Hasil pengukuran faktor kimia dan biologi.

menjelaskan bahwa kebutuhan oksigen pada budidaya udang mempunyai kepentingan pada dua aspek, yaitu kebutuhan lingkungan pada spesies tertentu dan kebutuhan konsumtif yang bergantung pada metabolisme udang. Selain itu Fegan 2003 menambahkan bahwa konsentrasi oksigen terlarut selama pemeliharaan udang Litopenaeus vannamei berkisar antara 3-8 mgl. Nilai tersebut menunjukkan bahwa kandungan oksigen yang terdapat pada media pemeliharaan masih optimal dan cukup baik mendukung pertumbuhan serta kelangsungan hidup udang. Sedangkan hasil pengukuran salinitas selama penelitian berada dalam kisaran optimal berkisar antara 20 ppt. Nilai ini masih tergolong baik dan masih dalam batas toleransi larva Litopenaeus vannamei. Xincai dan Yongquan 2001 menyatakan bahwa salinitas optimal untuk udang vannamei berkisar antara 5-35 ppt. Menurut Ghufron et al., 2007 menjelaskan bahwa untuk pertumbuhan optimal di dalam tambak kisaran salinitas terletak antara 15 – 25 ppt. Penelitian yang telah dilakukan oleh Haryanti et al., 2005 membuktikan bahwa produksi udang dapa menurun karena perubahan salinitas.

