Pengaruh Earning Per Share (Eps), Current Ratio (Cr), Debt To Equity Ratio (Der), Dan Total Asset Turn Over (Tato) Terhadap Harga Saham (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2013)

(1)

SKRIPSI

PENGARUH EARNING PER SHARE (EPS), CURRENT RATIO (CR),

DEBT TO EQUITY RATIO (DER), DAN TOTAL ASSET TURN OVER (TATO) TERHADAP HARGA SAHAM

(Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

Periode 2011-2013)

Oleh:

NADIA NURRAIHAN 110503177

PROGRAM STUDI S-1 AKUNTANSI DEPARTEMEN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2015


(2)

i

PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul ”Pengaruh Earning Per Share (EPS), Current Ratio (CR), Debt to Equity Ratio (DER), dan Total Asset Turn Over (TATO) terhadap Harga Saham (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2013)” adalah benar hasil karya tulis saya sendiri yang disusun sebagai tugas akademik guna menyelesaikan beban akademik pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari perusahaan atau lembaga, dan/atau saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapat izin, dan/atau dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.

Apabila kemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan plagiat dalam skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Medan, 16 April 2015 Yang membuat pernyataan,

Nadia Nurraihan NIM : 110503177


(3)

ii

ABSTRAK

PENGARUH EARNING PER SHARE (EPS), CURRENT RATIO (CR),

DEBT TO EQUITY RATIO (DER), DAN TOTAL ASSET TURN OVER (TATO) TERHADAP HARGA SAHAM

(Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

Periode 2011-2013)

Dalam membeli saham, investor perlu melakukan pertimbangan mengenai harga saham perusahaan. Harga saham mencerminkan kinerja perusahaan. Untuk mengukur kinerja perusahaan, investor dapat menganalisis informasi keuangan yang terdapat dalam laporan keuangan untuk membuat keputusan investasi. Analisis rasio dapat digunakan untuk menganalisis laporan keuangan sehingga dapat diketahui kekuatan dan kelemahan perusahaan.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh informasi keuangan perusahaan terhadap harga saham. Variabel EPS (Rasio Laba per Lembar Saham), CR (Rasio lancar), DER (Rasio Utang terhadap Ekuitas), dan TATO (Rasio Perputaran Total Aset) digunakan sebagai indikator informasi keuangan.

Penelitian ini merupakan penelitian eksplanatif asosiatif yang variabelnya bersifat kausalitas. Sampel penelitian ini adalah 67 perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI yang dipilih dengan metode purposive sampling. Data yang digunakan bersifat data panel, dan diambil dari laporan keuangan tahunan perusahaan manufaktur dari tahun 2011-2013. Pengujian hipotesis dilakukan dengan metode statistik melalui analisis regresi linier berganda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa EPS berpengaruh secara parsial terhadap harga saham dan hasil ini sejalan dengan teori sinyal. Sedangkan CR, DER, dan TATO tidak berpengaruh secara parsial terhadap harga saham. EPS, CR, DER, dan TATO berpengaruh secara simultan terhadap harga saham.

Kata Kunci : Laba per Lembar Saham, Rasio lancar, Rasio Utang terhadap Ekuitas, Perputaran Total Aset, Harga Saham, Teori Sinyal, Regresi Linier Berganda.


(4)

iii ABSTRACT

THE IMPACT OF EARNING PER SHARE (EPS), CURRENT RATIO (CR), DEBT TO EQUITY RATIO (DER), AND TOTAL ASSET

TURN OVER (TATO) ON STOCK PRICE

(Empirical Study on Manufacturing Companies Listed in Indonesia Stock Exchange at the year of 2011-2013)

When buying stock, investors needed to consider about company’s stock price. Stock price reflected company’s performance. To measure company’s performance, investors could analyze financial information in financial report to make investment decisions. Ratio analysis could be used to analyze financial report so investors could know about strengthness and weakness of company.

This research aimed to determine the impact of financial information on stock price simultaneously and partially. EPS (Earning Per Share), CR (Current Ratio), DER (Debt to Equity Ratio), and TATO (Total Asset Turn Over) were the variables that used as the indicator of company’s financial information.

This research was an associative explanation research where the variables had causality characteristic. The 67 manufacturing industry companies that listed in BEI were the sample of this research. They were chosen by purposive sampling method. Panel data were used in this research, it was obtained from the manufacturing industry company’s financial statement at the year of 2011-2013. Statistic method through multiple linier regressions was used in hypothesis testing.

The result showed that EPS partially has impact on stock price, and it was consistent with signalling theory. On the other hand, CR, DER, and TATO partially have no impact on impact to stock price. EPS, CR, DER, and TATO have impact simultaneously on stock price.

Keywords : Earning Per Share, Current Ratio, Debt to Equity Ratio, Total Asset Turn Over, Stock Price, Signalling Theory, Multiple Regression Linier.


(5)

iv

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat dan karuniaNya sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi yang berjudul ”Pengaruh Earning Per Share (EPS), Current Ratio (CR), Debt to Equity Ratio

(DER), dan Total Asset Turn Over (TATO) terhadap Harga Saham (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2013)”.

Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat dalam meraih gelar sarjana ekonomi pada Universitas Sumatera Utara. Selama penulisan dan penyusunan skripsi ini penulis banyak mendapatkan dukungan, bimbingan, dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec. Ac., Ak., CA selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Dr. Syafruddin Ginting Sugihen, MAFIS., Ak., CPA dan Bapak Drs. Hotmal Jafar, M.M., Ak., selaku Ketua dan Sekretaris Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Firman Syarif, S.E., M.Si., Ak., dan Ibu Dra. Mutia Ismail, S.E., M.M., Ak., selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Drs. M. Zainul Bahri Torong, M.Si., Ak., selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Serta Bapak Drs. Chairul Nazwar, M.Si., Ak.,


(6)

v selaku dosen penguji dan Bapak Keulana Erwin, S.E., M.Si., Ak., selaku dosen pembanding yang telah banyak memberikan arahan bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Kedua orangtua penulis, terima kasih atas doa, dukungan, dan kasih sayang yang telah diberikan. Skripsi ini ananda persembahkan sebagai wujud pengabdian yang tulus untuk Mama dan Papa. Teruntuk ketiga saudara penulis, terima kasih atas dukungan, perhatian dan doa yang telah diberikan. 6. Para sahabat dan rekan-rekan mahasiswa S1 Akuntansi yang telah banyak

mendukung penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, terimakasih atas kebersamaannya, semoga dapat menyelesaikan studi dengan baik dan sukses di kemudian hari.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan dari para pembaca untuk penulisan selanjutnya. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembacanya.

Medan, 16 April 2015 Penulis,

NADIA NURRAIHAN NIM : 110503177


(7)

vi

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 10

1.3 Tujuan Penelitian ... 11

1.4 Manfaat Penelitian ... 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori ... 13

2.1.1 Harga Saham ... 13

2.1.2 Earning Per Share (EPS) ... 19

2.1.3 Current Ratio (CR) ... 21

2.1.4 Debt to Equity Ratio (DER) ... 22

2.1.5 Total Asset Turn Over (TATO) ... 23

2.2 Penelitian Terdahulu ... 24

2.3 Kerangka Konseptual ... 30

2.3.1 Pengaruh EPS terhadap Harga Saham ... 31

2.3.2 Pengaruh CR terhadap Harga Saham ... 31

2.3.3 Pengaruh DER terhadap Harga Saham ... 32

2.3.4 Pengaruh TATO terhadap Harga Saham ... 33

2.3.5 Pengaruh EPS, CR, DER, dan TATO terhadap Harga Saham ... 34

2.4 Hipotesis Penelitian ... 34

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 35

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 35

3.3 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Penelitian ... 36

3.4 Populasi dan Sampel Penelitian... 38

3.5 Jenis Data dan Sumber Data ... 39

3.6 Metode Pengumpulan Data ... 40

3.7 Metode Analisis Data ... 40

3.7.1 Statistik Deskriptif ... 40

3.7.2 Uji Asumsi Klasik ... 41


(8)

vii

3.7.2.2 Uji Multikolinearitas ... 41

3.7.2.3 Uji Heteroskedastisitas ... 42

3.7.2.4 Uji Autokorelasi ... 42

3.7.3 Uji Hipotesis ... 43

3.7.3.1 Uji Statistik t (Uji Signifikansi Individual) ... 44

3.7.3.2 Uji Statistik F (Uji Signifikansi Simultan) ... 44

3.7.3.3 Uji R2 (Koefisien Determinasi) ... 45

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Data Penelitian... 46

4.2 Statistik Deskriptif ... 53

4.3 Uji Asumsi Klasik ... 59

4.3.1 Uji Normalitas ... 59

4.3.2 Uji Multikolinearitas ... 63

4.3.3 Uji Heteroskedastisitas ... 64

4.3.4 Uji Autokorelasi ... 66

4.4 Uji Hipotesis ... 70

4.5 Pembahasan Hasil Penelitian ... 73

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 79

5.2 Keterbatasan Penelitian ... 79

5.3 Saran ... 80


(9)

viii

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman

2.1 Penelitian Terdahulu ... 28

3.1 Operasionalisasi Variabel ... 38

4.1 Daftar Variabel Penelitian Tahun 2011 ... 47

4.2 Daftar Variabel Penelitian Tahun 2012 ... 49

4.3 Daftar Variabel Penelitian Tahun 2013 ... 51

4.4 Statistik Deskriptif Aset Lancar ... 53

4.5 Statistik Deskriptif Total Aset ... 54

4.6 Statistik Deskriptif Utang Lancar ... 54

4.7 Statistik Deskriptif Total Utang ... 55

4.8 Statistik Deskriptif Total Ekuitas ... 56

4.9 Statistik Deskriptif Penjualan Bersih... 56

4.10 Statistik Deskriptif Laba Bersih ... 57

4.11 Statistik Deskriptif Jumlah Saham Beredar ... 57

4.12 Statistik Deskriptif Variabel Penelitian ... 58

4.13 Uji Normalitas Sebelum Transformasi Data ... 60

4.14 Uji Normalitas Setelah Transformasi Data... 61

4.15 Uji Multikolinearitas ... 64

4.16 Uji Heteroskedastisitas dengan Menggunakan Uji Glejser ... 66

4.17 Uji Autokorelasi dengan menggunakan Durbin-Watson ... 67

4.18 Uji Autokorelasi dengan menggunakan Run Test ... 67

4.19 Hasil Analisis Regresi Linear Berganda dan Uji t ... 68

4.20 Hasil Uji F ... 71


(10)

ix

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman

2.1 Kerangka Pemikiran Penelitian ... 30

4.1 Grafik Histogram ... 62

4.2 Normal P-P Plot ... 63


(11)

x

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Judul Halaman

1 Jadwal Penelitian ... 85

2 Pemilihan Sampel Penelitian ... 86

3 Daftar Sampel Penelitian ... 89


(12)

ii

ABSTRAK

PENGARUH EARNING PER SHARE (EPS), CURRENT RATIO (CR),

DEBT TO EQUITY RATIO (DER), DAN TOTAL ASSET TURN OVER (TATO) TERHADAP HARGA SAHAM

(Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

Periode 2011-2013)

Dalam membeli saham, investor perlu melakukan pertimbangan mengenai harga saham perusahaan. Harga saham mencerminkan kinerja perusahaan. Untuk mengukur kinerja perusahaan, investor dapat menganalisis informasi keuangan yang terdapat dalam laporan keuangan untuk membuat keputusan investasi. Analisis rasio dapat digunakan untuk menganalisis laporan keuangan sehingga dapat diketahui kekuatan dan kelemahan perusahaan.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh informasi keuangan perusahaan terhadap harga saham. Variabel EPS (Rasio Laba per Lembar Saham), CR (Rasio lancar), DER (Rasio Utang terhadap Ekuitas), dan TATO (Rasio Perputaran Total Aset) digunakan sebagai indikator informasi keuangan.

