Bantuan Napas dan Ventilasi

c. tindakan mendorong rahang bawah jaw-thrust pada pasien dengan trauma leher, rahang bawah diangkat didorong kedepan pada sendinya tanpa menggerakkan kepala-leher. Latief dkk, 2009. Gambar 2.4. Jaw-thrust maneuver sumber: European Resuscitation Council Guidelines for Resuscitation 2010.

2.2.3.3. Bantuan Napas dan Ventilasi

Breathing Support Oksigen sangat penting bagi kehidupan. Pada keadaan normal, oksigen diperoleh dengan bernafas dan diedarkan dalam aliran darah ke seluruh tubuh Smith, 2007. Breathing support merupakan usaha ventilasi buatan dan oksigenasi dengan inflasi tekanan positif secara intermitten dengan menggunakan udara ekshalasi dari mulut ke mulut, mulut ke hidung, atau dari mulut ke alat S-tube masker atau bag valve mask Alkatri, 2007. Breathing support terdiri dari 2 tahap : 1. Penilaian Pernapasan Menilai pernapasan dengan memantau atau observasi dinding dada pasien dengan cara melihat look naik dan turunnya dinding dada, mendengar listen udara yang keluar saat ekshalasi, dan merasakan feel aliran udara yang menghembus dipipi penolong Mansjoer, 2009. Universitas Sumatera Utara Gambar 2.5. Look, listen, and feel sumber: European Resuscitation Council Guidelines for Resuscitation 2010. 2. Memberikan bantuan napas Bantuan napas dapat dilakukan melalui mulut ke mulut mouth-to-mouth , mulut ke hidung mouth-to-nose , mulut ke stoma trakeostomi atau mulut ke mulut via sungkup Latief dkk, 2009. a. Pada bantuan napas mulut-ke-mulut mouth-to-mouth jika tanpa alat, maka penolong menarik napas dalam, kemudian bibir penolong ditempelkan ke bibir pasien yang terbuka dengan erat supaya tidak bocor dan udara ekspirasi dihembuskan ke mulut pasien sambil menutup kedua lubang hidung pasien dengan cara memencetnya. Universitas Sumatera Utara Gambar 2.6. Ventilasi buatan mulut ke mulut sumber: European Resuscitation Council Guidelines for Resuscitation 2010. b. Pada bantuan napas mulut-ke-hidung mouth-to-nose , maka udara ekpsirasi penolong dhembuskan kehidung pasien sambil menutup mulut pasien. Tindakan ini dilakukan kalau mulut pasien sulit dibuka trismus atau pada trauma maksilo-fasial. c. Pada bantuan napas mulut-ke-sungkup pada dasarnya sama dengan mulut- ke-mulut. Bantuan napas dapat pula dilakukan dari mulut-ke-stoma atau lubang trakeostomi pada pasien pasca bedah laringektomi. Frekuensi dan besar hembusan sesuai dengan usia pasien apakah korban bayi, anak atau dewasa. Pada pasien dewasa, hembusan sebanyak 10-12 kali per menit dengan tenggang waktu antaranya kira-kira 2 detik. Hembusan penolong dapat menghasilkan volum tidal antara 800-1200 ml Latief dkk, 2009.

2.2.3.4. Sirkulasi