Struktur Komunitas Bentos
Data makrozoobentos yang diperoleh dihitung nilai dari kepadatan populasi, kepadatan relatif, indeks keanekaragaman Shannon-Wiener dan indeks
keseragaman dengan persamaan berikut:
a. Kepadatan Populasi K Brower, dkk., 1990 diacu oleh Sinaga 2009
K =
b. Kepadatan Relatif KR Barus, 2004
KR = x 100
c. Indeks Keanekaragaman Shannon-Wiener Koesoebiono, 1987
H = - ∑ pi ln pi
Keterangan: H
ʹ = Indeks Keanekaragaman Shannon-Wiener
pi = Jumlah individu masing-masing jenis i=1,2,3…
s = Jumlah Jenis
ln = logaritma Nature
pi =
Ʃ niN Perbandingan jumlah individu suatu jenis dengan keseluruhan jenis
Menurut Krebs 1978 membagi tingkat nilai indeks keanekaragaman ke dalam tiga tingkat yaitu:
H
ʹ 1,0 : Keanekaragaman Rendah
H ʹ 1,0 – 3,0
: Keanekaragaman Sedang H
ʹ 3,0 : Keanekaragaman Tinggi
d. Indeks Keseragaman E
Michael, 1984 diacu oleh Sinaga, 2009 Kepadatan Suatu Jenis
Jumlah Kepadatan Seluruh Jenis Jumlah Individu Suatu
Luas Area
s
i=1
Universitas Sumatera Utara
E = =
Keterangan: H
ʹ = Indeks Keanekaragaman Shannon-Wiener
H max = Keanekaragaman spesies maksimum = ln s s = banyaknya spesies
Indeks keseragaman E berkisar antara nol sampai satu. Semakin mendekati nol semakin kecil keseragaman populasi artinya penyebaran jumlah
individu setiap spesies tidak sama dan ada kecenderungan satu spesies mendominasi. Semakin mendekati nilai satu, maka penyebarannya cenderung
merata dan tidak ada spesies yang mendominasi.
e. Pengukuran Faktor Fisika Kimia Perairan
Metode dan alat ukur yang digunakan untuk menganalisa faktor fisika dan kimia dalam penelitian ini:
a. Suhu Air Pengukuran suhu air dilakukan dengan pengambilan sampel air
menggunakan ember kemudian dimasukkan termometer kedalam ember dan dibiarkan selama ± 10 menit, setelah itu dilihat nilai suhunya.
b. Derajat Keasaman Air dari dasar perairan diambil dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer dan
elektroda pH meter dicelupkan ke dalam sampel air, tunggu beberapa saat dan dibaca nilai pH yang tertera.
c. Kecerahan H
ʹ H maks
H ʹ
ln s
Universitas Sumatera Utara
Pengukuran dilakukan langsung di lapangan dengan menggunakan keping secchi yang dimasukkan ke dalam badan air sampai keping secchi tidak kelihatan
lalu diukur kemudian dimasukkan kedalam air sampai dasar dan ditarik secara pelahan sampai kelihatan lalu diukur. Setelah itu jumlah kedua nilainya dibagi
dua. d. Oksigen Terlarut DO = Dissolved Oxygen
Pengukuran dilakukan langsung di lapangan dengan pengambilan air dari danau kemudian diukur dengan menggunakan Metode Winkler Lampiran 3.
e. Biochemical Oxygen Demand BOD
5
Sampel air diambil dari perairan dimasukkan ke dalam botol winkler dan diukur sesuai dengan metode winkler untuk mengukur BOD
5
Lampiran 4. f. Jenis Substrat
Sampel substrat dari dasar perairan, dibawa ke Laboratorium Riset dan Teknilogi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara untuk dianalisis.
