65
Wanukaka Wai Hura
Pdt. Verawati R. Ndjata, S. Th Pdt. Maryanti B. Bara Gae, S. Th
Kaka Pahwano Pdt. Dra. Astaty Lay, S. Th
Rua Pdt. Karel Novri Radjah, S. Th
Puli Pdt. Marlin M. T. Radjah, S. Th
Waika’awatu Pdt. Sofia Ester Malo, S. Th
Pahola Pdt. Erniati Dangu Wali, S. Th
Hupu Mada Pdt. Hermanus Dahwali, S. Th
Sumber:
Garis-Garis Besar Kebijakan Umum GKS Tahun 2014-2018
.
Berdasarkan tabel ini, sangat jelas bahwa perbandingan gelar S. Th dan S. Si di GKS sangatlah jauh. Dalam 3 klasis diatas, hanya ada satu yang bergelar S.Si dalam klasis
yang berbeda, sedangkan sisanya adalah S. Th. Jika dilihat lebih jauh dalam klasis-klasis yang lain malah sama sekali tidak ada pendeta yang bergelar S. Si seperti yang terjadi di
klasis Wanukaka.
3.4 Sejarah Singkat Kepedulian GKS terhadap Lingkungan Hidup
Masalah lingkungan merupakan salah satu masalah serius yang sudah lama terjadi di pulau Sumba. Permasalahan ini pada beberapan tahun terakhir ini cukup menyita perhatian
baik pemerintah maupun gereja dalam hal ini GKS. Menurut pengakuan bapak Rory selaku koordinator bidang Kesaksian dan Pelayanan, kepedulian GKS terhadap lingkungan sudah
lama dibahas dan dilakukan.
“Pada sidang sinode ke-36 di jemaat Karita tahun 1994, GKS sudah gencar membahas tentang isu lingkungan karena orang suka membakar padang ketika membuka ladang. Nah
66 disitu GKS mulai membuat seruan-seruan ke warga jemaatnya untuk tidak seperti itu.
Kalau kita cinta lingkungankan tidak boleh seperti itu. Mereka kalau mau pindah lahan, mereka bakar lahan disini, kalau kejar hewan untuk berburu bakar padang. Gereja melihat
bahwa ini kurang bagus. Sejak sidang sinode ke-36 di Karita GKS sudah mulai berbicara mengenai hal itu
”.
9
Pembahasan mengenai permasalahan lingkungan ini dilatar belakangi oleh kebiasaan-kebiasaan masyarakat Sumba membakar padang dan hutan untuk alasan-alasan
sederhana, seperti yang telah dikemukakan diatas karena hal ini menyebabkan banyak masalah, seperti kekeringan dan api yang merambat menyebabkan kebakaran yang lebih
besar di mana semua tanaman dan pohon-pohon di padang dan hutan ikut terbakar.
10
3.5 Kepedulian GKS Terhadap Lingkungan Hidup
Pembahasan mengenai masalah lingkungan merupakan suatu pembahasan yang penting dan serius di pulau Sumba. Terutama ketika pulau Sumba sering mengalami
kekeringan akibat kemarau panjang yang mengakibatkan angka kemiskinan semakin meningkat. Selain itu, ada masalah baru juga yang muncul seperti masalah tambang emas
yang dilakukan di gunung Wanggameti Sumba Timur. Berdasarkan masalah-masalah ini, gereja dalam hal ini GKS juga turut mengambil bagian dalam membahas masalah lingkungan
hidup yang terjadi ini secara serius. Pembahasan ini diangkat pada persidangan sinode ke-40 di Parewatana tahun 2010, seperti yang dikatakan oleh ketua umum sinode GKS, bapak
Alfred Djama Samani.
Kita mulai membahas itu secara serius pada persidangan ke-40 di Parewatana dengan mengeluarkan surat pengembalaan terkait dengan posisi GKS dan lingkungan. Dan pada
waktu itu kita sempat berlawanan juga dengan pemerintah, terkait masalah tambang mas di
9
Wawancara dengan bapak Yulius Rory Teofilus, koordinator bidang kesaksian dan pelayanan, kantor Sinode, 26 Oktober 2015, pukul 10:20 Wita.
