Indeks Keanekaragaman Shannon-Wiener Koesoebiono, 1987 Indeks Keseragaman E Pengukuran Faktor Fisika Kimia Perairan

Struktur Komunitas Bentos Data makrozoobentos yang diperoleh dihitung nilai dari kepadatan populasi, kepadatan relatif, indeks keanekaragaman Shannon-Wiener dan indeks keseragaman dengan persamaan berikut:

a. Kepadatan Populasi K Brower, dkk., 1990 diacu oleh Sinaga 2009

K =

b. Kepadatan Relatif KR Barus, 2004

KR = x 100

c. Indeks Keanekaragaman Shannon-Wiener Koesoebiono, 1987

H = - ∑ pi ln pi Keterangan: H ʹ = Indeks Keanekaragaman Shannon-Wiener pi = Jumlah individu masing-masing jenis i=1,2,3… s = Jumlah Jenis ln = logaritma Nature pi = Ʃ niN Perbandingan jumlah individu suatu jenis dengan keseluruhan jenis Menurut Krebs 1978 membagi tingkat nilai indeks keanekaragaman ke dalam tiga tingkat yaitu: H ʹ 1,0 : Keanekaragaman Rendah H ʹ 1,0 – 3,0 : Keanekaragaman Sedang H ʹ 3,0 : Keanekaragaman Tinggi

d. Indeks Keseragaman E

Michael, 1984 diacu oleh Sinaga, 2009 Kepadatan Suatu Jenis Jumlah Kepadatan Seluruh Jenis Jumlah Individu Suatu Luas Area s i=1 Universitas Sumatera Utara E = = Keterangan: H ʹ = Indeks Keanekaragaman Shannon-Wiener H max = Keanekaragaman spesies maksimum = ln s s = banyaknya spesies Indeks keseragaman E berkisar antara nol sampai satu. Semakin mendekati nol semakin kecil keseragaman populasi artinya penyebaran jumlah individu setiap spesies tidak sama dan ada kecenderungan satu spesies mendominasi. Semakin mendekati nilai satu, maka penyebarannya cenderung merata dan tidak ada spesies yang mendominasi.

