Pengujian Asumsi Klasik ANALISIS HASIL PENELITIAN

3. Variabel HS memiliki nilai minimum 71 dan nilai maksimum 2.4480 dengan nilai rata-rata sebesar 2.260666 dengan jumlah sampel sebanyak 45 sampel.

C. Pengujian Asumsi Klasik

Pengujian asumsi klasik dalam penelitian ini dilakukan dengan bantuan program statistik. Menurut Ghozali 2006:123 asumsi klasik yang harus dipenuhi adalah: 1. Berdistribusi normal, 2. Non-multikolinearitas, artinya antara variabel independen dalam model regresi tidak memiliki korelasi atau hubungan secara sempurna ataupun mendekati sempurna, 3. Non-autokorelasi, artinya kesalahan pengganggu dalam model regresi tidak saling berkorelasi, 4. Homokedastisitas, artinya variance variabel independen dari satu pengamatan ke pengamatan lain adalah konstan atau sama. 1. Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui varians pengganggu atau residual berdistribusi secara normal serta untuk menghindari adanya bias dalam model regresi. Pengujian normalitas data dalam penelitian ini menggunakan uji statistik non-parametrik Kolmogorov-Smirnov K-S, dengan membuat hipotesis: H0 : Data residual berdistribusi normal Ha : Data residual tidak berdistribusi normal Universitas Sumatera Utara Apabila nilai signifikansi lebih besar dari 0.05 maka H0 diterima, sedangkan jika nilai signifikansi lebih kecil dari 0.05 maka H0 ditolak. Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test DPR EPS HS N 45 45 45 Normal Parameters a Mean 3.589867E1 1.760447E2 2.260666E 4 Std. Deviation 4.3332534E 1 2.3441870E2 4.8533892 E4 Most Extreme Differences Absolute .258 .237 .321 Positive .258 .237 .306 Negative -.204 -.228 -.321 Kolmogorov-Smirnov Z 1.734 1.589 2.155 Asymp. Sig. 2-tailed .005 .013 .000 a. Test distribution is Normal. Sumber : Diolah Peneliti 2011 Dari hasil pengolahan data tersebut, diperoleh bahwa data dalam penelitian ini tidak terdistribusi secara normal, dimana variabel dalam penelitian DPR dan HS yang memiliki nilai signifikansi yang lebih kecil dari 0.05 5 yakni sebesar 0.005 untuk DPR dan HS sebesar 0,00 serta nilai EPS 0.013 sehingga tidak dapat dilakukan pengujian lebih lanjut. Untuk itu, perlu dilakukan tindakan perbaikan treatment agar model regresi memenuhi asumsi normalitas. Beberapa cara untuk mengubah model regresi menjadi normal, menurut Jogiyanto 2004:172 terdapat tiga cara untuk menormalkan distribusi data, yaitu: Universitas Sumatera Utara a. Dengan melakukan transformasi data, yaitu mengubah nilai-nilai observasi data ke dalam bentuk logaritma sehingga membentuk distribusi yang normal, b. Trimming, yaitu memangkas membuang observasi yang bersifat outlier, yaitu nilainya lebih kecil dari µ - 2σ atau lebih besar dari µ + 2σ, c. Winzorising, yaitu mengubah nilai-nilai outlier menjadi nilai-nilai minimum atau maksimum yang diizinkan supaya distribusinya menjadi normal. Setelah melihat tabel 4.4 dapat disimpulkan bahwa perhitungan Kolmogorov- Smirnov menunjukkan data tidak terdistribusi secara normal. Untuk itu, peneliti melakukan transformasi data ke model akar kuadrat SQRT, hal ini di karenakan histogramnya menunjukkan moderate positive skewnwss sehaingga tranformasi yang harus dilakukan menggunakan akar kuadrat SQRT Ghazali, 2006 : 33. Kemudian data diuji ulang berdasarkan asumsi normalitas. Berikut ini hasil pengujian dengan Kolmogorov-Smirnov. Tabel 4.5 Hasil Uji Normalitas Setelah Transformasi Akar Kuadrat One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N 45 Normal Parameters a Mean .0000000 Std. Deviation 1.02880524E2 Most Extreme Differences Absolute .145 Positive .145 Negative -.108 Kolmogorov-Smirnov Z .974 Asymp. Sig. 2-tailed .299 a. Test distribution is Normal. Sumber : Diolah Peneliti 2011 Universitas Sumatera Utara Dari tabel 4.5 dapat disimpulkan bahwa data dalam model regresi telah terdistribusi secara normal. Kesimpulan ini dapat dilihat dari signifikan dari variabel sebesar 0.299 dan hal ini lebih besar dari 0.05 sehingga H0 diterima atau data terdistribusi secara normal. Dengan demikian secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa nilai-nilai observasi data telah terdistribusi secara normal dan dapat dilanjutkan dengan uji asumsi klasik lainnya. Untuk lebih jelasnya berikut ini turut dilampirkan grafik histogram dan plot data yang terdistribusi normal: Gambar 4.1 Universitas Sumatera Utara Histogram Sumber : Diolah Peneliti 2011 Dari grafik di atas dapat disimpulkan bahwa distribusi data normal karena grafik histogram menunjukkan distribusi data mengikuti garis diagonal yang tidak menceng skewness kiri maupun menceng kanan atau normal. Demikian pula dengan hasil uji normalitas dengan menggunakan grafik plot berikut ini: Gambar 4.2 Universitas Sumatera Utara Grafik Normal Plot Sumber : Diolah Peneliti 2011 Pada grafik normal plot terlihat titik-titik menyebar di sekitar garis diagonal serta penyebarannya agak mendekati dengan garis diagonal sehingga dapat disimpulkan bahwa data dalam model regresi terdistribusi secara normal. 