Teori Tentang Perlindungan Hukum Terhadap Pemegang

BAB III BAGAIMANA PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP

PEMEGANG SERTIPIKAT HAK ATAS TANAH

A. Teori Tentang Perlindungan Hukum Terhadap Pemegang

Sertipikat Hak Atas Tanah Berdasarkan pasal 28 huruf d Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945, menyebutkan bahwa Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama dihadapan hukum “. Sebagaimana dijelaskan dalam Pasal 3 Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 1997, pendaftran tanah bertujuan : 1. Memberikan kepastian hukum dan perlindungan hukum kepada pemegang atas suatu bidang tanah, satuan rumah susun dan hak-hak lain yang terdaftar agar dengan mudah dapat membuktikan dirinya sebagai pemegang hak yang bersangkutan 2. Untuk menyediakan informasi keadaan pihak-pihak yang berkepentingan termasuk pemerintah. Agar dengan mudah dapat memperoleh data yang diperlukan dalam mengadakan perbuatan hukum mengenai bidang-bidang tanah dan satuan-satuan rumah susun yang sudah terdaftar. 3. Untuk terselenggarnya tertib administrasi pertanahan Dan pada Pasal 4 Peraturan Pemerintah No.24 Tahun 1997 menyebutkan : 1. Untuk memberikan kepastian dan perlindungan hukum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf a kepada pemegang hak yang bersangkutan diberikan sertipikat hak atas tanah Universitas Sumatera Utara 2. Untuk melaksanakan fungsi informasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf b data fisik dan data yuridis dari bidang tanah dan satuan rumah susun yang sudah terdaftar terbuka untuk umum. 3. Untuk mencapai tertib administrasi sebagaimana dimaksud dalam pasal huruf c, setiap bidang tanah dan satuan rumah susun termasuk peralihan, pembebanan dan hapusnya hak atas bidang tanah dan hak milik satuan rumah susun wajib didaftar. Bahwa konkrit dari tujuan penadaftaran tanah tersebut adalah terbitnya suatu sertipikat hak atas tanah, yang diberikan kepada pemegang hak atas tanah tersebut melaui persyaratan-persyaratan kepemilikan hak atas tanah. Sertipikat merupakan tanda bukti hak, yang digunakan pemegang hak atas tanah untuk membuktikan bahwa dia sebagai pelik yang sah atas tanah tersebut. Teori-teori mengenai perlindungan hukum : 52 a. Perlindungan hukum menurut teori Undang-Undang Dasar Tahun 1945 Alinea ke empat pembukaan UUD-RI tahun 1945 menyatakan bahwa”…Negara melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum…”. Pada saat sifat persoalan tanah telah bergeser, yang terlibat bukan lagi anatar pemegang hak atas tanah melawan buruh tani, akan tetapi anatar pemilik modal bahkan pemerintah melawan pemegang hak atas tanah. Oleh karena itu, maka perlindungan hukum yang terdapat di dalam pembukaan UUD-RI Tahun 1945 tersebut, tepat sekali digunakan untuk tersedianya aturan perlindungan hukum terhadap pemegang sertipikat hak atas tanah danatau pemilik hak atas tanah serta segenap bangsa dan territoriumnya, karena adanya kandungan nilai perjuangan serta motivasi moral yang melandasi terbentuk Negara kesatuan republic Indonesia. Didalam alinea ke empat tersebut tercermin didalamnya jaminan perlindungan hukum, yaitu: 1. Perlindungan hukumnya ditujukan kepada segenap bangsa Indonesia, diantaranya pemegang sertipikat hak atas tanah yang namanya dicantumkan didalam buku tanah dan sertipikat hak atas tanahnya yang berkepastian hukum secara yuridis. 52 S.Chandra, Op.Cit, hal 73 Universitas Sumatera Utara 2. Perlindungan hukumnya ditujukan kepada segenap bangsa Indonesia di antaranya pemilik hak atas tanah yang namanya tidak tercantum dalam buku tanah atau sertipikat hak atas tanah melalui pengadaan dana pertanggungan asuransi hak atas tanah yang berkeadilan secara materil 3. Perlindungan hukumnya ditujukan kepada segenap bangsa Indonesia, diantaranya meliputi lingkungan masyarakat dan alam sekitarnya melalui penerbitan sertifikat hak atas tanah yang santun lingkungannya didahului advice planning kotakabupaten disertai sanksi hukumnya yang bermanfaat secara preventif. b. Perlindungan hukum menurut teori kabau tagak kubangan tangga Memahami filosofi hokum adat di Minangkabau bahwa “kata sama dengan hukum” dengan arti bahwa akhir sebuah kata yaitu hukum dan akhir sebuah hokum yaitu kata, misalnya kata kabau tagak kebangun tingga, merupakan kata yang harus ditaati sebagai hukum. Perlindungan hukum kabau tagak kubangun tingga, dalam arti sempit, relevan diguanakan untuk mendukung teori perlindungan hukum terhadap pemegang sertifikat hak atas tanah dan lingkungan, karena adanya unsur- unsur sebagai berikut: 1. Perlindungan hukum terhadap kepemilikan hak atas tanah Teori ini menggambarkan adanya suatu lembaga procedural perolehan hak atas tanah yang sah sehingga diperoleh hak milik ayng terkuat dan terpenuh serta turun temurun yang berkepastian hukum secara yuridis. 2. Perlindungan hukum terhadap kepemilikan hak atas tanah secara materil. Eksistensi azas positif dan azas hukum adat di Minangkabau telah mengakibatkan pengusaha tanah tidak dapat melakukan tuntutan, namun penghulu suku menyediakan lahan pengganti di lokasi baru. Maka pemegang hak atas tanah yang baru dan pemilik hak atas tanah yang lama akan menikmati rasa keadilan secara materil. 