PENGUNAAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA ILMU PENGETAHUAN SOSIAL KELAS V SD NEGERI 6 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2012/2013

(1)

PENGUNAAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS

DAN HASIL BELAJAR SISWA ILMU PENGETAHUAN SOSIAL KELAS V SD NEGERI 6 METRO PUSAT TAHUN

PELAJARAN 2012/2013

Oleh

YUDI PRASETYO

Data observasi awal yang diperoleh di SD Negeri 6 Metro Pusat, aktivitas dan hasil belajar siswa masih rendah khususnya mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial, pada semester satu kelas Va Tahun pelajaran 2012/2013 rata-rata nilainya 58,75, sedangkan kriteria ketuntasan minimal adalah 60. Untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa tersebut perlu adanya perbaikan model pembelajaran. Peneliti menerapkan model Cooperative Learning STAD yang bertujuan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. Penelitian ini melibatkan 32 siswa, terdiri dari 14 siswa laki-laki dan 18 siswa perempuaan, kelas Va SD Negeri 6 Metro Pusat pada semester1 tahun pelajaran 2012/2013.

Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK), masing-masing siklus terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Pengumpulan data dilakukan dengan lembar observasi siswa serta tes hasil belajar disetiap siklusnya. Selanjutnya data dianalisis dengan analisis kualitatif dan analisis kuantitatif.

Hasil penelitian menunjukkan terjadi peningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari persentase beberapa aktivitas siswa pada siklus I adalah 55,40% dengan kurang Aktif, dan pada siklus II menjadi 77,19 dengan kategori Aktif.Sedangkan nilai rata-rata hasil belajar siswa pada siklus I adalah 55,47 dengan kategori belum tuntas dan mengalami peningkatan 13,75% pada siklus II menjadi 77,19 dengan kategori tuntas. Ketuntasan siswa pada siklus I hanya mencapai 62,5% (20 siswa) dan meningkat pada siklus II menjadi 100% (32 siswa).

Dapat disimpulkan bahwa penggunaan Model Cooperative Learning Tipe STAD dalam proses pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial siswa kelas V SD Negeri 6 Metro Pusat dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.


(2)

PENGGUNAAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS

DAN HASIL BELAJAR SISWA ILMU PENGETAHUAN SOSIAL KELAS V SD NEGERI 6 METRO PUSAT TAHUN

PELAJARAN 2012/2013

Oleh

YUDI PRASETYO

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

Pada

Jurusan Ilmu Pendidikan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2013


(3)

(4)

(5)

(6)

I DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Penulis di lahirkan di Metro pada tanggal 7 Juli 1980 sebagai anak Pertama dari dua bersaudara, pasangan dari Bapak Paimin dan Ibu Tutik Puryanti . Pendidikan yang dialami penulis dimulai dari. SD Negeri 3 Metro Barat selesai tahun 1993. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan di SLTP Negeri 5 Metro lulus tahun 1996. Selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan di SMK Gajah Mada Metro lulus tahun 1999. Dan penulis meljanutkan kembali ke DII-PGSD Unila Lulus Tahun 2008

Penulis memulai karir sebagai guru di SD Negeri 5 Metro Barat pada tahun 2008 sampai dengan 2009. Pada tahun 2009 penulis diangkat menjadi PNS di Sekolah Luar Biasa (SLB) sampai Tahun 2011.Kemudian pindah ke SDN 6 Metro Pusat hingga sekarang. Pada Tahun 2010 penulis melanjutkan kembali pendidikannya ke SI PGSD Dalam Jabatan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.


(7)

I DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 3

C. Rumusan Masalah ... 3

D. Tujuan ... 4

E. Manfaat penelitian ... 4

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Belajar ... 6

B. Aktivitas Belajar ... 7

C. Hasil Belajar ... 8

D. Pengertian Cooperative Learning ... 9

E. Pengertian STAD ... 10

F. Langkah –langkah Pembelajaran Cooperative Learning ... 11

G. Kelebiahan dan Kelemahan Cooperative learning ... 12

H.Tahap Pelaksanan Pembelajaran ... 12

I. Pembelajaran IPS SD ... 15

J. Hipotensis ... 19

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A.Metode Penelitian ... 20

B.Rencana Penelitian ... 21

C.Subjek Penelitian ... 21

D.Alur Penelitian ... 21

E. Teknik Pengumpulan Data ... 26

F. Alat Pengumpulan Data ... 29

G.Tehnik Analisis Data ... 29

H.Indikator Keberhasilan ... 31

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Profil SD Negeri 6 Metro Pusat ... 32

B. Diskripsi Penelitian ... 32


(8)

II BAB V SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan ... 59

B. Saran ... 60

DAFTAR PUSTAKA ... 61


(9)

I DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1. Contoh Lembar Hasil Belajar Siswa Tiap Siklus ... 27

3.2. Lembar Observasi aktivitas Siswa ... 28

3.3. Kinerja Guru... 28

3.4. Penilian Aktivitas Belajar Siswa ... 30

3.5. Nilai Ketuntasan Belajar Siswa ... 30

3.6. Distribusi Frekuensi Penilian Siswa ... 31

4.1. Observasi Kinerja Guru pada Pembelajaran Siklus I ... 39

4.2. Aktivitas Belajar Siswa Silkus I Pertemuan ke 1 ... 40

4.3 Hasil Belajar Siswa Siklus I ... ` 42

4.4 Kenerja Guru Pada Kegiatan Pembelajaran Siklus II ... 49

4.5 Aktivitas Belajar Siswa Siklus II petemuan ke 1 dan 2 ... 51

4.6 Persentase Aktivitas Belajar Siswa Siklus II ... 52

4.7 Hasil Belajar Siswa Siklus II ... 53

4.8 Rekapitulasi Presentase Kinerja Guru ... 55

4.9 Rekapitulasi Presentase Aktivitas Siswa per -siklus ... 56


(10)

I DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman 3.1. Bagan Siklus Penelitian Tindakan Kelas ... 20 4.1 Grafik Rekapitulasi Presentase Kinerja Guru ... 55 4.2. Grafik Rekapitulasi Prsentase Aktivitas Siswa Per-Siklus ... 57


(11)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 dijelaskan bahwa Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab (Depdiknas, 2004).

Ilmu Pengetahuan Sosial Sekolah Dasar merupakan mata pelajaran yang mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial dan kewarganegaraan. Ilmu Pengetahuan Sosial bertujuan untuk: (a) mengajarkan konsep-konsep dasar sejarah, sosiologi, antropologi,

ekonomi, dan kewarganegaraan melalui pendekatan pedagogis dan psikologis, (b) mengembangkan kemampuan berpikir kritis, kreatif, inkuiri, problem

solving, dan keterampilan sosial, (c) membangun komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan, (d) meningkatkan kerjasama dan


(12)

kompetensi dalam masyarakat yang heterogen, baik secara nasional maupun global (Sapriya, 2007:13).

Persoalan pokok yang dihadapi siswa Kelas V SDN 6 Metro Pusat dalam belajar Ilmu Pengetahuan Sosial adalah rasa bosan dan jenuh, sehingga minat, aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial rendah. Hal ini terlihat dari kesalahan siswa dalam mengerjakan soal-soal dan rendahnya prestasi belajar siswa baik dalam ulangan harian, maupun ulangan akhir semester. Biasanya guru hanya menggunakan metode ceramah dan latihan- latihan, guru kurang mampu merangsang siswa untuk terlibat secara aktif dalam proses belajar mengajar sehingga anak mudah lupa dengan apa yang sudah ia peroleh. Jadi, metode ceramah dan latihan- latihan tidak sepenuhnya dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan sosial.

