Gambar 2.6. Korosi Tegangan Kopeliovich, 2012
2.4 Prinsip Dasar Pengendalian Korosi
Korosi telah didefinisikan sebagai penurunan mutu logam oleh reaksi elektrokimia dengan lingkungannya. Pada kebanyakan situasi praktis serangan ini tidak dapat
dicegah, kita hanya dapat berupaya mengendalikannya sehingga struktur atau komponen mempunyai masa pakai yang lebih panjang. Adapun pengendalian
korosi bisa dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya yang paling penting adalah:
a. Modifikasi rancangan
b. Modifikasi lingkungan
c. Pemberian lapisan pelindung
d. Pemilihan bahan
e. Proteksi katodik dan anodik
2.4.1 Pengendalian Korosi melalui Perancangan
Komponen-komponen akan menghadapi berbagai macam lingkungan baik selama tahapan-tahapan pembuatan, pemindahan dan penyimpanan, maupun ketika kelak
harus menjalankan tugas sehari-hari. Laju korosi atau perusakan lapisan pelindung yang diberikan kepada logam akan dipengaruhi oleh perubahan-perubahan faktor
diantaranya kelembaban relatif, temperatur, pH, konsentrasi oksigen, bahan pengotor padat atau terlarut, konsentrasi, dan kecepatan elektrolit. Variasi-variasi
kondisi lingkungan ini sedapat mungkin harus sudah diidentifikasi sejak tahapan perancangan Trethewey, 1991
2.4.2 Pengendalian Korosi Melalui Pengubahan Lingkungan
Menurut Haryono, 2010, terdapat beberapa faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi proses korosi antara lain, yaitu:
1. Suhu
Kenaikan suhu akan menyebabkan bertambahnya kecepatan reaksi korosi. Hal ini terjadi karena semakin tingginya energi kinetik dari partikel-partikel
yang bereaksi sehingga melampaui besarnya harga energi aktivasi dan akibatnya laju korosi juga akan semakin cepat, begitu juga sebaliknya.
2. Kecepatan alir fluida atau kecepatan pengadukan
Laju korosi cenderung bertambah jika laju atau kecepatan aliran fluida bertambah besar. Hal ini karena kontak antara zat perekasi dan logam akan
makin banyak yang lepas sehingga logam akan mengalami kerapuhan korosi.
3. Konsentrasi bahan korosif
Hal ini berhubungan dengan pH atau keasaman dan kebasaan suatu larutan. Larutan yang bersifat asam sangat korosif terhadap logam dimana logam
yang berada di dalam media larutan asam akan lebih cepat terkorosi karena merupakan reaksi anoda. Sedangkan larutan yang bersifat basa dapat
menyebabkan korosi pada katodanya karena reaksi katoda selalu serentak dengan reaksi anoda.
4. Oksigen
Adanya oksigen yang terdapat di dalam udara dapat bersentuhan dengan permukaan logam yang lembab. Sehingga kemungkinan menjadi korosi
lebih besar. Di dalam air lingkungan terbuka, adanya oksigen menyebabkan korosi cepat terjadi.
5. Waktu kontak
Aksi inhibitor diharapkan dapat membuat ketahanan logam terhadap korosi lebih besar. Dengan adanya penambahan inhibitor ke dalam larutan, maka
akan menyebabkan laju reaksi menjadi lebih rendah, sehingga waktu kerja inhibitor untuk melindungi logam dari korosi akan hilang atau habis pada
waktu tertentu. Hal itu dikarenakan semakin lama waktunya maka inhibitor akan semakin habis terserang oleh larutan.
Baik proses korosi di udara maupun proses korosi basah dapat dikendalikan menggunakan bahan kimia khusus yang disebut inhibitor. Apabila
bahan ini ditambahkan ke dalam lingkungan, laju serangan korosi akan berkurang Trethewey, 1991. Korosi dapat dikurangi dengan berbagai macam cara, dan cara
yang paling mudah dan paling murah adalah dengan menambahkan inhibitor ke dalam media. Inhibitor berasal dari kata inhibisi: menghambat, jadi inhibitor
ditambahkan untuk menghambat reaksi antarmuka antara material dengan lingkungan. Inhibitor terdiri dari dua jenis yaitu inhibitor organik dan anorganik.
Inhibitor dapat dianggap sebagai katalisator yang memperlambat retarding catalyst Haryono, 2010.
Rina, 2012 menyebutkan bahwa inhibitor akan mereduksi kecepatan korosi dengan cara:
1. Adsorpsi ionmolekul inhibitor ke permukaan logam
2. Meningkatkan atau menurunkan reaksi anoda dan atau katoda
3. Menurunkan kecepatan difusi reaktan ke permukaan logam
4. Menurunkan hambatan listrik dari permukaan logam
5. Inhibitor mudah membentuk lapisan in situ pada permukaan logam
Inhibitor organik umumnya bersifat heteroatom. Atom O, N, dan S ditemukan dalam kepadatan tinggi dan atom-atom tersebut bertindak sebagai
inhibitor korosi. Atom O, N, dan S merupakan pusat aktif untuk proses adsorpsi pada permukaan logam. Efisiensi inhibisi dari logam ini adalah ONSP.
