44
akademik, bidang olah raga, seni budaya, dan unggul dalam berbagai lomba; 3 Mengembangkan
KTSP sebagai acuan belajar yang kreatif dan inovatif; 4 Mewujudkan lingkungan sekolah yang
nyaman bersih, indah, aman, dan kondusif untuk belajar; 5 Menggali, memupuk, memfasilitasi
bakat minat siswa agar menjadi anak berdaya saing unggul; 6 Mengintegrasikan karakter budi
pekerti terhadap semua mata pelajaran; 7. Meningkatkan personal tenaga pendidikan agar
lebih bersikap kritis, selektif dalam menghadapi era globalisasi.
Tujuan sekolah adalah 1 Mempersiapkan siswa menjadi manusia yang bertaqwa dan
berakhlak mulia;
2 Mempersiapkan
siswa menjadi manusia trampil dan mandiri; 3
Mempersiapkan siswa menjadi manusia yang berbudi pekerti luhur; 4 Mempersipkan siswa
menjadi manusia yang teguh ulet dan berdaya saing yang sehat; 5. Memumbuhkan semangat
kesetiakawanan yang berjiwa sosial, demokrasi dan bertanggung jawab.
B. Hasil Penelitian
Pada hasil penelitian akan dibahas tentang deskriptif tentang penelitian yang telah dilakukan
di SD
Negeri Klero
02. Penelitian
yang
45
dilaksanakan di SD Negeri Klero 02 ini melibatkan berbagai pihak sebagai responden penelitian,
dimana responden tersebut melibatkan kepala sekolah, guru, dan komite sekolah.
Hasil evaluasi pelaksanaan program inklusi diperoleh melalui wawancara, observasi dan
dokumentasi. Hasil wawancara dengan guru di validasi dengan hasil wawancara kepala sekolah
dan komite sekolah. Selanjutnya dari hasil wawancara akan dibandingkan dengan hasil
observasi dan dokumentasi sehingga data yang diperoleh benar-benar valid.
Dari hasil
wawancara, observasi,
dan dokumentasi yang telah dilakukan, peneliti telah
menggunakan model evaluasi CIPP agar penelitian berjalan sesuai dengan prosedur model evaluasi
CIPP sehingga diperoleh hasil sebagai berikut: a.
Konteks Dalam
aspek konteks
evaluasi yang
dilakukan meliputi
latar belakang,
tujuan pelaksanaan program, izin pelaksanaan program,
pedoman pelaksanaan program, kerjasama dengan instansi yang mendukung pelaksanaan program,
dan peserta didik. Pendidikan inklusi merupakan salah satu
model pelaksanaan
pendidikan bagi
anak berkebutuhan khusus. Anak berkelainan atau
46
anak berkebutuhan khusus yang selanjutnya akan disebut dengan ABK. Pendidikan sebagai hak
untuk semua anak termasuk anak penyandang cacat yang sangat rentan untuk terpinggirkan.
Berkaitan dengan praktek pendidikan, pendidikan inklusi
dipandang salah
satu cara
untuk meningkatkan mutu sekolah khususnya untuk
ABK. Sekolah yang menyelenggarakan program inklusi pada dasarnya ada sekolah umum yang
ditunjuk oleh dinas untuk menyelenggarakan pendidikan inklusi.
SD Negeri Klero 02 menyelenggarakan program inklusi sejak tahun 2010. Sekolah ini
ditunjuk oleh
dinas pendidikan
untuk melaksanakan program sekolah inklusi. Adanya
anak-anak di sekitar sekolah yang masuk dalam kategori
ABK amun
orang tuanya
belum mempunyai kesadaran menyekolahkan di SLB.
Selanjutnya sekolah mengajukan proposal kepada Dinas Pendidikan agar dapat menjadi sekolah
penyelenggara program inklusi. Sejak saat itu sekolah
menyelenggarakan program
inklusi sampai dengan saat ini. Hal tersebut sebagaimana
yang disampaikan oleh Kepala sekolah SD Negeri 02 Klero bahwa,
Sekolah ini sudah melaksanakan pendidikan inklusi sejak tahun 2010.
47 Karena saya kepala sekolah baru sehingga
saya tidak tau pasti awalnya kenapa sekolah ini menyelenggarakan pendidikan inklusi,
tetapi setahu saya karena ditunjuk oleh dinas.
Pendapat tersebut diperkuat oleh guru olahraga sebagai berikut
Salah satunya ada tawaran dari dinas lalu disini ada siswa yang ABK.
Akhirnya mengajukan
untuk menyelenggarakan sekolah inklusi.
Selain itu pendapat dari komite sekolah juga menjelaskan sebagai berikut
Bapak Kepala Sekolahnya matur karena
ditunjuk oleh
dinas sehingga
menyelenggarakan sekolah inklusi
Hasil validitas data dengan wawancara dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan program
sekolah inklusi dilatar belakangi adanya tawaran dari dinas pendidikan untuk menyelengarakan
program inklusi. Selain itu di lingkungan sekitar sekolah ada beberapa anak yang berkebutuhan
khusus yang belum bersekolah. Orang tua belum mempunyai kesadaran untuk menyekolahkan
anaknya yang berkebutuhan khusus ke SLB. Serta letak SLB yang jauh dari tempat tinggal, dan
faktor ekonomi orang tua sehingga anak yang berkebutuhan
khusus belum
mempunyai kesempatan bersekolah.