Hasil belajar siswa mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial kelas V Semester I tahun pelajaran 2012/2013 di SD Negeri 6 Metro Pusat nilai rata-ratanya yaitu 58,75, sedangkan nilai Kriteria Ketuntasan Minimal sekolah tersebut untuk mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial adalah 60. Rendahnya hasil belajar siswa tersebut diduga kuat akibat guru belum mampu menciptakan suasana belajar yang menarik dan menyenangkan sehingga minat dan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran sangat rendah.

Sehubungan dengan masalah diatas, diperlukan perbaikan model pembelajaran yang dapat memotivasi siswa agar lebih aktif, kreatif, dan inovatif sehingga dapat mengembangkan potensi dan kemampuan yang dimiliki, serta dapat


(13)

menemukan makna yang dalam dari apa yang dipelajarinya. Salah satu model pembelajaran yang dipandang bisa menfasilitasi yaitu Model Cooperative Learning Tipe STAD (Student Teams Achievement Division). Dalam Cooperative Learning (pembelajaran Cooprative ) terdapat ketergantungan positif diantara siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Aktivitas belajar berpusat pada siswa dalam bentuk diskusi, mengerjakan tugas bersama, saling membantu dan saling mendukung dalam memecahkan masalah (Asma, 2006).

Berdasarkan uraian di atas, maka perlu kiranya dilakukan perbaikan kualitas pembelajaran dengan menggunakan Model Cooperative Learning Tipe STAD (Student Teams Achievement Division) untuk meningkatkan proses dan hasil pembelajaran siswa. Oleh sebab itu penulis mengangkat judul

“Penggunaan Model Cooperative Learning Tipe STAD (Student Teams

Achievement Divisions) untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Kelas V SD Negeri 6 Metro Pusat Tahun Pelajaran 2012/ 2013”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

a. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di Kelas V siswa kurang aktif b. Rendahnya aktivitas belajar siswa kelas Va SDN 6 Metro Pusat pada

proses pembelajaran berlangsung.


(14)

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan yang dikemukakan di atas dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial dengan menggunakan model Coopratifve Learning tipe STAD dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas Va SDN 6 Metro Pusat ?

2. Bagaimanakah pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial dengan menggunakan model Cooperative Learnig tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas SDN Va SDN 6 Metro Pusat ?

D. Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah sebagaimana telah dikemukakan di atas maka tujuan penelitian adalah untuk

1. Meningkatkan aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial SD dengan menggunakan model Cooperative Learning Tipe STAD.

2. Meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial SD dengan menggunakan model Cooperative learning Tipe STAD.

E. Manfaat Penelitian

Adapun hasil penelitian tindakan kelas ini dapat memberikan manfaat bagi: 1. Siswa

a. Dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa di kelas V SDN 6 Metro Pusat.


(15)

b. Dapat meningkatkan hasil belajar siswa di kelas V SDN 6 Metro Pusat 2. Guru

Dapat memperluas wawasan guru, meningkatkan profesionalisme guru, menambah keterampilan guru dalam menggunakan model-model pembelajaran IPS

3. Sekolah

Dapat memberikan kontribusi perbaikan dalam pembelajaran di sekolah.

4. Peneliti

Dapat menambah pengetahuan serta wawasan peneliti dalam menerapkan model Cooperative Learning Tipe STAD pada pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial, serta dapat memecahkan permasalahan yang terdapat di sekolah dasar.


(16)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Belajar

Kegiatan pembelajaran meliputi belajar dan mengajar yang keduanya saling berhubungan. Kegiatan belajar merupakan kegiatan aktif siswa untuk membangun makna atau pemahaman terhadap suatu objek atau suatu peristiwa. Belajar adalah suatu kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Dengan belajar manusia dapat mengembangkan potensi-potensi yang dibawanya sejak lahir.

Skinner dalam Angkowo dan Kosasih (2007: 47) belajar adalah suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif. Belajar merupakan tahap perubahan tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif.

Gagne dalam Selameto (2003: 33) mendefinisikan belajar merupakan suatu proses yang terorganisasi sehingga menjadi perubahan tingkah laku pembelajar akibat pengalaman. Menurut teori belajar kognitivisme, belajar adalah perubahan persepsi dan pemahaman. Perubahan persepsi dan pemahaman ini tidak selalu berbentuk perubahan tingkah laku yang dapat diamati. Dengan demikian penulis mengambil kesimpulan belajar adalah suatu kegiatan yang terjadi di dalam


(17)

lingkungan demi menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, keterampilan, dan nilai sikap.

B. Aktivitas Belajar

Aktivitas belajar adalah segala sesuatu yang dilakukan dalam kegiatan belajar. Beberapa pendapat para ahli tentang pengertian aktivitas belajar diantaranya, menurut Poerwadarminta (2003: 23) aktivitas adalah kegiatan. Jadi aktivitas belajar adalah kegiatan-kegiatan siswa yang menunjang keberhasilan belajar.

Dalam hal kegiatan belajar, Rousseau dalam Hidayah (2006:14) memberikan penjelasan bahwa segala pengetahuan itu harus diperoleh dengan pengamatan sendiri, penyelidikan sendiri, dengan bekerja sendiri baik secara rohani maupun teknis. Tanpa ada aktivitas, proses belajar tidak mungkin terjadi.

Sardiman dalam Juliantara (2010: 121) pada prinsipnya belajar adalah berbuat, tidak ada belajar jika tidak ada aktivitas. Itulah mengapa aktivitas merupakan prinsip yang sangat penting dalam interaksi belajar mengajar. Dalam aktivitas belajar ada beberapa prinsip yang berorientasi pada pandangan ilmu jiwa, yaitu pandangan ilmu jiwa lama dan modern. Menurut pandangan ilmu jiwa lama, aktivitas didominasi oleh guru sedangkan menurut pandangan ilmu jiwa modern, aktivitas didominasi oleh siswa.

Sudjana dalam Juliantara (2010:142) kegiatan belajar/ aktivitas belajar sebagai proses terdiri atas enam unsur yaitu tujuan belajar, siswa yang termotivasi, tingkat kesulitan belajar, stimulus dari lingkungan, pesrta didik yang memahami situasi, dan pola respons siswa.


(18)

Belajar bukanlah proses dalam kehampaan.Tidak pula pernah sepi dari berbagai aktivitas. Tak pernah terlihat orang belajar tanpa melibatkan aktivitas raganya. Apalagi bila aktivitas belajar itu berhubungan dengan masalah belajar menulis, mencatat, memandang, membaca, mengingat, berfikir, latihan atau praktek dan sebagainya.

Dari berbagai pengertian di atas dapat disimpulkan aktivitas belajar adalah seluruh kegiatan siswa dalam proses belajar, mulai dari kegiatan fisik sampai kegiatan psikis.

C. Hasil Belajar

Dalam kegiatan belajar, banyak orang menganggap bahwa hasil belajar adalah suatu hal yang sangat penting untuk mengetahui keberhasilan belajar seseorang. Hasil belajar adalah hasil yang diperoleh dari peroses belajar yang telah dilakukan oleh seseorang. Hasil belajar tersebut bisa dilihat dengan adanya perubahan- perubahan baik dari segi pengetahuan, sikap, maupun keterampilan.

