A. Tujuan
Tujuan pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini adalah agar mahasiswa khususnya mahasiswa D III keperawatan, mengenai konsep eliminasi uriene pada pasien dan
praktek keperawatan yang bisa diimplementasikan pada pasien yang mengalami eliminasi urine.
B. Manfaat
1. Bagi Penulis
a. Sebagai persyaratan untuk menyelesaiakan Program Diploma III Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara
b.Menambah pengetahuan dan wawasan dalam memberikan Asuhan Keperawatan yang komprehensif pada pasien dengan gangguan eliminasi.
2. Bagi Institusi
Karya tulis ilmiah ini dapat dipakai untuk sebagai salah satu bahan bacaan kepustakaan.
3. Bagi Perawat
Sebagai bahan masukan perawat untuk meningkatkan Mutu Pelayanan Kesehatan terutama pada pasien dengan gangguan eliminasi urine.
Universitas Sumatera Utara
BAB II PENGELOLAHAN KASUS
A. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan dengan Masalah Kebutuhan Dasar
Eliminasi Urine 1.
Konsep Dasar Eliminasi Urine Eliminasi urine normalnya adalah pengeluaran cairan. Proses pengeluaran ini
sangat bergantung pada fingsi-fungsi organ eliminasi urine seperti ginjal, ureter, bladder, dan uretra. Ginjal memindahkan air dari darah dalam bentuk urine.
urerter mengalirkan urine ke bladder. Dalam bladder urine ditampung sampai mencapai batas tertentu sampai batas yang kemudian dikeluarkan melalui uretra.
Air sisa metabolisme dalam darah difiltrasi oleh ginjal. Darah mengalir sampai ke ginjal melalui artei renal yang merupakan cabang dari aorta abdoment. Kira-
kira darah akan masuk ke ginjal 20-25 dari kardiak output. Dalam glomerulus ginjal difiltrasi airdan zat-zat lain seperti glukosa, asam amino, urea, kreatinin,
dan elektrolit. Glomerulus akan memfiltarasi kira-kira 125mlmenit. Tidak semua hasil filtrasi akan dikeluarkan sebagai urine, tetapi sebagian dari zat berupa
glukosa, asam amino, uric acid , sodium,dan pottasium kembali ke plasma. Pengeluaran urine tergantung intake
cairan. Pada orang dewasa normalpengeluaran urine kira-kira 1500-1600mlhari, atau 60ml menit. Jika
pengeluaran urine kurang dari 30mlmenit kemungkinan terjadi gagal ginjalPotter Perry 1999.
Ginjal menghasilkan hormon eritropoitin yang berfungsi untuk merangsang produksi eritropitisetin yang merupakan bahan baku sel darah merah pada
sumsum tulang. Hormon ini dirangsangnoleh adanya kekurangan aliran darah hipoksiapada ginjal. Disamping eritropoitin ginjal juga menghasilkan hormon
renin yang berfungsi sebagai pengatur aliran darah ginjal pada saat terjadi isskhemia. Renin dihasilkan pada pada sel juxtaglomerulus pada apartus
juxtaglomerulus di nefron. Renin berfungsi sebagai enzim yang berfungsi mengubah angiotensinogen dihasilkan di hati menjadi angiotensin I yang
Universitas Sumatera Utara
kemudian diudbah di paru-paru menjadi angitensin II dan angiotensin III. Angiotensin II berdampak pada vasokontriksi dan menstimulus aldosteron untuk
menahanmeretensi air dan meningkat volume darah. Angiotensin III memberikan efek tekanan pad aliran pembuluh darah arteriPotter Perry, 1999.
2. Anatomi dan Fisiologi Sistem Perkemihan
Sistem perkemihan terdiri atas beberapa organ yaitu ginjal, ureter, vesika urinaria kandung kemih, dan uretra.