Program inklusi di SD Negeri Klero 02 dapat ikut andil dalam penyetaraan hak pendidikan
48
anak, dimana anak yang berkebutuhan khusus dapat bersekolah dengan anak normal lain yang
seusianya. Anak yang berkebutuhan khusus dapat memperoleh pendidikan dengan baik tanpa
ada diskriminasi. Pelaksanaan pendidikan inklusi di SD
Negeri Klero 02 bertujuan untuk anak yang berkebutuhan khusus yang ada di sekitar sekolah
agar dapat bersekolah dengan teman seusianya serta memberi kemudahan kepada masyarakat di
sekitar Kecamatan Tengaran yang mempunyai ABK
agar dapat
bersekolah. Hal
tersebut sebagaimana yang disampaikan oleh Bapak
Kepala Sekolah SD Negeri Klero 02 bahwa,
Tujuan utamanya yaitu membantu anak-anak ABK yang ada didaerah sekitar
sini agar bisa mengenyam pendidikan, karena daerah sini jauh dari SLB. Selain
itu membantu orang tua yang mempunyai anak
ABK yang
tidak mampu
menyekolahkan di Sekolah Luar Biasa karena tempatnya jauh.
Hal senada disampaikan oleh Bapak Komite Sekolah menjelaskan sebagai berikut
Adanya program
inklusi dapat
memberi kemudahan masyarakat sekitar Kecamatan Tengaran yang mempunyai
anak berkebutuhan
khusus agar
bersekolah dekat dengan rumah.
Selain itu pendapat dari Ibu Y juga menjelaskan sebagai berikut
49 Supaya
ABK di
lingkungan Kec.Tengaran bisa sekolah disini karena
sekolah yang mau menerima ABK jauh dan bisa sekolah secara gratis.
Dari hasil validasi data dengan wawancara didapat, adanya program pendidikan inklusi di SD
Negeri Klero 02 bertujuan untuk menampung anak yang berkebutuhan khusus di sekitar Kecamatan
Tengaran agar dapat bersekolah dekat dengan tempat tinggal. Melalui pendidikan inklusi, anak
yang berkebutuhan khusus dapat di didik bersama-sama anak lainnya normal untuk
mengoptimalkan potensi yang dimilikinya. Oleh karena itu ABK perlu diberi kesempatan dan
peluang yang sama dengan anak normal untuk mendapatkan pelayanan pendidikan di sekolah
terdekat. Sekolah
ini telah
menyelenggarakan pendidikan inklusi selama 6 tahun. Sekolah telah
diberikan izin oleh dinas untuk menyelenggarakan pendidikan inklusi, namun sampai saat ini belum
ada Surat Keputusan dari Dinas Pendidikan yang menyatakan bahwa SD Negeri Klero 02 sebagai
sekolah penyelenggara pendidikan inklusi. Sekolah telah
berupaya untuk
mengusulkan agar
mendapatkan surat keputusan namun sampai saat ini belum menerima surat keputusan
50
tersebut. Hal
tersebut sebagaimana
yang disampaikan oleh Bapak Kepala Sekolah bahwa,
Ijin menyelenggarakan inklusi sudah karena SD kami ditunjuk oleh dinas untuk
menyelenggarakan pendidikan inklusi tetapi belum mendapatkan SK secara resmi dari
dinas. Kami
sudah berulang
kali mengusulkan agar mendapatkan SK namun
sampai saat ini belum kami terima SK itu.
Pendapat tersebut diperkuat oleh Bapak P sebagai berikut
SK belum
ada tapi
ijin menyelenggarakan sudah karena kami
diakui oleh dinas penyelenggara sekolah inklusi. Kami juga sudah mengajukan
untuk diberi SK tapi sampai saat ini belum ada tanggapan dari dinas terkait dengan
itu.
Begitu juga pendapat bapak T menyatakan sebagai berikut:
Belum ada SK akan tetapi SD ini diakui
oleh dinas
menyelenggarakan pendidikan inklusi.
Dari validasi
data dengan
wawancara diperoleh pernyataan bahwa ijin pelaksanaan
program inklusi sudah dimiliki. Namun sekolah sampai saat ini belum menerim SK secara resmi.
Sebagai sekolah penyelenggara pendidikan inklusi
telah mempunyai
pedoman dalam
menyelenggarakan pendidikan inklusi. Sekolah mendapatkan
pedoman pelaksanaan
sekolah
51
inklusi dari dinas pendidikan. Hal tersebut sebagaimana yang disampaikan oleh Bapak BG
bahwa
Ada juknisnya, diberi pada saat mengikuti diklat. Dari dinas juga diberikan
buku pedoman
tentang pendidikan
inklusi.
Hal tersebut di atas juga didukung hasil wawancara dengan kepala sekolah sebagai berikut
Ada,dari dinas diberi buku pedoman tentang pendidikan inklusi.