Hubungan Kualitas Air Danau dengan Indeks Keanekaragaman
Untuk mengetahui hubungan antara parameter kulitas air X seperti suhu X
1
, pH X
2
, DO X3 dan BOD
5
X
4
terhadap indeks keanekaragaman makrozoobentos Y, maka dilakukan analisis regressi linier berganda dengan
menggunakan program SPSS versi 17.0 dengan model :
Y = a + b
1
X
1
+ b
2
X
2
+ ... + b
n
X
n
Keterangan: Y
= Peubah terikat parameter utama a
= Konstanta b
1
,b
2
= Koefisien regresi X
1
,X
2
= Peubah bebas parameter pendukung
Universitas Sumatera Utara
Analisis Data
Data yang telah diperoleh dianalisis dengan cara deskriptif melalui penyajian grafik dan tabel untuk mengetahui kepadatan, keanekaragaman dan
keseragaman serta hubungannya dengan parameter fisika kimia perairan. Analisis data dilakukan secara komputasi dengan menggunakan program Microsoft Excel
dan SPPS Statistical Package For Service Solutions versi 17.0 Menurut Yamin, dkk., 2011 analisis regresi linier bergandamajemuk
digunakan untuk memodelkan hubungan antara variabel dependen dan variabel independen, dimana jumlah variabel independen lebih dari satu. Dari persamaan
regresi, akan diperoleh koefisien determinasi R
2
dan koefisien korelasi R. Nilai koefisien determinasi R
2
menyatakan ketepatan model yang diperoleh dalam menjelaskan keragaman peubah terikatnya. Koefisien korelasi R menunjukkan
keeratan dan pola hubungan peubah bebas dan peubah terikat. Nilai koefisien korelasi R berkisar antara -1 sampai 1. Nilai R = +1 atau
R = -1 menunjukkan hubungan linear yang sempurna sangat erat sedangkan nilai R = 0 menunjukkan tidak ada hubungan linear antara kedua peubah. Nilai positif
pada koefisien korelasi R menunjukkan hubungan yang searah antara kedua peubah dan sebaliknya. Sugiyono 2001 membagi koefisien korelasi R menjadi
beberapa tingkatan seperti pada Tabel 1. Tabel 1. Interval Korelasi dan Tingkatan Hubungan Antar Faktor
Interval Koefisien Korelasi R Tingkat Hubungan
0,000 – 0,199 Sangat Rendah
0,200 – 0,399 Rendah
0,400 – 0,599 Sedang
0,600 – 0,799 Kuat
0,800 – 1,000 Sangat Kuat
Sumber: Sugiyono 2001
Universitas Sumatera Utara
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil A. Identifikasi Makrozoobentos
Hasil penelitian yang dilakukan pada beberapa titik di lokasi penelitian selama 3 kali pengambilan sampel ditemukan 18 genus makrozoobentos yang
tersebar pada 3 lokasi pengambilan sampel. Jumlah makrozoobentos pada lokasi penelitian yaitu Filum Annellida yang terdiri dari 1 genus, Filum Arthropoda
terdiri dari 5 genus, Filum Molluska terdiri dari 11 genus dan Filum Plathyhelminthes terdiri dari 1 genus Tabel 2.
Tabel 2. Klasifikasi Makrozoobentos yang Diperoleh Pada Setiap Stasiun Penelitian
Filum Kelas
Ordo Famili
Genus
Annelida Oligochaeta
Haplotaxida Tubificidae
Branchiura Arthropoda
Insekta Diptera
Limoniidae Hexatoma
Odonata Libellulidae
Plathemis Crustaceae
Decapoda Palaemonidae
Macrobranchium Palaemonetes
Melacostraca Isopoda
Cirolanidae Exosphaeroma
Moluska Bivalvia
Unionida Unionidae
Anodonta Gastropoda
Mesogastropoda Ampullariidae
Pila Buccinidae
Anentome Hydrobidae
Floridobia Littoridinops
Lithoglyphidae Gillia
Pleuroceridae Elimia
Thiaridae Melanoides
Thiara Truncatellidae
Truncatella Vivivaridae
Viviparus Plathyhelminthes
Turbellaria Tricladida
Planariidae Planaria
Universitas Sumatera Utara
Dari hasil identifikasi terhadap makrozoobentos pada setiap stasiun penelitian maka diperoleh ciri-ciri morfologi pada setiap individu:
a. Genus Branchiura Genus ini memiliki panjang tubuh sekitar 2,5 - 8 cm dan beruas sejati,
bentuk tubuh memanjang dan memiliki segmen mulut yang kecil Gambar 5.
Gambar 5. Genus Branchiura b. Genus Hexatoma
Panjang tubuh individu ini sekitar 1,5 cm, bagian permukaan tubuh agak lunak dengan celah mulut yang kecil dan memiliki banyak ruas-ruas tubuh
Gambar 6.
Gambar 6. Genus Hexatoma
Universitas Sumatera Utara
c. Genus Plathemis Genus ini memiliki panjang tubuh 1,6 cm dengan warna tubuh coklat
kehitaman, memiliki 3 pasang kaki yang tidak lurus dan bentuk tubuh agak bundar Gambar 7.
Gambar 7. Genus Plathemis d. Genus Macrobranchium
Genus ini memiliki panjang tubuh 5 - 6,8 cm, seluruh badanya terdiri dari ruas ruas segmen yang dibungkus oleh kerangka, memiliki capit yang panjang
Gambar 8.
Gambar 8. Genus Macrobranchium
Universitas Sumatera Utara
e. Genus Palaemonetes Genus ini memiliki karapaks yang menutupi seluruh tubuh, bagian caput
sebelah kanan lebih besar dari sebelah kiri, tubuh berwarna putih kekuningan dan terdapat bintik hitam di seluruh tubuh Gambar 9.