a. Ginjal Fungsi vital ginjal ialah sekresi air kemih dan pengeluarannya dari tubuh
manusia. Di samping itu, ginjal juga merupakan salah satu dari mekanisme terpenting homeostasis. Ginjal berperan penting dalam pengeluaran zat-zat
toksinracun, memperlakukan suasana keseimbangan air, mempertahankan keseimbangan asam-basa cairan tubuh, dan mempertahankan keseimbangan
garam-garam dan zat-zat lain dalam darahPotter Perry,1999. Bentuk ginjal kiri lebih besar dari ginjal kanan. Ontogenitis, berasal dari
mesoderm, terletak dalam rongga perut pada daerah retroperitoneal, di sebelah kanan dan kiri dari kolumna vertebralis dan melekat langsung pada dinding
belakang abdomen. Ginjal kanan terletak lebih rendah dari ginjal kiri, hal ini karena adanya hati di sebelah kanan dan menekan ke bawah. Bila ginjal dibelah
dua, secara longitudinal memanjang, dapat terlihatPotter Perry,1999. Bagian luar yang bercak-bercak disebut korteks, serta bagian dalam yang
bergaris-garis disebut medula. Medula terdiri dari bangunan-bangunan berbentuk kerucut yang disebut renah piramidPotter Perry,1999.
Pada pemeriksaan secara mikroskopis, terlihat ginjal berbentuk seperti corong dengan batang yang panjang dan berkelok-kelok. Bagian corong tersebut
dinamakan kapsula Bowman yang terdiri atas dua lapis sel-sel gepeng. Ruangan kapsula Bowman dan glomerolus disebut karpusguli renalis korpuskulam
malfigi. Proses pembentukan urine diawali dengan masuknya darah melalui vas aferen ke dalam glomerolus clan keluar melalui vas eferent. Bagian yang
mer,yerupai bentuk batang yang terdiri dari tubulus kontortus proksimal, ansa Henle, tubulus kontortus distal. tubulus koligentes. Pada Bagian-Bagian batang ini
Universitas Sumatera Utara
terjadi proses: filtrasi, reabsopsi, dan sekresi. Proses filtrasi terjadi pada glomerolus karena permukaan aferen lebih began daripada permukaan
eferenPotter Perry,1999. Hal ini akan mengakibatkan terjadinya penyaringan darah. Pada proses ini
yang tersaring adalah Bagian cair dari darah kecuali protein. Selanjutnya, cairan tersebut, yaitu air, glukosa, natrium, klorida, sulfat, dan bikarbonat. Ditampung
oleh simpai Bowman yang selanjutnya diteruskan ke tubulus-tubulus ginjalPotter Perry,1999.
Proses reabsorbsi terjadi pada tubulus-tubulus ginjal. Di sini terjadi penyerapan kembali dari sebagian air, glokosa, atrium, klorida, sulfat, bikarbonat
dan beberapa ion bikarbonat. Pada tubulus ginjal bagian atas, terjadi proses pasif reabsorpsi obligatori. Sedangkan pada tubulus ginjal bawah terjadi proses aktif
fakultatif reabsorpsi yang menyerap kembali natrium dan ion bikarbonat bila diperlukan. Sisa hasil reabsorpsi akan dialirkan ke papilla renalisPotter
Perry,1999. Pelvis renalis piala ginjal merupakan bagian dari ginjal dengan duktus
papillaris Bellini bermuara pada renalis yang menyebabkan terbentuknya area kribiformis pada papilla ginjal. Papilla renalis terlihat, menonjol kedalam satu
kaliks minor, bersatu menjadi kaliks mayor, inipun menjadi pelvis renalis. Pelvis renalis ini berlanjut menjadi ureterPotter Perry,1999.
b. Ureter
Air kemih disekresi oleh ginjal, dialirkan ke vesika urinairia kandung kemih melalui ureter. Ureter berada pada kiri dan kanan kolumna vertebralis
tulang punggung yang menghubungkan pelvis renalis dengan kandung kemih. Panjang ureter kurang lebih 30 cm dan berdiameter 0,5 cm. Uretra
sebagian terletak dalam rongga perut pars abdominalis dan selanjutnya berjalan di dalam rongga panggul pars pelvira. Otogenitis ureter termasuk berasal dari
mesoderm, karena itu, ureter juga terletak pada retroperitonialis. Dinding utera terdiri atas tiga lapisan, yaitu lapisan mukosa, otot polos, dan jaringan
fibrosaPotter Perry,1999.