Penelitian ini merupakan penelitian eksplanatif asosiatif yang variabelnya bersifat kausalitas. Sampel penelitian ini adalah 67 perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI yang dipilih dengan metode purposive sampling. Data yang digunakan bersifat data panel, dan diambil dari laporan keuangan tahunan perusahaan manufaktur dari tahun 2011-2013. Pengujian hipotesis dilakukan dengan metode statistik melalui analisis regresi linier berganda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa EPS berpengaruh secara parsial terhadap harga saham dan hasil ini sejalan dengan teori sinyal. Sedangkan CR, DER, dan TATO tidak berpengaruh secara parsial terhadap harga saham. EPS, CR, DER, dan TATO berpengaruh secara simultan terhadap harga saham.

Kata Kunci : Laba per Lembar Saham, Rasio lancar, Rasio Utang terhadap Ekuitas, Perputaran Total Aset, Harga Saham, Teori Sinyal, Regresi Linier Berganda.


(13)

iii ABSTRACT

THE IMPACT OF EARNING PER SHARE (EPS), CURRENT RATIO (CR), DEBT TO EQUITY RATIO (DER), AND TOTAL ASSET

TURN OVER (TATO) ON STOCK PRICE

(Empirical Study on Manufacturing Companies Listed in Indonesia Stock Exchange at the year of 2011-2013)

When buying stock, investors needed to consider about company’s stock price. Stock price reflected company’s performance. To measure company’s performance, investors could analyze financial information in financial report to make investment decisions. Ratio analysis could be used to analyze financial report so investors could know about strengthness and weakness of company.

This research aimed to determine the impact of financial information on stock price simultaneously and partially. EPS (Earning Per Share), CR (Current Ratio), DER (Debt to Equity Ratio), and TATO (Total Asset Turn Over) were the variables that used as the indicator of company’s financial information.

This research was an associative explanation research where the variables had causality characteristic. The 67 manufacturing industry companies that listed in BEI were the sample of this research. They were chosen by purposive sampling method. Panel data were used in this research, it was obtained from the manufacturing industry company’s financial statement at the year of 2011-2013. Statistic method through multiple linier regressions was used in hypothesis testing.

The result showed that EPS partially has impact on stock price, and it was consistent with signalling theory. On the other hand, CR, DER, and TATO partially have no impact on impact to stock price. EPS, CR, DER, and TATO have impact simultaneously on stock price.

Keywords : Earning Per Share, Current Ratio, Debt to Equity Ratio, Total Asset Turn Over, Stock Price, Signalling Theory, Multiple Regression Linier.


(14)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Dalam upaya menambah dana untuk melakukan kegiatan operasionalnya, perusahaan yang sudah go public dapat menjual sahamnya kepada para investor. Saham tersebut dijual di pasar modal. Dalam membeli saham, investor perlu melakukan pertimbangan. Salah satu pertimbangan tersebut adalah harga saham. Harga saham merupakan aspek penting bagi perusahaan karena harga saham mencerminkan prestasi suatu perusahaan. Prestasi perusahaan direfleksikan melalui kinerja perusahaan yang meningkat. Perkembangan harga saham akan searah dengan peningkatan kinerja perusahaan. Harga saham juga menunjukkan nilai perusahaan, karena memaksimumkan nilai perusahaan berarti memaksimumkan kekayaan pemegang saham. Semakin tinggi nilai perusahaan maka semakin tinggi pula harga saham perusahaan tersebut. Harga saham yang terlalu tinggi akan menyulitkan investor untuk membeli saham perusahaan (emiten) namun harga saham yang rendah sering dianggap jika kinerja emiten menurun.

Harga saham merupakan indikator adanya keberhasilan manajemen dalam mengelola perusahaan. Jika harga saham suatu perusahaan selalu mengalami kenaikan, maka investor akan menilai bahwa perusahaan berhasil dalam mengelola usahanya. Hal itu akan menambah kepercayaan investor sehingga meningkatkan permintaan terhadap harga saham. Semakin banyak permintaan


(15)

2 terhadap saham emiten maka akan menaikkan harga saham emiten tersebut. Harga saham yang tinggi akan menaikkan nilai emiten.

Sebelum melakukan investasi, para investor perlu mengetahui saham mana yang dapat memberikan keuntungan paling besar bagi dana yang diinvestasikannya. Investor tidak akan sembarangan memilih saham yang akan dibeli karena banyak aspek yang harus dianalisis. Dalam kegiatan analisis saham, para investor memerlukan informasi-informasi yang memadai melalui laporan keuangan perusahaan. Keuntungan yang diperoleh investor dari penanaman modal saham dapat berasal dari laba perusahaan yang dibagikan (dividen) dan capital gain. Peningkatan maupun penurunan harga saham dipengaruhi faktor internal dan faktor eksternal. Putra (2010:4) mengemukakan bahwa faktor eksternal yang mempengaruhi harga saham adalah tingkat perkembangan inflasi, nilai tukar atau kurs rupiah, keadaan perekonomian, dan kondisi sosial politik negara yang bersangkutan.

Faktor eksternal berupa krisis ekonomi terjadi pada tahun 1998. Krisis yang semula hanya berawal dari krisis nilai tukar Baht di Thailand pada 2 Juli 1997, dalam tahun 1998 berkembang menjadi krisis total yang melumpuhkan nyaris seluruh sendi-sendi kehidupan bangsa. Pada awal tahun 1998, Rupiah terjun hampir mencapai Rp 17.000 per Dolar AS, meningkat dari kisaran Rp 4.850 per Dolar AS pada akhir 1997. Anjloknya Rupiah menyebabkan kondisi pasar uang dan pasar modal menurun. Ratusan perusahaan, mulai dari skala kecil hingga konglomerat bertumbangan. Sekitar 70 persen lebih perusahaan yang tercatat di pasar modal juga insolvent atau bangkrut. Sektor yang paling terpukul terutama


(16)

3 adalah sektor konstruksi, manufaktur, dan perbankan, sehingga menyebabkan pemutusan hubungan kerja (PHK). Di pasar modal, IHSG anjlok ke titik terendah, 292,12 poin pada tahun 1998 dari 467,339 pada semester satu tahun 1997 (www.merdeka.com, diakses pada 15 November 2014).

Indonesia juga harus dihadapkan lagi dengan krisis ekonomi global tahun 2008. Krisis yang sebenarnya bermula dari krisis ekonomi Amerika Serikat yang menyebar ke negara lain di seluruh dunia membawa dampak buruk bagi banyak perusahaan. Berbagai pasar modal di seluruh dunia juga ikut anjlok akibat krisis global ini. Kinerja IHSG merupakan salah satu yang terburuk di bursa Asia. Berdasarkan data 30 Desember 2008, dibandingkan beberapa bursa utama Asia, penurunan IHSG terburuk kedua setelah Shanghai. IHSG terpuruk 50,75 persen menjadi 1.352,23, sedangkan Shanghai anjlok 65,16 persen ke level 1.832,91 (www.viva.co.id, diakses pada 15 November 2014).

Indonesia yang merupakan negara yang masih sangat bergantung dengan aliran dana investor asing, akibat krisis global membuat para investor asing tersebut menarik dananya dari Indonesia. Hal ini yang mengakibatkan jatuhnya nilai rupiah. Aliran dana asing yang tadinya akan digunakan untuk pembangunan ekonomi dan untuk menjalankan perusahaan-perusahaan hilang, banyak perusahaan menjadi tidak berdaya, yang pada ujungnya negara kembalilah yang harus menanggung hutang perbankan dan perusahaan swasta. Hal ini membuktikan besarnya dampak yang diakibatkan krisis global terhadap pasar modal dunia (elsaryan.wordpress.com, diakses pada 15 November 2014).


(17)

4 Pasar modal memiliki posisi yang sangat penting dan vital dalam perkembangan perekonomian Indonesia (Sihombing, 2010). Negara industri maju dan berkembang ditandai dengan adanya pasar modal yang tumbuh dan berkembang. Dari angka IHSG, kondisi perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia bisa dilihat. Merosotnya harga IHSG secara tajam mengindikasikan jika sebuah negara sedang mengalami krisis ekonomi.

Budiman (2007) dalam Rusli (2011:2) mengemukakan bahwa perusahaan tidak dapat mengendalikan faktor eksternal karena faktor tersebut terjadi diluar kendali perusahaan. Namun perusahaan dapat mengendalikan faktor internal agar harga saham tidak turun. Faktor internal yang mempengaruhi harga saham adalah keputusan manajemen, kebijakan internal manajemen dan kinerja perusahaan.

Brigham dan Houston (2010:7) berpendapat bahwa memaksimumkan kekayaan pemegang saham dapat diterjemahkan menjadi memaksimalkan harga saham biasa perusahaan. Hal itu dapat terlihat dari harga saham yang terus mengalami peningkatan karena kinerja perusahaan yang semakin meningkat pula. Salah satu cara yang untuk mengukur kinerja atau prestasi perusahaan adalah dengan analisis rasio keuangan. Analisis rasio merupakan alat yang digunakan untuk membantu menganalisis laporan keuangan perusahaan sehingga dapat diketahui kekuatan dan kelemahan suatu perusahaan. Rasio-rasio yang dikemukakan Brigham dan Houston (2010 :134) terdiri atas rasio likuiditas, rasio manajemen aset, rasio manajemen utang (leverage), rasio profitabilitas, dan rasio nilai pasar. Dengan menginterpretasikan hasil dari rasio-rasio keuangan dan pengaruhnya terhadap harga saham perusahaan akan membantu perusahaan dalam


(18)

5 menentukan kebijakan yang paling tepat untuk dilakukan sehingga tujuan perusahaan untuk memaksimumkan kekayaan pemegang saham dapat tercapai melalui peningkatan harga saham.