3. Perlindungan hukum terhadap kepemilikan hak atas tanah secara preventif Tanah ulayat yang akan diberikan penghulu adat, diberikan dengan persyaratan tertentu, dan nasehat-nasehat atau sindiran-sindiran baik secara lisan maupun secara jelas dan terang. 4. Semangat individualistis kepemilikan hak atas tanah yang komunalistik Hak atas tanah peroarangan seperti tapak perumahan yang dimiliki secara individual, dibatasi dengan kewajiban dan larangan guna untuk menjaga kepentingan komunal. Sebaliknya hak atas tanah yang dipunyai secara komunal seperti hutan rimba, dilestarikan secara alami guna menjaga kepentingan individu yang berkesinambungan. Maka Universitas Sumatera Utara penggunaan hak atas tanah terhadap kepunyaan bersama komunalistik yang dimiliki secara perorangan individualistic dimanfaatkan untuk kepentingan bersama komunalistik. 5. Semangat nasionalisme kepemilikan hak atas tanah Hukum adat Minangkabau tidak membenarkan adanya pengalihan hak atas tanah kepada orang yang bukan anggota persekutuan dalam arti hanya digunakan untuk kemakmuran dan kesejahteraan anggota nya saja. Ketentuan tersebut juga di anut oleh UUPA, bahwa hanya warga Indonesia saja yang dapat memilki hak milik, yang bersifat turun temurun, terpenuh dan terkuat, kendati pun ada peraturan yang memboleh kan warga asing memliki hak milik,dengan ketentuan waktu sementara. 6. Semangat sosialisme kepemilikan hak atas tanah Mengenai harata pusaka tinggipusako berupa tanah pada dasarnya tidak ddibenarkan diperjualbelikan kepada pihak di luar persekutuan, namun tidak tertutup kemungkinan suatu masa terdesak pada kebutuhan untuk kepentingan anggota persekutuan yang bersifat social dan tidak ditemukan upaya lainnya, maka tanah pusaka tinggi boleh dijadikan uang. Hal ini sesuai dengan UUPA, bahwa tanah harus berfungsi sosial. c. Perlindungan hukum menurut teori responsif Selama pemerintahan orde lama, perlindungan hukum dibidang pertanahan ternyata didominasi hukum represif, ditanadai dengan sifat pasif, tertutup dan tekanan dari penguasa di setiap pengambilan keputusan dari pemerintah yang kurang terbuka dalam menampung kebutuhan dan keinginan rakyat. d. Perlindungan hukum menurut teori hak milik atas benda 1. Teori hak milik pribadi Guna mendalami pemahaman mengenai hak milik pribadi perlu dikutip beberapa pendapat para ahli yang banyak membicarakannya, antara lain yang dikemukankan oleh : a. Aristoles hak milik pribadi sebagai meum dan tuum hak saya untuk mengenyampingkan anda b. JJ. Rousseau; milik pribadi adalah hak untuk melaksanakannya hakekat manusia, yang terbatas sejauh manusia memerlukannya untuk dapat melestarikan diri. c. Jeremy Bentham ; milik pribadi sepenuhnya adalah hasil pekerjaan undang-undang d. John Locke ; milik pribadi ada karena adanya hak perseorangan untuk hidup, berdasarkan dalil yang menyatakan bahwa “jerih payah manusia adalah miliknya sendiri Universitas Sumatera Utara e. Cahrles A. Reich; milik pribadi bukanlah suatu hak alamiah melainkan suatu rekanaan secara sadar oleh masyarakat f. C.B. Macpherson ; milik pribadi itu adalah hak perseorangan dan tututan yang dapat dipaksakan serta diciptakan oleh negara 2. Teori hak milik Negara Hak Negara harus diterjemahkan sebagai tanah yang dikuasai Negara. Sebagaimana yang diatur dalam Pasal 2 UUPA, yang berbunyi: a. Atas dasar ketentuan dalam Pasal 33 ayat 3 Undang-Undang Dasar dan hal-hal lain sebgaiman yang dimaksud dalam Pasal 1, bumi, air, dan ruang angkasa, termasuk kekayaan alam yang terkandung di dalamnya itu pada tingkatan tertinggi dikuasai oleh Negara, sebagai organisasi kekuasan rakyat b. Hak menguasai dari Negara termaksud dalam ayat 1 pasal ini, memberi wewenang untuk : 1. Mengatur dan menyelenggarakan peruntukkan, penggunaan, persediaan dan pemeliharaan bumi, air dan ruang angkasa tersebut 2. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang-orang dengan bumi, air dan ruang angkasa 3. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum anatara orang-orang dan perbuatan-perbuatan yang mengenai bumi, air dan ruang angkasa. c. Wewenang yang bersumber pada hak menguasai Negara tersebut pada ayat 2 pasal ini digunakan untuk mencapai sebesar-besarnya kemakmuran rakyat dalam arti kebangsaan, kesejahteraan dan kemerdekaan dalam masyarakat dan Negara hukum Indonesia yang merdeka, berdaulat, adil dan makmur d. Hak mengusai dari negara tersebut diatas pelaksanaannya dapat dikuasakan kepada daerah-daerah swatantra dan tidak bertentangan dengan kepentingan nasional, menurut ketentuan peraturan pemerintah. Pengertian hak menguasai dari Negara yang disebut dalam pasal 2 tersebut diatas bukan berari hak milik dimiliki, tetapi adalah memberi wewenang kepada Negara sebagai organisasi tertinggi untuk mengatur, menyelenggarakan dan menentukan peruntukkan, penggunaan, persediaan, pemeliharaan bumi, air dan ruang angkasa serta bagaimana mengatur hubungan hukum anatara orang-orang dengan buni, air dan ruang angkasa, serta hubungan hukum antara orang-oranag dan perbuatan hukum mengenai bumi, Universitas Sumatera Utara air dan ruang angkasa. 53 Yang tujuan utamanya adalah untuk kesejahteraan rakyat 3. Teori hak milik umum Keberadaannya merupakan hak pribadi alamiah setiap orang untuk menggunakan dan memanfaatkannya.

