Jurnal Artikulasi Vol.9 No.1 Februari 2010|542 Selain itu, ada juga sebuah gejala
penggunaan kosakata BA akibat pemakai bahasa itu menterjemahkan kata BI ke dalam
kata BA dengan alasan-alasan tertentu. Pengaruh BA ternyata tidak hanya dalam
penggunaan kata atau frasa saja, melainkan juga meliputi struktur kalimat. Untuk
kebutuhan pembelajaran mata kuliah BI tentu saja semua itu sangat menarik untuk
diteliti. Masalah-masalah
yang tampak
dalam peristiwa penggunaan kosakata BA dalam BI ragam tulis mahasiswa STP
Bandung meliputi beberapa persoalan, di antaranya:
1. persoalan yang berhubungan dengan proses morfofonemik istilah-istilah
BA yang berhubungan dengan proses afiksasi kata BA dengan imbuhan BI
dan pengajarannya;
2. persoalan yang berhubungan dengan interferensi struktur kalimat BA ke
dalam struktur kalimat BI dan pengajarannya;
3. persoalan yang berhubungan dengan gejala penggunaan BA bidang
perhotelan yang berhubungan dengan alasan-alasan pengunaannya;
4. persoalan yang berhubungan dengan penggunaan istilah BA dalam
hubungannya dengan penguasaan kosakata BI, ketersediaan kosakata BI,
ketepatan makna istilah dalam BI;
5. persoalan yang berhubungan dengan pemerolehan bahasa kedua, khususnya
transfer kaidah bahasa dari bahasa kedua B2 ke dalam konteks bahasa
pertama B1, baik secara positif maupun negatif; dan
6. persoalan yang berhubungan dengan keterkaitan transfer budaya bidang
perhotelan dengan transfer istilah bahasa asal bidang perhotelan.
B. SEJARAH SINGKAT PERHOTELAN DI INDONESIA
Secara umum, sejarah perhotelan muncul sebagai akibat dari adanya proses
perjalanan yang dilakukan oleh manusia dari suatu daerah ke daerah lain untuk berbagai
tujuan. Beberapa tujuan perjalanan yang dilakukan manusia di antaranya untuk
melakukan perdagangan, perjalanan keagamaan, hiburan, dan sebagainya. Dari
kegiatan ini muncullah penginapan- penginapan untuk memenuhi kebutuhan para
pelaku perjalanan sebagai tempat beristirahat, tempat berlindung dari segala
kekhawatiran, atau untuk menghilangkan kebosanan. Untuk melengkapi kenyamanan
bagi para pelaku perjalanan, di penginapan- penginapan tersebut disediakan juga kedai-
kedai yang menyediakan kebutuhan makan bagi penghuni penginapan. Kejadian seperti
ini sangat umum terjadi di berbagai negara atau wilayah mana pun di dunia ini,
termasuk di Indonesia.
Asal-usul istilah hotel dikenal pertama kali berasal dari bahasa Latin, yaitu
dari terminologi hospitium hospitality yang berkaitan dengan kata host tuan rumah,
hospice rumah perawatan khusus, hostelry pub atau penginapan, dan hotel. Versi lain
tentang asal-usul istilah hotel pertama kali muncul di Inggris. Sebuah penginapan tertua
di Inggris tahun 1045 di daratan Saxon bernama Ale House yang awalnya
digunakan untuk menampung hasil
Jurnal Artikulasi Vol.9 No.1 Februari 2010|543 perekrutan prajurit. Kemudian Ale House ini
dijadikan tempat menginap yang juga menyediakan makanan dan minuman bagi
orang-orang yang akan berziarah ke Jerusalem. Dengan bertambahnya peminat
yang membutuhkan penginapan, maka bermunculan Ale House-Ale House yang
lainnya yang kemudian dikenal sebagai hotel.
Usaha perhotelan di Eropa diawali dengan pembangunan vila-vila kecil di
pegunungan yang disebut chalets dan hotel- hotel kecil yang menyediakan pelayanan
makanan dan minuman. Di Perancis, bentuk usaha akomodasi ini dikenal dengan cabaret
dan hostel. Di Inggris, usaha ini dikenal dengan nama inn dan tavern atau caffee
house Amerika.
Pengelolaan usaha akomodasi di Indonesia secara modern dan profesional
tidak diketahui waktunya secara pasti, yang pasti setelah kemerdekaan Republik
Indonesia. Ketika itu, pengusaha nasional membentuk OPS Organisasi Perusahaan
Sejenis yang sekarang berubah menjadi PHRI Perhimpunan Hotel dan Restoran
Indonesia.
Pertumbuhan usaha perhotelan modern di Indonesia dimulai dengan
dibukanya Hotel Indonesia di Jakarta pada tahun 1962. Untuk memenuhi kebutuhan
sumber daya manusia pada bidang perhotelan, Indonesia bekerjasama dan
mendapatkan bantuan program pendidikan dari Swiss 1973-1981 yang meliputi
tenaga ahli, kurikulum pendidikan, peralatan, dan bahan-bahan ajar dalam
bidang perhotelan. Kerjasama dan bantuan ini menghasilkan lembaga pendidikan
bidang perhotelan dan perestoranan pertama di Indonesia, yaitu NHI yang sekarang
menjadi Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung.
Kerjasama dan bantuan Swiss dalam bidang pendidikan perhotelan telah berperan
besar dalam menumbuhkembangkan perhotelan di Indonesia. Selain itu,
perkembangan hotel di Indonesia juga diwarnai oleh banyaknya warga negara atau
investor asing yang mengembangkan afiliasi perusahaan bidang perhotelan di Indonesia,
seperti: The Shangrilla Hotel, Grand Hyatt International, Sheraton, dan sebagainya.
Bidang kuliner pun berkembang pesat sebagai akibat dari banyaknya sistem
franchaising di Indonesia. Restoran di Indonesia tidak hanya menjual makanan-
makanan khas Indonesia, tetapi juga makanan Eropa, makanan Jepang, makanan
Amerika, dan makanan Cina.
Pertumbuhan dan perkembangan usaha akomodasi bidang hotel dan restoran
di Indonesia berkaitan erat dengan beberapa hal, di antaranya tingginya kunjungan
wisatawan mancanegara ke Indonesia, tuntutan pelayanan untuk kepuasan para
pelanggan, dan usaha pencarian bentuk standar penyelenggaraan hotel dan restoran.
Sebagai konsekwensi logis dari hal-hal tersebut adalah terjadinya pencampuran
unsur kebudayaan yang mengarah pada pola sikap dan prilaku bangsa Indonesia.
C. PENGGUNAAN ISTILAH ASING DI STP BANDUNG