bertujuan menyukseskan pelaksanaan program pembangunan guna tercapainya kesejahteraan rakyat yang makin meningkat.
Tujuan pemberian otonomi daerah dapat tercapai manakala didasarkan pada prinsip-prinsip yang diatur dalam peraturan perundang-undangan yang
berlaku dan dilaksanakan secara optimal oleh penyelenggara negara baik di tingkat pusat, propinsi maupun kabupatenkota.
I.6.2. Variabel-Variabel Yang Mempengaruhi Pelaksanaan Otonomi Daerah
Pada umumnya variabel-variabel yang mempengaruhi keberhasilan pelaksanaan otonomi daerah adalah kemampuan sumber daya manusia aparat
maupun masyarakat, sumber daya alam, kemampuan keuangan financial, kemampuan manajemen, kondisi sosial budaya masyarakat, dan karakteristik
ekologis, meskipun setiap pakar yang mengidentifikasikan variabel-variabel yang mempengaruhi keberhasilan otonomi daerah.
Widjaya mengatakan, ada tiga variabel yang menjadi tolak ukur kemampuan daerah otonom
4
, yaitu : 1.
Variabel pokok, yang terdiri dari kemampuan pendapatan asli daerahkeuangan, kemampuan aparatur, kemampuan aspirasi masyarakat,
kemampuan ekonomi, kemampuan demografi, serta kemampuan organisasi dan administrasi.
2. Variabel penunjang, yang terdiri dari faktor geografis dan faktor sosial
budaya.
4
H.A.W, Wijaya, Titik Berat Otonomi Daerah Tingkat II, Jakarta: CV. Rajawali, 1992, Hal. 39.
Universitas Sumatera Utara
3. Faktor khusus, yang terdiri dari sosial politik, pertahanan dan keamanan
serta penghayatan agama. Dengan bahasa yang berbeda, Riwu Kaho mengidentifikasikan faktor-
faktor yang mempengaruhi dan sangat menentukan penyelengaraan otonomi daerah antara lain dengan
5
: 1.
Sumber daya manusia dan kemampuan aparatur serta partisipasi masyarakat;
2. Keuangan yang stabil, terutama pendapatan asli daerah.
3. Peralatan yang lengkap
4. Organisasi dan manajemen yang baik.
Penelitian Universitas Gadjah Mada bekerja sama dengan Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Dalam Negeri, berhasil
mengidentifikasikan 5 lima variabel pokok untuk mengukur kemampuan penyelengaraan otonomi daerah kabupatenkota, yaitu kemampuan keuangan,
kemampuan aparatur kualitas, kemampuan ekonomi daerah, kemampuan kondisi demografi, dan kemampuan partisipasi masyarakat.
I.6.3. Faktor-Faktor Pengaruh dalam Pelaksanaan Otonomi
I.6.3.1 Faktor
Internal
Faktor-faktor internal wilayah adalah faktor-faktor yang berpengaruh baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap pelaksanaan pembangunan
wilayah yang ada dan yang bersumber di dalam wilayah otoritas yang bersangkutan. Faktor-faktor tersebut adalah :
5
Riwu Kaho, Josef, Prospek Otonomi Daerah di negara Republik Indonesia, Jakarta: CV. Rajawali, 1991, Hal. 60 dan 246.
Universitas Sumatera Utara
a. Faktor sumberdaya wilayah
Sumberdaya wilayah merupakan faktor penting dalam pelaksanaan otonomi daerah. Sumberdaya wilayah dimaksud adalah sumberdaya lahan yang terkait
dengan potensi fisik wilayah. Kiat manajemenpengelolan yang berimbang dan berkelanjutan merupakan salah satu penentu keberhasilan dalam
peningkatan produksivitasnya. Keberhasilan pengelolaan dengan berpijak pada kaidah kelestarian lingkungan dan berkelanjutan akan dapat menjamin
terhadap meningkatnya masukan daerah yang telah lama dieksploitasi dengan tanpa mempertimbangkan kelestarian lingkungan secara optimal.