Hasil validitas data dengan wawancara dengan kepala sekolah menunjukkan bahwa
sekolah mempunyai
pedoman pelaksanaan
pendidikan inklusi bahkan guru menambahkan adanya juknis pelaksanaan pendidikan inklusi.
Untuk menyelenggarakan
pendidikan inklusi
dengan baik
sekolah membutuhkan
dukungan dari
berbagai pihak.
Sekolah melakukan kerjasama dengan lembaga ataupun
instansi lainnya untuk mendukung terlaksananya program pendidikan inklusi. Sekolah bekerjasama
dengan SLB di Salatiga untuk mendampingi guru dalam mengajar ABK. Ada satu guru SLB yang
datang ke sekolah untuk mendampingi saat memberikan pelayanan terhadap anak yang
berkebutuhan khusus. Hal tersebut sebagaimana
52
yang disampaikan oleh guru pendamping khusus SD Negeri Klero 02 bahwa,
Belum secara resmi namun saya sudah sering kali mencari informasi sendiri
ke SLB di Salatiga dan meskipun belum rutin guru SLB juga datang membantu saya.
Pendapat tersebut juga diperkuat oleh Bapak P sebagai guru olah raga sebagai berikut:
Kami selama ini bekerjasama dengan Bina Petra Ambarawa tapi kerjasama secara
tertulisnya belum
ada, kami
hanya berkonsultasi jika ada masalah tentang
pelaksanaan inklusi.
Pendapat lain
yang mendukung
dari pernyataan diatas adalah Ibu PJ yang menuturkan
sebagai berikut
Sebagai komite yang saya tahu sekolah telah bekerjasama dengan SLB di
Salatiga dan di Ambarawa. ada guru SLB yang
suka membantu
tapi bentuk
kerjasamanya sudah tertulis apa belum kurang tahu.
Dari hasil validitas melalui wawancara diatas dan didukung dengan studi dokumentasi bahwa
sekolah bekerjasama dengan SLB Salatiga dan Bina Petra Ambarawa untuk berkonsultasi jika ada
masalah tentang pelaksanaan pendidikan inklusi. Sekolah sudah melakukan kerjasama dengan
lembaga lainnya
dalam memperlancar
pelaksanaan pendidikan inklusi, namun sekolah dalam melakukan kerjasama dengan lembaga lain
53
belum ada perjanjian secara tertulis atau MOU kerjasama dengan lembaga tersebut.
Sasaran dari adanya program pendidikan inklusi ini adalah anak yang berkebutuhan
khusus dan anak usia sekolah yang ada disekitar SD Negeri Klero 02 dan sekitar Kecamatan
Tengaran. Semua anak yang berkebutuhan khusus dan anak usia sekolah setingkat SD dapat
bersekolah di sekolah ini. Dalam proses penerimaan peserta didik
baru sekolah tidak menerapkan seleksi. Semua anak usia Sekolah Dasar dapat bersekolah di SD
Negeri Klero 02 tanpa pengecualian anak yang berkebutuhan
khusus, jadi
anak yang
berkebutuhan khusus dapat bersekolah tanpa ada diskriminasi.
Namun untuk
anak yang
berkebutuhan khusus yang kategori berat tidak bisa dilayani di SD ini karena keterbatasan
kemampuan guru dalam melayani anak yang berkebutuhan
khusus. Hal
tersebut sesuai
dengan apa yang disampaikan guru pendamping khusus bahwa
Anak-anak yang
memiliki kebutuhan khusus dan anak-anak pada
umumnya yang usianya sudah memasuki jenjang SD.
54
Hal ini sesuai yang diungkapkan Bapak P sebagai berikut
Semua anak yang berkebutuhan khusus dan anak usia sekolah setingkat
SD. Pada penerimaan siswa baru hanya ditanya kekurangan dan kelebihan anak
yang berkebutuhan khusus kepada orang tuanya tetapi jika ada yang berkebutuhan
khususnya
parah seperti
bisu kita
sarankan untuk sekolah di SLB.
Pendapat tersebut juga diperkuat oleh ibu Y sebagai guru kelas sebagai berikut
Anak-anak yang
berkebutuhan khusus
tetapi yang
masih ringan
contohnya lamban belajar. Kalau seleksi tes tidak ada tetapi yang diseleksi adalah
anak-anak yang berkebutuhan khusus yang berat tidak bisa dilayani di SD ini.
Hasil validitas data dengan wawancara dan studi dokumentasi dengan guru menunjukkan
bahwa dalam PPDB semua ABK dan anak usia sekolah dapat diterima di SD Negeri Klero 02
namun yang masih dalam kategori ringan ketunaannya.
Dalam menerima ABK, sekolah biasanya melakukan pengamatan ketika peserta didik
mendaftar sekolah. Pada saat itu guru mengamati dari fisik dan tingkah laku anak tersebut.