e. Pengukuran Faktor Fisika Kimia Perairan

Metode dan alat ukur yang digunakan untuk menganalisa faktor fisika dan kimia dalam penelitian ini: a. Suhu Air Pengukuran suhu air dilakukan dengan pengambilan sampel air menggunakan ember kemudian dimasukkan termometer kedalam ember dan dibiarkan selama ± 10 menit, setelah itu dilihat nilai suhunya. b. Derajat Keasaman Air dari dasar perairan diambil dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer dan elektroda pH meter dicelupkan ke dalam sampel air, tunggu beberapa saat dan dibaca nilai pH yang tertera. c. Kecerahan H ʹ H maks H ʹ ln s Universitas Sumatera Utara Pengukuran dilakukan langsung di lapangan dengan menggunakan keping secchi yang dimasukkan ke dalam badan air sampai keping secchi tidak kelihatan lalu diukur kemudian dimasukkan kedalam air sampai dasar dan ditarik secara pelahan sampai kelihatan lalu diukur. Setelah itu jumlah kedua nilainya dibagi dua. d. Oksigen Terlarut DO = Dissolved Oxygen Pengukuran dilakukan langsung di lapangan dengan pengambilan air dari danau kemudian diukur dengan menggunakan Metode Winkler Lampiran 3. e. Biochemical Oxygen Demand BOD 5 Sampel air diambil dari perairan dimasukkan ke dalam botol winkler dan diukur sesuai dengan metode winkler untuk mengukur BOD 5 Lampiran 4. f. Jenis Substrat Sampel substrat dari dasar perairan, dibawa ke Laboratorium Riset dan Teknilogi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara untuk dianalisis. Hubungan Kualitas Air Danau dengan Indeks Keanekaragaman Untuk mengetahui hubungan antara parameter kulitas air X seperti suhu X 1 , pH X 2 , DO X3 dan BOD 5 X 4 terhadap indeks keanekaragaman makrozoobentos Y, maka dilakukan analisis regressi linier berganda dengan menggunakan program SPSS versi 17.0 dengan model : Y = a + b 1 X 1 + b 2 X 2 + ... + b n X n Keterangan: Y = Peubah terikat parameter utama a = Konstanta b 1 ,b 2 = Koefisien regresi X 1 ,X 2 = Peubah bebas parameter pendukung Universitas Sumatera Utara Analisis Data Data yang telah diperoleh dianalisis dengan cara deskriptif melalui penyajian grafik dan tabel untuk mengetahui kepadatan, keanekaragaman dan keseragaman serta hubungannya dengan parameter fisika kimia perairan. Analisis data dilakukan secara komputasi dengan menggunakan program Microsoft Excel dan SPPS Statistical Package For Service Solutions versi 17.0 Menurut Yamin, dkk., 2011 analisis regresi linier bergandamajemuk digunakan untuk memodelkan hubungan antara variabel dependen dan variabel independen, dimana jumlah variabel independen lebih dari satu. Dari persamaan regresi, akan diperoleh koefisien determinasi R 2 dan koefisien korelasi R. Nilai koefisien determinasi R 2 menyatakan ketepatan model yang diperoleh dalam menjelaskan keragaman peubah terikatnya. Koefisien korelasi R menunjukkan keeratan dan pola hubungan peubah bebas dan peubah terikat. Nilai koefisien korelasi R berkisar antara -1 sampai 1. Nilai R = +1 atau R = -1 menunjukkan hubungan linear yang sempurna sangat erat sedangkan nilai R = 0 menunjukkan tidak ada hubungan linear antara kedua peubah. Nilai positif pada koefisien korelasi R menunjukkan hubungan yang searah antara kedua peubah dan sebaliknya. Sugiyono 2001 membagi koefisien korelasi R menjadi beberapa tingkatan seperti pada Tabel 1. Tabel 1. Interval Korelasi dan Tingkatan Hubungan Antar Faktor Interval Koefisien Korelasi R Tingkat Hubungan 0,000 – 0,199 Sangat Rendah 0,200 – 0,399 Rendah 0,400 – 0,599 Sedang 0,600 – 0,799 Kuat 0,800 – 1,000 Sangat Kuat Sumber: Sugiyono 2001 Universitas Sumatera Utara HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil A. Identifikasi Makrozoobentos Hasil penelitian yang dilakukan pada beberapa titik di lokasi penelitian selama 3 kali pengambilan sampel ditemukan 18 genus makrozoobentos yang tersebar pada 3 lokasi pengambilan sampel. Jumlah makrozoobentos pada lokasi penelitian yaitu Filum Annellida yang terdiri dari 1 genus, Filum Arthropoda terdiri dari 5 genus, Filum Molluska terdiri dari 11 genus dan Filum Plathyhelminthes terdiri dari 1 genus Tabel 2. Tabel 2. Klasifikasi Makrozoobentos yang Diperoleh Pada Setiap Stasiun Penelitian Filum Kelas Ordo Famili Genus Annelida Oligochaeta Haplotaxida Tubificidae Branchiura Arthropoda Insekta Diptera Limoniidae Hexatoma Odonata Libellulidae Plathemis Crustaceae Decapoda Palaemonidae Macrobranchium Palaemonetes Melacostraca Isopoda Cirolanidae Exosphaeroma Moluska Bivalvia Unionida Unionidae Anodonta Gastropoda Mesogastropoda Ampullariidae Pila Buccinidae Anentome Hydrobidae Floridobia Littoridinops Lithoglyphidae Gillia Pleuroceridae Elimia Thiaridae Melanoides Thiara Truncatellidae Truncatella Vivivaridae Viviparus Plathyhelminthes Turbellaria Tricladida Planariidae Planaria Universitas Sumatera Utara