2. Uji Multikolinearitas Ghozali 2006:91 menyatakan “uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas independen”. Multikolinearitas menunjukkan ada tidaknya variabel independen yang memiliki kemiripan atau hubungan dengan variabel independen lain dalam model regresi. Untuk mengetahui ada tidaknya multikolinearitas dapat dilihat dari nilai Variance Inflation Factor VIF, apabila nilai VIF 10 maka terjadi multikolinearitas dan apabila VIF 10 maka tidak terjadi multikolinearitas. Tabel 4.6 Hasil Uji Multikolinearitas Coefficients a Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. Collinearity Statistics B Std. Error Beta Tolera nce VIF 1 Constant 122.784 38.092 3.223 .002 SQRTDPR 5.428 5.103 .151 1.064 .294 .985 1.015 SQRTEPS -4.744 1.913 -.353 -2.480 .017 .985 1.015 a. Dependent Variable: SQRTHS Sumber : Diolah Peneliti 2011 Universitas Sumatera Utara Dengan demikian, dari data tabel 4.6 disimpulkan dalam model regresi tidak terjadi multikolinearitas dengan dasar nilai VIF untuk setiap variabel independen tidak ada yang melebihi 10 dan nilai tolerance tidak ada yang kurang dari 0.1, maka dapat dilakukan analisis lebih lanjut dengan menggunakan model regresi berganda. 3. Uji Heterokedastisitas Ghozali 2006:105 menyatakan “uji heterokedastisitas bertujuan untuk mengetahui apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lainnya”. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lainnya tetap, maka disebut homokedastisitas, dan jika berbeda disebut heterokedastisitas. Model regresi yang baik adalah homokedastisitas atau tidak terjadi heterokedastisitas. Dalam penelitian ini, untuk mendeteksi ada tidaknya gejala heterokedastisitas adalah dengan melihat plot grafik yang dihasilkan dari pengolahan data menggunakan program SPSS. Dasar pengambilan keputusannya adalah: a. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang teratur, maka telah terjadi heterokedastisitas, b. Jika tidak ada pola tertentu, serta titik-titik yang menyebar tidak tertentu, maka tidak terjadi heterokedastisitas atau terjadi homokedastisitas. Berikut ini dilampirkan gambar scatterplot untuk menganalisis apakah terjadi heterokedastisitas atau terjadi homokedastisitas dengan mengamati penyebaran Universitas Sumatera Utara titik-titik . Gambar 4.3 Hasil Uji Heterokedastisitas Sumber : Diolah Peneliti 2011 Dari gambar scatterplot terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak serta tersebar baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heterokedastisitas pada model regresi sehingga model ini layak dipakai dalam penelitian ini. 4. Uji Autokorelasi Pengujian Autokorelasi menurut Ghozali 2006:95 “bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi pengganggu antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1”. Autokorelasi menunjukkan adanya korelasi diantara data pengamatan yang tersusun baik seperti data cross sectional danatau time series. Autokorelasi Universitas Sumatera Utara menunjukkan adanya kesalahan pengganggu residual tidak bebas dari satu pengamatan ke pengamatan lain. Jika terjadi autokorelasi dalam model regresi berarti koefisien korelasi yang diperoleh menjadi tidak akurat, sehingga model regresi yang baik adalah model yang bebas dari autokorelasi. Untuk mengetahui adanya autokorelasi digunakan uji Durbin-Watson, dengan kriteria menurut Triton P. B. 2006:158 dengan cara melihat besaran Durbin-Watson sebagai berikut: a. Jika angka D-W dU, maka tidak ada autokorelasi, b. Jika angka D-W dU, maka terjadi autokorealsi, c. Jika dL D-W dU, maka tidak dapat dideteksi apakah terjadi autokorelasi atau tidak. Berikut ini hasil uji Durbin-Watson dengan menggunakan program SPSS: Tabel 4.7 Hasil Uji Autokorelasi Model Summary b Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin- Watson 1 .401 a .161 .121 105.30157 1.992 a. Predictors: Constant, SQRTEPS, SQRTDPR b. Dependent Variable: SQRTHS Sumber : Diolah Peneliti 2011 Hasil uji autokorelasi di atas menunjukkan nilai statistik Durbin-Watson D-W sebesar 1.992. Nilai ini akan dibandingkan dengan nilai tabel dengan menggunakan nilai signifikansi 5, jumlah sampel 45 dan jumlah variabel independen 1 K=1, maka di tabel Durbin-Watson di dapat nilai batas atas dU 1.288 dan nilai batas bawah dL 1.376. Oleh karena itu, nilai DW lebih besar dari nilai dU 1.992 1.600 maka disimpulkan bahwa tidak terjadi autokorelasi. Universitas Sumatera Utara