Universitas Sumatera Utara
c. Vesika urinaria Aliran urine dari ginjal akan bermuara ke dalam kandung kemih vesika
urinaria. Kandung kemih merupakan kantong yang dapat menggelembung seperti balon karet, terletak di belakang simfisis pubis, di dalam rongga panggul. Bila
terisi penuh, kandung kemih dapat terlihat sebagian ke luar dari rongga panggul. Kandung kemih berbentuk seperti kerucut. Bagian-bagiannya ialah verteks,
fundus, dan korpus. Bagian verteks adalah bagian yang meruncing ke arah depan dan berhubungan dengan ligamentum vesiko umbilikale medius. Bagian fundus
merupakan bagian yang menghadap ke arah belakang dan bawah. Bagian korpus berada di antara verteks dan fundus. Bagian fundus terpisah dari rektum oleh
spasium rektovesikula yang terisi oleh jaringan ikat, duktus deferens, vesikula seminalis. Dinding kandung kemih terdiri dari tiga lapisan otot polos dan selapis
mukosa yang berlipat-lipat. pada diding belakang lapisan mukosa, terlihat bagian yang tidak berlipat, daerah ini disebut trigonum liestaudiPotter Perry,1999.
c. Uretra
Uretra merupakan saluran sempit yang berpangkal pada kandung kemih yang berfungsi menyalurkan air kemih ke luar dan juga untuk menyalurkansemen. Pada
laki-laki, uretra berjalan berkelok-kelok, menembus prostat, kemudian melewati tulang pubis, selanjutnya menuju ke penis. Oleh karera itu, pada laki-laki, uretra
terbagi menjadi 3 bagian, yaitu pars proetalika, pars membranosa, dan pars kavernosa. Muara uretra ke arah dunia luar disebut meatus. Pada perempuan,
uretra terletak di belakang simfisis pubis, berjalan miring, sedikit ke atas, panjangnya kurang lebih 3-4 cm. Muara uretra pada perempuan terletak di sebelah
atas vagina, antara klitoris dan vagina. Uretra perempuan berfungsi sebagai saluran ekskretoriPotter Perry,1999.
3. Refleks miksi
Kandung kemih dipersarafi oleh saraf sakral 2S-2 dan sakral 3S-3. Saraf sensorik dari kandung kemih dikirimkan ke medula spinalis bagian sakral 2
sampai dengan sakral 4 kemudian diteruskan ke pusat miksi pada susunan saraf puasat. Puasat miksi mengirimkan sinyal kepada otot kandng kemih untuk
Universitas Sumatera Utara
berkontraksi. Pada saat destrusor berkontraksi spinter interna relaksasi dan spinter eksterna yang di bawah kontrol kesadaran akan berperan. Apakah mau miksi atau
ditunda. Pada saat miksi otot abdominal berkontraksi bersama meningkatnya otot kandung kemih. Biasanya tidak lebih dari 10 ml urine tersisa dalam kandung
kemih yang disebut dengan residu urineBrunner Suddath, 1997. 4.
Karakteristik urine normal Warna urine normal adalah kuning terang karena adanya pigmen urochrome.
Namun demikian, warna urine tergantung pada intake cairan, keadan dehidrasi konsentrasinya menjadi lebih pekat dan kecoklatan, penggunaan obat-obatan
tertentu seperti multivitamin dan preparat besi maka urine akan berubah menjadi kemerahan sampai kehitamanBrunner Suddath, 1997..
Bau urine normal adalah bau khas amoniak yang merupakan hasil pemecahan urea oleh bakteri. Pemberian pengobatan akan mempengaruhi bau urineBrunner
Suddath, 1997..
5. Proses Berkemih 1. Proses Filtrasi ,di glomerulus
Terjadi penyerapan darah, yang tersaring adalah bagian cairan darah kecuali protein. Cairan yang tersaring ditampung oleh simpai bowmen yang terdiri dari
glukosa, air, sodium, klorida, sulfat, bikarbonat dll, diteruskan ke tubulus ginjal. Cairan yang disaring disebut filtrate glomerulusBrunner Suddath,
1997.
2. Proses Reabsorbsi Pada proses ini terjadi penyerapan kembali sebagian besar dari glukosa,
sodium, klorida, fospat dan beberapa ion bikarbonat. Prosesnya terjadi secara pasif obligator reabsorbsi di tubulus proximalBrunner Suddath, 1997.
Sedangkan pada tubulus distal terjadi kembali penyerapan sodium dan ion bikarbonat bila diperlukan tubuh. Penyerapan terjadi secara aktif reabsorbsi
fakultatif dan sisanya dialirkan pada papilla renalisBrunner Suddath, 1997.
Universitas Sumatera Utara
3. Proses sekresi. Sisa dari penyerapan kembali yang terjadi di tubulus distal dialirkan ke papilla
renalis selanjutnya diteruskan ke luar. 6. Faktor yang Mempengaruhi Eliminasi Urine
1. Diet dan Asupan intake Jumlah dan tipe makanan merupakan faktor utama yang memengaruhi
output urine jumlah urine. Protein dapat menentukan jumlah urine yang dibentuk. Selain itu, juga dapat meningkatkan pembentukan urine.