Perusahaan selalu berusaha untuk memaksimumkan nilai perusahaan dan kekayaan pemegang saham melalui pencapaian laba yang optimal. Dalam hal ini salah satu indikator dalam mengukur optimalisasi laba perusahaan adalah melalui rasio profitabilitas. Rasio profitabilitas yang dikemukakan oleh Harahap (2007:304) adalah rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuan, dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang, dan sebagainya. Salah satu variabel untuk menentukan harga saham melalui rasio ini adalah

Earning Per Share (EPS), yaitu rasio yang membandingkan antara laba bersih setelah pajak dengan jumlah lembar saham yang beredar. Apabila EPS perusahaan tinggi, akan semakin banyak investor yang mau membeli saham tersebut sehingga menyebabkan harga saham akan tinggi (Fara Dharmastuti, 2004 dalam Patriawan, 2011:17).

Penelitian mengenai pengaruh EPS terhadap harga saham dilakukan oleh Wang, et al. (2013) yang menemukan bahwa EPS berpengaruh signifikan terhadap harga saham dan memiliki pengaruh yang paling dominan dalam mempengaruhi harga saham. Hal ini bertolak belakang dengan hasil penelitian Rusli (2011) yang mengungkapkan bahwa EPS tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham.


(19)

6 Likuiditas adalah rasio yang menunjukkan atau mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya yang sudah jatuh tempo, baik kewajiban kepada pihak luar perusahaan maupun di dalam perusahaan (Kasmir, 2008:129). Salah satu jenis rasio dari likuiditas adalah Current Ratio (CR) yang dihitung dengan membandingkan aset lancar dengan utang lancar. CR yang tinggi mengindikasikan bahwa perusahaan sudah mampu membayar utangnya kepada kreditor. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan perusahaan dalam memenuhi kebutuhan operasionalnya termasuk modal kerja sudah baik sehingga akan meningkatkan kinerja perusahaan yang berdampak pada harga saham yang meningkat.

Penelitian mengenai pengaruh CR terhadap harga saham dilakukan oleh Wang, et al. (2013) dan Azianur dan Abdurrahman (2012) yang menemukan bahwa CR berpengaruh terhadap harga saham. Hal ini bertolak belakang dengan hasil penelitian Putra, et al. (2013) dan Rusli (2011) yang mengungkapkan bahwa CR tidak berpengaruh terhadap harga saham.

Perusahaan dalam kegiatan operasinya membutuhkan tambahan dana untuk memperlancar jalannya aktivitas usaha. Dilihat dari sumber dana berasal, terdapat dua macam sumber pendanaan, yaitu sumber pendanaan dari dalam dan sumber dari pendanaan luar. Pilihan dalam memutuskan sumber pendanaan ini disebut dengan kebijakan pendanaan. Salah satu alternatif kebijakan pendanaan adalah dengan leverage keuangan (pendanaan dengan utang). Shandieko (2009:40) menyatakan bahwa leverage menggambarkan tentang seberapa besar kebutuhan dana perusahaan yang dibiayai oleh utang. Rasio ini


(20)

7 bisa ditentukan oleh angka Debt Equity Ratio (DER), yang dihitung dengan membandingkan total utang dengan total ekuitas. DER yang tinggi mengindikasikan bahwa utang perusahaan memiliki jumlah yang besar. Tentu dengan memiliki utang yang besar, artinya perusahaan juga memiliki beban bunga yang tinggi. Hal ini akan menyebabkan laba perusahaan menurun. Padahal laba menjadi hal penting bagi pemegang saham karena laba menentukan jumlah dividen yang diterima pemegang saham. Selain itu rasio utang yang semakin tinggi akan meningkatkan risiko perusahaan juga. Hal ini akan menjadi pertimbangan investor untuk membeli saham sehingga dapat memengaruhi harga saham.

Penelitian mengenai pengaruh DER terhadap harga saham dilakukan oleh Prasetyo (2013) yang menunjukkan bahwa DER berpengaruh signifikan positif terhadap harga saham. Hal itu bertolak belakang dengan yang dikemukakan oleh Sasono (2012) yang memberikan hasil bahwa DER tidak mempunyai pengaruh terhadap harga saham.

Brigham dan Houston (2010:136) mengemukakan bahwa rasio manajemen aset (asset management ratio) mengukur seberapa efektif perusahaan mengelola asetnya. Salah satu variabel untuk menentukan harga saham melalui rasio ini adalah Total Asset Turnover (TATO) yang dihitung dengan membandingkan penjualan bersih dengan total aset dalam suatu periode. TATO yang tinggi mengindikasikan bahwa perusahaan sudah menggunakan asetnya secara efektif. Efektivitas tersebut akan meningkatkan operasi perusahaan sehingga dapat menaikkan kinerja perusahaan yang selanjutnya berdampak pada harga saham.


(21)

8 Penelitian mengenai pengaruh TATO terhadap harga saham dilakukan oleh Putra, et al. (2013) dan menunjukkan hasil bahwa TATO berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham sedangkan penelitian yang dilakukan Azianur dan Abdurrahman (2012) menunjukkan hasil bahwa TATO tidak berpengaruh terhadap harga saham.

Penelitian ini menggunakan perusahaan manufaktur karena jumlah perusahaan manufaktur terbanyak di Bursa Efek Indonesia sehingga diharapkan dapat menghasilkan kesimpulan yang representatif. Selain itu perusahaan manufaktur adalah sektor yang mengalami pertumbuhan lebih dari 5% di tahun 2011. Hal ini terlihat dari kinerja ekspornya dan juga kontribusinya dalam pertumbuhan ekonomi nasional yang meningkat. Tahun 2010 industri manufaktur hanya meningkat sebesar 3,67 dari tahun sebelumnya. Industri manufaktur selama ini mengalami ancaman deindustrialisasi karena banyaknya pabrik tua yang sudah tidak kompetitif dan kurangnya minat investasi. Semenjak krisis moneter yang terjadi pada tahun 1998 industri manufaktur belum sepenuhnya bisa pulih kembali jika dilihat dari pertumbuhan sektor ini yang rata-rata kurang dari 5% per tahun. Baru pada tahun 2011 sektor industri manufaktur mulai menunjukkan kebangkitan seperti yang ditunjukkan oleh pertumbuhan PDB yang mencapai 6,2% dan pertumbuhan ekspor yang mencapai 24,6% manufaktur tumbuh sebesar 6,4% yang artinya industri ini menyumbang 20,8% atau sekitar Rp 1.714,3 triliun terhadap pendapatan domestik bruto nasional


(22)

9 indonesia, diakses pada 3 Maret 2015). Sedangkan pada tahun 2013, industri manufaktur tumbuh 5,64% yang ditopang oleh industri logam dasar

Dalam penelitian ini, faktor-faktor yang dipilih yaitu Earning Per Share

(EPS), Current Ratio (CR), Debt to Equity Ratio (DER), dan Total Asset Turnover

(TATO).

Pemilihan variabel dalam penelitian ini mengacu pada penelitian terdahulu karena adanya perbedaan hasil penelitian diantara beberapa variabel, diantaranya perbedaan hasil variabel EPS, CR, DER, dan TATO. Penelitian ini bertujuan untuk melanjutkan penelitian terdahulu dengan objek penelitian, variabel penelitian, dan periode penelitian yang dikembangkan. Perbedaan penelitian Wang et al. (2013) dengan penelitian ini terdapat dalam variabel penelitian dimana penelitian ini tidak menggunakan variabel ROE, NPPOR, QR, ARR, dan IR namun menambahkan variabel DER dan TATO serta objek dan periode penelitian juga berbeda. Penelitian ini tidak menggunakan DAR dan GPM seperti penelitian yang dilakukan Prasetyo (2013) namun menambahkan variabel EPS, CR, dan TATO, selain itu periode penelitian juga berbeda. Perbedaan penelitian Putra et al. (2013) dengan penelitian ini terdapat dalam variabel penelitian dimana penelitian ini tidak menggunakan variabel ROI dan ROE namun menambahkan variabel EPS dan DER. Objek penelitiannya juga berbeda.

Penelitian ini juga tidak menggunakan variabel NPM dan Equity Multiplier


(23)

10 variabel EPS dan DER. Selain itu, objek dan periode penelitian juga berbeda. Perbedaan penelitian Sasono (2012) dengan penelitian ini terdapat dalam variabel penelitian dimana penelitian ini tidak menggunakan variabel NPM dan ROE namun menambahkan variabel TATO dan objek serta periode penelitian juga berbeda. Penelitian ini menambahkan variabel DER dan TATO yang membedakan dari penelitian Rusli(2013).

Berdasarkan latar belakang di atas, saya tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul: “PENGARUH EARNING PER SHARE (EPS), CURRENT RATIO (CR), DEBT TO EQUITY RATIO (DER), DAN TOTAL ASSET TURN OVER (TATO) TERHADAP HARGA SAHAM (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2013)”.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya, maka perumusan masalah yang diambil sebagai dasar kajian dalam penelitian yang dilakukan adalah: “Apakah Earning Per Share (EPS), Current Ratio (CR), Debt to Equity Ratio (DER), dan Total Asset Turnover (TATO) berpengaruh secara parsial dan simultan terhadap harga saham pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2011-2013?”


(24)

11

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk menguji dan mengetahui pengaruh Earning per Share (EPS), Current Ratio

(CR), Debt to Equity Ratio (DER), dan Total Asset Turnover (TATO) secara parsial dan simultan terhadap harga saham pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2011-2013.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut: 1. Bagi Peneliti

Penelitian ini bermanfaat untuk menambah wawasan dan pengetahuan peneliti tentang pengaruh Earning per Share (EPS), Current Ratio (CR),

Debt to Equity Ratio (DER), dan Total Asset Turnover (TATO) terhadap harga saham.

2. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan dan referensi untuk penelitian selanjutnya, khususnya mengenai kegunaan analisis rasio keuangan untuk menilai kinerja perusahaan dalam memaksimumkan nilai perusahaan melalui peningkatan harga saham.

3. Bagi Emiten

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi emiten sebagai pertimbangan dalam melakukan perbaikan atau peningkatan kinerja perusahaan dan menerapkan alat ukur kinerja perusahaan yang dapat


(25)

12 mencerminkan nilai perusahaan dengan tepat dan memaksimumkan harga saham.

4. Bagi Investor

Penelitian ini dapat digunakan sebagai input dalam melakukan pengambilan keputusan investasi bagi investor untuk memperkecil risiko investor dalam pembelian saham.


(26)

13

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori 2.1.1 Harga Saham

Salah satu sumber dana perusahaan adalah penjualan saham. Saham adalah surat berharga yang dikeluarkan oleh sebuah perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas. Saham berupa selembar kertas yang menyatakan bahwa pemilik kertas adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan surat berharga tersebut. Saham dikeluarkan oleh perusahaan yang telah go public yang kemudian dijual di pasar modal dalam rangka penghimpunan dana untuk perluasan usaha perusahaan tersebut. Nilai pasar saham ditentukan oleh banyak faktor, seperti kondisi pasar, isu dalam pasar modal, persepsi investor terhadap perusahaan dan kondisi keuangan perusahaan.