b. Faktor sumberdaya manusia
Manusia adalah kunci keberhasilan pembangunan. Sumberdaya manusia merupakan kunci sukses dalam setiap pelaksanaan pembangunan baik dalam
skala kecil, menengah maupun sedang. Dalam rangka peningkatan keberhasilan pelaksanaan pembangunan tersebut maka diperlukan kualitas
sumberdaya manusia yang memadai. Peningkatan kualitas yang dibarengi oleh peningkatan kuantitas sumberdaya manusia yang berkualitas di tingkat
regional untuk masa-masa sekarang dan yang akan datang perlu dilakukan dan perlu memperolehmendapatkan perhatian yang serius dalam penanganannya
sehingga potensinya dapat dimanfaatkan secara baik dan benar. c.
Faktor kedudukan geografis Letak wilayah secara geografis memiliki pengaruh yang sangat kuat terhadap
perkembangan wilayah baik dari segi ekonomi, budaya, sosial, politik dan fisikal. Letak geografis memiliki pengaruh pula terhadap letak strategis
wilayah dalam pelbagai aspek kehidupan. Kedudukan strategis wilayah yang
Universitas Sumatera Utara
bersangkutan dan dapat menjadikan wilayah tersebut sebagai salah satu pasar produksi pembangunan baik sektoral maupun non-sektoral dan bahkan
mungkin dapat menjadi salah satu produsen handal yang mampu memasok terhadap daerah lain disekitarnya.
Disamping itu, dengan letak geografi tersebut dapat dijadikan sebagai dasar “setting” terhadap kegiatan yang prospektif dimasa depan termasuk
penentuan pola konservasi dan preservasi serta pola eksploatasinya. Rancangan yang didasarkan pada letak geografis akan mampu memberikan
hasil yang optimal termasuk dapat mengakomodasi terhadap jiwa rancangan pembangunan daerah yang searah compatible dengan Undang-Undang
tentang otonomi daerah dan tata lingkungannya, sehingga dalam pemanfaatan setiap sumberdaya perlu senantiasa mempertimbangkan “where, what, when,
why, how and by whom”?.
6
d. Faktor perkembangan penduduk dan demografi
Peningkatan jumlah penduduk Indonesia dimasa yang akan datang disatu sisi merupakan salah satu modal dasar pembangunan nasional, sedangkan disisi
lain akan merupakan masalah, hal ini akan besar pengaruhnya terhadap laju dan kecenderungan pembangunan regional. Sumberdaya daerah akan
menanggung beban yang lebih besar dalam rangka menyediakan lingkunan hidup yang berkualitas baik..
e Faktor peningkatan kebutuhan Sebagai akibat dari keberhasilan pembangunan maka secara logis kebutuhan
masyarakat akan barang dan jasa yang berasal dari sumberdaya daerah akan
6
Harrold Laswell dalam mendefinisikan ilmu politik senantiasa berhubungan dengan apa What, siapa Who, bagaimana How, kapan When dan dimana Where. Lihat Miriam Budiardjo,
dalam Dasar-Dasar Ilmu Politik.
Universitas Sumatera Utara
semakin meningkat sehinga perlu didukung dan diantisipasi dalam pengelolaan sumber daya alam dan pemanfaatan sumber daya manusia,
sehingga dapat terjaminnya kebutuhan di masa yang akan datang. f. Faktor perkembangan persepsi masyarakat
Dengan semakin meningkatnya wawasan masyarakat akan arti penting pelestarian sumberdaya alam, menumbuhkan sikap masyarakat yang kritis
tentang pembangunan daerah sehingga persepsi masyarakat tentang sumberdaya tersebut mulai bergeser dari aspek ekonomis ke aspek ekologis..
g. Faktor pembangunan sektoral dan daerah
Pembangunan daerah dan regional sebagai bagian dari pembangunan nasional perlu diselaraskan dan dilaksanakan secara terpadu dengan pembangunan
sektor lain dan pembangunan daerah secara holistik. Namun demikian, mengingat bahwa sumberdaya alam sebagai sistem penyanggga kehidupan
yang memiliki kedudukan, fungsi dan peran yang sangat penting bagi hidup dan kehidupan, maka pembangunan sektor lain yang menyebabkan perubahan
peruntukan dan pemanfaatan sumberdaya yang berdampak penting, bercakupan luas, atau bernilai strategis, harus dilakukan secara cermat dan
koordinatif . h.