B. Perlindungan Hukum Terhadap Pemegang Sertipikat hak Atas Tanah

Dokumen yang terkait

ANALISA INDEKS KEPUASAN MASYARAKAT DALAM PENERBITAN SERTIPIKAT TANAH DI KANTOR PERTANAHAN KABUPATEN JEMBER

0 6 19

ANALISA INDEKS KEPUASAN MASYARAKAT DALAM PENERBITAN SERTIPIKAT TANAH DI KANTOR PERTANAHAN KABUPATEN JEMBER

0 34 6

Tinjauan Yuridis Penerbitan Sertipikat Tanah Pengganti Karena Hilang Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 (Studi pada Kantor Pertanahan Kota Tebing Tinggi)

0 12 114

PENERBITAN SERTIPIKAT PENGGANTI DAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEMEGANG SERTIPIKAT PENGGANTI KARENA HILANG GUNA MENCIPTAKAN KEPASTIAN HUKUM DI KANTOR PERTANAHAN KABUPATEN SUKOHARJO.

1 4 4

PELAKSANAAN PENERBITAN SERTIPIKAT PENGGANTI DAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEMEGANGNYA DI KANTOR PERTANAHAN KOTA SEMARANG - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)

0 8 97

Tinjauan Yuridis Penerbitan Sertipikat Tanah Pengganti Karena Hilang Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 (Studi pada Kantor Pertanahan Kota Tebing Tinggi)

0 0 11

Tinjauan Yuridis Penerbitan Sertipikat Tanah Pengganti Karena Hilang Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 (Studi pada Kantor Pertanahan Kota Tebing Tinggi)

0 0 1

Tinjauan Yuridis Penerbitan Sertipikat Tanah Pengganti Karena Hilang Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 (Studi pada Kantor Pertanahan Kota Tebing Tinggi)

0 0 22

Tinjauan Yuridis Penerbitan Sertipikat Tanah Pengganti Karena Hilang Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 (Studi pada Kantor Pertanahan Kota Tebing Tinggi)

0 0 24

Tinjauan Yuridis Penerbitan Sertipikat Tanah Pengganti Karena Hilang Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 (Studi pada Kantor Pertanahan Kota Tebing Tinggi)

0 0 3