Darmansyah (2006: 13) menyatakan bahwa hasil belajar adalah hasil penilaian terhadap kemampuan siswa yang ditentukan dalam bentuk angka. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan hasil belajar adalah hasil penilaian terhadap kemampuan siswa setelah menjalani proses pembelajaran. Hasil belajar ialah suatu akibat dari proses belajar (Sujana dalam Kunandar (2010 :276) .

Belajar merupakan proses aktif dari siswa dalam membangun pengetahuan, bukan hanya proses pasif yang hanya menerima kucuran ceramah guru tentang pengetahuan. Sehingga jika pembelajaran tersebut tidak memberikan kesempatan


(19)

pada siswa untuk berperan aktif, maka pembelajaran tersebut bertentangan dengan hakikat belajar. Peran siswa sangat penting dalam rangka pembentukan generasi yang kreatif, yang mampu menghasilkan sesuatu untuk kepentingan dirinya dan orang lain.

D. Pengertian Cooperative Learning

Cooperative adalah mengerjakan sesuatu bersama-sama dengan saling membantu satu sama lain sebagai satu tim. Sedangkan Cooperative Learning artinya belajar bersama-sama, saling membantu antara satu sama lain dalam belajar dan memastikan bahwa setiap orang dalam kelompok mencapai tujuan atau tugas yang telah ditentukan sebelumnya

Lie (2008:7) menyatakan bahwa suasana belajar cooperative menghasilkan prestasi yang lebih tinggi, hubungan yang lebih positif, dan penyesuaian psikologis yang lebih baik daripada suasana belajar yang penuh dengan persaingan dan memisah-misahkan siswa. Pembelajaran cooperative merupakan strategi pembelajaran yang menitikberatkan pada pengelompokkan siswa dengan tingkat kemampuan akademik yang berbeda ke dalam kelompok-kelompok kecil. Kepada siswa diajarkan keterampilan-keterampilan khusus agar dapat bekerja sama dengan baik dalam kelompoknya, seperti menjelaskan kepada teman sekelompoknya, menghargai pendapat teman, berdiskusi dengan teratur, siswa yang pandai membantu yang lebih lemah

Menurut Slavin dalam Isjoni (2010: 15), cooperative adalah suatu model pembelajaran dimana sistem belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil yang berjumlah 4-6 orang secara kolaboratif sehingga dapat merangsang siswa


(20)

lebih bergairah dalam belajar. Menurut Johnson & Johnson dalam Isjoni (2010: 17), Cooperative Learning adalah mengelompokkan siswa di dalam kelas ke dalam suatu kelompok kecil agar siswa dapat bekerja sama dengan kemampuan maksimal yang mereka miliki dan mempelajari satu sama lain dalam kelompok tersebut. Jadi Cooperative Learning adalah model pembelajaran yang mengelompokkan siswa ke dalam kelompok-kelompok kecil agar dapat bekerjasama untuk memperoleh kemampuan yang maksimal.

E. Pengertian Tipe STAD ( Student Team Achevemt Division )

Tipe STAD ini dikembangkan oleh Slavin, dan merupakan salah satu tipe Cooprative yang menekankan pada adanya aktivitas dan interaksi diantara siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal. Pada proses pembelajarannya, belajar Cooprative tipe STAD melalui lima tahapan yang meliputi: 1) tahap penyajian materi, 2) tahap kegiatan kelompok, 3) tahap tes individual, 4) tahap penghitungan skor individu, dan 5) tahap pemberian penghargaan kelompok (Slavin, 2010: 158).

Menurut Slavin (2010: 144) menyatakan bahwa pada STAD siswa dalam satu kelas tertentu dibagi menjadi kelompok dengan anggota 4-5 orang, setiap kelompok haruslah heterogen, terdiri dari laki dan perempuan, berasal dari berbagai suku, memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah. Anggota tim menggunakan lembar kegiatan atau perangkat pembel;ajaran yang lain untuk menuntaskan materi pelajarannya dan kemudian saling membantu satu sama lain untuk memahami bahan pelajaran melalui tutorial, kuis, satu sama lain dan atau


(21)

melakukan diskusi, setiap dua minggu siswa diberi kuis. Kuis itu diskor dan tiap individu diberi skor perkembangan.

STAD (Student Team Achievement Divisions) adalah salah satu tipe pembelajaran Cooprative yang paling sederhana. Siswa ditempatkan dalam tim belajar beranggotakan empat orang yang merupakan campuran menurut tingkat kinerjanya, jenis kelamin dan suku. Guru menyajikan pelajaran kemudian siswa bekerja dalam tim untuk memastikan bahwa seluruh anggota tim telah menguasai pelajaran tersebut. Akhirnya seluruh siswa dikenai kuis tentang materi itu dengan catatan, saat kuis mereka tidak boleh saling membantu. tipe pembelajaran inilah yang akan diterapkan dalam pembelajaran matematika.

F. Langkah-langkah Pembelajaran Cooprative Learning Tipe STAD

Langkah-langkah pembelajaran STAD terdiri dari lima komponen utama yaitu :

1) Presentasi Kelas

Guru terlebih dahulu menyajikan materi dalam kelas, bisa juga memasukkan presentasi audiovisual

2) Tim

Tim terdiri dari empat atau lima siswa yang dibetuk berdasarkan prestasi, jenis kelamin, ras dan etnis. Setelah guru menyampaikan materinya, tim berkumpul untuk mempelajari lembar kegiatan dalam tim mereka untuk menguasai materi.

3) Kuis

Guru memberikan kuis yang harus dikerjakan siswa secara individu. 4) Skor kemajuan individual


(22)

Tiap siswa diberi skor awal yang diperoleh dari rata-rata kinerja siswa tersebut sebelumnya dalam mengerjakan kuis yang sama. Siswa selanjutnya akan mengumpulkan poin untuk tim mereka berdasarkan tingkat kenaikan skor kuis mereka dibandingkan skor awal.

5) Rekognisi tim

Tim akan mendapatkan sertifikat atau bentuk penghargaan yang lain apabila skor rata-rata mereka mencapai kriteria tertentu.

G. Kelebihan dan Kekurangan Cooperative Learning Tipe STAD

Kelebihan dari model Cooperative Learning Tipe STAD yaitu (1) dapat meningkatkan motivasi siswa dalam belajar, (2) dapat meningkatkan prestasi belajar siswa, (3) dapat meningkatkan kreativitas siswa, (4) dapat mendengar, menghormati, serta menerima pendapat siswa lain, (5) dapat mengurangi kejenuhan dan kebosanan, (6) dapat mengidentifikasikan perasaannya juga perasaan siswa lain, (7) dapat menyakinkan dirinya untuk orang lain dengan membantu orang lain dan menyakinkan dirinya untuk saling memahami dan saling mengerti. (http//hendygoblog.blogspot.com/2012/02/10perbandingan-penerapan- pembelajaran.html).

Kekurangan dari model Cooperative Learning Tipe STAD yaitu (1) setiap siswa harus berani berpendapat atau menjelaskan kepada teman-temannya, (2) sarana dan fasilitas yang dibutuhkan dalam pembelajaran Cooprative tipe STAD ini harus lengkap, (3) memerlukan banyak waktu


(23)

(http//hendygoblog.blogspot.com/2012/02/10perbandingan-penerapan pembelajaran.html).