Nilai-nilai yang terdapat dalam saham yang dikemukakan oleh Harmono (2011:56) yaitu:

a. Nilai Nominal

Nilai nominal suatu saham adalah nilai kewajiban yang ditetapkan untuk tiap-tiap lembar saham. Kepentingannya berkaitan dengan hukum. Untuk saham yang tidak mempunyai nilai nominal, dewan direksi umumnya menetapkan nilai sendiri per lembar.

b. Nilai Buku

Nilai buku menunjukkan aktiva bersih per lembar saham yang dimiliki oleh pemegang saham dengan memiliki satu lembar saham. Nilai buku adalah nilai saham menurut pembukuan perusahaan.


(27)

14 c. Nilai Pasar

Nilai pasar adalah harga yang ditentukan oleh pasar pada saat tertentu. Nilai ini ditentukan oleh permintaan dan penawaran saham yang bersangkutan di pasar bursa.

d. Nilai Intrinsik

Nilai intrinsik adalah nilai saham yang sebenarnya. Maksudnya adalah harga saham di pasar mencerminkan nilai sebenarnya dari perusahaan.

Keuntungan yang diperoleh dalam investasi saham berasal dari: 1. Dividen

Dividen adalah sebagian laba perusahaan yang dibagikan kepada pemegang saham. Dividen merupakan daya tarik bagi pemegang saham dengan orientasi jangka panjang. Besar kecilnya pembagian dividen ditentukan dalam RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham). Dividen yang dibagikan perusahaan dapat berupa dividen tunai atau dividen saham.

2. Capital Gain

Capital Gain merupakan keuntungan yang diperoleh dari kenaikan harga saham sebagai selisih antara harga beli dan harga jual. Capital gain terbentuk oleh aktivitas perdagangan saham di pasar sekunder. Umumnya pemegang saham dengan orientasi jangka pendek menginginkan capital gain.

Harga saham merupakan nilai sekarang dari arus kas yang akan diterima oleh pemilik saham dikemudian hari. Harga pasar saham terbentuk melalui mekanisme permintaan dan penawaran dipasar modal.


(28)

15 Harga saham adalah uang yang dikeluarkan untuk memperoleh bukti penyertaan atau pemilikan suatu perusahaan (Anoraga, 2006:100). Lubis (2008:60) mengemukakan bahwa harga pasar saham adalah harga jual dari investor satu dengan investor lainnya yang terjadi setelah saham dicatat di Bursa.

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa harga saham adalah harga saham emiten pada bursa saham yang ditentukan oleh penawaran dan permintaan pelaku pasar yang merupakan nilai sekarang dari arus kas yang akan diterima pemilik saham pada masa yang akan datang. Saham biasanya diperdagangkan di lantai bursa dengan harga pasar yang akan berbeda-beda pada tiap-tiap waktunya, hal ini akan berkaitan dengan nilai dari suatu saham tersebut. Harga saham yang digunakan dalam penelitian ini adalah harga penutupan saham masing-masing perusahaan manufaktur yaitu tanggal 31 Desember.

Faktor-faktor yang mempengaruhi harga saham menurut Weston dan Brigham (2001: 26) yaitu:

1. Laba per lembar saham (EPS)

Semakin tinggi EPS yang diberikan perusahaan akan memberikan pengembalian yang cukup baik. Ini akan mendorong investor untuk melakukan investasi yang lebih besar lagi.

2. Tingkat bunga

Tingkat bunga dapat mempengaruhi persaingan di pasar modal antara saham dengan obligasi, apabila suku bunga naik maka investor akan menjual sahamnya untuk ditukarkan dengan obligasi dan mempengaruhi laba perusahaan.

3. Jumlah kas dividen yang diberikan

Peningkatan pembagian dividen merupakan salah satu cara untuk meningkatkan kepercayaan dari pemegang saham karena


(29)

16 jumlah kas dividen yang besar adalah yang diinginkan oleh investor sehingga harga saham naik.

4. Jumlah laba yang diperoleh perusahaan

Investor melakukan investasi pada perusahaan yang mempunyai laba yang cukup baik karena akan menunjukkan prospek yang baik.

5. Tingkat risiko dan pengembalian

Semakin tinggi risiko maka semakin tinggi pula tingkat pengembalian saham yang diterima.

Analisis yang sering digunakan untuk menilai suatu saham yaitu: a. Analisis fundamental, yaitu analisis yang menggunakan

indikator-indikator perusahaan untuk melakukan analisa harga saham sebuah perusahaan dalam upaya untuk memprediksi gambaran perusahaan di masa depan. Keputusan investasi saham dari seorang pemodal yang rasional didahului oleh suatu proses analisis terhadap variabel yang diperkirakan akan mempengaruhi harga suatu saham. Hal ini disebabkan karena harga saham mewakili nilai perusahaan dan kemampuan perusahaan dalam meningkatkan kesejahteraan pemegang saham. Shidiq (2012:29) menyatakan bahwa analisis faktor fundamental didasarkan pada analisis keuangan yang tercermin dalam rasio-rasio keuangan, yaitu rasio likuiditas, manajemen aset, manajemen utang, profitabilitas, dan nilai pasar.

b. Analisis teknikal, yaitu analisis yang menggunakan data-data pasar seperti kondisi perdagangan saham, permintaan dan penawaran harga saham, fluktuasi kurs, dan volume transaksi di masa lalu. Oleh karena itu, para analis teknikal cenderung memperhatikan pergerakan harga saham di bursa dibanding mengamati laporan keuangan. Analis


(30)

17 teknikal mempelajari pola pikir atau perilaku pihak-pihak yang terlibat di bursa dan dari hasil analisa tersebut mereka memprediksi arah pergerakan harga saham tersebut melalui data-data yang tersaji dalam bentuk grafik.

Teori tentang harga saham meliputi:

1. Teori Sinyal (Signalling Theory)

Besley dan Brigham (2008:517) menyatakan bahwa sinyal adalah sebuah tindakan yang diambil oleh manajemen perusahaan yang memberikan petunjuk kepada investor tentang bagaimana manajemen memandang prospek perusahaan. Teori sinyal menunjukkan bahwa perusahaan akan memberikan sinyal melalui tindakan dan komunikasi.

Teori sinyal menyatakan bahwa perusahaan memiliki kelebihan informasi dibandingkan dengan pihak luar dan mereka menggunakan ukuran tertentu menyiratkan kualitas perusahaan (Gumanti, 2009). Teori ini mendorong perusahaan untuk memberikan informasi kepada pihak eksternal yang disebabkan karena terjadinya asimetri informasi antara manajemen perusahaan dan pihak eksternal.

Teori sinyal menekankan pentingnya informasi yang dikeluarkan perusahaan sebagai alat analisis investor atau pelaku pasar lain dalam mengambil keputusan yang berhubungan dengan investasi. Informasi tersebut dapat berupa informasi akuntansi dan non akuntansi yang terdapat pada laporan keuangan. Rusli (2001:4) mengemukakan bahwa dengan investor menggunakan laporan keuangan menjadi bahan pertimbangan


(31)

18 dalam mengambil keputusan investasi, maka investor akan melakukan analisis laporan keuangan yang berupa rasio likuiditas, aktivitas, leverage, dan profitabilitas. Selain itu pelaku pasar memerlukan informasi tersebut untuk mengevaluasi risiko investasi.

Jika sinyal perusahaan menginformasikan kabar baik (good news) pada pasar, maka hal itu dapat meningkatkan harga saham, dan sebaliknya, jika sinyal perusahaan menginformasikan kabar buruk (bad news) maka harga saham perusahaan akan mengalami penurunan.

2. Teori Efisiensi Pasar

Pasar modal yang efisien adalah pasar yang harga sekuritasnya telah mencerminkan semua informasi yang relevan dimana semakin cepat informasi baru tercermin pada harga sekuritas, semakin efisien pasar modal tersebut. Fama (1970) dalam Gumanti dan Utami (2002:59) mengklasifikasikan informasi menjadi tiga tipe, yaitu:

1. Hipotesis Pasar Efisien Bentuk Lemah (Weak Form)

Dalam hipotesis ini harga saham diasumsikan mencerminkan semua informasi yang terkandung dalam sejarah masa lalu tentang harga sekuritas yang bersangkutan. Artinya, harga yang terbentuk atas suatu saham merupakan cermin dari pergerakan harga saham yang bersangkutan di masa lalu.

Jika hipotesis pasar bentuk lemah terpenuhi, maka perubahan harga akan mengikuti kaedah jalan acak (random walk). Strategi perdagangan yang menggunakan data pasar historis (umumnya harga saham) dikenal dengan sebutan analisis teknikal.

2. Hipotesis Pasar Efisien Bentuk Semi-Kuat (Semi-Strong Form)

Menurut hipotesis pasar efisien bentuk semi-kuat, harga mencerminkan semua informasi publik yang relevan. Di samping merupakan cerminan harga saham historis, harga yang tercipta juga terjadi karena informasi yang ada di pasar, termasuk di dalamnya adalah laporan keuangan dan informasi tambahan (pelengkap) sebagaimana diwajibkan oleh peraturan akuntansi. Informasi yang tersedia di publik juga dapat berupa peraturan keuangan lain seperti


(32)

19 pajak bangunan atau suku bunga dan/atau beta saham termasuk

rating perusahaan.

Pada pasar efisien bentuk semi-kuat ada banyak investor yang berfikir bahwa mereka dapat memperoleh keuntungan dengan melakukan pengamatan secara seksama terhadap informasi publik yang tersedia di pasar, khususnya informasi akuntansi. Investor yang melakukan analisis dengan menggunakan data atau informasi akuntansi (dari laporan keuangan) dan dari sumber lain untuk mengidentifikasi saham yang salah harga (mispriced) disebut investor tersebut melakukan analisis fundamental.

3. Hipotesis Pasar Efisien Bentuk Kuat (Strong Form)

Pasar efisien bentuk kuat menyatakan bahwa harga yang terjadi mencerminkan semua informasi yang ada, baik informasi publik (public information) maupun informasi pribadi (private information). Jadi, dalam hal ini, bentuk kuat mencakup semua informasi historis yang relevan dan juga informasi yang ada di publik yang relevan, disamping juga informasi yang hanya diketahui oleh beberapa pihak saja, misalnya manajemen perusahaan, dewan direksi, dan kreditor.

Jadi untuk membentuk pasar yang efisien, salah satu informasi yang diperlukan adalah informasi yang ada di pasar, yaitu informasi yang terdapat pada laporan keuangan. Disini investor melakukan analisis dengan menggunakan data akuntansi (dari laporan keuangan). Analisis itu disebut analisis fundamental. Analisis fundamental didasarkan pada analisis keuangan yang tercermin dalam rasio-rasio keuangan, yaitu rasio likuiditas, manajemen aset, manajemen utang, profitabilitas, dan nilai pasar.