Dari hasil identifikasi terhadap makrozoobentos pada setiap stasiun penelitian maka diperoleh ciri-ciri morfologi pada setiap individu: a. Genus Branchiura Genus ini memiliki panjang tubuh sekitar 2,5 - 8 cm dan beruas sejati, bentuk tubuh memanjang dan memiliki segmen mulut yang kecil Gambar 5. Gambar 5. Genus Branchiura b. Genus Hexatoma Panjang tubuh individu ini sekitar 1,5 cm, bagian permukaan tubuh agak lunak dengan celah mulut yang kecil dan memiliki banyak ruas-ruas tubuh Gambar 6. Gambar 6. Genus Hexatoma Universitas Sumatera Utara c. Genus Plathemis Genus ini memiliki panjang tubuh 1,6 cm dengan warna tubuh coklat kehitaman, memiliki 3 pasang kaki yang tidak lurus dan bentuk tubuh agak bundar Gambar 7. Gambar 7. Genus Plathemis d. Genus Macrobranchium Genus ini memiliki panjang tubuh 5 - 6,8 cm, seluruh badanya terdiri dari ruas ruas segmen yang dibungkus oleh kerangka, memiliki capit yang panjang Gambar 8. Gambar 8. Genus Macrobranchium Universitas Sumatera Utara e. Genus Palaemonetes Genus ini memiliki karapaks yang menutupi seluruh tubuh, bagian caput sebelah kanan lebih besar dari sebelah kiri, tubuh berwarna putih kekuningan dan terdapat bintik hitam di seluruh tubuh Gambar 9. Gambar 9. Genus Palaemonetes f. Genus Exosphaeroma Tubuhnya berbentuk lonjong dan pipih, memiliki banyak ruas-ruas tubuh, tubuhnya berwarna kecoklatan dan panjangnya sekitar 1 - 3 cm Gambar 10. Gambar 10. Genus Exosphaeroma Universitas Sumatera Utara g. Genus Anodonta Cangkang terdiri atas dua keping, panjang cangkang sekitar 5,5 - 6,4 cm dengan warna hijau atau hijau tua, puncak cangkang mengembang dan kebanyakan terkikis sehingga warnanya tampak putih Gambar 11. Gambar 11. Genus Anodonta h. Genus Pila Ukuran tubuh berkisar antara 3 - 10 cm, bagian atas cangkangnya pendek sedangakan bagian bawahnya membengkak serta warna tubuh kuning kecoklatan, cangkang besar, memiliki 4 garis pertautan. Celah mulut lebar dengan tipe apeks tumpul Gambar 12. Gambar 12. Genus Pila Universitas Sumatera Utara i. Genus Anentome Tubuh genus ini berwarna coklat gelap dengan beberapa garis berwarna kuning pucat disekitanya, cangkang berbentuk kerucut dan bergerigi, panjang antara 1,4 - 2 cm Gambar 13. Gambar 13. Genus Anentome j. Genus Floridobia Genus ini memiliki panjang tubuh berkisar 2 - 9 cm, tipe cangkang memanjang dan berukuran sedang, bagian permukaan cangkang lebih bergelombang dan mengkilap dengan apeks tumpul dengan celah mulut yang besar Gambar 14. Gambar 14. Genus Floridobia Universitas Sumatera Utara k. Genus Littoridinops Genus ini memiliki tubuh yang lunak dengan cangkang yang panjangnya antara 1 - 5 cm, tubuh genus ini berukuran sedang dengan 3 garis pertautan Gambar 15. Gambar 15. Genus Littoridinops l. Genus Gillia Genus ini memiliki warna kecoklatan, panjang cangkang sekitar 1 - 3 cm, bagian atas cangkangnya agak runcing,celah mulut agak besar dan memiliki garis- garis halus Gambar 16. Gambar 16. Genus Gillia Universitas Sumatera Utara m. Genus Elimia Genus ini memiliki panjang tubuh berkisar antara 2 - 5 cm, tipe cangkang memanjang dan berukuran sedang, permukaan cangkang lebih bergelombang dengan apeks tumpul dengan celah mulut yang sedang Gambar 17. Gambar 17. Genus Elimia n. Genus Melanoides Genus ini memiliki panjang tubuh berkisar antara 2 - 9 cm, tipe cangkang memanjang dan berukuran sedang, bagian permukaan cangkang lebih bergelombang, warna tubuh kuning kecoklatan Gambar 18. Gambar 18. Genus Melanoides Universitas Sumatera Utara o. Genus Thiara Genus ini memiliki panjang tubuh berkisar 1,5 - 3 cm, tipe cangkang memanjang dan lebih bergelombang, berukuran sedang, berwarna kehitaman dengan apeks tumpul dan celah mulut yang sedang Gambar 19. Gambar 19. Genus Thiara p. Genus Truncatella Genus ini memiliki panjang tubuh antara 1 - 8 cm, tipe cangkang memanjang dan berukuran sedang, bagian permukaan cangkang lebih licin dengan apeks tumpul dengan celah mulut yang besar Gambar 20. Gambar 20. Genus Truncatella Universitas Sumatera Utara q. Genus Viviparus Genus ini memiliki panjang tubuh berkisar antara 2 - 5 cm, memiliki 3 garis pertautan, tipe cangkang berbentuk dextral cangkang berlekuk kanan, yang hanya pada cangkang siput gastropoda. Celah mulut lebar dengan tipe apeks tumpul, serta tubuh berwarna hitam kecoklatan Gambar 21. Gambar 21. Genus Viviparus r. Genus Planaria Genus ini memiliki tubuh yang lunak, memanjang dan berukuran sedang. Berukuran 0,5 mm - 6 cm, tapi umumnya 10 mm. Bentuk tubuh pipih dorsal- ventral dan tidak mempunyai ruas sejati. Warna tubuh biasanya hitam, coklat atau kelabu, tetapi pada beberapa jenis ada yang berwarna merah Gambar 22. Gambar 22. Genus Planaria Universitas Sumatera Utara

B. Kepadatan Populasi K dan Kepadatan Relatif KR Pada Setiap Stasiun Penelitian