H. Tahap Pelaksanaan Pembelajaran Model SATAD

Langkah-langkah pembelajaran Model Cooperative Learning Tipe STAD adalah sebagai berikut:

1) Persiapan pembelajaran a) Materi

Materi pembelajaran dirancang sedemikian rupa untuk pembelajaran secara berkelompok. Sebelum menyajikan materi pelajaran, dibuat lembar kegiatan siswa (LKS) yang akan dipelajari kelompok, dan lembar jawaban dari kegiatan tersebut.

b) Membagi siswa dalam Kelompok

Membagi siswa dalam kelompok berdasarkan tingkat prestasi, jenis kelamin dan suku yang masing-masing kelompok terdiri dari 4 atau 5 orang.

c) Menentukan skor dasar

Skor dasar diperoleh dari tes kemampuan prasyarat/tes pengetahuan awal sebelum menggunakan STAD. Selain itu, nilai siswa pada semester sebelumnya juga dapat digunakan sebagai skor dasar.


(24)

2) Penyajian materi

Penyajian materi ini menggunakan waktu sekitar 20-45 menit. Sebelum menyajikan materi pelajaran, guru dapat memulai dengan menjelaskan tujuan pelajaran, memberikan motivasi untuk berCooprative , menggali pengetahuan prasyarat, dan sebagainya.

3) Kegiatan belajar kelompok

Dalam setiap kegiatan belajar kelompok digunakan lembar kegiatan, lembar tugas, dan lembar kunci jawaban masing-masing dua lembar untuk setiap kelompok, dengan tujuan agar terjalin kerjasama di antara anggota kelompoknya. Lembar kegiatan dan lembar tugas diserahkan pada saat kegiatan belajar kelompok, sedangkan kunci jawaban diserahkan setelah kegiatan kelompok selesai dilaksanakan.

4) Pemeriksaan terhadap hasil kegiatan kelompok

Pemeriksaan terhadap hasil kegiatan kelompok dilakukan dengan mempresentasikan hasil kegiatan kelompok di depan kelas oleh wakil dari setiap kelompok. Pada tahap ini diharapkan terjadi interaksi antar anggota kelompok penyaji dengan anggota kelompok lain untuk melengkapi jawaban kelompok tersebut. Pada tahap ini juga dilakukan pemeriksaan hasil kegiatan kelompok dengan memberikan kunci jawaban dan setiap kelompok memeriksa sendiri hasil pekerjaannya serta memperbaiki jika masih terdapat kesalahan-kesalahan.


(25)

Pada tahap ini siswa harus memperhatikan kemampuannya dan menunjukkan apa yang diperoleh pada kegiatan kelompok dengan cara menjawab soal tes sesuai dengan kemampuannya. Siswa tidak diperkenankan untuk bekerja sama.

6) Pemeriksaan hasil tes

Pemeriksaan hasil tes dilakukan oleh guru dengan membuat daftar skor peningkatan setiap individu, yang kemudian dimasukkan menjadi skor kelompok. Peningkatan rata-rata skor setiap individual merupakan sumbangan bagi kinerja pencapaian kelompok.

7) Penghargaan kelompok

Setelah diperoleh hasil kuis, kemudian dihitung skor peningkatan individual berdasarkan selisih perolehan skor dasar dengan skor kuis terakhir. Berdasarkan skor peningkatan individual dihitung poin perkembangan dengan menggunakan pedoman yang disusun oleh Slavin (1995) sebagai berikut :

 Lebih dari 10 poin di bawah skor dasar 5 poin  10 poin di bawah sampai 1 poin di bawah skor dasar 10 poin  Skor dasar sampai 10 poin di atas skor dasar 20 poin  Lebih dari 10 poin skor dasar 30 poin  Pekerjaan sempurna (tanpa memperhatikan skor dasar) 30 poin Pemberian penghargaan kelompok yang memperoleh poin perkembangan kelompok tertinggi ditentukan dengan rumus sebagai berikut :


(26)

Jumlah total perkembangan anggota N =

Jumlah anggota kelompok yang ada

Berdasarkan poin perkambangan yang diperoleh terdapat tiga tingkatan penghargaan yang diberikan yaitu :

1. Kelompok yang memperoleh poin rata-rata 15, sebagai kelompok baik

2. Kelompok yang memperoleh poin rata-rata 20, sebagai kelompok hebat

3. Kelompok yang memperoleh poin rata-rata 25, sebagai kelompok super. (Slavin dalam Isjoni, 2012)

I. Pembelajaran IPS SD

Arends (Suwarjo, 2008) menjelaskan bahwa model pembelajaran merupakan suatu pendekatan atau rencana pengajaran yang mengacu pada pendekatan secara menyeluruh yang memuat tujuan, tahapan-tahapan kegiatan, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas.

Eggen dkk (Aziz Wahab, 2007) menyebutkan bahwa sebuah model mengajar dapat dianggap sebagai sebuah bentuk cetak biru untuk mengajar. Guru disamakan dengan pelaksana bangunan, dan jika seseorang pelaksana bangunan bertanggung jawab terhadap struktur maka guru bertanggung jawab secara menyeluruh terhadap pencapaian tujuan pelajaran.


(27)

Metode dan Model pembelajaran yang inovatif dan dapat diterapkan di dalam pembelajaran IPS antara lain (Hidayati:2007) :

a. Metode Inquiry; b. Metode Pemecahan Masalah (Problem Solving; c. Model Pembelajaran Contectual Teaching and Learning (CTL) ; d. Model Pembelajaran Cooperative Learning ; e. Metode Demonstrasi; f. Metode Karyawisata; g. Metode Role Playing; h. Metode Simulasi.

Dari pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran adalah rencana kegiatan pembelajaran yang dilakukan guru dan siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran yang efektif dan efisien. Seorang guru dapat saja memilih dari berbagai strategi mengajar yang ada. Pemilihan itu tentu didasarkan pada bentuk-bentuk tujuan yang hendak dicapai. Ketepatan guru dalam memilih model pembelajaran akan berpengaruh terhadap keberhasilan dan hasil belajar siswa.

1.Pengertian IPS SD

Pengertian IPS adalah bidang studi yang mempelajari dan menelaah serta menganalisis gejala dan masalah sosial di masyarakat ditinjau dari berbagai aspek kehidupan secara terpadu, sedangkan pengertian ilmu sosial adalah semua bidang ilmu yang berkenaan dengan manusia dalam konteks sosialnya atau semua bidang ilmu yang mempelajari manusia sebagai anggota masyarakat.

IPS merupakan suatu program pendidikan dan bukan sub-disiplin ilmu tersendiri, sehingga tidak akan ditemukan baik dalam nomenklatur filsafat ilmu, disiplin ilmu-ilmu sosial (social science), maupun ilmu pendidikan


(28)

(Sumantri. 2001: 89). Social Scence Education Council (SSEC) dan National Council for Social Studies (NCSS), menyebut IPS sebagai “Social Science Education” dan “Social Studies”. Dengan kata lain, IPS mengikuti cara pandang yang bersifat terpadu dari sejumlah mata pelajaran seperti: geografi, ekonomi, ilmu politik, ilmu hukum, sejarah, antropologi, psikologi, sosiologi, dan sebagainya.

Dalam Peraturan Menteri No.22 tahun 2006 tentang standar isi mengemukakan bahwa Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB. IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Pada jenjang SD/MI mata pelajaran IPS memuat materi Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan Ekonomi. Melalui mata pelajaran IPS, peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi warga negara Indonesia yang demokratis, dan bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai.

Sedangkan menurut Kurikulum 2006, Ilmu Pengetahuan sosial sekolah dasar merupakan mata pelajaran yang mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial dan kewarganegaraan (http://megaziza.web.id.jam 08.40/06me2011).