Kemudian juga informasi yang diperoleh dari guru yang mengajar di pendidikan sebelumnya. Selain
itu guru melakukan wawancara kepada orang tua
55
tentang keadaan anak tersebut, dengan informasi yang didapat dan pengamatan kemudian guru
menggolongkan anak tersebut sesuai dengan buku petunjuk tentang ABK. Hal tersebut sesuai
dengan apa yang disampaikan guru pendamping khusus bahwa
Orang tua, fisik anak, dan karena saya merangkap ngajar di PAUD dan TK yang
lokasinya sama dengan SD maka saya tau anak yang ABK yang sebelumnya sekolah di
tempat saya.
Pendapat tersebut juga diperkuat oleh Ibu Y sebagai guru kelas sebagai berikut
Dari fisik bisa terlihat mbak, dari laporan orang tua siswa, dan dari laporan
guru TK yang siswa yang berkebutuhan khusus dari TK.
Dari hasil validitas data dengan wawancara guru menunjukkan bahwa ABK yang masuk di SD
Negeri Klero 02 dilihat dari fisik serta laporan orang tua serta pendidikan sebelumnya.
Sekolah secara
mandiri berdasarkan
pedoman buku yang ada menggolongkan ABK sesuai kategorinya tanpa adanya saran dari tenaga
ahli. Dari temuan studi dokumentasi yang telah dilakukan bahwa ABK yang dilayani ada 12 anak
yang tersebar dari kelas I sampai keas V. ABK yang ada terdiri dari 5 anak tuna Grahita, 3 anak autis,
56
2 anak lamban belajar, 1 anak tuna laras, dan 1 anak tuna daksa.
b. Input
Demi terselenggaranya pendidikan inklusi yang optimal maka diperlukan berbagai komponen
pendukung. Ketersediaan
sarana prasarana
sangat penting untuk menunjang agar dapat berjalan dengan baik pendidikan inklusi. Sarana
prasarana yang
baik dipergunakan
untuk menunjang keberhasilan pelaksanaan pendidikan
inklusi pada satuan pendidikan tertentu. Pada hakikatnya sarana dan prasarana
pendidikan pada
satuan pendidikan
dapat dipergunakan dalam pelaksanaan pendidikan
inklusi, tetapi untuk mengoptimalkan proses pembelajaran perlu dilengkapi fasilitas bagi
kelancaran mobilisasi
ABK, serta
media pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan
ABK. Keberadaan sarana prasarana untuk anak- anak berkebutuhan khusus seringkali menjadi
persoalan. Pemerintah telah memberikan bantuan dana blockgrant melalui APBD kepada sekolah-
sekolah penyelenggara pendidikan inklusi. Kenyataannya di SD Negeri Klero 02 masih
sedikit sarana prasarana yang dimiliki. Sekolah pernah mendapatkan bantuan dari dinas berupa
57
alat-alat keterampilan peserta didik seperti mesin jahit, setrika, alat masak, alat musik, dan
drumband. Alat-alat tersebut digunakan untuk melatih peserta didik untuk lebih mandiri
terutama kepada anak-anak yang berkebutuhan khusus.
Sarana prasarana yang dimiliki sekolah belum
memenuhi kebutuhan
anak yang
berkebutuhan khusus. Karena alat-alat yang ada belum sesuai dengan kebutuhan anak yang
berkebutuhan khusus yang ada disekolah. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Ibu SN bahwa,
Belum sama
sekali karena
kebanyakan dari mereka lamban belajar dan butuh alat peraga seperti kartu huruf,
alat hitung gitu tapi belum ada bantuan dari pemerintah. Sedangkan untuk beli
belum disediakan alokasi khusus dana untuk menyelenggarakan inklusi.
Pendapat tersebut juga diperkuat oleh guru pendamping khusus sebagai berikut
Belum, soale alat-alat itu kurang bisa kami manfaatkanS secara maksimal. Disini
kebanyakan yang ABK jenisnya lamban belajar jadi kami malah butuh alat peraga
calistung. SD ini pernah diberi bantuan alat-alat seperti mesin jahit, setlika, alat
masak, alat musik, alat pertukangan, timbangan hanya itu mbak.
Dari validasi
data dengan
studi dokumentasi dan wawancara dapat disimpulkan
58
bahwa sarana prasarana yang ada masih jauh dari kata memadai, sehingga membuat peserta
didik tidak dapat belajar dengan maksimal. Kurikulum
yang digunakan
dalam pendidikan inklusi tidak jauh berbeda dengan
kurikulum yang digunakan dengan sekolah lainnya. Namun dalam kurikulum pendidikan
inklusi mengalami modifikasi yang disesuaikan dengan ABK yang ada. Berikut pernyataan Bapak
Sup selaku ketua komite
Karena kurikulum nasional pakai KTSP ya pakai itu juga tapi mungkin guru-
guru disana menggabungkan kurikulum yang
lain biar
mempermudah ABK
menerima materi.
Pendapat tersebut juga diperkuat oleh guru pendamping khusus sebagai berikut
KTSP dan yang jelas kurikulumnya saya gabung dengan kurikulum SLB jadi
disesuaikan dengan kemampuan anaknya saja.
Begitu juga pendapat Bapak P sebagai guru olahraga yang menyatakan sebagai berikut
Kurikulum yang digunakan adalah kurikulum KTSP dan dimodifikasi sesuai
dengan kemampuan anak-anak tersebut.