Penggunaan senyawa organik yang mengandung oksigen, sulfur, dan khususnya
nitrogen sangat baik untuk mereduksi serangan korosi pada baja. Beberapa faktor yang mempengaruhi kerja inhibitor adalah panjang rantai, berat molekul, ikatan
aromatis atau konjugasi, kemungkinan ikat silang, serta kelarutannya dalam lingkungan yang digunakan. Inhibitor bahan alam green inhibitor bersifat
biodegradable mudah terurai dan tidak mengandung logam berat atau senyawa racun lainnya. Beberapa penelitian telah melaporkan keberhasilan penggunaan
senyawa bahan alam untuk menghambat korosi dari logam dalam lingkungan asam dan basa. Green inhibitor yang cocok untuk baja karbon adalah inhibitor
yang mengandung asam amino alami seperti alanin, glisin dan leusin Rina, 2012.
Inhibitor organik bekerja dengan membentuk senyawa kompleks yang mengendap pada permukaan logam sebagai lapisan pelindung yang bersifat
hidrofobik yang dapat menghambat reaksi logam dengan lingkungannya. Reaksi yang terjadi dapat berupa reaksi katodik, anodik, atau keduanya. Hal ini
bergantung dari reaksi pada permukaan logam dan potensial logam tersebut. Selain itu juga dapat berfungsi untuk menetralisir konstituen korosif dan
mengabsorbsi konstituen korosif tersebut. Penggunaan dengan konsentrasi yang tepat dapat mengoptimalkan perlindungan pada seluruh logam. Inhibitor organik
akan teradsorbsi pada permukaan tergantung dari muatan inhibitor dan muatan logam untuk membentuk ikatan dari senyawa kompleks tersebut sebagi contoh
kation inhibitor seperti amin atau anion inhibitor seperti sulfonat akan teradsorbsi tergantung muatan logam tersebut apakah negatif atau positif. Efektifitas dari
inhibitor organik dipengaruhi oleh komposisi kimia, struktur molekul, dan gugus fungsi, ukuran dan berat molekul, serta afinitas inhibitor terhadap logamnya.
Mekanisme proteksi ekstrak bahan alam terhadap besibaja dari serangan korosi diperkirakan hampir sama dengan mekanisme proteksi oleh inhibitor
organik. Reaksi yang terjadi antara logam Fe
2+
degan medium korosif yang mengandung ion-ion klorida seperti NaCl, MgCl
2
, KCl akan bereaksi dengan Fe dan diperkirakan menghasilkan FeCl
2
. Jika ion klorida yang bereaksi semakin besar, maka FeCl
2
yang terbentuk juga akan semakin besar, seperti tertulis dalam reaksi berikut:
NaCl Na
+
+ Cl
-
2.4 MgCl
2
Mg
2+
+ 2Cl
-
2.5 KCl
K
+
+ Cl
-
2.6 Ion klorida pada reaksi diatas akan menyerang logam besi Fe sehingga besi akan
terkorosi menjadi: 2Cl
-
+ Fe
2+
FeCl
2
2.7 Dan reaksi antara Fe
2+
dengan inhibitor ekstrak bahan alam menghasilkan senyawa kompleks. Inhibitor ekstrak bahan alam yang mengandung nitrogen
mendonorkan sepasang elektronnya pada permukaan logam mild steel ketika ion Fe
2+
terdifusi ke dalam larutan elektrolit, reaksinya adalah: Fe
Fe
2+
+ 2e
-
melepaskan elektron 2.8
Fe
2+
+ 2e
-
Fe menerima elektron 2.9
Mekanisme inhibisi ekstrak bahan alam ditunjukkan pada Gambar 2.7 berikut:
Gambar 2.7. Mekanisme Inhibisi Ekstrak Bahan Alam Ilim, 2008
Produk yang terbentuk diatas mempunyai kestabilan yang tinggi dibanding dengan Fe saja, sehingga sampel besibaja yang diberikan inhibitor ekstrak bahan
alam akan lebih tahan terproteksi terhadap korosi Haryono, 2010.
Inhibitor akan membentuk lapisan pelindung in situ karena reaksi antara larutan dengan permukaan logam. Proses penginhibisiannya disebabkan adanya
adsorpsi molekul pada permukaan logam. Inhibitor teradsorpsi pada permukaan logam membentuk lapisan pasif yang hidrofobik yang melindungi logam terhadap
korosi lebih lanjut. Adsorpsi inhibitor ke permukaan logam disebabkan oleh gaya tarik elektrostatik antara muatan ion dengan muatan listrik antarmuka logam.
Secara keseluruhan, senyawa inhibitor adalah netral. Tetapi, gugus nitrogen pada senyawa tersebut memiliki pasangan elektron bebas yang menyebabkan inhibitor
cenderung bermuatan negatif sehingga inhibitor akan tertarik ke permukaan logam dan membentuk lapisan Purwanto, 2013.
2.4.3 Pengendalian Korosi dengan Lapisan Pelindung