IPS merupakan ilmu yang disederhanakan untuk tujuan pendidikan yang berisikan aspek-aspek ilmu sejarah, ekonomi, politik, sosiologi, antropologi, psikologi, geografi, filsafat yang dipilih untuk tujuan


(29)

pembelajaran sekolah dan perguruan tinggi (Barr, Barth, Shermis, 1997 dalam Sapriya, 2007 : 12).

Deobold B. Van Dalen mengemukakan bahwa “ilmu-ilmu sosial

mempelajari tingkah laku manusia”. Sedangkan tingkah laku manusia di masyarakat itu banyak aspeknya, seperti aspek ekonomi, aspek sikap mental, aspek budaya, aspek hubungan sosial, dan lain sebagainya.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa IPS adalah bidang studi yang menelaah dan menganalisis gejala, isu sosial, dan masalah sosial dimasyarakat berdasarkan Fakta, konsep, dan generalisasi yang terdiri atas dua kajian pokok yaitu pengetahuan sosial (antropologi, sosiologi, geografi, ekonomi, dan tata negara) dan sejarah (perkembangan masyarakat Indonesia sejak masa lalu hingga masa kini.

2.Tujuan Pembelajaran IPS SD

Mata pelajaran IPS bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut (Peraturan Menteri No.22 tahun 2006 tentang standar isi).

1. Mengenal konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya.

2. Memiliki kemampun dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sehari-hari (sosial).

3. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dam kemanusiaan.


(30)

4. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama, dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional,maupun global.

J. Hipotesis

Berdasarkan tinjauan pustaka di atas dapat ditarik hipotesis tindakan sebagai berikut : Apabila dalam pembelajaran IPS menggunakan model Pembelajaran Cooperative Learning tipe STAD dengan menggunakan langkah-langkah yang tepat maka dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas V SDN 6 Metro Pusat Kota Metro


(31)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian

Penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya melalui refleksi diri dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat (Wardhani: 2008:11). Penelitian Tindakan Kelas dilaksanakan dalam bentuk siklus yang terdiri dari empat tahap yaitu (1) perencanaan (planning), (2) pelaksanaan (acting), (3) pengamatan (observing), dan (4) refleksi (reflecting).

Bagan Siklus Penelitian Tindakan Kelas

Gambar bagan Siklus Penelitian Tindakan Kelas (diadopsi Arikunto,Suharsimi, dkk:2006)

Perencanaan

SIKLUS I

Pengamatan Perencanaan

SIKLUS II Pengamatan

Pelaksanaan

Pelaksanaan Refleksi

Refleksi


(32)

B. Rencana Penelitian a. Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di SD Negeri 6 Metro Pusat, Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2012/2013.

b. Waktu Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini diperkirakan akan dilaksanakan dalam tiga bulan pada semester Ganjil tahun pelajaran 2012/2013.

.

C. Subjek Penelitian

Subjek penelitian tindakan kelas adalah Guru dan siswa kelas V SDN 6 Metro Pusat dengan jumlah siswa sebanyak 32 siswa terdiri dari 16 siswa laki – laki dan 16 siswa perempuan.

D. Alur Penelitian Siklus I

Pada siklus pertama ini kompetensi dasarnya adalah “1.1. Mengenal makna peninggalan-peninggalan sejarah yang berskala nasional dan masa HinduBudha, dan Islam di Indonesia”.

Secara rinci pelaksanaan pembelajaran penelitian tindakan kelas ini meliputi langkah-langkah:

a. Tahap perencanaan

1. Menyiapkan perangkat pembelajaran seperti silabus, RPP, lembar evaluasi yang terdiri dari soal, kunci jawaban, sumber belajar (buku


(33)

paket), dan media pembelajaran yang akan digunakan selama proses pembelajaran.

2. Menyiapkan lembar observasi untuk mengamati kegiatan guru dan siswa selama pembelajaran berlangsung.

3. Menyusun kegiatan belajar mengajar menggunakan model Cooperative Learning tipe STAD.

4. Menyusun lembar kerja siswa (LKS) yang akan dipelajari kelompok, lembar jawaban, dan lembar kegiatan.

5. Menyusun soal tes formatif sebagai pretes (skor dasar) dan pengamatan aktivitas siswa.

b. Tahap pelaksanaan

1. Guru melaksanakan tes awal (pretest) untuk mengetahui tentang pengetahuan awal siswa sebelum memulai materi.

2. Guru membentuk siswa menjadi 8 kelompok, tiap kelompok terdiri dari 4 siswa secara heterogen (menurut prestasi, jenis kelamin, suku, agama, dsb).

3. Guru mempersiapkan gambar-gambar peninggalan sejarah dari masa Hindu-Budha dan Islam yang ada di Indonesia.

4. Siswa menempelkan gambar-gambar yang telah di siapkan guru di papan tulis.

5. Setiap kelompok menganalisis gambar, mengerjakan tugas berupa Lembar Kerja Siswa (LKS) kemudian mendiskusikannya, hasilnya dicatat pada kertas (LKS terlampir).


(34)

6. Mempresentasikan hasil kegiatan kelompok di depan kelas oleh wakil setiap kelompok.

7. Setiap kelompok memeriksa sendiri hasil pekerjaannya serta memperbaikinya jika masih terdapat kesalahan-kesalahan.

8. Guru memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran Cooprative . 9. Guru memberi kesempatan untuk berfikir, menganalisis,

menyelesaikan masalah, dan bertindak tanpa rasa takut.

10.Guru memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan hasil kerja individual maupun kelompok.

11.Siswa diberikan kesempatan untuk menanyakan hal-hal yang tidak dimengerti.

12.Melakukan tes formatif sebagai postest secara individu. c. Tahap Observasi

1. Melakukan pengamat terhadap siswa dan guru dalam proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Cooperative Learning Tipe STAD.

2. Mencatat pada lembar observasi setiap kegiatan dan perubahan yang terjadi pada saat pembelajaran IPS berlangsung.

d. Tahap Refleksi

1. Menganalisis temuan saat pelaksanaan observasi.

2. Menganalisis kelemahan dan keberhasilan guru saat menerapkan model Cooperative Learning Tipe STAD.


(35)

4. Melakukan refleksi terhadap aktivitas siswa dan guru saat pembelajaran berlangsung.

5. Melakukan refleksi terhadap hasil belajar siswa.

Siklus II

Berdasarkan hasil temuan kesulitan dan kelemahan yang terjadi pada proses pembelajaran siklus I, maka dilakukan perbaikan dan pengembangan tindakan pada siklus II. Materi pembelajaran pada siklus II masih sama dengan siklus I namun dengan sub pokok bahasan yang berbeda yaitu Tokoh-tokoh sejarah pada masa Hindu-Budha dan Islam di Indonesia . Secara rinci pelaksanaan pembelajaran penelitian tindakan kelas ini meliputi langkah-langkah:

a. Tahap perencanaan

1. Menyiapkan perangkat pembelajaran seperti silabus, RPP, lembar evaluasi yang terdiri dari soal, kunci jawaban, sumber belajar (buku paket), dan media pembelajaran yang akan digunakan selama proses pembelajaran.

