Lukisan 8 Analisis Lukisan Berdasar Wacana

1 Analisis Lukisan Berdasarkan Wacana a Teks Slenco telah menjadi situasi dan kondisi kita. Kita tidak bisa menghindarinya. Kita harus membenahinya. Tapi untuk membenahinya, kita mau tak mau terlebih dahulu harus menerimanya. Ibaratnya, bendera nasional kita harus tetap kita hormati, walau bendera itu miring tiangnya Sigit Santosa. Tentu karena miring, kita juga tak dapat dengan sikap tegak menghormatinya. Kepala dan badan kita harus ikut miring untuk bisa menghormatinya. Itulah ironi slenco: hormat bendera pun harus kita lakukan dengan miring. Mau apa, bendera kita pun sedang miring, karena bangsa kita juga tengah miring. Tapi slenco negara ini tak boleh menyurutkan nasionalisme dan patriotisme kita. Kita harus tetap menghormatinya, walau badan kita capai karena termiring-miring dalam memberikan hormat padanya. Slenco tak boleh membuat kita menyerah dengan semboyan: right or wrong is my country. Walau karena slenco, kita sendiri tidak tahu, apakan negara kita sedang miring ke kanan atau ke kiri. Maka dengan tetap hormat bendera, kita pun terpaksa dengan terpeleset berkata left right or wrong is my country. b Interpretasi Teks Sebagai warga negara yang memiliki nasionalisme dan patriotisme tentunya menghormati negara, bagaimana pun kondisinya. Seperti bendera yang termasuk perlambang negara. Bagaimana pun posisinya kita tetap harus menghormatinya, bahkan ketika bendera itu dalam posisi miring. Sebagai warna negara yang baik, maka tubuh kita juga harus ikut miring untuk tetap menghormatinya. Warga negara juga harus tetap mengikuti arus yag terjadi di negaranya. Seperti apa pun kondisi negara, semangat nasionalisme dan patriotisme tidak boleh kalah. 1 Representasi Seorang lelaki dengan seragam veteran dalam posisi hormat, tetapi dengan posisi badan dimiringkan. Ia melakukannya untuk menunjukkan bahwa ia memiliki semangat patriotisme yang tinggi terhadap negaranya. Bagaimana pun kondisi bangsanya saat ini. seperti semboyan “rigth or wrong is my country” yang lalu diplesetkan menjadi “left right or wrong is my country”. Kondisi yang demikian demikian lucu, tetapi memang begitulah adanya. Benar atau salah tetaplah negara kita. Kita tetap harus menghormatinya disaat apa pun. 2 Relasi Partisipan yang terdapat dalam lukisan di atas adalah rakyat yang digambarkan melalui laki-laki mengenakan seragam veteran dengan posisi badan di miringkan, menghormat bendera. 3 Identitas Sebagai bagian dari msyarakat, kurator mengunakan perspektif masyarakat umumnya dalam menyampaikan narasinya. Begitupun dengan lukisan di atas, dimana perupa menyampaikan apa yang ia lihat dari apa yang harusnya masyarakat lakukan jika memang memiliki rasa nasionalisme kepada negaranya. 2 Praktik Wacana Berdasarkan wawancara mendalam dengan kurator terkait wacana nasionalisme yang tertuang dalam lukisan di atas, dapat diketahui bahwa kondisi pemproduksian teks tersebut berdasarkan pada guyonan mengenai semangat nasionalisme masyarakat Indonesia. Bagaimana kita menghormat jika posisi benderanya saja miring? Apa posisi badan kita juga harus ikut- ikutan miring? 3 Praktik Sosial Kehadiran lukisan di atas dipengaruhi oleh humor kalimat “right or wrong is my country” yang diplesetkan menjadi “left right or wrong is my country”. Tidak mungkin kita hormat bendera dengan posisi miring jika posisi benderanya miring?

j. Lukisan 10

Gambar 12. Lukisan karya Hadi Soesanto berjudul Gusdurian, menggunakan media akrilik di atas kanvas 120x180 cm, produksi tahun 2012 1 Analisis Lukisan Melalui Wacana a Teks Berani menerima slenco, dan berani pula menjadi slenco, tapi kemudian berupaya keluar dari slenco, sikap itulah yang ditunjukkan oleh almarhum Gus Dur. Ibaratnya Gus Dur tahu, durian itu berkulit duri yang tajam, tapi buahnya enak dimakan. Keduanya saling bertentangan, tapi keduanya pula harus diterima, tanpa dipisah-pisahkan. Itulah kebijaksanaan “Gusdurian” Hadi Soesanto. Sehari-hari Gus Dur mempraktikkan ideologi “gusdurian” itu. Tak heran ia sering kelihatan