Dari validasi data melalui wawancara dan studi
dokumentasi menunjukkan
bahwa kurikulum
yang digunakan
dalam
59
menyelenggarakan pendidikan inklusi adalah KTSP yang dimodifikasi sesuai kemampuan ABK.
Dalam memodifikasi kurikulum, sekolah mengacu juga terhadap kurikulum SLB. Sekolah
melakukan modifikasi kurikulum dengan cara melakukan penyesuaian di berbagai komponen
sesuai dengan karakteristik peserta didiknya. Modifikasi mulai dari materi pembelajaran, media
pembelajaran, evaluasi serta penilaian. Hal
tersebut diwujudkan
mulai dari
perencanaan pembelajaran yang dibuat bagi siswa ABK disesuaikan dengan kemampuannya. Materi
pembelajaran dibuat lebih mudah untuk ABK. Layanan tambahan bagi ABK juga dilakukan
mulai dari jam tambahan belajar, remedial, atau bimbingan khusus lainya diluar jam belajar.
Begitu juga dengan penetapan kriteria ketuntasan minimal KKM yang dibuat lebih rendah dari anak
normal. Sekolah penyelenggara pendidikan inklusi
seyogyanya mempunyai pendidik dan tenaga pendidikan yang memenuhi standar kualifikasi.
Guru telah mengikuti beberapa pelatihan tentang pendidikan inklusi. Hasil wawancara dengan
kepala sekolah menyatakan
Ada yang sudah, tetapi kalau pelatihan tentang mengajar khusus anak inklusi
60 belum. Tapi kalau pelatihan yang sifatnya
umum tentang
penanganan dan
cara memperlakukan anak inklusi sudah.
Begitu juga pendapat guru pendamping khusus yang menyatakan sebagai berikut
Belum semua, saya belum pernah, saya
hanya mencari
informasi sendiri
bagaimana cara mengajari mereka lewat internet, guru SLB dan baca-baca buku
sendiri.
Hasil validasi data melalui wawancara dengan Bapak Kepala Sekolah menunjukkan
bahwa belum semua guru mengikuti pelatihan bahkan tentang mengajar anak inklusi hanya
sekedar pelatihan tentang pendidikan inklusi secara
umum. Guru
pendamping khusus
menambahkan bahwa informasi cara mengajar di dapatkan dari internet, guru SLB dan membaca
buku. Hanya ada beberapa guru yang sudah mendapatkan
pelatihan tentang
pendidikan inklusi. Pelatihan yang pernah diikuti sifatnya
umum tentang
penanganan dan
cara memperlakukan anak ABK.
Pelaksanaan sekolah inklusi perlu memiliki guru
pembimbing khusus
GPK, yang
berlatarbelakang S1 PLB dan guru yang telah mengikuti
Diklat Pendidikan
Inklusi. Sejak
pelaksanaan program pendidikan inklusi pada tahun 2010 hingga saat ini, SD Negeri Klero 02
61
belum memiliki
GPK sesuai
dengan kompetensinya.
Sehingga sekolah
berinisiatif mengangkat seorang guru umum menjadi GPK.
Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Bapak Kepala
Sekolah dalam
wawancaranya yang
menyatakan,
Ada, tetapi
latar belakang
pendidikannya masih umum. Itu saja kebijakan dari kami mengangkat guru
menjadi guru pendamping anak ABK. Tetapi belum ada guru pendamping khusus yang
datang.
Pendapat tersebut sama diungkapkan oleh Bapak BG sebagai guru kelas sebagai berikut
Guru pendamping khusus yang benar- benar ahli belum ada tapi sekolah kami
mengangkat salah satu guru wiyata untuk menjadi guru pendamping khusus bagi ABK
disini.
Pendapat tersebut diperkuat oleh Ibu ENH sebagai berikut
Disini kalau GPK belum ada tapi sama Bapak Kepala Sekolah saya yang diberi
tugas mendampingi ABK yang mengajari mereka mbak.
Dari hasil validasi data dengan wawancara dan
dokumentasi dengan
kepala sekolah
menyimpulkan bahwa sekolah sudah mempunyai GPK dengan mengangkat salah satu guru wiyata
untuk mendampingi ABK namun dari latar belakang pendidikan umum. Guru serta GPK
62
menyatakan belum adanya GPK yang benar-benar ahli disekolah. Sekolah hanya mengangkat salah
satu guru untuk mendampingi ABK dalam pembelajaran.
c. Proses Proces
Pelaksanaan pembelajaran di sekolah inklusi
guru dituntut
mampu membuat
perencanaan pembelajaran
sesuai dengan
karakteristik peserta
didik. Perencanaan
pembelajaran yang telah dibuat telah dimodifikasi di berbagai aspek disesuaikan dengan anak yang
berkebutuhan khusus dikelasnya. Namun tidak semua guru melakukan modifikasi perecanaan
pembelajaran. Berikut pernyataan kepala sekolah bahwa
Kalau guru kelas tidak karena kami sudah menunjuk guru pendamping khusus
yang kami percaya untuk mengajari anak ABK.