2. Menyiapkan lembar observasi untuk mengamati kegiatan guru dan siswa selama pembelajaran berlangsung.

3. Menyusun kegiatan belajar mengajar menggunakan model Cooperative Learning tipe STAD.

4. Menyusun lembar kerja siswa (LKS) yang akan dipelajari kelompok, lembar jawaban, dan lembar kegiatan.


(36)

5. Menyusun soal tes formatif sebagai pretes (skor dasar) dan pengamatan aktivitas siswa.

b. Tahap pelaksanaan

1. Guru melaksanakan tes awal (pretest) untuk mengetahui tentang pengetahuan awal siswa sebelum memulai materi.

2. Guru menjelaskan tentang beberapa tokoh-tokoh sejarah pada masa Hindu-Budha dan Islam di Indonesia dengan menggunakan media perangkat audiovisual.

3. Guru membentuk siswa menjadi 8 kelompok, tiap kelompok terdiri dari 4 siswa secara heterogen (menurut prestasi, jenis kelamin, suku, agama, dsb).

4. Guru mempersiapkan gambar-gambar tokoh-tokoh sejarah pada masa Hindu-Budha dan Islam di Indonesia.

5. Siswa menempelkan gambar tersebut di papan tulis.

6. Setiap kelompok diberikan tugas berupa lembar kerja siswa untuk dikerjakan (LKS terlampir).

7. Anggota kelompok yang sudah menguasai diminta menjelaskan pada anggota kelompoknya yang belum dapat mengerti sampai anggota kelompok itu mengerti dan memahami.

8. Mempresentasikan hasil kegiatan kelompok di depan kelas oleh wakil setiap kelompok.

9. Setiap kelompok memeriksa sendiri hasil pekerjaannya serta memperbaikinya jika masih terdapat kesalahan-kesalahan.


(37)

11.Guru memberi kesempatan untuk berfikir, menganalisis, menyelesaikan masalah, dan bertindak tanpa rasa takut.

12.Guru memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan hasil kerja individual maupun kelompok.

13.Siswa diberikan kesempatan untuk menanyakan hal-hal yang tidak dimengerti.

14.Melakukan tes formatif sebagai postest secara individu.

c. Tahap Observasi

1. Melakukan pengamat terhadap siswa dan guru dalam proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Cooperative Learning Tipe STAD.

2. Mencatat pada lembar observasi setiap kegiatan dan perubahan yang terjadi pada saat pembelajaran IPS berlangsung.

d. Tahap Refleksi

1. Merefleksikan proses pembelajaran dan hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran Cooperative Learning Tipe STAD serta menganalisis temuan dan hasil akhir penelitian.

2. Mengumpulkan dan menyusun data hasil pelaksanaan siklus I dan II untuk digunakan dalam laporan Penelitian Tindakan Kelas.


(38)

E. Teknik Pengumpulan Data 1. Teknik Tes

Teknik ini dilakukan untuk mengetahui tingkat ketercapaian hasil belajar siswa terhadap materi yang telah diberikan oleh guru dengan memberikan soal tes.

Tabel 3.1. Contoh Lembar Hasil Belajar Siswa Tiap Siklus

2. Teknik Non Tes

Teknik ini dilakukan untuk mengamati aktivitas belajar siswa saat mengikuti pembelajaran dan saat mengikuti diskusi kelompok selama proses pembelajaran berlangsung, dengan menggunakan lembar observasi.

a. Data Aktivitas Belajar Siswa

Data aktivitas peserta didik diperoleh dari observasi selama pembelajaran berlangsung. Pengamatan dilakukan dengan cara

No. Nama Siswa Nilai Keterangan

1 2 3 4 ....

Jumlah Modus Nilai Terendah

Nilai Tertinggi Rata-rata


(39)

mengamati aktivitas yang dilakukan peserta didik sesuai dengan lembar observasi.

Tabel 3.2 Lembar Oservasi Aktivitas Siswa

No Nama Siswa

Aspek yang Diamati Total Skor Aktivitas siswa dalam kelompok Partisi pasi siswa Motivasi dan semangat Interaksi antar sesama siswa Interaksi siswa dengan guru 1 2 3 ....

Sumber : Dimodifikasi dari Purwanto (2008)

b. Data Kinerja Guru dalam Pengelolaan Pembelajaran di Kelas

Data kinerja guru dilakukan selama pembelajaran berlangsung, diadakan observasi untuk mengamati pengelolaan pembelajaran melalui lembar observasi yang disesuaikan dengan tahap-tahap pembelajaran menggunakan model pembelajaran Cooprative Tipe STAD. Data dianalisis dengan menggunakan persentase sebagai berikut :

% 100 x SM JS NP Keterangan :

NP = Nilai persen yang sicari atau diharapkan JS = Jumlah skor yang diperoleh

SM = Skor maksimum ideal dari aspek yang diamati 100 = Bilangan tetap


(40)

Tabel 3.3 Kategori Kinerja Guru

D i

Sumber: Sowiyah (2010) F. Alat Pengumpulan Data

1. Lembar Panduan Observasi

Instrumen ini dirancang peneliti berkolaborasi dengan guru kelas lain. Lembar observasi ini digunakan untuk mengumpulkan data mengenai kinerja guru dan aktivitas belajar siswa selama penelitian tindakan kelas dalam pembelajaran IPS dengan Cooperative Learning tipe STAD.

2. Soal-soal Tes

Instrumen ini digunakan untuk menjaring data mengenai peningkatan hasil belajar atau prestasi belajar siswa khususnya mengenai penguasaan terhadap materi yang dibelajarkan dengan menggunakan soal postes dan pretes

G. Teknik Analisis Data 1. Analisis Kualitatif

Analisis kualitatif digunakan untuk menganalisis data yang terdiri dari data aktivitas siswa dan guru selama pembelajaran berlangsung. Data diperoleh dengan mengadakan pengamatan secara langsung terhadap

No Rentang Nilai Kategori

1 91-100 Baik Sekali

2 76 - 90 Baik

3 61 - 75 Cukup


(41)

aktivitas siswa selama pembelajaran dilakukan dengan menggunakan lembar observasi aktivitas siswa. Data aktivitas diperoleh berdasarkan perilaku yang sesuai dan relevan dengan kegiatan pembelajaran. Data nilai aktivitas siswa dari setiap siklus akan dianalisis.

Tabel 3.4 Penilaian Aktivitas Belajar Siswa

Sumber : Memes (Sayuti, 2010:17)

2. Analisis Kuantitatif

Analisis Kuantitatif digunakan untuk mendeskripsikan berbagai dinamika kualitas hasil belajar siswa. Peneliti menjumlahkan nilai yang diperoleh siswa, selanjutnya dibagi dengan jumlah siswa kelas tersebut sehingga diperoleh nilai rata-rata. Nilai rata-rata ini didapat dengan menggunakan rumus:

No Rentang Nilai Kategori

1 ≥ 75 % Aktif

2 59,5 % - <75% Cukup Aktif


(42)

Tabel 3.5 Nilai Ketuntasan Belajar Siwa

Sumber : Aqib, dkk (2009:41)

Berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) mata pelajaran IPS yang digunakan di SD Negeri 6 Metro pusat, siswa dikatakan berhasil

apabila memperoleh nilai 60, kemudian hasil tersebut didistribusikan ke dalam tabel berikut :

Tabel 3.6 Distribusi Frekuensi Penilaian Siswa

H.Indikator Keberhasilan

Penelitian tindakan kelas ini dianggap berhasil apabila ada peningkatan aktivitas dan hasil belajar pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di setiap siklusnya. Penelitian ini dinyatakan berhasil jika 75% dari jumlah siswa telah mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).