D. Pengujian Hipotesis

Dokumen yang terkait

Pengaruh Investasi, Earning Per Share (EPS) dan Dividend Per Share (DPS) Terhadap Harga Saham Perusahaan Asuransi yang Terdaftar Di BEI Tahun 2010-2013

15 277 82

Pengaruh Earning Per Share (Eps), Current Ratio (Cr), Debt To Equity Ratio (Der), Dan Total Asset Turn Over (Tato) Terhadap Harga Saham (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2013)

5 97 106

Pengaruh Earning Per Share (EPS), Return on Equity (ROE), dan Debt to Equity Ratio (DER) Terhadap Return Saham Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

7 135 69

Analisis Relevansi Dividend Yield dan Earning Per Share Terhadap Penilaian Harga Saham Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI

2 67 127

Analisis Pengaruh Earning Per Share (EPS), Dividend Per Share (DPS), Price/Earning Ratio (PER) dan Dividend Payout Ratio (DPR) terhadap Harga Saham pada Perusahaan yang Terdaftar dalam Indeks LQ45 di Bursa Efek Indonesia (BEI)

3 63 94

Pengaruh Komponen Laporan Arus Kas Dan Dividen Payout Ratio Terhadap Return Saham Dengan Earning Per Share Sebagai Variabel Moderating Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia

1 39 114

Analisis Pengaruh Earning Per Share, Dividend Per Share dan Pertumbuhan Penjualan Terhadap Harga Saham Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2006-2009.

0 47 93

Analisis Pengaruh Rasio Hutang Terhadap Earning Per Share (EPS) Pada Perusahaan Properti Yang Terdaftar Di BEI

7 54 86

Pengaruh Earning Per Share dan Dividend Per Share terhadap Harga Saham pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

12 85 93

PENGARUH DIVIDEND PAYOUT RATIO (DPR), EARNING PER SHARE (EPS) TERHADAP HARGA SAHAM PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 0 77