Faktor kesenjangan Pelaksanaan pembangunan daerah khususnya dalam pelaksanaan
pembangunan sektoral, telah menimbulkan ekses terjadinya kesenjangan antara penanam modal dengan masyarakat.
Ekses tersebut tidak jarang menimbulkan kerawanan sosial yang berdampak negatif terhadap pengelolaan sumberdaya. Oleh karena itu perlu diusahakan
Universitas Sumatera Utara
terlaksananya keterlibatan masyarakat di daerah dalam setiap pelaksanaan pembangunan daerah melalui pemberdayaan masyarakat dengan cara
pembangunan kelembagaan yang mendukung.
I.6.3.2 Faktor Eksternal
a. Faktor era globalisasi
Berkembangnya kerjasama Regional Asia Pasific dan pengaruh globalisasi pada gilirannya akan mempengaruhi perkembangan pembangunan regional
dan nasional di Indonesia. Pengelolaan sumberdaya alam di Indonesia bukan semata-mata menjadi tanggung jawab bangsa Indonesia tetapi juga sudah
dianggap sebagai tanggung jawab semua umat manusia di dunia. Globalisasi yang terjadi meliputi globalisasi ekonomi, demokrasi, lingkungan dan
globalisasi sosial. b.
Faktor perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi Dalam rangka memenuhi kebutuhan akan peningkatan pelayanan yang layak
maka sudah waktunya apabila IPTEK yang semula hanya sebagai pendukung pembangunan, dimasa yang akan datang harus dapat berfungsi sebagai
penggerak perkembangan pembangunan daerah dan regional. c.
Faktor persepsi masyarakat internasional Perhatian masyarakat Internasional akan arti pentingnya keberadaan dan
kelestarian sumberdaya alam daerah terutama yang mendukung terhadap kepentingan manusia baik dalam skala lokal, regional, nasional dan bahkan
internasional dalam dasa warsa terakhir semakin meningkat. Hal ini telah menimbulkan isu global yang dapat mengakibatkan dampak yang bersifat
positif dan negatif. Sehingga terbuka kemungkinan disinformasi yang
Universitas Sumatera Utara
mengakibatkan timbulnya isu global yang bersifat negatif semakin deras. Untuk itu, perlu adanya kehati-hatian dalam setiap kebijaksanaan pengelolaan
dan pemanfaatan sumberdaya alam tersebut. Faktor internal dan eksternal tersebut di atas perlu diperhatikan dan
dijadikan sebagai pertimbangan utama dalam setiap pelaksanaan proyek pembangunan di Negara Kesatuan Republik Indonesia ini. Tujuan pembangunan
nasional adalah meningkatkan kesejahteraan rakyat dan bangsa Indonesia sehingga terciptanya kondisi yang adil dan makmur berdasarkan Undang-Undang
Dasar 1945 dan Pancasila.
I.6.4. Efektivitas Pelaksanaan Otonomi Daerah
Secara etimologis, efektivitas berasal dari kata efektif yang artinya ada efeknya, ada pengaruh atau akibatnya.
7
Konsep keefektifan dipergunakan untuk merujuk kepada derajat pencapaian tujuan sebagai upaya kerjasama. Untuk mengukur keefektivan
organisasi dapat ditinjau dari kemampuan organisasi mengelola lingkungan, terutama dalam menghadapi kelangkaan sumber daya dan memberikan nilai
tambah kepada sumber daya dan memberikan nilai tambah kepada sumber daya yang ada untuk mencapai tujuan organisasi.
Kalau dikaitkan dengan penyelenggaraan pemerintahan daerah maka keefektifan itu merujuk kepada sejauh mana pemerintah daerah mampu
memberikan pelayanan yang terbaik dan optimal, prima kepada masyarakat.