2. Respon Keinginan Awal untuk Berkemih Kebiasaan mengabaikan keinginan awal untuk berkemih dapat
menyebabkan urine banyak tertahan di dalam urinaria sehingga memengaruhi ukuran vesika urinaria dan jumlah urine.
3. Gaya Hidup Perubahan gaya hidup dapat memengaruhi pemenuhan kebutuhan
eliminasi dalam kaitannya terhadap tersedianya fasilitas toilet. 4. Stres Psikologis
Meningkatnya stres dapat mengakibatkan meningkatnya frekuensi keinginan berkemih. Hal ini karena meningkatnya sensitivitas untuk keinginan
berkemih dan jumlah urine yangdiproduksi. 5. Tingkat Aktivitas
Eliminasi urine membutuhkan tonus otot vesika urinaria yang baik untuk fungsi sfingter. Hilangnya tonus otot vesika urinaria menyebabkan kemampuan
pengontrolan berkemih menurun dan kemampuan tonus otot didapatkan dengan beraktivitas.
6. Tingkat Perkembangan Tingkat pertumbuhan dan perkembangan juga dapat memengaruhi pola
berkemih. Hal tersebut dapat ditemukan pada anak, yang lebih memiliki mengalami kesulitan untukmengontrol buang air kecil. Namun dengan usia
kemampuan dalam mengontrol buang airkecil. 7. Kondisi Penyakit
Kondisi penyakit dapat memengaruhi produksi urine, seperti diabetes melitus.
Universitas Sumatera Utara
8. Sosiokultural Budaya dapat memengaruhi pemenuhan kebutuhan eliminasi urine, seperti
adanya kulturpada masyarakat tertentu yang melarang untuk buang air kecil di tempat tertentu.
9. Kebiasaan Seseorang Seseorang yang memiliki kebiasaan berkemih di mengalamikesulitan
untuk berkemih dengan melalui urinealpot urine bila dalam keadaan sakit. 10. Tonus Otot
Tonus otot yang memiliki peran penting dalam membantu proses berkemih adalah ototkandung kemih, otot abdomen dan pelvis. Ketiganya sangat
berperan dalam kontraksi pengontrolan pengeluaran urine. 11. Pengobatan
Pemberian tindakan pengobatan dapat berdampak pada terjadinya peningkatan atau penurunan proses perkemihan. Misalnya pemberian diuretik
dapat meningkatkan jumlah urine, sedangkan pemberian obat antikolinergik dan antihipertensi dapat menyebabkan retensi urine.
12. Pemeriksaan Diagnostik Pemeriksaan diagnostik ini juga dapat memengaruhi kebutuhan eliminasi urine,
khususnya prosedur-prosedur yang berhubungan dengan tindakan pemeriksaan saluran kemih seperti IVY intra uenus pyelogram, yang dapat membatasi jumlah
asupan sehingga mengurangi produksi urine. Selain itu tindakan sistoskopi dapat menimbulkan edema lokal pada uretra yang dapat mengganggu pengeluaran
urineAlimul, 2006
5. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan 1. Pengkajian
a. Aspek biologis
1 .Usia. Kebutuhan eliminasi, baik eliminasi urine maupun fekal, salah satunya dipengaruhi oleh usia yang mengacu pada pertumbuahan dan perkembangan
individu. Misalnya, kemampuan untuk mengontrol mikturisi dan defekasi berbeda sesuai dengan tahap perkembangan individu. Pada manusia lanjut usia,
Universitas Sumatera Utara
sering mengalami nokturia, frekuensi berkemih meningkat, konstipasi, dan lain-lain .
2. Aktivitas fisik. Immobilisasi dapat menyebabkan terjadinya konstipasi,
retensi urine, dan penurunan tonus otot. 3.
Riwayat kesehatan dan diet. Kajian riwayat penyakit atau pembedahan yang pernah dialami pasien yang dapat mempengaruhi eliminasi, seperti
nefrolitiasis, colostomy, dan lain-lain. Dikaji juga riwayat diet yang dijalani klien, seperti jenis makanan yang dikonsums; jumlah, frekuensi, dan lamanya
diet yang dijalani. 4.
