Sifat menghambat korosi yang sudah ada dengan sendirinya pada suatu bahan, umumnya hampir tidak berperan dalam proses pemilihan. Seorang
perekayasa akan mencari lapisan penghalang atau cara lain unttuk menghambat rusak atau hilangnya logam. Paduan-paduan canggih yang memiliki sifat tahan
korosi hanya akan digunakan dalam situasi-situasi khusus yang selalu dihantui bencana, misalnya industri minyak serta kimia, atau bila keandalan merupakan
faktor pertimbangan yang luar biasa penting Trethewey, 1991.
2.4.5 Proteksi Katodik dan Anodik
Proteksi katodik adalah suatu perlindungan permukaan logam dengan cara melakukan arus searah yang memadai ke permukaan logam dan mengkonversikan
semua daerah anoda di permukaan logam menjadi daerah katodik. Sistem ini hanya efektif untuk system-sistem yang terbenam dalam air atau di dalam tanah.
Sedangkan pada perlindungan secara anodik, tegangan sistem yang dilindungi dinaikkan sehingga memasuki daerah anodiknya. Pada kondisi ini sistem
terlindungi karena terbentuknya lapisan pasif. Syarat yang harus dipenuhi agar sistem ini berjalan dengan baik adalah bahwa karakteristik lingkungannya harus
stabil. Pada jenis lingkungan yang tidak stabil berfluktuasi penerapan sistem proteksi anodik tidak dianjurkan Fachri, 2011.
2.5 Baja Karbon
Baja dapat didefinisikan sebagai suatu campuran besi dan karbon, dimana unsur karbon menjadi dasar campurannya. Disamping itu, mengandung unsur campuran
lainnya seperti sulfur S, fosfor P, silikon Si, dan mangan Mn yang jumlahnya dibatasi Azmi, 2013.
Baja karbon sangat penting dalam berbagai pabrikasi industri karena sifat mekaniknya yang unik dan tidak mahal Oluwole, 2013. Baja karbon murni akan
mengalami korosi di hampir semua lingkungan atmosfer bila kelembaban relatif
melebihi 60 persen. Begitu lapisan butir – butir air terbentuk pada permukaannya, laju korosi ditentukan oleh berbagai faktor lingkungan; tetapi yang paling penting
adalah pasokan oksigen, pH, dan hadirnya ion-ion agresif, terutama oksida-oksida belerang dan klorida.
Baja paduan rendah mengandung berbagai unsur pembentuk paduan, misalnya Cr, Ni, Cu, Mn, V, dan Mo, hingga 2 atau 3 persen. Penambahan unsur
pemadu ini memperbaiki sifat – sifat mekanik; tetapi efeknya kecil terhadap laju korosi komponen-komponen yang terendam atau terkubur, karena disitu baja
lunak, baja paduan rendah, atau baja tempa akan terkorosi dengan laju yang kurang lebih sama. Penambahan krom yang sedikit lebih banyak, diketahui
mendatangkan perbaikan yang cukup mencolok dalam perilaku korosi; sedangkan tembaga dalam jumlah kecil, diketahui mengurangi korosi sumuran pada ketel-
ketel baja, walaupun korosi biasa agak meningkat Trethewey, 1991.
2.6 Natrium Klorida
Menurut Kurlansky 2002, Natrium Klorida, yang juga dikenal sebagai garam meja, atau garam karang, merupakan senyawa ion dengan rumus NaCl. Natrium
klorida adalah garam yang berbentuk kristal atau bubuk berwarna putih yang tidak berbau. NaCl dapat larut dalam air tetapi tidak larut dalam alkohol. Adapun
beberapa sifat fisis dari Natrium Klorida antara lain: Rumus molekul
: NaCl Berat molekul
: 58,45 gmol Titik didih
: 1413
o
C pada 1 atm Titik beku
: 800,4
o
C pada 1 atm Bentuk
: Kristal kubik padat Warna
: putih Densitas
: 2,163 gml
2.7 Lamtoro
Lamtoro dalam istilah ilmiah bernama Leucaena Leucocephala L. Lamtoro umumnya berasal dari Filipina dengan nama Giant ipil-ipil yang apabila
diterjemahkan secara bebas berarti “Giant” adalah raksasa sedangkan “ipil-ipil” berasal dari bahasa Filipina yang berarti lamtoro. Jadi Giant ipil-ipil berarti
lamtoro raksasa, tetapi lamtoro di Indonesia menjadi lamtoro gung. Adapun sistematika tanaman lamtoro adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophytea
Kelas : Magnoleopsida
Ordo : Fabales
Famili : Fabaceae
Genus : Leucaena
Spesies : Leucaena leucocephala L.