2.1.2 Earning Per Share (EPS)

Rasio Earning Per Share (EPS) atau laba per lembar saham merupakan salah satu ukuran profitabilitas. Rasio profitabilitas menurut Kasmir (2008:196) adalah rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari laba. Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat efektivitas


(33)

20 manajemen suatu perusahaan. Perusahaan yang baik (sehat) mempunyai profitabilitas yang tinggi.

EPS atau laba per lembar saham adalah tingkat keuntungan bersih untuk tiap lembar sahamnya yang mampu diraih perusahaan pada saat menjalankan operasinya. EPS merupakan alat analisis yang dipakai untuk melihat keuntungan dengan dasar saham. EPS dihitung dengan membagi laba bersih setelah pajak dengan jumlah lembar saham yang beredar (Patriawan, 2011:44). Rasio ini menggambarkan besarnya pengembalian modal untuk setiap satu lembar saham (Darsono, 2005:57).

Jika kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba meningkat, maka harga saham akan meningkat. Begitu juga dengan EPS, jika nilai EPS meningkat, maka harga saham juga akan meningkat. Karena EPS merupakan unit dasar yang digunakan untuk mengukur pendapatan yang dinikmati pemegang saham untuk per lembar saham yang ditanamkan di perusahaan, maka rasio EPS ini dapat menggambarkan perkiraan dividen yang akan dibagikan kepada pemegang saham.

Peningkatan EPS menandai bahwa perusahaan telah berhasil dalam meningkatkan kemakmuran investor. Hal ini akan mendorong pemegang saham untuk melakukan investasi yang lebih besar lagi sehingga harga saham perusahaan akan meningkat.


(34)

21

2.1.3 Current Ratio (CR)

Current Ratio (CR) atau rasio lancar adalah salah satu jenis rasio likuiditas. Kasmir (2008:129) mengemukakan bahwa rasio likuiditas menunjukkan atau mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya yang sudah jatuh tempo, baik kewajiban kepada pihak luar perusahaan maupun di dalam perusahaan.

Harmono (2011:106) menyatakan bahwa tingkat likuiditas yang tinggi menunjukkan kemampuan perusahaan melunasi utang jangka pendek semakin tinggi pula. Djarwanto (2004:149) mengemukakan bahwa

analisis dan penafsiran likuiditas penting bagi pihak manajemen maupun pihak-pihak di luar perusahaan seperti kreditur dan pemilik perusahaan. Bank-bank komersial dan kreditur jangka pendek menaruh perhatian pada tingkat keamanan bagi kredit-kredit jangka pendeknya, manajemen berkepentingan untuk mengetahui efisiensi penggunaan modal kerja, dan pemegang saham beserta kreditur jangka panjang berkepentingan untuk mengetahui prospek pembayaran dividen dan bunga.

Current Ratio menunjukkan sampai sejauh mana kewajiban lancar ditutupi oleh aset yang diharapkan akan dikonversi menjadi kas dalam waktu dekat (Brigham dan Houston, 2010:134). Definisi rasio lancar yang dinyatakan Tunggal (2000:154) adalah alat untuk mengukur likuiditas perusahaan dan petunjuk untuk mengetahui tingkat keamanan perusahaan apabila perusahaan memiliki utang jangka pendek kepada kreditor. Kasmir (2008:134) menyatakan bahwa rasio lancar mengukur seberapa banyak aktiva lancar yang tersedia untuk menutupi kewajiban jangka pendek yang segera jatuh tempo. Rasio lancar dapat pula dikatakan sebagai bentuk untuk mengukur tingkat keamanan (margin of safety) suatu perusahaan terhadap


(35)

22 kreditor jangka pendek. Perhitungan rasio lancar dilakukan dengan cara membandingkan aset lancar dengan utang lancar.

Jadi dapat disimpulkan bahwa rasio lancar adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar utang lancar dengan aktiva lancar yang tersedia.

CR yang tinggi menunjukkan bahwa kemampuan perusahaan dalam memenuhi kebutuhan operasionalnya termasuk modal kerja sudah baik. Hal ini akan meningkatkan kinerja perusahaan yang berdampak pada harga saham yang meningkat.

Namun Djarwanto (2004:150) berpendapat bahwa CR yang tinggi baik dari sudut kreditor tetapi kurang baik untuk pemegang saham karena hal tersebut menunjukkan bahwa perusahaan kurang mendayagunakan aset secara efektif.

2.1.4 Debt to Equity Ratio (DER)

Debt to Equity Ratio atau rasio utang terhadap ekuitas merupakan ukuran dari struktur modal. Kasmir (2008:158) menyatakan bahwa DER merupakan rasio yang digunakan untuk menilai total utang dengan total ekuitas. Rasio ini berguna untuk mengetahui jumlah dana yang disediakan kreditor dengan pemilik perusahaan.

Angka DER yang tinggi menyebabkan peningkatan risiko. Risiko yang tinggi diharapkan akan memberikan laba yang tinggi pula. Hal ini yang menjadi pertimbangan bagi investor dalam membeli atau menjual


(36)

23 saham. Namun dengan tingkat risiko yang semakin tinggi maka investor akan menawar saham tersebut dengan harga yang rendah karena pada umumnya investor menghindari risiko. Selain itu DER yang tinggi menggambarkan bahwa utang perusahaan lebih besar dari modal. Hal ini menjadi sinyal negatif bagi investor potensial dan pemegang saham karena artinya biaya bunga yang dibayarkan untuk membayar utang kepada kreditor akan besar, dan menyebabkan laba bersih perusahaan menurun. Penurunan laba bersih akan menyebabkan penurunan harga saham.

2.1.5 Total Asset Turn Over (TATO)

Total Asset Turn Over (TATO) atau Perputaran Total Aset merupakan ukuran dari manajemen aset. Brigham dan Houston (2010:136) menyatakan bahwa rasio manajemen aset digunakan untuk mengukur seberapa efektif perusahaan mengelola asetnya. Rasio ini akan menjawab pertanyaan apakah jumlah aset yang tercatat di neraca merupakan nilai yang beralasan, terlalu tinggi atau terlalu rendah dari sudut pandang tingkat proyeksi penjualan sekarang (Lubis dan Putra, 2014:111).

TATO mengukur intensitas perusahaan dalam menggunakan asetnya. Sundjaja dan Barlian (2002:115) mengemukakan bahwa TATO menunjukkan efisiensi dimana perusahaan menggunakan seluruh asetnya untuk menghasilkan penjualan. Rasio ini merupakan ukuran sampai seberapa jauh aset telah dipergunakan dalam kegiatan perusahaan atau menunjukan berapa


(37)

24 dalam menganalisis rasio ini selama beberapa periode menunjukkan suatu tren yang cenderung meningkat, memberikan gambaran bahwa semakin efisiensi penggunaan aset sehingga hasil usaha akan meningkat (Sawir, 2001:56). Untuk mencari rasio ini, penjualan bersih dibandingkan dengan total aset.

TATO yang meningkat menunjukkan jika perusahaan telah menggunakan asetnya secara efektif. Efektivitas tersebut akan menyebabkan operasi perusahaan berjalan dengan baik. Hal tersebut merupakan good news bagi investor seperti yang dinyatakan dalam signaling theory yang artinya akan berpengaruh terhadap harga saham yang menjadi meningkat.

2.2 Penelitian Terdahulu

Banyak penelitian yang telah dilakukan untuk melihat pengaruh antara informasi keuangan terhadap harga saham. Junjie Wang et al. (2013) meneliti tentang informasi akuntansi yang berpengaruh terhadap harga saham. Sampel yang diteliti adalah 60 perusahaan yang listed di Shanghai Stock Exchange pada tahun 2011 yang dipilih secara acak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa EPS (Earning Per Share), ROE (Return on Equity), NPPOR (Income from Main Operation), QR (Quick Ratio), ARR (Receivables Turnover Ratio), IR (Inventory Turnover Ratio) dan CR (Current Ratio) berpengaruh signifikan terhadap harga saham, serta EPS dan ROE adalah variabel yang paling dominan dalam mempengaruhi harga saham. Perbedaan penelitian Wang et al. (2013) dengan penelitian ini terdapat dalam variabel penelitian dimana penelitian ini tidak


(38)

25 menggunakan variabel ROE, NPPOR, QR, ARR, dan IR namun menambahkan variabel DER dan TATO. Selain itu objek dan periode penelitian juga berbeda. Penelitian ini menggunakan perusahaan pada sektor manufaktur yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia pada tahun 2011-2013.

Andri Prasetyo (2013) meneliti tentang pengaruh leverage dan profitabilitas terhadap harga saham. Sampel yang diteliti adalah 51 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2009-2011 berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa DAR (Debt to Asset Ratio) berpengaruh negatif terhadap harga saham, DER (Debt to Equity Ratio) dan GPM (Gross Profit Margin) berpengaruh signifikan positif terhadap harga saham, serta DAR, DER dan GPM secara simultan berpengaruh signifikan positif terhadap harga saham. Perbedaan penelitian Prasetyo (2013) dengan penelitian saya terdapat dalam variabel penelitian dimana penelitian saya tidak menggunakan variabel DAR dan GPM namun menambahkan variabel EPS, CR, dan TATO. Selain itu periode penelitian juga berbeda. Penelitian saya menggunakan periode 2011-2013.

Penelitian lain dilakukan oleh Aldiansyah Cahya Putra et al. (2013) yang meneliti tentang pengaruh kinerja keuangan terhadap harga saham pada perusahaan BUMN (non-Bank) yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Sampel yang diteliti adalah 13 perusahaan BUMN (non-Bank) yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2010-2012. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa CR (Current Ratio) dan ROI (Return on Investment)secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham, ROE (Return on Equity)dan TATO (Total Asset


(39)

26

Turn Over) secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham serta CR, ROI, ROE dan TATO secara simultan berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham. Perbedaan penelitian Putra et al. (2013) dengan penelitian ini terdapat dalam variabel penelitian dimana penelitian ini tidak menggunakan variabel ROI dan ROE namun menambahkan variabel EPS dan DER. Selain itu objek penelitian juga berbeda. Penelitian ini menggunakan perusahaan pada sektor manufaktur yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia pada tahun 2011-2013.

Penelitian yang dilakukan Reza Azianur dan Abdurrahman (2012) mengenai pengaruh rasio likuiditas, profitabilitas, aktivitas, dan solvabilitas terhadap harga saham pada sektor industri kelapa sawit menunjukkan hasil bahwa CR (Current Ratio), NPM (Net Profit Margin), dan Equity Multiplier secara parsial berpengaruh signifikan terhadap harga saham, TATO (Total Asset Turn Over) secara parsial tidak berpengaruh terhadap harga saham. Selain itu CR, NPM, TATO, dan Equity Multiplier secara simultan berpengaruh signifikan terhadap harga saham serta NPM memiliki pengaruh yang paling dominan. Sampel yang diteliti adalah 4 perusahaan sektor industri kelapa sawit yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2007-2011 berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan. Perbedaan penelitian Azianur dan Abdurrahman (2012) dengan penelitian saya terdapat dalam variabel penelitian dimana penelitian saya tidak menggunakan variabel NPM dan Equity Multiplier namun menambahkan variabel EPS dan DER. Selain itu objek dan periode penelitian juga berbeda. Penelitian saya


(40)

27 menggunakan perusahaan pada sektor manufaktur yang terdapat dalam Bursa Efek Indonesia pada tahun 2011-2013.