10
Wawancara dengan bapak Yulius Rory Teofilus, koordinator bidang kesaksian dan pelayanan, kantor Sinode, 26 Oktober 2015, pukul 10:20 Wita.
67 Wanggameti. Sehingga pada waktu itu dikeluarkan surat dan kita tetapkan bulan Agustus
sebagai bulan lingkungan hidup.
11
Pembahasan serius ini diikuti dengan penetapan bulan Agustus sebagai bulan lingkungan hidup. Penetapan bulan lingkungan ini disertai dengan pembuatan bahan khotbah
dan bahan PA tentang lingkungan selama satu bulan untuk menolong jemaat menyadari pentingnya menjaga dan memelihara lingkungan hidup.
12
Hal ini juga diakui oleh ibu Pdt. Marlin Lomi selaku sekretaris umum sinode.
Secara sinode, dalam rangka pelestarian lingkungan dalam setiap pertemuan kita menjadikanhal itu pembahasan tapi juga kita pernah membuat di bulan keluarga khotbah
yang bertemakan lingkungan, itu pada bulan oktober. Kalau tidak salah tahun lalu.
13
Tetapi menurut beliau menjadikan bulan Agustus sebagai bulan lingkungan hidup bagi warga Sumba sebenarnya kurang cocok, karena pada bulan itu, musim kekeringan
sedang mencapai puncak. Sehingga pada bulan Agustus itu hanya berupa himbauan, sedangkan aksi nyatanya baru dilakukan pada bulan November yakni pada saat hujan mulai
turun
.
14
Secara sinodal, program-program kerja yang akan dilakukan selain dibahas dalam persidangan sinode, hal itu dibahas dan diputuskan juga dalam Rapat Tahunan. Hal ini
dilakukan, mengingat sidang sinode GKS dilakukan dalam 4 tahun sekali, sedangkan dalam proses pelaksanaan program mengalami banyak perkembangan ataupun perubahan. Karena
itulah ada rapat tahunan juga yang dilakukan oleh perangkat sinode. Sehingga melalui rapat
11
Wawancara dengan pak Alfred Djama Samany, ketua umum sinode GKS, kantor sinode, 29 Oktober 2015, pukul 09.30 Wita.
12
Wawancara dengan pak Alfred Djama Samany, ketua umum sinode GKS, kantor sinode, 29 Oktober 2015, pukul 09.30 Wita.
13
Wawancara dengan ibu Marlin Lomi, sekretaris umum GKS, kantor sinode 26 Oktober 2015, pukul 11.00 Wita.
14
Wawancara dengan ibu Marlin Lomi, sekretaris umum GKS, kantor sinode 26 Oktober 2015, pukul 11.00 Wita.
68
tahunan ini, setiap bidang dan komisi yang ada di sinode akan melaporkan hasil pelaksanaan kegiatan yang dilakukan. Pada rapat tahunan ini juga dilakukan evaluasi terhadap setiap
kegiatan yang telah dilakukan sekaligus juga penetapan kembali program-program kegiatan apa yang akan dilakukan dalam 1 tahun ke depannya.
15
Di sinode GKS, dalam struktur organisasinya, terdapat 4 bidang yang akan mengatur setiap program-program pelayanan yang ada. Ada pun bidang-bidang tersebut
yakni, bidang Organisasi dan Ketenagaan ORTEG, bidang Kesaksian dan Pelayanan KESPEL, bidang Bimbingan dan Latihan BINLAT dan bidang Penelitian dan
Pengembangan. Sedangkan komisi-komisinya antara lain, komisi AnakRemaja, komisi Pemuda dan komisi Perempuan. Berbagai pembahasan dalam sidang sinode menghasil
keputusan-keputusan sinode yang kemudian dijabarkan dalam berbagai program-program kerja GKS. Semua program kerja itu termuat dalam Garis-Garis Besar Kebijakan Umum
GBKU GKS.