Pendapat tersebut sama diungkapkan oleh Bapak P sebagai guru olahraga sebagai berikut
RPP yang saya buat adalah RPP untuk siswa normal karena anak yang ABK disini
jarang yang mau ikut pelajaran olah raga tetapi untuk guru yang lain sudah membuat
tapi belum sepenuhnya biasanya kami menggabungkan kurikulum biasa dengan
kurikulum SDLB dalam membuat RPP.
Pendapat tersebut diperkuat oleh ibu ENH sebagai GPK sebagai berikut:
63 Saya membuatnya RPP yang saya buat
sesuai dengan kemampuan ABK nya dan RPP itu tak pakai lama soale anak-anak ini kan
gampang lupa.
Hasil validasi data dengan wawancara dan didukung dengan dokumentasi dapat disimpulkan
bahwa guru
dalam membuat
perencanaan pembelajaran terdapat sedikit modifikasi. Namun
belum semua
guru membuat
RPP yang
disesuaikan dengan karakteristik peserta didik. Pada pelaksanaan pembelajaran dikelas
guru melakukan pengaturan tempat duduk. Biasanya
anak yang
berkebutuhan khusus
ditempatkan didepan. Hal itu dilakukan agar anak ABK lebih mudah mendapat perhatian guru.
Dalam pembelajaran sekolah inklusi, guru pembimbing
khusus dituntut
mampu mengimplementasikan
prinsip-prinsip khusus
terhadap peserta didik berkebutuhan khusus sesuai dengan tingkat kekhususan peserta didik
tersebut. Pada prakteknya, guru pembimbing khusus telah melakukan proses pembelajaran dan
menjalankan tugasnya
sebagai pendamping
peserta didik berkebutuhan khusus. Oleh karena itu dalam memberikan pembelajaran GPK harus
memahami karakteristik ABK.
64
Guru pembimbing khusus memberikan pembelajaran dikelas umum dan juga dilakukan
dikelas khusus berbeda dengan peserta didik yang normal. Untuk anak yang mengalami tuna daksa
diberikan bimbingan mengucap dan menulis sedangkan untuk anak slow leaner diberikan
bimbingan pengembangan diri. Bimbingan
khusus model
PPI Program
Pembelajaran Individual diberikan kepada ABK dalam kategori
tuna laras. Dengan pembelajaran yang baik akan
memberikan peluang
terhadap ABK
untuk mengaktualisasikan potensinya sesuai dengan
bakat, kemampuannya serta perbedaan yang ada pada setiap anak. Berikut pernyataan Bapak
kepala sekolah bahwa
Ada, perhatian khusus ke ABK pada saat mengerjakan tugas tetapi pendampingan
khusus saat pembelajaran saya rasa kurang karena guru kelas harus menangani anak
yang jumlahnya banyak.
Keterangan kepala
sekolah tersebut
diperkuat oleh Ibu ENH sebagai GPK sebagai berikut:
Pastinya ada, apalagi pas mengerjakan soal-soal jika tidak didampingi mereka pasti
gak bisa.
Hasil validasi data dengan wawancara dengan kepala sekolah menunjukkan ABK diberi
65
pendampingan khusus saat pembelajaran namun kurang
maksimal karena
dikelas harus
menangani banyak anak. GPK membenarkan hal itu dan menambahkan jika tidak didampingi anak
ABK akan
mengalami kesulitan
dalam mengerjakan soal-soal.
Evaluasi dilakukan untuk mengetahui tingkat kemampuan atau prestasi yang dicapai
oleh peserta didik berkebutuhan khusus setelah menjalani proses pembelajaran. Penilaian yang
dilakukan oleh GPK terhadap peserta didik berkebutuhan khusus adalah GPK melakukan
modifikasi sistem evaluasi terhadap peserta didik berkebutuhan khusus dengan bantuan guru
kelas. Berikut pernyataan kepala sekolah tentang alat penilaian bahwa
Penilaiannya menggunakan
sistem sendiri, KKM dibedakan dan anak inklusi
sesuai petunjuk dari dinas pada saat pelatihan.
Keterangan kepala
sekolah tersebut
diperkuat oleh ibu ENH sebagai GPK sebagai berikut:
Iya pasti, KKM yang jelas kami bedakan,
tingkat kesulitan
soal dan
penilaian ABK lebih kepada prosesnya bukan hasil akhirnya yang kami nilai
perilaku mereka.
66
Begitu juga pendapat dari bapak T guru kelas yang menyatakan sebagai berikut
Tetep pakai penilaian khusus, ABK KKM nya berbeda dengan anak normal, soal
yang diberikan kepada yang ABK juga lebih mudah.
Dari hasil validasi data dengan wawancara tersebut di atas dapat disimpulkan untuk KKM
siswa ABK dibuat tidak sama dengan anak-anak normal. KKM dibuat lebih rendah bagi anak ABK.
Dalam membuat soal evaluasi juga berbeda tingkat kesulitannya.
Dalam pelaksanaan program inklusi di SD Negeri Klero 02, sumber dana khusus untuk
melayani dan membantu ABK belum ada yang diterima dari dinas terkait. Sejauh ini, sekolah
mengambil dan menggunakan dana BOS untuk memenuhi kebutuhan dalam melayani ABK
sebagai mana penjelasan kepala sekolah sebagai berikut.