Penelitian Hadi Sasono (2012) tentang pengaruh beberapa rasio keuangan terhadap harga saham pada perusahaan otomotif yang go public di PT Bursa Efek Indonesia memberikan hasil bahwa CR (Current Ratio), DER (Debt Equity Ratio), NPM (Net Profit Margin), ROE (Return of Equity), dan EPS (Earning per Share) memiliki hubungan cukup berarti atau sedang dengan harga saham; CR, DER, NPM, ROE, dan EPS secara simultan berpengaruh signifikan terhadap harga saham serta CR, DER, NPM, ROE, dan EPS secara parsial tidak mempunyai pengaruh terhadap harga saham. Sampel yang diteliti adalah semua perusahaan otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2008-2011 berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan peneliti. Perbedaan penelitian Sasono (2012) dengan penelitian ini terdapat dalam variabel penelitian dimana penelitian ini tidak menggunakan variabel NPM dan ROE namun menambahkan variabel TATO. Selain itu objek dan periode penelitian juga berbeda. Penelitian ini menggunakan perusahaan pada sektor manufaktur yang terdapat dalam Bursa Efek Indonesia pada tahun 2011-2013.

Linda Rusli (2011) meneliti tentang pengaruh likuiditas dan profitabilitas terhadap harga saham. Sampel yang diteliti adalah 85 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2007 berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan peneliti. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara parsial, CR (Current Ratio) dan EPS (Earning per Share) tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham. CR dan EPS secara simultan berpengaruh signifikan


(41)

28 terhadap harga saham. Perbedaan penelitian Rusli (2013) dengan penelitian saya terdapat dalam variabel penelitian dimana penelitian saya menambahkan variabel DER dan TATO.

Berikut ini merupakan ringkasan penelitian terdahulu yang telah diuraikan sebelumnya:

Tabel 2.1

Ringkasan Penelitian Terdahulu No. Peneliti Judul

Penelitian Variabel Penelitian Hasil Penelitian

1. Junjie Wang, Gang Fu, dan Chao Lu (2013) Accounting Information and Stock Price Reaction of Listed Companies — Empirical Evidence from 60 Listed Companies in Shanghai Stock Exchange Variabel Independen:

Earning Per Share (EPS), Income from Main Operation (NPPOR), Rate of Return on Common Stockholders’ Equity (ROE), Receivables Turnover Ratio (ARR), Inventory Turnover Ratio (IR), Current Ratio (CR), dan Quick Ratio (QR).

Variabel Dependen:Stock Price

- EPS, ROE, NPPOR QR, ARR, IR dan CR berpengaruh signifikan terhadap harga saham.

- EPS dan ROE adalah variabel yang paling dominan

mempengaruhi harga saham.

2. Andri Prasetyo (2013) Pengaruh Leverage dan Profitabilitas terhadap Harga Saham pada

Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2009-2011

Variabel Independen: Debt to Asset Ratio (DAR), Debt to Equity Ratio (DER), dan Gross Profit Margin (GPM).

Variabel Dependen: Harga Saham

- DAR berpengaruh negatif terhadap harga saham.

- DER berpengaruh signifikan positif terhadap harga saham.

- GPM berpengaruh signifikan positif terhadap harga saham.

- DAR, DER dan GPM secara simultan berpengaruh

signifikan positif terhadap harga saham.

3. Aldiansyah Cahya Putra, Saryadi, dan Wahyu Hidayat (2013) Pengaruh Kinerja Keuangan terhadap Harga Saham pada Perusahaan BUMN (Non-Bank) yang Variabel Independen:

Current Ratio (CR), Return on Investment (ROI), Return on Equity (ROE), dan Total Asset Turn Over (TATO).

Variabel Dependen:Harga Saham

- CR dan ROI secara parsial tidak berpengaruh

signifikan terhadap harga saham.

- ROE dan TATO secara parsial berpengaruh positif dan signifikan


(42)

29 Terdaftar di Bursa Efek Indonesia terhadap harga saham.

- CR, ROI ROE dan TATO secara simultan berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham.

4. Reza Azianur dan Abdurrahm an (2012) Pengaruh Rasio Likuiditas, Profitabilitas, Aktivitas, dan Solvabilitas terhadap Harga Saham pada Sektor Industri Kelapa Sawit di Bursa Efek Indonesia (BEI) Variabel Independen:

Current Ratio (CR), Net Profit Margin (NPM), Total Asset Turn Over (TATO), dan Equity Multiplier.

Variabel Dependen:Harga Saham

- CR secara parsial berpengaruh

signifikan terhadap harga saham.

- NPM secara parsial berpengaruh

signifikan terhadap harga saham.

- TATO secara parsial tidak berpengaruh terhadap harga saham.

- Equity Multiplier

secara parsial berpengaruh

signifikan terhadap harga saham.

- CR, NPM, TATO, dan Equity Multiplier secara simultan berpengaruh

signifikan terhadap harga saham.

- NPM memiliki

pengaruh yang paling dominan.

5. Hadi Sasono (2012) Pengaruh Beberapa Rasio Keuangan terhadap Harga Saham pada Perusahaan Otomotif yang

Go Public di

Bursa Efek Indonesia

Variabel Independen:

Current Ratio (CR), Debt to Equity Ratio (DER), Net Profit Margin (NPM), Return on Equity (ROE), dan Earning per Share (EPS).

Variabel Dependen:Harga Saham

- CR, DER, NPM, ROE, dan EPS memiliki hubungan cukup berarti atau sedang dengan harga saham.

- CR, DER, NPM, ROE, dan EPS secara simultan berpengaruh signifikan terhadap harga saham.

- CR, DER, NPM, ROE, dan EPS secara parsial tidak mempunyai pengaruh terhadap harga saham.

6. Linda Rusli (2011) Pengaruh Likuiditas dan Profitabilitas terhadap Variabel Independen:

Current Ratio (CR), Earnings Per Share (EPS)

- Secara parsial, CR tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham.


(43)

30 Harga Saham

(HS) (Y)

Harga Saham Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

Variabel Dependen:Harga Saham

- Secara parsial, EPS tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham.

- Secara simultan, CR dan EPS berpengaruh signifikan terhadap harga saham.

Sumber: Data Penelitian Terdahulu

2.3 Kerangka Konseptual

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 2.1

Kerangka Pemikiran Penelitian

Dalam menginvestasikan dananya pada pasar modal, investor perlu mempertimbangkan harga saham. Harga saham mengalami perubahan naik atau turun dari waktu ke waktu. Perubahan tersebut bergantung pada kekuatan permintaan dan penawaran. Jika suatu saham mengalami kelebihan permintaan,

H1 EPS

(X1)

CR (X2)

DER (X3)

TATO (X4)

H2 H3

H4


(1)

88

102

SAIP

102

103

SCCO

103

51

104

SCPI

104

105

SIAP

105

106

SIDO

106

107

SIMA

107

108

SIPD

108

52

109

SKLT

109

53

110

SMBR

110

111

SMCB

111

54

112

SMGR

112

55

113

SMSM

113

56

114

SOBI

114

115

SPMA

115

116

SQBI

116

117

SRIL

117

118

SRSN

118

57

119

SSTM

119

120

STTP

120

58

121

SULI

121

122

TBMS

122

123

TCID

123

59

124

TIRT

124

125

TKIM

125

126

TOTO

126

60

127

TPIA

127

128

TRIS

128

129

TRST

129

61

130

TSPC

130

62

131

ULTJ

131

63

132

UNIC

132

133

UNIT

133

64

134

UNTX

134

135

UNVR

135

65

136

VOKS

136

66

137

WIIM

137

138

YPAS

138

67


(2)

89

Lampiran 3

Daftar Sampel Penelitian

No

Nama Perusahaan

1

ADES (Akasha Wira International Tbk)

2

AISA (Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk)

3

AKPI (Argha Karya Prima Industry Tbk)

4

ALDO (Alkindo Naratama Tbk)

5

ALMI (Alumindo Light Metal Industry Tbk)

6

AMFG (Asahimas Flat Glass Tbk)

7

APLI (Asiaplast Industries Tbk)

8

ARNA (Arwana Citramulia Tbk)

9

ASII (Astra International Tbk)

10

AUTO (Astra Otoparts Tbk)

11

BTON (Betonjaya Manunggal Tbk)

12

BUDI (Budi Starch and Sweetener Tbk)

13

CEKA (Wilmar Cahaya Indonesia Tbk)

14

CPIN (Charoen Pokphand Indonesia Tbk)

15

DLTA (Delta Djakarta Tbk)

16

DVLA (Darya Varia Laboratoria Tbk)

17

EKAD (Ekadharma International Tbk)

18

ETWA (Eterindo Wahanatama Tbk)

19

GDST (Gunawan Dianjaya Steel Tbk)

20

GGRM (Gudang Garam Tbk)

21

GJTL (Gajah Tunggal Tbk)

22

HMSP (Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk)

23

ICBP (Indofood CBP Sukses Makmur Tbk)

24

IGAR (Champion Pacific Indonesia Tbk)

25

IMAS (Indomobil Sukses Internasional Tbk)

26

INAI (Indal Aluminium Industry Tbk)

27

INDF (Indofood Sukses Makmur Tbk)

28

INDS (Indospring Tbk)

29

INTP (Indocement Tunggal Prakarsa Tbk)

30

JECC (Jembo Cable Company Tbk)

31

JPFA (Japfa Comfeed Indonesia Tbk)

32

JPRS (Jaya Pari Steel Tbk)

33

KAEF (Kimia Farma Tbk)

34

KBLI (KMI Wire and Cable Tbk)

35

KBLM (Kabelindo Murni Tbk)

36

KDSI (Kedawung Setia Industrial Tbk)

37

KICI (Kedaung Indah Can Tbk)


(3)

90

38

KLBF (Kalbe Farma Tbk)

39

LION (Lion Metal Works Tbk)

40

LMSH (Lionmesh Prima Tbk)

41

LPIN (Multi Prima Sejahtera Tbk)

42

MAIN (Malindo Feedmill Tbk)

43

MBTO (Martina Berto Tbk)

44

MERK (Merck Tbk)

45

MYOR (Mayora Indah Tbk)

46

NIPS (Nipress Tbk)

47

PICO (Pelangi Indah Canindo Tbk)

48

PRAS (Prima Alloy Steel Universal Tbk)

49

PYFA (Pyridam Farma Tbk)

50

ROTI (Nippon Indosari Corpindo Tbk)

51

SCCO (Supreme Cable Manufacturing and Commerce Tbk)

52

SIPD (Siearad Produce Tbk)

53

SKLT (Sekar Laut Tbk)

54

SMCB (Holcim Indonesia Tbk)

55

SMGR (Semen Indonesia Tbk)

56

SMSM (Selamat Sempurna Tbk)

57

SRSN (Indo Acidatama Tbk)

58

STTP (Siantar Top Tbk)

59

TCID (Mandom Indonesia Tbk)

60

TOTO (Surya Toto Indonesia Tbk)

61

TRST (Trias Sentosa Tbk)

62

TSPC (Tempo Scan Pasific Tbk)

63

ULTJ (Ultrajaya Milk Industry and Trading Company Tbk)

64

UNIT (Nusantara Inti Corpora Tbk)

65

UNVR (Unilever Indonesia Tbk)

66

VOKS (Voksel Electric Tbk)

67

YPAS (Yanaprima Hastapersada Tbk)

Sumber: Hasil Pemilihan Sampel Peneliti


(4)

91

Lampiran 4

Data Keuangan Perusahaan Sebelum Sampel Diolah

a.