No Rentang Nilai Kategori

1 ≥ 80 % Sangat TInggi

2 60% - 79 % Tinggi

3 40% - 59% Sedang

4 20% - 39% Rendah

5 < 20 % Sangat Rendah

No Nilai Frekuensi % Kategori

1. > 60 Tuntas


(43)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Kesimpulan yang diperoleh dari kegiatan perbaikan pembelajaran ini adalah:

1. Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam pembelajaran IPS dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa yang ditunjukkan dari peningkatan nilai rata-rata serta aktivitas siswa dalam mengikuti pelajaran. Pada siklus I rata-rata aktivitas siswa adalah 55,40 % dengan kategori Kurang aktif dan pada siklus II rata – rata aktivitas siswa meningkat menjadi 21,79 % dari siklus I menjadi 77,19% dengan kategori aktif.

2. Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam pembelajaran IPS dapat meningkatkan hasil belajar siswa yang ditunjukkan dari peningkatan nilai rata-rata serta aktivitas siswa dalam mengikuti pelajaran. Pada siklus I rata-rata hasil belajar siswa adalah 58,75 dan pada siklus II rata-rata hasil belajar siswa meningkat menjadi 72,50


(44)

B. Saran

1. Bagi peserta didik, supaya meningkatkan aktivitas dan motivasi dalam proses belajar mengajar, guna memperkaya ilmu pengetahuan dan informasi yang maksimal agar memperoleh hasil belajar yang lebih baik. 2. Bagi guru, untuk mencegah kejenuhan peserta didik dalam menerima

ilmu, upayakan adanya variasi dalam pembelajaran, karena dengan adanya variasi maka peserta didik akan lebih antusias dan aktif dalam mengikuti pembelajaran.

3. Bagi Sekolah, agar dapat melengkapi sarana dan prasarana yang dapat mendukung pembelajaran guna peningkatan prestasi peserta didik dan sekolah.


(45)

DAFTAR PUSTAKA

Adimiharja, Mintarsih. dkk. (2006). Format Penulisan Karya Ilmiah Universitas Lampung. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Angkowo dan Kosasih, 2007.Optimalisai Media Pembelajaran. PT Grasindo Jakarta

Aqib, Zainal, dkk. 2009. Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru SD, SLB & TK. Yrama Widya. Bandung.

Arif Rahman. 2006. Strategi Pembelajaran, PT. Balai Pustaka Jakarta.

Arikunto, Suharsimi, dkk. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Bumi Aksara. Jakarta.

Arindawati, A.E. dan Huda, H (2004) Beberapa Alternatif Pembelajaran di Sekolah Dasar Menyongsong Kurikulum 2004. Malang. Jawa Timur. Bayumedia Publishing.

Arsito Rahadi, 2004, Media Pembelajaran, Departemen Pendidikan Nasional Jakarta.

Asma, Nur. 2006. Model Pembelajaran Kooperatif. Dirjen Dikti. Jakarta.

Azis Wahab, Abdul. 2007. Metode dan Model-Model Mengajar Ilmu Pengetahuan Sosial. Alfabeta, CV. Bandung.

Baharuddin dan Nur, Esa. 2008. Teori Belajar dan Pembelajaran. Ar-Ruzzmedia. Jakarta.

Bahri, Syaiful dan Zain, Aswan. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta. Jakarta.


(46)

Darmansyah.2006 Penelitian Tindakan Kelas .UNP. Padang

Darsono, Max.2000 Belajar dan Pembelajaran.IKIP semarang press Semarang Depdiknas. 2004. Wawasan kependidikan. Jakarta: Depdiknas.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.1998. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka. Jakarta.

Hendy. 2012. Perbandingan-penerapan- pembelajaran. (http//hendygoblog.blogspot.com/2012/02/10)

Hidayati. 2007. Bahan Ajar Pelatihan Implementasi “Pakem” pada Bidang Study IPS SD. Depdiknas. Yogyakarta.

Hidayati. 2008. Bahan Ajar Pengembangan Pendidikan IPS SD. Depdiknas. Yogyakarta.

Jahnson dan Jahnson. 2010. Educating for Character . Bantam Books. New York

Lie, Anita.2008 Coprative Learning: Mempraktikan Coopratif Learning di ruang-ruang kelas . PT.Gramedia Widiasarana Indonesia Jakarta

Permendiknas 2006 Tentang SI dan SKL. 2006. Sinar Grafika. Jakarta.

Purwanto, Ngalim. 2009. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pembelajaran. Rosda. Bandung.

Purwanti, Endang , dkk. 2008. Asesmen Pembelajaran SD. Dirjen Dikti Depdiknas. Jakarta

Poerwadarminta . 2003. Proses Belajar Mengajar yang Efektif Tingkat Pendidikan Dasar.Bina Budhaya. Bandung

Salavin ,Robet, 1997 ,Educational psychologi Theory, Research, and Practice, Fifth Edition. Massachusetts: Allyn and Bacon Publihers

.2010. Cooprativ Learning Teori,resat dan praktek (edisi terjemah) Nusa M..Bandung

Sapriya, dkk. 2007. Pengembangan Pendidikan IPS di SD. UPI PRESS. Bandung.


(47)

Sayuti , Robet, E.2010. Cooperative Learning Teori,Reset, dan Praktek. PT Bumi Aksara. Jakarta

Sardiman. 2010. Konsep dan makna Pembelajaran. CV Alfabet. Bandung

Skinner, dkk. 2007. Proses Adaptasi dan Tingkah Laku Siswa. Bandung

Solihatin & Raharjo. 2008. Cooperative Learning Analisis Model Pembelajaran IPS. Jakarta : Bumi Aksara.

Sowiyah. 2010. Pengembangan Kompetensi Guru SD. Universitas Lampung, Bandar Lampung

Sudjana. 2010. Strategi Belajar Mengajar . Rineka Cipta .Jakarta

Suwarjo. 2008. Pembelajaran Kooperatif dalam Apresiasi Prosa Fiksi. Surya Pena Gemilang. Malang.

Roussean.2006. Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning). http://syaifulhijrah.blogspot.com/ diakses pada 30 April 2012

Universitas Lampung. 2007. Format Penulisan Karya Ilmiah. Universitas Lampung.

UU No.20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. 2003. Rineka Cipta. Jakarta

Wardhani I.G.A.K, dkk. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Pusat Penerbitan Universitas Terbuka . Jakarta.

Wingkel Ws, 1986, Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Pembelajaran, Jakarta: Gramedia.

Yusron, Nurlita. 2005. Cooperative Learning: Teori, Riset dan Praktik. Penerbit Nusa Media. Bandung.


(1)

32

Tabel 3.5 Nilai Ketuntasan Belajar Siwa

Sumber : Aqib, dkk (2009:41)

Berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) mata pelajaran IPS yang digunakan di SD Negeri 6 Metro pusat, siswa dikatakan berhasil

apabila memperoleh nilai 60, kemudian hasil tersebut didistribusikan ke dalam tabel berikut :

Tabel 3.6 Distribusi Frekuensi Penilaian Siswa

H.Indikator Keberhasilan

Penelitian tindakan kelas ini dianggap berhasil apabila ada peningkatan aktivitas dan hasil belajar pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di setiap siklusnya. Penelitian ini dinyatakan berhasil jika 75% dari jumlah siswa telah mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).

