Nilai MPN E. coli pada masing-masing kelurahan dikecamatan Semampir Surabaya

dalam memfermentasikan laktosa dengan menghasilkan asam dan gas dalam waktu 48 jam pada suhu 35 ° C Pelczar dan Chan, 2008. Air sumur termasuk air dibawah permukaan tanah dimana terdapat pori-pori tanah dan batuan yang jenuh air pada daerah ini karena dipengaruhi oleh proses penyaringan. Mikroorganisme tertahan oleh bahan-bahan partikulat dalam tanah yang berfungsi sebagai penyaring filter. Dengan demikian besar kemungkinan perairan yang berada jauh di bawah tanah bebas dari mikoorganisme Pelczar dan Chan, 2008. Dari hasil uji pendugaan untuk masing-masing kelurahan bila dibandingkan menurut SK. Dirjen PPM dan PLP No. 1PO.03.04.PA.91 dan SK JUKLAK PKA Tahun 20002001 termasuk dalam kelas D yang berarti dalam kategori air tersebut amat jelek untuk di konsumsi Pitojo dan Purwantoyo, 2003.

4.2 Nilai MPN E. coli pada masing-masing kelurahan dikecamatan Semampir Surabaya

Pada hasil nilai MPN E. coli dari masing-masing kelurahan meliputi kelurahan Ujung, Ampel, Pegirian, Sidotopo, dan Wonokusumo. Untuk mengetahui nilai MPN coli dilihat pada uji kesempurnaan completed test. Hasil uji kesempurnaan completed test dihitung berdasarkan pengamatan lampiran 6 dan tercantum pada tabel 4.3. 44 Tabel 4.3 Indeks MPN E. coli pada uji kesempurnaan pada masing-masing kelurahan dikecamatan Semampir Surabaya Kelurahan Indeks MPN E. coli pada sampel air sumur Rerata nilai MPN Ujung Ujung I Ujung II Ujung III 35 7 14 18,66 Ampel Ampel I Ampel II Ampel III 71 30 71 57,33 Pegirian Pegirian I Pegirian II Pegirian III 7 30 1100 379 Sidotopo Sidotopo I Sidotopo II Sidotopo III 150 30 1100 426,66 Wonokusumo Wonokusumo I Wonokusumo II Wonokusumo III 71 1 1100 390,66 Dari Tabel 4.3 uji kesempurnaan completed test pada tabel di atas dapat dilihat untuk nilai MPN E. coli yang paling tinggi terdapat pada kelurahan Sidotopo yaitu 426,66 per 100 ml dan untuk nilai MPN paling rendah terdapat pada kelurahan Ujung yaitu 18,66 per 100 ml. Sedangkan untuk kelurahan Ampel nilai MPN E.coli sebanyak 57,33 per 100 ml, Pegirian 379 per 100 ml, dan Wonokusumo 390,66 per 100 ml. Tes kesempurnaan ini dilakukan sebagai isolasi dan sekaligus mendeteksi bakteri golongan E. coli. Media yang digunakan dalam tes ini mengandung zat warna eosin methylen blue EMB yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri gram positif. Dengan adanya suasana asam, media EMB akan membentuk suatu komplek yang mempercepat tumbuhnya koloni bakteri coliform dan menghasilkan warna gelap di tengah serta kelihatan hijau sampai biru dengan mengkilat logam methalic shine. Adanya bakteri golongan E. coli pada tiap kelurahan kemungkinan banyak disebabkan jarak antara tempat pembuangan kotoran manusia septic tank yang letaknya berdekatan dengan bangunan sumur. Hal ini dapat di lihat pada lampiran 45 VI kondisi air sumur di masing-masing kelurahan. Dari jarak sumur dengan septic tank yang terlalu dekat memungkinkan resapan air dari septic tank menyebabkan bakteri tersebut mampu tumbuh pada air sumur tersebut. Selain itu kemungkinan lain dipengaruhi kondisi lingkungan yang terdapat banyak sampah berserakan. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI NO.907MENKESSKVII2002 jumlah bakteri E. coli di air minum adalah nol. Penyebaran bakteri E. coli di tanah sangat dipengaruhi oleh porositas tanah. Pergerakan horizontal sukar dipastikan karena tergantung pada faktor antara lain; jenis tanah, ketinggian permukaan air tanah, aliran air tanah, konstruksi sumur pompa tangan, jumlah pemakai sumur pompa tangan dangkal dan jumlah orang yang membuang feses.

4.3 Uji Karakterisasi dengan Uji IMVIC