8
7
Deno Kamelus, Jessica Ludwig, Suhirman, Efisiensi Dan Efektivitas Proses Perencanaan Dan Penganggaran Daerah Studi Di Kabupaten Bima, Sumba Timur Dan Alor, Jakarta : PROMIS-NT,
Juni 2004, Hal. 5.
8
Salam Dharma Setyawan, Op.Cit, Hal. 112.
Universitas Sumatera Utara
Suatu pemerintah daerah yang efektif adalah pemerintah daerah yang mampu memberikan pelayanan yang responsif sesuai dengan kebutuhan dan keingian
masyarakat. Di dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teori keefektifan Epstein.
Menurut Epstein, paling tidak ada empat kriteria untuk mengukur keefektifan suatu pemerintah daerah. Pertama, kebutuhan masyarakat secara implisit dapat
dikontrol. Kedua, adanya program layanan khusus yang dapat memenuhi kebutuhan masyarakat. Ketiga, mengukur kualitas layanan pemerintah daerah
terutama dengan ukuran kepuasan dan persepsi masyarakat. Keempat, pemberian pelayanan harus dapat menyesuaikan diri dengan masalah-masalah yang ada di
masyarakat.
9
Dari uraian tentang arti, konsep, alat ukur keefektifan organisasi di atas dapat disimpulkan bahwa organisasi dipandang efektif dari sudut tujuan apabila
organisasi itu berhasil mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dengan kata lain, pencapaian tujuan dengan pemanfaatan sumber daya dan sarana yang langka dan
berharga sebaiknya tanpa merusak cara dan sumber daya itu sendiri. Oleh karena itu, keefektifan organisasi tidak hanya dipandang dari
tujuannya saja tetapi juga dapat dipandang dari cara atau mekanisme organisasi tersebut dalam mempertahankan diri dan mencapai sasarannya. Walaupun
demikian, Etzioni 1964 : 16 – 17 mengatakan bahwa pemahaman keefektifan organisasi mempunyai kelemahan dalam meneliti maupun menyusun suatu
evaluasi tentang organisasi karena model tujuan hanya mensyaratkan agar peneliti menentukan tujuan yang sedang dikejar oleh organisasi.
10
9
Salam Dharma Setyawan, Op.Cit, hal. 112
10
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
Apalagi kalau yang diukur itu adalah tujuan pemerintah daerah, yang memiliki kompleksitas tujuan dan tidak hanya menghasilkan produk tangible dan
tunggal tetapi pelayanan yang bersifat intangible bahkan kadang kala abstrak. Hal ini tentu akan berbeda dengan mengukur efektivitas yang menghasilkan satu
produk semacam barang atau pelayanan saja. Pemerintah dapat memberikan layanan kesehatan dan pendidikan dan pada waktu yang sama juga harus
membangun proyek-proyek fisik seperti pembangunan jalan raya atau jembatan atau irigasi.
Bersumber dari konsep-konsep keefektivan organisasi dan model-model pendekatannya, dapat ditarik kesimpulan bahwa setiap organisasi mempunyai
kriteria dan faktor penentunya sendiri dalam mencapai keefektivan.
I.7. Metodologi Penelitian
I.7.1 Populasi dan Sampel
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang terdiri dari manusia, benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, gejala-gejala, nilai test, atau peristiwa-peristiwa
sebagai sumber data yang memiliki karakteristik tertentu di dalam suatu penelitian.
11
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penduduk di Kabupaten Tapanuli Selatan yang terdaftar di Badan Pusat Statistik Kabupaten Tapanuli
Selatan yang berlamat di Jl. Sisingamaraja Km. 5,6 Batunadua Padangsidimpuan. Sedangkan sampel adalah sebagian dari populasi yang diambil dengan
menggunakan cara-cara tertentu.
12
Berikut adalah jumlah penduduk di Tapanuli
11
Hadari Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial, Gajah Mada University Press, Yogjakarta, 1995., hal. 141.
12
Ibid., hal. 144.
Universitas Sumatera Utara