16
GBKU ini mejadi patokan bagi semua program kegiatan yang dilakukan. GBKU sendiri dirancang atas dasar keputusan sinode yang menunjuk dan memilih
panitia penyusun untuk merancang dan menyusun GBKU. Panitia ini kemudian melaporkan kepada sidang I Majelis Sinode GKS untuk ditetapkan menjadi GBKU GKS, seperti yang
terbaru misalnya, periode 2014-2018. Selain itu, dalam pembahasan sidang sinode ke-41 di Ramuk tahun lalu, salah satu
isu aktual yang dibahas adalah masalah lingkungan hidup. Pembahasan lingkungan hidup dilihat sebagai masalah yang serius, mengingat bahwa lingkungan hidup yang baik, bersih,
dan sehat sangat penting bagi keberlangsungan hidup manusia. Tetapi dalam kenyataannya
15
Wawancara dengan ibu Marlin Lomi, Sekretaris Umum GKS, kantor Sinode, 26 Oktober 2015, pukul 11.00 Wita.
16
Majelis Sinode GKS.Garis-Garis Besar Kebijakan Umum Tahun 2014-2018. BPMS GKS. Waingapu: 2014, 24.
69
terjadi pengrusakan lingkungan hidup yang besar, sebagai akibat ladang berpindah, pembakaran hutan,
illegal loging,
eksplorasi dan eksploitasi hutan. Selain itu, kurangnya juga kesadaran mengenai gerakan reboisasi. Karena itu dengan memperhatikan keputusan sidang
Majelis Sinode II, pasal 24 tentang pemberdayaan lingkungan hidup serta sidang Majelis V, pasal 16 tentang lanjutan monitoring kegiatan lingkungan maka, sidang sinode GKS
memutuskan bahwa:
17
1. BPMS tetap menjalin kerjasama dengan Dinas Kemakmuran dan LSM yang bergerak
di bidang kelestarian lingkungan hidup serta mempercayakan kepada jemaat melalui BPMS GKS terkait pengadaan tanaman umur panjang
2. Menyerukan kepada jemaat untuk menjaga kelestarian lingkungan hidup dengan
reboisasi dan pemanfaatan lahan tidur. 3.
Membangun pemahaman bersama melalui seminar, khotbah, katekisasi, PARTPKS.
Kemudian, dalam persidangan sinode yang lalu GKS juga secara khusus membahas tentang sikap GKS terhadap eksploitasi hutan. Persidangan sinode tersebut melihat bahwa
perlunya sikap nyata dari GKS untuk menyikapi masalah eksplorasi dan eksplotasi yang berdampak pada lingkungan. Pada sidang Sinode II BPMS ditugaskan untuk mengeluarkan
himbauan kepada PEMDA, DPRD, Gubernur, Menteri Lingkungan Hidup, Menteri Pertambangan dan Energi. Karena itu, sidang sinode ke-41 GKS memutuskan:
1. Memberi tugas kepada BPMS GKS untuk terus menyuarakan dan mendesak PEMDA
untuk mencabut surat ijin eksploitasi sesegera mungkin. 2.
Majelis jemaat dan BPMJ terus melakukan pendampingan pastoral bagi jemaat dan masyarakat yang berada di sekitar area pertambangan.
17
Daftar keputusan Sidang Sinode ke-41 GKS. Sinode GKS. Ramuk, 15-22 Juli 2014.
70
Daftar-daftar keputusan ini juga yang akan lebih menguatkan program yang sudah dirancang dalam GBKU. Oleh karena itu, daftar keputusan ini juga dikirimkan kepada klasis-
klasis dan jemaat-jemaat disamping sudah ada perutusan dalam persidangan sinode. Hal ini penting, agar apa yang belum jelas dari yang disampaikan oleh perutusan, dapat diperjelas
kembali melalui daftar-daftar keputusan sinode. Selanjutnya, Bidang yang menangani masalah lingkungan hidup pada aras sinode
adalah bidang Kesaksian dan Pelayanan. Secara keseluruhan, bidang ini bertugas untuk meningkatkan mutu kehidupan dalam berbagai bidang kehidupan seperti sosial, ekonomi,
pendidikan dan kesehatan. Adapun rancangan kegiatan yang disusun oleh bidang Kesaksian dan Pelayanan untuk periode 2014-2018 antara lain sebagai berikut:
18
Tabel 3.8, Tabel Program Kerja Bidang KESPEL No.