Masih ikut BOS, tidak ada dana tersendiri untuk menyelenggaran program
inklusi. Jadi segala kebutuhan dalam program ini dibebankan dengan dana BOS.
Keterangan kepala
sekolah tersebut
diperkuat oleh ibu ENH sebagai GPK sebagai berikut:
Memakai dana BOS belum ada dana khusus untuk menyelenggarakan program
ini.
67
Selain itu pendapat dari Bapak P sebagai guru olahraga juga menjelaskan sebagai berikut
Tidak ada pembiayaan khusus buat program inklusi. pembiayaan masih didanai
oleh dana BOS.
Hasil validasi data dengan wawancara dapat disimpulkan bahwa pendanaan dalam program
inklusi di SD Negeri Klero 02 sepenuhnya didanai oleh dana BOS. Selama ini belum ada dana
alokasi khusus untuk penyelenggarakan program inklusi di sekolah ini.
Di samping
itu, kendala
lain yang
ditemukan adalah tidak ada monitoring dari dinas terkait pelaksanaan program pendidikan inklusi
di sekolah. Padahal dari pihak sekolah sangat membutuhkan
adanya monitoring
dan pendampingan terhadap pelaksanaan program
inklusi ini. Hal itu juga disampaikan oleh komite sekolah bahwa,
Program itu sangat bagus menurutku akan tetapi terkadang pemerintah hanya
membuat program saja tanpa ada tindak lanjut sehingga kadang pihak sekolah
gersulo dengan adanya program ini karena dampaknya bagi nilai rata-rata sekolah
yang menurun karena adanya anak-anak ini karena keterbatasan personil yang
dimiliki sekolah tersebut jadi seharusnya pemerintah membantu memberikan guru
pendamping, pakar atau apalah namanya biar sekolah tetep berjalan dengan baik.
68
Pendapat tersebut diperkuat oleh Kepala sekolah sebagai berikut:
Belum ada monitoring ke sekolah, jujur kami butuh ada monitoring tetapi juga
dibarengi dengan pendampingan terhadap pelaksanaan program ini.
Dari hasil validasi data dengan wawancara dengan komite sekolah menunjukkan sekolah
mendukung adanya program inklusi namun harus diberi
tindak lanjut
dengan memberi
guru pendamping agar program berjalan dengan baik
karena berdampak pada nilai rata-rata sekolah. Kepala
sekolah membenarkan
hal itu
dan menambahkan bahwa selama ini belum ada
monitoring dari
dinas dan
tidak adanya
pendampingan dalam
pelaksanaan program.
Dengan adanya program ini mereka berharap anak yang berkebutuhan dapat bersekolah selayaknya
anak normal seusianya. d.
Produk Perkembangan atau prestasi dari bidang
akademik maupun non akademik ABK merupakan dampak penerapan program pendidikan inklusi.
Hal ini menunjukkan keberhasilan dari program yang dijalankan. Sejak SDN Klero 02 menerima
ABK pada tahun 2010, maka sudah ada ABK dengan
perkembangan dan
prestasi yang
bervariasi.
69
Berhubungan dengan
jenis ABK
yang diterima di sekolah ini tidak dalam kategori berat
dan masih
bisa mengikuti
pelajaran. Perkembangan
atau prestasi
akademik ABK
tersebut belum mencapai rerata atau standar KKM. ABK bisa naik kelas ketika sudah memenuhi KKM.
pada umumnya perkembangan akademik ABK dalam kategori cukup. Sebagai mana yang
disampaikan oleh kepala sekolah sebagai berikut
Prestasi mereka ya biasa saja. Yang pasti mereka dibawah anak normal tetapi
sudah ada kemajuan meskipun sedikit.
Begitu juga pendapat ibu ENH sebagai guru GPK yang menyatakan
Jelas prestasi akademiknya kurang tapi sudah lumayan mereka yang sudah
ada perkembangannya meskipun lambat.
Pendapat lain yang mendukung keterangan dari GPK yaitu dari ibu SN menuturkan
Prestasinya ya berkembang meskipun sedikit anak-anak ini sekarang sudah bisa
menggabungkan kata
meskipun baru
sedikit.
Dari hasil validasi data melalui wawancara dan studi dokumentasi dapat disimpulkan bahwa
perkembangan ABK dari segi akademik masih kurang. Namun ABK dapat berkembang meskipun
perkembangannya belum signifikan.
70
Program tersebut tidak hanya berdampak pada perkembangan dan prestasi ABK di bidang
akademik saja, namun juga berdampak pada perkembangan dan prestasi ABK di bidang non
akademik. Guru kelas menyampaikan bahwa ABK memiliki perkembangan non akademik yang cukup
baik. Namun prestasi bidang non akademik dari ABK juga tidak nampak begitu signifikan atau bisa
dikatakan masih rata-rata saja. Hal ini serupa disampaikan
oleh Kepala
Sekolah dalam
wawancara sebagai berikut:
Perkembangan non akademik ada, ada anak yang berbakat dibidang musik dan
menggambar meskipun belum berprestasi.