Gambar 9. Genus Palaemonetes f. Genus Exosphaeroma
Tubuhnya berbentuk lonjong dan pipih, memiliki banyak ruas-ruas tubuh, tubuhnya berwarna kecoklatan dan panjangnya sekitar 1 - 3 cm Gambar 10.
Gambar 10. Genus Exosphaeroma
Universitas Sumatera Utara
g. Genus Anodonta Cangkang terdiri atas dua keping, panjang cangkang sekitar 5,5 - 6,4 cm
dengan warna hijau atau hijau tua, puncak cangkang mengembang dan kebanyakan terkikis sehingga warnanya tampak putih Gambar 11.
Gambar 11. Genus Anodonta h. Genus Pila
Ukuran tubuh berkisar antara 3 - 10 cm, bagian atas cangkangnya pendek sedangakan bagian bawahnya membengkak serta warna tubuh kuning kecoklatan,
cangkang besar, memiliki 4 garis pertautan. Celah mulut lebar dengan tipe apeks tumpul Gambar 12.
Gambar 12. Genus Pila
Universitas Sumatera Utara
i. Genus Anentome Tubuh genus ini berwarna coklat gelap dengan beberapa garis berwarna
kuning pucat disekitanya, cangkang berbentuk kerucut dan bergerigi, panjang antara 1,4 - 2 cm Gambar 13.
Gambar 13. Genus Anentome j. Genus Floridobia
Genus ini memiliki panjang tubuh berkisar 2 - 9 cm, tipe cangkang memanjang dan berukuran sedang, bagian permukaan cangkang lebih
bergelombang dan mengkilap dengan apeks tumpul dengan celah mulut yang besar Gambar 14.
Gambar 14. Genus Floridobia
Universitas Sumatera Utara
k. Genus Littoridinops Genus ini memiliki tubuh yang lunak dengan cangkang yang panjangnya
antara 1 - 5 cm, tubuh genus ini berukuran sedang dengan 3 garis pertautan Gambar 15.
Gambar 15. Genus Littoridinops l. Genus Gillia
Genus ini memiliki warna kecoklatan, panjang cangkang sekitar 1 - 3 cm, bagian atas cangkangnya agak runcing,celah mulut agak besar dan memiliki garis-
garis halus Gambar 16.
Gambar 16. Genus Gillia
Universitas Sumatera Utara
m. Genus Elimia Genus ini memiliki panjang tubuh berkisar antara 2 - 5 cm, tipe cangkang
memanjang dan berukuran sedang, permukaan cangkang lebih bergelombang dengan apeks tumpul dengan celah mulut yang sedang Gambar 17.
Gambar 17. Genus Elimia n. Genus Melanoides
Genus ini memiliki panjang tubuh berkisar antara 2 - 9 cm, tipe cangkang memanjang dan berukuran sedang, bagian permukaan cangkang lebih
bergelombang, warna tubuh kuning kecoklatan Gambar 18.
Gambar 18. Genus Melanoides
Universitas Sumatera Utara
o. Genus Thiara Genus ini memiliki panjang tubuh berkisar 1,5 - 3 cm, tipe cangkang
memanjang dan lebih bergelombang, berukuran sedang, berwarna kehitaman dengan apeks tumpul dan celah mulut yang sedang Gambar 19.
Gambar 19. Genus Thiara p. Genus Truncatella
Genus ini memiliki panjang tubuh antara 1 - 8 cm, tipe cangkang memanjang dan berukuran sedang, bagian permukaan cangkang lebih licin dengan
apeks tumpul dengan celah mulut yang besar Gambar 20.
Gambar 20. Genus Truncatella
Universitas Sumatera Utara
q. Genus Viviparus Genus ini memiliki panjang tubuh berkisar antara 2 - 5 cm, memiliki 3
garis pertautan, tipe cangkang berbentuk dextral cangkang berlekuk kanan, yang hanya pada cangkang siput gastropoda. Celah mulut lebar dengan tipe apeks
tumpul, serta tubuh berwarna hitam kecoklatan Gambar 21.
Gambar 21. Genus Viviparus r. Genus Planaria
Genus ini memiliki tubuh yang lunak, memanjang dan berukuran sedang. Berukuran 0,5 mm - 6 cm, tapi umumnya 10 mm. Bentuk tubuh pipih dorsal-
ventral dan tidak mempunyai ruas sejati. Warna tubuh biasanya hitam, coklat atau
kelabu, tetapi pada beberapa jenis ada yang berwarna merah Gambar 22.
Gambar 22. Genus Planaria
Universitas Sumatera Utara
B. Kepadatan Populasi K dan Kepadatan Relatif KR Pada Setiap Stasiun Penelitian