No Rentang Nilai Kategori

1 ≥ 80 % Sangat TInggi

2 60% - 79 % Tinggi

3 40% - 59% Sedang

4 20% - 39% Rendah

5 < 20 % Sangat Rendah

No Nilai Frekuensi % Kategori

1. > 60 Tuntas


(2)

59

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Kesimpulan yang diperoleh dari kegiatan perbaikan pembelajaran ini adalah:

1. Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam pembelajaran IPS dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa yang ditunjukkan dari peningkatan nilai rata-rata serta aktivitas siswa dalam mengikuti pelajaran. Pada siklus I rata-rata aktivitas siswa adalah 55,40 % dengan kategori Kurang aktif dan pada siklus II rata – rata aktivitas siswa meningkat menjadi 21,79 % dari siklus I menjadi 77,19% dengan kategori aktif.

2. Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam pembelajaran IPS dapat meningkatkan hasil belajar siswa yang ditunjukkan dari peningkatan nilai rata-rata serta aktivitas siswa dalam mengikuti pelajaran. Pada siklus I rata-rata hasil belajar siswa adalah 58,75 dan pada siklus II rata-rata hasil belajar siswa meningkat menjadi 72,50


(3)

60

B. Saran

1. Bagi peserta didik, supaya meningkatkan aktivitas dan motivasi dalam proses belajar mengajar, guna memperkaya ilmu pengetahuan dan informasi yang maksimal agar memperoleh hasil belajar yang lebih baik. 2. Bagi guru, untuk mencegah kejenuhan peserta didik dalam menerima

ilmu, upayakan adanya variasi dalam pembelajaran, karena dengan adanya variasi maka peserta didik akan lebih antusias dan aktif dalam mengikuti pembelajaran.

3. Bagi Sekolah, agar dapat melengkapi sarana dan prasarana yang dapat mendukung pembelajaran guna peningkatan prestasi peserta didik dan sekolah.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Adimiharja, Mintarsih. dkk. (2006). Format Penulisan Karya Ilmiah Universitas

Lampung. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Angkowo dan Kosasih, 2007.Optimalisai Media Pembelajaran. PT Grasindo Jakarta

Aqib, Zainal, dkk. 2009. Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru SD, SLB & TK. Yrama Widya. Bandung.

Arif Rahman. 2006. Strategi Pembelajaran, PT. Balai Pustaka Jakarta.

Arikunto, Suharsimi, dkk. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Bumi Aksara. Jakarta.

Arindawati, A.E. dan Huda, H (2004) Beberapa Alternatif Pembelajaran di

Sekolah Dasar Menyongsong Kurikulum 2004. Malang. Jawa Timur.

Bayumedia Publishing.

Arsito Rahadi, 2004, Media Pembelajaran, Departemen Pendidikan Nasional Jakarta.

Asma, Nur. 2006. Model Pembelajaran Kooperatif. Dirjen Dikti. Jakarta.

Azis Wahab, Abdul. 2007. Metode dan Model-Model Mengajar Ilmu

Pengetahuan Sosial. Alfabeta, CV. Bandung.

Baharuddin dan Nur, Esa. 2008. Teori Belajar dan Pembelajaran. Ar-Ruzzmedia. Jakarta.

Bahri, Syaiful dan Zain, Aswan. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta. Jakarta.


(5)

Darmansyah.2006 Penelitian Tindakan Kelas .UNP. Padang

Darsono, Max.2000 Belajar dan Pembelajaran.IKIP semarang pressSemarang Depdiknas. 2004. Wawasan kependidikan. Jakarta: Depdiknas.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.1998. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka. Jakarta.

Hendy. 2012. Perbandingan-penerapan- pembelajaran. (http//hendygoblog.blogspot.com/2012/02/10)

Hidayati. 2007. Bahan Ajar PelatihanImplementasi “Pakem” pada Bidang Study

IPS SD. Depdiknas. Yogyakarta.

Hidayati. 2008. Bahan Ajar Pengembangan Pendidikan IPS SD. Depdiknas. Yogyakarta.

Jahnson dan Jahnson. 2010. Educating for Character . Bantam Books. New York

Lie, Anita.2008 Coprative Learning: Mempraktikan Coopratif Learning di ruang-ruang kelas . PT.Gramedia Widiasarana Indonesia Jakarta

Permendiknas 2006 Tentang SI dan SKL. 2006. Sinar Grafika. Jakarta.

Purwanto, Ngalim. 2009. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pembelajaran. Rosda. Bandung.

Purwanti, Endang , dkk. 2008. Asesmen Pembelajaran SD. Dirjen Dikti Depdiknas. Jakarta

Poerwadarminta . 2003. Proses Belajar Mengajar yang Efektif Tingkat

Pendidikan Dasar.Bina Budhaya. Bandung

Salavin ,Robet, 1997 ,Educational psychologi Theory, Research, and Practice, Fifth Edition. Massachusetts: Allyn and Bacon Publihers

.2010. Cooprativ Learning Teori,resat dan praktek (edisi terjemah) Nusa M..Bandung

Sapriya, dkk. 2007. Pengembangan Pendidikan IPS di SD. UPI PRESS. Bandung.


(6)

Sayuti , Robet, E.2010. Cooperative Learning Teori,Reset, dan Praktek. PT Bumi Aksara. Jakarta

Sardiman. 2010. Konsep dan makna Pembelajaran. CV Alfabet. Bandung

Skinner, dkk. 2007. Proses Adaptasi dan Tingkah Laku Siswa. Bandung

Solihatin & Raharjo. 2008. Cooperative Learning Analisis Model Pembelajaran IPS. Jakarta : Bumi Aksara.

Sowiyah. 2010. Pengembangan Kompetensi Guru SD. Universitas Lampung, Bandar Lampung

Sudjana. 2010. Strategi Belajar Mengajar . Rineka Cipta .Jakarta

Suwarjo. 2008. Pembelajaran Kooperatif dalam Apresiasi Prosa Fiksi. Surya Pena Gemilang. Malang.

Roussean.2006. Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning). http://syaifulhijrah.blogspot.com/ diakses pada 30 April 2012

Universitas Lampung. 2007. Format Penulisan Karya Ilmiah. Universitas Lampung.

UU No.20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. 2003. Rineka Cipta. Jakarta

Wardhani I.G.A.K, dkk. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Pusat Penerbitan Universitas Terbuka . Jakarta.

Wingkel Ws, 1986, Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Pembelajaran, Jakarta: Gramedia.

Yusron, Nurlita. 2005. Cooperative Learning: Teori, Riset dan Praktik. Penerbit Nusa Media. Bandung.


Dokumen yang terkait

PENGGUNAAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) DALAM PEMBELAJARAN IPA UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VA SD NEGERI 06 METRO BARAT

0 16 69

PENGGUNAAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN IPS KELAS VA SD NEGERI 11 METRO PUSAT TAHUN AJARAN 2011/2012

0 5 52

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) PADA MATA PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL SISWA KELAS IV SD NEGERI 3 METRO PUSAT

0 7 51

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 3 BOJONG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 8 107

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PKn SISWA KELAS V SD NEGERI 4 METRO SELATAN TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 5 54

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE GROUP INVESTIGATION DENGAN MEDIA GRAFIS UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN PKn KELAS V B SD NEGERI 7 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 5 112

PENGUNAAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA ILMU PENGETAHUAN SOSIAL KELAS V SD NEGERI 6 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 4 47

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA KELAS IV SD NEGERI 7 METRO BARAT

0 5 79

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM MELALUI MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE SCRAMBLE SISWA KELAS IV B SD NEGERI 5 METRO PUSAT

0 10 68

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA

0 0 10