Hal yang sama juga disampaikan oleh ibu SN dalam wawancara sebagai berikut:
Dalam segi non akademik lumayan maju meskipun belum pernah juara tapi
gambarnya bagus dan ada yang pernah maju lomba meskipun belum menang.
Begitu juga pendapat dari ibu ENH guru GPK yang menyatakan sebagai berikut
Dari segi non akademik lebih menonjol mereka ada yang bisa menggambar bagus
meskipun belum pernah menang lomba.
Dari hasil validasi data dengan wawancara tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi
dari segi non akademik lebih menonjol. Dimana
71
ada ABK yang mempunyai beberapa bakat yang menonjol.
Mengingat bahwa SDN Klero 02 sudah menerima ABK sejak tahun 2010 sekolah ini belum
meluluskan ABK. Hal ini terjadi karena ABK sering tinggal kelas. Di samping itu, produk dari
pelaksanaan program ini adalah adanya 12 ABK yang terlayani di sekolah.
Ada beberapa faktor pendukung dalam pelaksanaan inklusi di SD Negeri Klero 02. adanya
antusias masyarakat sekitar sekolah yang memiliki ABK untuk menyekolahkan di SD Negeri Klero 02.
Dengan adanya
masyarakat sekitar
yang menyekolahkan anaknya yang ABK di SD Negeri
Klero 02 dapat mendukung program inklusi di sekolah ini. Hal ini sesuai dengan apa yang
disampaikan oleh Bapak Kepala Sekolah sebagai berikut
SD ini persis di pinggir jalan raya mbak jadi
mudah untuk
dijangkau oleh
masyarakat yang ingin menyekolahkan anaknya kesini apalagi orang tua yang
memiliki ABK mbk yang jauh dari SLB jadi menurutku
itu salah
satu faktor
pendukung pelaksanaan inklusi disini.
Hal senada juga disampaikan oleh Ibu SN selaku Guru Agama sebagai berikut
Apa ya
mbak, tapi
yang jelas
masyarakat daerah Tengaran sekarang
72 senang apalagi yang punya ABK mereka
bisa menyekolahkan
anaknya disini
sebelumnya kan jauh harus ke Salatiga.
Dari hasil validasi data dengan wawancara dapat disimpulkan bahwa pendukung program
inklusi disekolah ini adalah adanya dukungan dari masyarakat. Dukungan itu berupa antusias
masyarakat sekitar yang mempunyai ABK untuk menyekolahkan anaknya di SD Negeri Klero 02.
Berdasarkan hasil wawancara bahwa masih ada hambatan dalam pelaksanaan program inklusi
ini. SD Negeri Klero 02 sebagai salah satu dan satu-satunya sekolah di Kecamatan Tengaran yang
melaksanakan program pendidikan inklusi masih menemukan dan menjumpai beberapa kendala
yang menyebabkan sekolah ini belum maksimal dan
optimal dalam
menjalankan program.
Ketersediaan sarana dan prasarana yang belum sesuai dengan jenis kebutuhan ABK, tidak adanya
guru pendamping
khusus sesuai
dengan kompetensinya, pendanaan yang masih dengan
BOS saja,
pemahaman masyarakat
tentang pendidikan inklusi dan keterbatasan pemahaman
guru terhadap ABK. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan
Bapak Kepala
Sekolah dalam
wawancaranya bahwa,
73 Yang pertama belum adanya guru
pendamping khusus yang benar-benar ahli menangani ABK, pemahaman masyarakat
disini masih kurang tentang sekolah inklusi jadi anak-anak yang seharusnya masuk
SLB sudah kami beri pengertian masih saja menyekolahkan anaknya disini sehingga
kami
merasa kesulitan,
sarana dan
prasarana kurang, butuh dana untuk menyelenggarakan program ini tetapi belum
pernah diberikan, belum bisa maksimal menangani
ABK karena
keterbatasan pemahaman guru tentang ABK.
Begitu juga pendapat dari Ibu ENH guru GPK yang menyatakan sebagai berikut
Belum ada guru pendamping yang profesional, saya yang ditunjuk sebagai
pendamping belum
pernah diikutkan
pelatihan jadi
pengetahuanku kurang,
sarana prasarananya kurang.
Hasil validasi data dengan wawancara kepala sekolah mengungkapkan bahwa hambatan
yang dialami sekolah disebkan belum adanya GPK, pemahaman orang tua tentang ABK yang kurang,
sarana dan prasarana yang kurang memadai serta pendanaan yang yang belum diberikan secara
khusus. Hal senada diungkapkan oleh GPK serta menambahkan bahwa meskipun ditunjuk sebagai
GPK belum pernah diikutkan pelatihan tentang menangani ABK.
Dengan adanya
progam inklusi
ini diharapkan dapat membantu pemerintah dalam
menyukseskan wajib belajar 9 tahun. Dimana
74
anak pada usia sekolah dapat bersekolah seperti anak seusianya tanpa terkecuali anak yang
berkebutuhan khusus. Dari kendala-kendala yang ada, pihak sekolah berharap agar kendala tersebut
segera teratasi dan dinas terkait bisa melakukan perbaikan dan pembenahan.
C. Pembahasan