Program Kegiatan
Jem Kls
Sin
1 Pemberdayaan
ekonomi Pelatihan dan pemberdayaan
kelompok tani dan nelayan
Pelatihan dan pemberdayaan kelompok wira usahan kecil
Pelatihan dan pemberdayaan kelompok pengrajin
2 Pemberdayaan
Pelayanan obat
Pelatihan tenaga medis kader
18
Majelis Sinode GKS.Garis-Garis Besar Kebijakan Umum Tahun 2014-2018. BPMS GKS. Waingapu: 2014, 27-28.
71
kesehatan masyarakat posyandu, dll Pelayanan kesehatan ibu dan anak
3 Pemberdayaan
bidang pendidikan Pengembangan kompetensi dan
kualifikasi tenaga pendidikan
Pengembangan kesadaran tentang mutu pendidikan
Kunjungan BPMJ, BPMK, BPMS secara berkala ke semua sekolah
Yapmas
Pengadaan buku sekolah melalui unit usaha GKS
Penyediaan perpustakaan keliling oleh TB GKS
Pengembangan Pendidikan Anak Usia Dini
Pengembangan Pusan Pembinaan Anak PPA
4 Pemeliharaan dan
Pelestarian lingkungan
Pemanfaatan lahan gereja
Sosialisasi hutan keluarga
Pemeliharaan dan pelestarian
sumber air
Pelatihan pembibitan anakan bagi warga jemaat
72
5 Penyadaran
bahaya narkoba, HIVAIDS
Pembinaan keluarga tentang bahaya narkoba dan HIVAIDS
Pembinaan generasi muda tentang bahaya narkoba dan HIVAIDS
6 Penanggulangan
bencana Survey lokasisasaran bencana alam
Penyiapan panduan penanggulangan
bencana
Aksi penanggulangan bencana
Pelayanan pasca bencana
7 KDRT
Pelaksanaan program terapan
8 Kesetaraan Gender
Partisipasi yang meningkat dalam peran gender masyarakat
Sumber:
Garis-Garis Besar Kebijakan Umum GKS Tahun 2014-2018
.
Keterangan:
Jem: Jemaat, Kls: Klasis, Sin: Sinode. Tanda kotak hitam pada kolom jemaat, klasis atau pun sinode menunjukkan bahwa kegiatan itu dilakukan di semua aras, baik di jemaat,
klasis, maupun sinode. Jika kotak hitam hanya ada pada salah satu kolom, hal itu berarti kegiatan tersebut hanya di lakukan di aras sinode saja atau pun di jemaat saja.
Berdasarkan tabel program dari bidang KESPEL ini, menunjukkan bahwa sudah ada program-program yang sedang diusahakan dan dijalankan oleh GKS dalam rangka
memelihara dan melestarikan lingkungan hidup. Hal ini diakui juga oleh koordinator dari bidang ini Pak Rory, bahwa untuk mewujudkan program-program kerja ini, bidang KESPEL
73
sinode GKS telah menjalin kerja sama dengan pemerintah yakni dinas kehutanan dan pertanian untuk pengadaan bibit atau pun anakan pohon dalam rangka reboisasi atau
penghijaun.
“Program sinode sasarannya adalah jemaat. Jadi, kita tetap melakukan fungsi monitoring dan evaluasi oleh sinode GKS tetapi basisnya ada di jemaat, sasarannya adalah jemaat.
Warga jemaat dengan hutan keluarga atau pun hutan gereja yang memakai manfaat lahan. Tidak harus sinode terus-menerus, kan ada majelis jemaat. Mereka langsung bertemu
dengan masyarakat, bukan sekali-sekali saja. Karena ada 4 kabupaten ini yang harus kita lihat. Sasarannya tetap pada warga jemaat melalui pintu jemaat
”
19
Pada beberapa tahun terakhir ini, ada sebuah program dari bidang KESPEL yang cukup menolong jemaat dalam mengembangkan kesadaran tentang kepedulian terhadap
lingkungan. Program itu adalah hutan gereja, kemudian berkembang menjadi hutan keluarga. Pengembangan hutan gereja dan hutan keluarga ini bermula dari program pemerintah
kabupaten Sumba Timur yang mencanangkan hutan rakyat. Hal ini disampaikan oleh bapak Ketua Umum Sinode GKS.