4.1.2 Hasil pengukuran faktor kimia dan biologi.

Perkembangan kegiatan budidaya perikanan yang pesat serta teknologi budidaya yang semakin meningkat dengan penerapan sistem intensif serta penggunaan bahan-bahan kimia dan aditif lainya sehingga memunculkan permasalahan dengan menurunnya daya dukung tambak bagi kehidupan ikan maupun udang yang dibudidayakan. Hal ini dapat dilihat dengan munculnya serangkain serangan penyakit yang menimbulkan kerugian budidaya. Langkah yang bisa dilakukan dengan antisipasif melalui penerapan teknologi budidaya dengan berpedoman kepada kaidah keseimbangan ekosistem merupakan solusi untuk mencegah kerusakan yang lebih serius. Di antara langkah tersebut melalui aplikasi probiotik yang mempunyai kemampuan dalam mempertahankan kualitas air dan menghambat pertumbuhan mikroorganisme patogen guna terciptanya sistem budidaya perikanan yang berkelanjutan Universitas Sumatera Utara sustainable aquaculture Khasani, 2007. Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan diperoleh nilai faktor kimia dan biologi yang meliputi seperti tertera pada Tabel 4. Tabel 4. Nilai rata-rata mingguan ammonia. alkalinitas, dan total Vibrio Parameter Amoniak mgl Alkalinitas mgl Vibrio Kuning cfu Vibrio Hijau cfu 10 Perlakuan K 0.1 0.3 0.5 K 0.1 0.3 0.5 K 0.1 0.3 0.5 K 0.1 0.3 0.5 Minggu 1 0.015 0.015 0.015 0.015 150 150 150 150 2 0.025 0.031 0.025 0.021 150 150 144 142 12 9 5 8 2 1 3 0.215 0.214 0.213 0.213 152 150 144 140 22 19 12 10 5 5 5 5 4 0.224 0.225 0.227 0.218 152 152 144 142 30 20 8 5 8 5 3 7 5 0.248 0.318 0.102 0.119 148 150 138 140 30 18 10 5 8 5 1 1 6 0.221 0.264 0.102 0.111 148 152 135 137 22 15 10 10 12 5 1 1 7 0.291 0.232 0.109 0.111 152 152 137 141 21 17 8 12 9 4 2 8 0.299 0.287 0.101 0.111 152 152 137 144 25 20 8 12 9 2 2 Dari hasil pengukuran yang telah dilakukan maka diperoleh data seperti di atas bahwa pengukuran kualitas air selama penelitian memperlihatkan bahwa kisaran amonia meningkat pada waktu pemeliharaan minggu ketiga-keempat, kemudian menurun pada akhir pemeliharaan udang. Kadar amonia pada waktu pemeliharaan masih dapat ditolerir oleh udang. Menurut Samocha et al., 1993, bahwa kandungan amonia untuk stadia yuwana udang Litopenaeus vannamei berkisar antara 0.4 – 2.31 mgl. Poernomo 1998 menjelaskan bahwa pengaruh langsung dari kadar amonia yang tinggi tapi belum mematikan adalah rusaknya jaringan insang. Lembaran insang akan membengkak sehingga fungsi ingsang sebagai alat pernapasan akan terganggu. Konsentrasi amonia dan nitrit di tambak uji kondisinya berada di bawah ambang batas konsentrasi toksik yang membahayakan udang. Amonia dalam tambak dapat terjadi karena dua hal yaitu hasil metabolismeeksresi hewan dan katabolisme protein oleh bakteri Poernomo, 1988; Wickins, 1985. Amonia dalam tambak bersifat beracun sehingga dapat meyebabkan stres, menurunkan berat badan, bahkan dapat menyebabkan kematian Poernomo, 1988; Colt dan Universitas Sumatera Utara Amstrong, 1976; Wickins, 1976. Gunarto et al., 2006 juga mengemukakan bahwa pemberian fermentasi probiotik komersil sebanyak 3 mglminggu selama masa pemeliharaan udang windu di tambak cenderung mampu meningkatkan nilai potensial redoks sedimen tambak, mengurangi konsentrasi ammonia dan bahan organik total dalam air tambak, serta mampu menekan populasi bakteri Vibrio sp. dan mencegah insidensi infeksi White Spot Syndrome Virus WSSV pada udang yang dibudidayakan. Badjoeri Widiyanto 2008 menyatakan bahwa pemberian konsorsium bakteri nitrifikasi dan denitrifikasi berpengaruh terhadap perbaikan kondisi kualitas air tambak, pertumbuhan, dan produksi udang windu. Alkalinitas selama penelitian masih dalam kisaran optimal. Total alkalinitas dalam budidaya udang sangat penting. Alkalinitas tidak hanya berpengaruh langsung terhadap pertumbuhan plankton, tetapi juga mempengaruhi parameter kualitas air lainnya seperti pH air yang akhirnya mempengaruhi pertumbuhan dan produksi budidaya Ghufran et al., 2007. Total koloni bakteri air untuk semua perlakuan yang terdapat selama waktu pemeliharaan masih dalam batas normal, hal ini dapat dilihat dari hasil pengecekan dari minggu pertama-delapan. Alabi et al., 1996 menyatakan batas normal bakteri yaitu pada kisaran 10 4 Bakteri patogen bisa menginfeksi melalui makanan, menuju sistem pencernaan makanan dan akhirnya menimbulkan luka kecil pada tubuh dan cfuml tidak membahayakan bagi hewan budidaya, pada budidaya udang pengendalian kualitas air secara biologis dapat dilakukan melalui aplikasi probiotik. Ghosh et al., 2008 juga melaporkan penurunan kadar amoniak dan bahan organik dengan aplikasi bakteri probiotik Bacillus subtilis. Selain itu Deeseenthum et al., 2007 menunjukkan bahwa probiotik Bacillus mampu memproduksi enzim amilase dan protease. Hal yang serupa juga disampaikan Sambasivam et al., 2003; Farzanfar 2006 bahwa aplikasi probiotik juga memberikan efek positif terhadap udang baik pertumbuhan . Beberapa probiotik yang telah terbukti menekan populasi bakteri Vibrio adalah Bacillus spp. Dalmin et al., 2001. Universitas Sumatera Utara disertai dengan tanda – tanda seperti kehilangan nafsu makan dan lemah Batubara, 2005. Bakteri patogen merupakan bakteri yang sangat merugikan dalam bidang budidaya, salah satu bakteri patogen yaitu bakteri Vibrio harveyi. Vibrio harveyi merupakan salah satu patogen potensial yang biasa menyerang vannamei. Pengembangan probiotik untuk budidaya vannamei didasarkan diantaranya pada kemampuan menghambat pertumbuhan Vibrio harveyi dan memperbaiki kualitas air. Berbagai upaya telah dilakukan untuk mengendalikan penyakit dan kualitas air, salah satunya menggunakan probiotik. Probiotik memiliki keunggulan dibandingkan cara – cara pengendalian yang lainnya, di antaranya adalah : 1 menekan pertumbuhan bakteri pathogen termasuk diantaranya bakteri vibrio dan 2 mampu memperbaiki kualitas air Moriarty, 1998. Kelompok bakteri yang termasuk probiotik antara lain Bacillus sp., Photobacterium sp., dan Lactobacillus sp. Irianto, 2003. Spesies Bacillus sangat cocok digunakan karena tidak menghasilkan toksin, mudah ditumbuhkan, tidak memerlukan substrat yang mahal, kemampuan Bacillus untuk bertahan pada temperatur tinggi, dan tidak adanya hasil samping metabolik. Bakteri Bacillus merupakan jenis bakteri yang terdapat di hampir semua tempat termasuk di dalam saluran pencernaan rajungan Susanti, 2002. Menurut Austin Austin 1999, diantara strategis pengendalian penyakit pada budidaya perikanan yang banyak dilakukan dan memberikan hasil yang baik adalah melalui kontrol biologis, salah satunya adalah dengan aplikasi probiotik. Tidak seperti penggunaan antibiotik pada budidaya sebelumnya. Penggunaan bakteri tidak menyebabkan alergi dan toksik dalam rantai makanan, keuntungan lainnya dalam menggunakan bakteri adalah dapat mengurangi pemakaian berulang, organisme sasaran jarang menjadi resisten terhadap agen probiotik serta dapat digunakan untuk pengendalian secara bersama-sama, mengendalikan patogen pada inang dan lingkungan, menstimulasi imunitas udang dan sebagai agensia perbaikan kualitas air melalui kemampuannya mereduksi polutan. Atmomarsono et al., 2005 mengemukakan bahwa penggunaan bakteri probiotik Universitas Sumatera Utara mampu menekan kematian pascalarva udang windu melalui pengendalian populasi bakteri Vibrio sp. dalam air media. Dalam Penelitian ini jumlah total koloni meningkat pada minggu 3-4, namun pada minggu kelima hingga pemanenan udang jumlah total vibrio menurun terus sampai batasan normal.

4.1.3 Pertumbuhan mutlak Litopenaeus vannamei