Data Keuangan Perusahaan Sampel Tahun 2011 (dalam jutaan rupiah)

No. Kode

Emiten

Aset

Lancar Total Aset

Utang Lancar

Total Utang

Total Ekuitas

Penjualan Bersih

Laba Bersih

Jumlah Saham Beredar

1 ADES 128.835 316.048 75.394 190.302 125.746 299.409 25.868 590

2 AISA 1.726.581 3.590.309 911.836 1.757.492 1.832.817 1.752.802 149.951 2.926

3 AKPI 674.857 1.523.750 483.167 783.585 740.165 1.505.560 52.853 680

4 ALDO 84.638 164.523 74.371 82.740 81.783 244.803 9.243 550

5 ALMI 1.226.633 1.791.523 1.010.835 1.274.907 516.616 3.609.867 32.375 308

6 AMFG 1.473.425 2.690.595 333.132 545.395 2.145.200 2.596.271 336.995 434

7 APLI 138.857 333.353 98.985 111.970 221.383 308.434 21.923 1.500

8 ARNA 261.066 831.508 257.011 348.334 483.173 922.685 95.949 1.835

9 ASII 65.978.000 153.521.000 48.371.000 77.683.000 75.838.000 162.564.000 21.077.000 4.048 10 AUTO 2.564.455 6.964.227 1.892.818 2.241.333 4.722.894 7.363.659 1.101.583 3.856

11 BTON 77.479 118.716 24.694 26.591 92.125 153.646 19.147 180

12 BUDI 907.001 2.123.285 725.374 1.312.254 811.031 2.503.984 62.965 3.783

13 CEKA 619.191 823.361 367.060 418.302 405.059 1.238.169 96.306 298

14 CPIN 5.250.245 8.848.204 1.575.552 2.658.734 6.189.470 17.957.972 2.362.497 16.423

15 DLTA 577.645 696.167 96.129 123.231 572.935 1.394.153 151.715 16

16 DVLA 696.926 928.291 144.280 200.374 727.917 951.839 120.915 1.120

17 EKAD 155.734 237.592 81.809 89.947 147.646 328.460 26.149 699

18 ETWA 234.485 620.710 232.930 244.754 375.956 904.236 72.961 968

19 GDST 666.847 977.458 220.681 232.090 745.368 2.093.545 99.675 8.200

20 GGRM 30.381.754 39.088.705 13.534.319 14.537.777 24.550.928 41.884.352 4.958.102 1.924 21 GJTL 5.073.477 11.554.143 2.900.317 7.123.318 4.430.825 11.841.396 683.629 3.485 22 HMSP 14.851.460 19.376.343 8.489.897 9.174.554 10.201.789 52.856.708 8.064.426 4.383 23 ICBP 8.580.311 15.222.857 2.988.540 4.513.084 10.709.773 19.367.155 2.066.365 5.831

24 IGAR 322.889 355.580 55.928 64.994 290.586 512.774 55.322 1.050

25 IMAS 7.405.639 12.913.942 5.414.351 7.829.760 5.084.182 15.776.580 970.891 1.383

26 INAI 383.677 544.282 322.571 438.220 106.063 555.887 26.357 158

27 INDF 24.501.734 53.585.933 12.831.304 21.975.708 31.610.225 45.332.256 4.891.673 8.780

28 INDS 793.907 1.139.715 330.239 507.466 632.249 1.234.986 120.415 225

29 INTP 10.314.573 18.151.331 1.476.597 2.417.380 15.733.951 13.887.892 3.601.516 3.681

30 JECC 521.123 627.038 467.758 499.541 127.497 1.267.418 29.698 151

31 JPFA 4.932.300 8.266.417 3.099.991 4.481.070 3.785.347 15.633.068 671.474 2.072

32 JPRS 305.037 437.849 90.142 100.030 337.819 641.375 37.686 750

33 KAEF 1.263.030 1.794.242 459.694 541.737 1.252.506 3.481.166 171.763 5.554

34 KBLI 673.270 1.083.524 307.777 363.597 719.927 1.841.939 63.704 4.007

35 KBLM 359.534 642.955 385.750 398.591 244.364 864.753 19.003 1.120

36 KDSI 382.030 587.567 281.285 308.398 279.169 1.180.506 23.629 405

37 KICI 56.090 87.419 7.726 23.122 64.298 87.517 357 138

38 KLBF 5.956.123 8.274.554 1.630.589 1.758.619 6.515.935 10.911.860 1.522.957 10.156

39 LION 327.815 365.816 46.153 63.755 302.061 268.414 52.535 52

40 LMSH 74.304 98.019 31.553 40.817 57.203 207.523 10.897 10

41 LPIN 101.654 157.372 34.628 39.116 118.256 62.958 11.319 21

42 MAIN 720.454 1.327.801 515.044 905.977 421.825 2.634.461 204.966 1.695

43 MBTO 459.791 541.674 112.665 141.132 400.542 648.375 42.659 1.070

44 MERK 491.726 584.389 65.431 90.207 494.182 918.533 231.159 22

45 MYOR 4.095.299 6.599.846 1.845.792 4.175.176 2.424.669 9.453.866 483.486 767

46 NIPS 266.367 446.689 245.828 280.691 165.998 579.224 17.831 20

47 PICO 371.050 561.840 319.184 373.926 187.914 621.234 12.630 568

48 PRAS 246.602 481.912 216.728 342.115 139.797 330.447 1.354 588

49 PYFA 61.889 118.034 24.367 35.636 82.397 151.095 5.172 535

50 ROTI 190.231 759.137 148.209 212.696 546.441 813.342 115.933 1.012

51 SCCO 1.192.307 1.455.621 923.585 936.368 519.252 3.363.728 109.827 206

52 SIPD 1.229.329 2.641.603 882.650 1.370.531 1.271.072 4.029.131 23.452 9.391

53 SKLT 105.145 214.238 61.944 91.338 122.900 344.436 5.977 691

54 SMCB 2.468.172 10.950.501 1.683.799 3.423.241 7.527.260 7.523.964 1.063.560 7.663 55 SMGR 7.646.145 19.661.603 2.889.137 5.046.506 14.615.097 16.378.794 3.955.273 5.932

56 SMSM 718.941 1.136.858 264.728 466.246 670.612 1.807.891 219.261 1.440


(5)

92

58 STTP 313.986 934.766 303.434 444.701 490.065 1.027.684 42.675 1.310

59 TCID 671.882 1.130.865 57.217 110.452 1.020.413 1.654.671 140.039 201

60 TOTO 837.114 1.339.570 444.637 579.029 760.541 1.341.927 218.124 50

61 TRST 820.792 2.132.450 588.896 806.029 1.326.421 2.025.867 144.001 2.808

62 TSPC 3.121.980 4.250.374 1.012.653 1.204.439 3.045.936 5.780.664 586.362 4.500

63 ULTJ 924.080 2.179.182 607.594 776.735 1.402.447 2.102.384 101.323 2.888

64 UNIT 69.876 304.803 61.651 64.730 240.073 103.226 2.333 75

65 UNVR 4.446.219 10.482.312 6.474.594 6.801.375 3.680.937 23.469.218 4.164.304 7.630 66 VOKS 1.357.377 1.573.039 1.054.553 1.076.394 496.646 2.014.608 110.621 831

67 YPAS 104.594 223.509 70.566 75.392 148.117 373.048 16.621 668

b.

Data Keuangan Perusahaan Sampel Tahun 2012 (dalam jutaan rupiah)

No. Kode

Emiten

Aset

Lancar Total Aset

Utang Lancar

Total Utang

Total Ekuitas

Penjualan Bersih

Laba Bersih

Jumlah Saham Beredar

1 ADES 191.489 389.094 98.624 179.972 209.122 476.638 83.376 590

2 AISA 1.544.940 3.867.576 1.216.997 1.834.123 2.033.453 2.747.623 253.664 2.926

3 AKPI 792.098 1.714.834 563.999 871.568 843.267 1.509.185 31.116 680

4 ALDO 133.060 216.293 102.348 108.757 107.536 318.333 14.454 550

5 ALMI 1.196.172 1.881.569 925.799 1.293.686 587.883 3.221.635 13.949 308

6 AMFG 1.658.468 3.115.421 426.669 658.332 2.457.089 2.857.310 346.609 434

7 APLI 140.079 333.867 97.500 115.232 218.636 343.678 4.204 1.500

8 ARNA 323.837 937.360 277.678 332.552 604.808 1.113.664 158.684 1.835

9 ASII 75.799.000 182.274.000 54.178.000 92.460.000 89.814.000 188.053.000 22.742.000 40.484 10 AUTO 3.205.631 8.881.642 2.751.766 3.396.543 5.458.099 8.277.485 1.135.914 3.856

11 BTON 98.050 145.101 29.749 31.922 113.179 155.006 24.762 180

12 BUDI 1.010.594 2.299.672 907.065 1.445.537 854.135 2.295.369 5.084 4.099

13 CEKA 560.260 1.027.693 545.467 564.290 463.403 1.123.520 58.344 298

14 CPIN 7.180.890 12.348.627 2.167.652 4.172.163 8.176.464 21.310.925 2.680.872 16.398

15 DLTA 631.333 745.307 119.920 147.095 598.212 1.719.815 213.421 16

16 DVLA 826.343 1.074.692 191.718 233.145 841.547 1.087.380 148.909 1.120

17 EKAD 180.371 273.894 74.814 81.916 191.978 385.037 36.198 699

18 ETWA 295.904 960.957 383.479 523.208 437.749 1.002.232 38.600 968

19 GDST 825.949 1.163.971 356.946 371.047 792.925 1.647.928 46.591 8.200

20 GGRM 29.954.021 41.509.325 13.802.317 14.903.612 26.605.713 49.028.696 4.068.711 1.924 21 GJTL 5.194.057 12.869.793 3.020.030 7.391.409 5.478.384 12.578.596 1.132.247 3.485 22 HMSP 21.128.313 26.247.527 11.897.977 12.939.107 13.308.420 66.626.123 9.945.296 4.383 23 ICBP 9.922.662 17.819.884 3.648.069 5.835.523 11.984.361 21.716.913 2.282.371 5.831