20
Ketika pemerintah mencanangkan program ini, gereja dalam hal ini GKS melihat ide ini sebagai ide yang sangat baik untuk dikembangkan dalam kontekskehidupan bergereja.
Hal ini sekaligus sebagai bentuk dukungan gereja terhadap usaha pemerintah untuk mengembangkan kesadaran masyarakat mengenai pentingnya memperhatikan lingkungan
hidup dengan cara menanam pohon-pohon umur panjang. Namun, GKS kemudian membuat itu lebih spesifik menjadi hutan gereja dan hutan keluarga.
21
Sejauh ini, kerja sama di antara pemerintah dan GKS masih terus berlangsung dan cukup berhasil. Di samping itu, melalui program sinode, pemerintah juga bisa menyalurkan
19
Wawancara dengan Pak Yulius Rory Teofilus, koordinator bidang kesaksian dan pelayanan, kantor Sinode, 26 Oktober 2015, pukul 10:20 Wita.
20
Wawancara dengan pak Alfred Djama Samani, ketua umum sinode GKS, kantor sinode, 29 Oktober 2015, pukul 09.30 Wita.
21
Wawancara dengan pak Alfred Djama Samani, ketua umum sinode GKS, kantor sinode, 29 Oktober 2015, pukul 09.30 Wita.
74
bantuan lain kepada masyarakat seperti padat karya terhadap masyarakat miskin, terutama pada musim kering seperti sekarang ini. Pada musim kemarau seperti ini, banyak masyarakat
yang kekurangan bahan makanan karena lahan mereka kering dan mengakibatkan gagal panen, sehingga melalui program ini, masyarakat mendapat bantuan.
22
Hasil dari kerja sama ini, dirasakan oleh salah satu jemaat yang sudah menjadi
trand center
dalam menjalankan hutan keluarga yakni jemaat Tangga Madita. Jemaat ini sudah memperoleh hasil yang cukup memuaskan dari hasil tanaman pohon-pohon produktif
yang sudah dilakukan selama ini. Menurut ibu sekum, yang juga merupakan pendeta di jemaat ini, sudah ada 50 buah rumah yang berdiri sebagai hasil dari pohon yang ditanam
sendiri oleh warga jemaat. Program ini sangat membantu warga jemaat untuk melakukan pelestarian lingkunga hidup. Karena dengan adanya pohon-pohon di sekitar rumah akan
membuat udara lebih sejuk dan tidak terlalu panas. Selain itu juga, hutan keluarga ini sangat menolong warga jemaat dalam pengadaan kayu untuk kebutuhan pembangunan rumah
mereka, sekaligus juga meningkatkan ekonomi keluarga ketika hasil pohon itu bisa dijual. Sehingga hal ini sangat membantu warga jemaat dan mempengaruhi masyarakat umum juga
untuk menyadari pentingnya menanam pohon-pohon produktif.
23
Lebih lanjut, ibu Marlin Lomi menjelaskan bahwa untuk mencapai hasil ini bukanlah perkara yang mudah. Karena untuk melakukan penyadaran terhadap warga jemaat
membutuhkan kesabaran yang lebih dan juga ketekunan. Menurutnya, warga jemaat Tangga Madita mencapai hasil seperti sekarang ini membutuhkan waktu 5-8 tahun. Itu pun karena
warga jemaat melihat bukti yang dihasilkan oleh beberapa orang yang mempraktekkan hutan
22
Wawancara dengan Pak Yulius Rory Teofilus, koordinator bidang kesaksian dan pelayanan, kantor Sinode, 26 Oktober 2015, pukul 10:20 Wita.
23
Wawancara dengan ibu Marlin Lomi, sekretaris umum GKS, kantor sinode 26 Oktober 2015, pukul 11.00 Wita.
75
keluarga ini. Sehingga sekarang ini, hampir semua warga jemaat sudah melakukan penanaman pohon-pohon produktif di sekitar rumah-rumah mereka.
24
3.6 Faktor Pendukung tentang Kepedulian GKS terhadap Lingkungan Hidup