Lamtoro mudah beradaptasi diberbagai daerah tropis di Asia dan Afrika termasuk pula di Indonesia. Tanaman semak atau pohon tinggi sampai 2-10 meter,
bercabang banyak, dan kuat, dengan kulit batang abu-abu. Daun bersirip dua dengan 3-10 pasang sirip, bervariasi dalam panjang hingga 35 cm, dengan
glandula besar sampai 5 mm pada dasar petiole, helai daun 11-22 pasang per sirip, 8-16 mm x 1-2 mm. Memiliki bunga sangat banyak dengan diameter kepala
2-5 cm, stamen 10 per bunga dan pistil sepanjang 10 mm. Menghasilkan buah polong 14-26 cm x 1,5-2 cm, berwarna coklat pada saat tua. Jumlah biji 15-30 per
buah polong, berwarna coklat.
Petai cina oleh para petani di pedesaan sering ditanam sebagai tanaman pagar, pupuk hijau dan lain-lain. Petai cina cocok hidup di dataran rendah sampai
ketinggian 1500 m diatas permukaan laut. Petai cina di Indonesia hampir musnah setelah terserang hama wereng. Pengembangbiakannya selain dengan penyebaran
biji yang sudah tua juga dapat dilakukan dengan cara stek batang.
Daun lamtoro berbentuk simetris kecil-kecil berpasangan tapi tidak pernah gugur. Warna daun hijau pupus dan berfungsi untuk memasak makanan sekaligus
penyerap nitrogen N
2
dan karbondioksida CO
2
dari udara bebas. Nitrogen dan karbondioksida ini berasal dari sisa-sisa pembakaran yang kemudian mengotori
udara polusi. Daun-daun lamtoro juga kerap digunakan sebagai mulsa dan pupuk hijau. Daun lamtoro cepat mengalami dekomposisi Simanjuntak, 2012. Bentuk
daun lamtoro dapat dilihat pada Gambar 2.8 berikut:
Gambar 2.8. Lamtoro Leucaena leucocephala L De Wit, 1961
Lamtoro merupakan leguminosa pohon yang mempunyai perakaran yang dalam dan mampu beradaptasi pada tanah yang berdrainase baik di daerah
beriklim sedang dengan curah hujan tahunan diatas 760 mm. Daun lamtoro mengandung protein kasar yang cukup tinggi yakni 27 – 34 dari bahan kering
dan telah umum digunakan sebagai makanan ternak. Komposisi kimianya dalam bahan kering terdiri atas 25,90 protein kasar, 20,40 serat kasar dan 11 abu
2,30 Ca dan 0,23 P, karoten 530,00 mgkg dan tannin 10,15 mgkg Haris, 2012.
Daun lamtoro petai cina mengandung zat aktif berupa alkaloid, saponin, flavonoid, mimosin, leukanin, protein, lemak, kalsium, fosfor, besi, vitamin A,
dan vitamin B. Berbagai kandungan yang terdapat dalam tanaman petai cina yang diperkirakan sebagai antiinflamasi adalah flavonoid. Daun lamtoro mempunyai
kandungan unsur-unsur kimia seperti yang terdapat dalam Tabel 2.1 berikut:
Tabel 2.1. Kandungan daun lamtoro Laucaena leucocepala L.
Zat Komposisi
Abu 11,00
Nitrogen 4,20
Protein 25,90
Serat kasar 20,40
Kalsium 2,36
Kalium 1,3-4,0
Fosfor 0,23
Beta karoten mgkg 536,00
Energi kotor KJg 20,10
Tannin mgg 10,15
Simanjuntak, 2012
2.8 Metode Pengukuran Laju Korosi dan Efisiensi Inhibitor