24 IGAR 265.070 312.343 60.747 70.314 242.029 556.446 44.508 1.050

25 IMAS 9.850.096 17.577.664 7.963.487 11.869.219 5.708.445 19.780.838 899.091 2.765

26 INAI 428.198 612.224 214.821 483.006 129.218 582.654 23.156 158

27 INDF 26.235.990 59.389.405 12.805.200 25.249.168 34.140.237 50.201.548 4.786.006 8.780

28 INDS 877.636 1.664.779 371.744 528.207 1.136.573 1.476.988 134.068 315

29 INTP 14.579.400 22.755.160 2.418.762 3.336.422 19.418.738 17.290.337 4.763.388 3.681

30 JECC 614.693 708.955 531.672 566.079 142.876 1.234.828 31.771 151

31 JPFA 6.429.500 10.961.464 3.523.891 6.198.137 4.763.327 17.832.702 1.074.577 2.132

32 JPRS 264.396 398.607 39.437 51.098 347.509 461.125 9.610 750

33 KAEF 1.505.798 2.076.348 537.184 634.814 1.441.534 3.734.241 205.764 5.554

34 KBLI 751.100 1.161.698 244.597 316.557 845.141 2.273.197 125.182 4.007

35 KBLM 430.524 722.941 441.527 458.195 264.746 1.020.197 23.833 1.120

36 KDSI 369.492 570.564 232.231 254.558 316.006 1.301.333 36.837 405

37 KICI 62.084 94.956 12.934 28.399 66.557 94.787 2.260 138

38 KLBF 6.441.711 9.417.957 1.891.618 2.046.314 7.371.644 13.636.405 1.775.099 50.780

39 LION 394.803 433.497 42.249 61.668 371.829 333.922 85.374 52

40 LMSH 101.833 128.548 25.036 31.023 97.525 223.079 41.283 10

41 LPIN 95.726 172.269 32.995 37.413 134.856 68.737 16.600 21

42 MAIN 894.204 1.799.882 852.741 1.118.011 681.871 3.349.567 302.421 1.695

43 MBTO 510.203 609.494 137.513 174.931 434.563 717.788 45.523 1.070

44 MERK 463.883 569.431 119.828 152.689 416.742 929.877 107.808 22

45 MYOR 5.313.600 8.302.506 1.924.434 5.234.656 3.067.850 10.510.626 744.428 767

46 NIPS 308.486 524.694 278.822 322.620 202.074 702.719 21.610 20

47 PICO 420.816 594.616 338.979 395.503 199.113 593.267 11.138 568

48 PRAS 197.199 577.350 177.152 297.056 280.294 310.224 15.565 588

49 PYFA 68.588 135.850 28.420 48.144 87.706 176.731 5.308 535


(6)

93

51 SCCO 1.197.203 1.486.921 818.847 832.877 654.045 3.542.885 169.742 206

52 SIPD 1.660.346 3.298.124 1.435.663 2.021.381 1.276.743 4.354.470 15.062 9.391

53 SKLT 125.667 249.747 88.825 120.264 129.483 401.724 7.963 691

54 SMCB 2.186.797 12.168.517 1.556.875 3.750.461 8.418.056 9.011.076 1.350.791 7.663 55 SMGR 8.231.297 26.579.084 4.825.205 8.414.229 18.164.855 19.598.248 4.926.640 5.932

56 SMSM 986.324 1.556.214 480.852 646.095 910.119 2.269.290 286.930 1.440

57 SRSN 306.887 402.109 111.511 132.905 269.204 384.145 16.956 6.020

58 STTP 569.840 1.249.841 571.296 670.150 579.691 1.283.736 74.626 1.310

59 TCID 768.616 1.261.573 99.477 164.751 1.096.822 1.851.153 150.374 201

60 TOTO 966.806 1.522.664 448.768 624.499 898.165 1.576.763 235.946 495

61 TRST 838.465 2.188.129 643.330 835.137 1.352.993 1.949.153 61.453 2.808

62 TSPC 3.393.778 4.632.985 1.097.135 1.279.829 3.353.156 6.630.810 635.176 4.500

63 ULTJ 1.196.427 2.420.793 592.823 744.274 1.676.519 2.809.851 353.432 2.888

64 UNIT 79.421 379.901 135.917 139.475 240.425 88.466 353 75

65 UNVR 5.035.962 11.984.979 7.535.896 8.016.614 3.968.365 27.303.248 4.839.145 7.630

66 VOKS 1.430.617 1.698.078 1.072.478 1.095.012 603.066 2.484.173 147.021 831

67 YPAS 169.843 349.438 126.422 184.849 164.590 413.822 16.473 668

c.

Data Keuangan Perusahaan Sampel Tahun 2013 (dalam jutaan rupiah)

No. Emiten Kode Lancar Aset Total Aset Lancar Utang Total Utang Ekuitas Total Penjualan Bersih Bersih Laba

Jumlah Saham Beredar

1 ADES 196.755 441.064 108.730 176.286 264.778 502.524 55.656 590

2 AISA 2.445.504 5.020.824 1.397.224 2.664.051 2.356.773 4.056.735 346.728 2.926

3 AKPI 943.606 2.084.567 694.269 1.055.231 1.029.336 1.663.385 34.620 680

4 ALDO 195.586 301.479 150.483 161.596 139.883 399.346 25.141 550

5 ALMI 1.934.929 2.752.078 1.826.964 2.094.737 657.342 2.871.313 26.119 308

6 AMFG 1.980.116 3.539.393 473.960 778.666 2.760.727 3.216.480 338.358 434

7 APLI 126.906 303.594 68.942 85.871 217.723 281.551 1.882 1.500

8 ARNA 405.106 1.135.245 311.781 366.755 768.490 1.417.640 237.698 7.341

9 ASII 88.352.000 213.994.000 71.139.000 107.806.000 106.188.000 193.880.000 22.297.000 40.484 10 AUTO 5.029.517 12.617.678 2.661.312 3.058.924 9.558.754 10.701.988 1.058.015 4.820

11 BTON 126.890 176.136 34.948 37.319 138.817 113.548 25.883 180

12 BUDI 1.094.079 2.382.875 1.016.562 1.497.754 885.121 2.568.954 42.886 4.099

13 CEKA 847.046 1.069.627 518.962 541.352 528.275 2.531.881 65.069 298

14 CPIN 8.824.900 15.722.197 2.327.048 5.771.297 9.950.900 25.662.992 2.528.690 16.398

15 DLTA 748.111 867.041 158.991 190.483 676.558 2.001.359 270.498 16

16 DVLA 913.984 1.190.054 215.473 275.351 914.703 1.101.684 125.797 1.120

17 EKAD 229.041 343.602 98.355 105.894 237.708 418.669 39.451 699

18 ETWA 552.149 1.291.711 525.234 846.051 445.660 1.206.066 7.911 968

19 GDST 865.832 1.191.497 289.689 307.084 884.413 1.410.117 91.886 8.200

20 GGRM 34.604.461 50.770.251 20.094.580 21.353.980 29.416.271 55.436.954 4.383.932 1.924 21 GJTL 6.843.853 15.350.754 2.964.235 9.626.411 5.724.343 12.352.917 120.330 3.485 22 HMSP 21.247.830 27.404.594 12.123.790 13.249.559 14.155.035 75.025.207 10.818.486 4.383 23 ICBP 11.321.715 21.267.470 4.696.583 8.001.739 13.265.731 25.094.681 2.235.040 5.831

24 IGAR 262.716 314.747 77.517 89.004 225.743 643.403 35.030 972

25 IMAS 11.634.955 22.315.023 10.717.555 15.655.152 6.659.870 20.094.736 621.140 2.765

26 INAI 543.234 765.881 439.441 639.564 126.318 640.703 5.020 158

27 INDF 32.464.497 78.092.789 19.471.309 39.719.660 38.373.129 57.731.998 3.414.886 8.780

28 INDS 1.086.591 2.916.518 281.799 443.653 1.752.866 1.702.447 147.609 525

29 INTP 16.846.248 26.607.241 2.740.089 3.629.554 22.977.687 18.691.286 5.012.294 3.681

30 JECC 1.029.277 1.239.822 1.052.583 1.092.161 147.660 1.490.073 22.554 151

31 JPFA 9.004.667 14.917.590 4.361.546 9.672.368 5.245.222 21.412.085 640.637 10.661

32 JPRS 235.901 376.541 953 14.019 362.522 195.247 15.046 750

33 KAEF 1.810.615 2.471.940 746.123 847.585 1.624.355 4.348.074 215.642 5.554

34 KBLI 917.081 1.337.022 359.617 450.373 886.650 2.572.350 73.530 4.007

35 KBLM 352.671 654.296 368.703 384.632 269.664 1.032.787 7.678 1.120


Dokumen yang terkait

Pengaruh Pertumbuhan Rasio Keuangan ( Current Ratio, Debt To Eqiuty Ratio , Total Asset Turn Over ) dan Ukuran Perusahaan Terhadap Kinerja Perusahaan pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2013

1 50 95

Analisis Pengaruh Return On Asset, Debt To Equity Ratio, Total Asset Turn Over, Earning Per Share, Price Earning Ratio, Dan Current Ratio Terhadap Perusahaan Otomotif Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

4 98 106

Pengaruh Earning Per Share (EPS), Return on Equity (ROE), dan Debt to Equity Ratio (DER) Terhadap Return Saham Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

7 135 69

Pengaruh Total Asset Turn Over, Debt to Equity Ratio dan Debt to Asset Ratio terhadap profitabilitas pada Perusahaan Property dan Real Estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

6 74 88

Pengaruh Return On Asset, Debt to Equity Ratio, dan Earning Per Share Terhadap Harga Saham Perusahaan LQ 45 yang terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI)

2 93 78

Pengaruh Current Ratio, Debt to Equity Ratio, Total Assets Turn Over, Return On Equity, dan Earning Per Share terhadap Harga Saham pada Perusahaan Barang Konsumsi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

3 74 95

Analisis Pengaruh Return On Asset, Debt To Equity Ratio, Total Asset Turn Over, Earning Per Share, Price Earning Ratio, Dan Current Ratio Terhadap Perusahaan Otomotif Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

5 176 106

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Underpricing Harga Saham pada Perusahaan yang Melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2014

0 6 137

Pengaruh Variabel Fundamental Terhadap Harga Saham di Beli (Studi Empiris Pada Emiten yang Terdaftar Dalam Index LQ 45 Bursa Efek Indonesia Tahun 2013-2)

0 4 108

Pengaruh Earning Per Share (Eps), Current Ratio (Cr), Debt To Equity Ratio (Der), Dan Total Asset Turn Over (Tato) Terhadap Harga Saham (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2013)

0 0 11