Penggunaan obat-obatan. Pengkajian meliputi jenis obat, dosis, dan sudah berapa lama mengonsumsi obat tersebut. Penggunaan obat-obatan ini perlu
dikaji karena beberapa jrnis obat dapat mempengaruhi eliminsi urine dan fekal.
b. Pemeriksaan urine.
a. Eliminasi urine
Masalah eliminasi urine sering terjadi dikaitkan dengan ketidakseimbangan cairan dan elektrolit, maka perlu dikaji dengan
mengenai turgor kulit dan mukosa mulut. Bila dikaitkan dengan organ sistem perkemihan, maka perlu dikaji ginjal, vesika urinaria, dan meatus.
Hal yang dikaji seperti adakah nyari di daerah pinggul?, distensi kandungan kemih?, perkusi kandungan kemihpada kondisi penuh menimbulkan bunjyi
tumpul?, adakah nyeri tekan pada kandung kemih?, pengkajian pada keadaan meatus uretra, seperti adakah kemerahan?, luka?, dan lain-lain.
b. Pemeriksaan laboratorium
i. Warna urine normal bervariasi dari warna pucat, agak kekuningan
sampai kuning coklat seperti warna madu. Warna bergantung pada kepekatan urine potter dan perry 2006
ii. Pendaran pada ginjal atau ureter menyebabkan urine menjadi merah
gelap. Bila urine berwarna merah terang, menunjukkan adanya pendarahan pada kandung kemih atau uretera. Selain itu, perubahan warna urine juga
dapat dipengaruhi oleh konsumsi obat. Oleh karena itu, perlu dikaji obat yang dikomsumsi.
Universitas Sumatera Utara
iii Warna urine coklat gelap dapat disebabkan karena tingginya konsentrasi bilirubin akibat disfungsi hepar.
c. Kejernihan
Urin yang tampak normal tampak transparant saat dikeluarkan. Pada klien yang mempunyai penyakit ginjal, urine yampak keruh atau
berbusa akibat tingginya konsentrasi protein dalam urine. selain itu, urine pada orang yang menderita penyakit ginjal juga tampak pekat dan keruh
akibat adanya bakteri. d.
Bau Urine memiliki bau yang khas. Semakin pekat warna urine, semakin
kuat baunya. Urine yang dibiarkan dalam jangka waktu lama akan mengeluarkan bau amonia potter dan perry 2006
e. Nilai normal hasil urinalisis antara lain:Ph 4,6-8,0;protein 10 mg100
ml;glukosa tidak ad;berat jenis 1,010-1,030, tidak ada keton, tidak ada bakteri, dan lain-lainPotter Perry,1999.
c. Analiasa Data Data Dasar
adalah kumpulan data yang berisikan mengenai status kesehatan klien, kemampuan klien untuk mengelola kesehatan terhadap
dirinya sendiri, dan hasil konsultasi dari medis atau profesi kesehatan
lainnya. Data Fokus adalah data tentang perubahan-perubahan atau respon
klien terhadap kesehatan dan masalah kesehatannya serta hal-hal yang mencakup tindakan yang dilaksanakan terhadap klien.
Pengumpulan data adalah pengumpulan informasi tentang klien yang dilakukan secara sistematis untuk menentukan masalah-masalah, serta
kebutuhan-kebutuhan keperawatan dan kesehatan klien. Pengumpulan informasi merupakan tahap awal dalam proses keperawatan.
Dari informasi yang terkumpul, didapatkan data dasar tentang masalah- masalah yang dihadapi klien. Selanjutnya data dasar tersebut digunakan
untuk menentukan diagnosis keperawatan, merencanakan asuhan keperawatan, serta tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah-masalah
klien.
Universitas Sumatera Utara
Tujuan Pengumpulan Data
1. Memperoleh informasi tentang keadaan kesehatan klien. 2. Untuk menentukan masalah keperawatan dan kesehatan klien.
3. Untuk menilai keadaan kesehatan klien. 4. Untuk membuat keputusan yang tepat dalam menentukan langkah
selanjutnya.
Tipe Data : 1. Data Subjektif
Data yang didapatkan dari klien sebagai suatu pendapat terhadap suatu situasi dan kejadian. Informasi tersebut tidak bisa ditentukan oleh perawat,
mencakup persepsi, perasaan, ide klien tentang status kesehatannya. Misalnya tentang nyeri, perasaan lemah, ketakutan, kecemasan, frustrasi, mual, perasaan
malu.
2. Data Objektif