, dari siklus 1 ke siklus 2.


(4)

G. Indikator Keberhasilan

Indikator kinerja dari penelitian ini adalah:

1. Meningkatnya aktivitas siswa dari siklus 1 ke siklus 2.

2. Meningkatnya prestasi belajar siswa dari siklus 1 ke siklus 2 hingga mencapai KKM.


(5)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas dan pembahasan pada bab IV dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Penerapan model cooperative tipe STAD, dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran matematika kelas IV A. SD Xaverius Metro. Siswa belajar berdiskusi, menjawab pertanyaan, pengajukan pendapat, menjelaskan, berpikir kritis, berargumentasi, dan saling berbagi pengalaman serta pengetahuan. Belajar menunmbuhkan daya juang, serta belajar bekerjasama. Hal ini dapat dilihat dari keaktifan siswa pada siklus 1 mencapai 71,02% dan pada siklus 2 meningkat menjadi 91,83%. Kesiapan siswa dalam menerima materi pelajaran pada siklus 1 dan siklus 2 juga meningkat dari 94,2% menjadi 97,85%. 2. Dengan model pembelajaran cooperative tipe STAD, dapat

meningkatkan hasil atau prestasi belajar siswa, hal ini dapat dilihat dari hasil siklus 1 ke siklus 2, (lampiran 11), hingga mencapai nilai di atas KKM, sekurang-kurangnya 65.


(6)

B. Saran

1. Bagi Siswa

Siswa dapat memanfaatkan model pembelajaran cooperative tipe STAD, sebagai salah satu alternatif untuk meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa dalam proses pembelajaran.

2. Bagi Guru

Guru dapat memanfaatkan model pembelajaran cooperative tipe STAD untuk memperbaiki cara mengajar, mendorong rasa percaya diri, dan berkembang lebih profesional.

3. Bagi Sekolah

Kepada sekolah hendaknya memfasilitasi model pembelajaran cooperative tipe STAD pada mata pelajaran matematika dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan dan mutu sekolah itu sendiri.


Dokumen yang terkait

PENGGUNAAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN IPS KELAS VA SD NEGERI 11 METRO PUSAT TAHUN AJARAN 2011/2012

0 5 52

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL KOOPERATIF TIPE EXAMPLES NON EXAMPLES DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA KELAS VB SD XAVERIUS METRO TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 7 39

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE TEPE STUDENS TEAMS ACHIEVEMENS DEVISIONS (STAD) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA KELAS IV A SD XAVERIUS METRO TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 6 25

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL COOPERATIVE LEARNING TEKNIK MAKE A MATCH SISWA KELAS V A SD NEGERI 2 METRO TIMUR TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 14 115

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TALKING STICK UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN TEMATIK KELAS IV SD NEGERI 4 METRO TIMUR TAHUN PELAJARAN 2013/2014

1 27 83

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PKn SISWA KELAS V SD NEGERI 4 METRO SELATAN TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 5 54

PENGUNAAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA ILMU PENGETAHUAN SOSIAL KELAS V SD NEGERI 6 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 4 47

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VA SD NEGERI 4 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2014/2015

1 9 101

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA KELAS IV SD NEGERI 7 METRO BARAT

0 5 79

PENERAPAN MODEL PROBLEM POSING UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VA SD NEGERI 10 METRO TIMUR TAHUN PELAJARAN 2014/2015

0 6 71