15
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Literatur
1. Positive Accounting Theory Teori Akuntansi Positif Positive accounting theory
menjelaskan bahwa manajer memiliki insentif atau dorongan untuk dapat memaksimalkan kesejahteraannya. Teori
ini didasarkan pada bagian bahwa manajer dan pemegang saham adalah rasional. Mereka berusaha untuk memaksimumkan utilitas mereka, yang
secara langsung terkait dengan kemakmuran mereka Nugroho dan Mutmainah, 2012.
Positive accounting theory memprediksi bahwa manajer mempunyai
kecenderungan menaikkan laba untuk menyembunyikan kinerja buruk. Kecenderungan manajer untuk menaikkan laba dapat didorong oleh adanya
empat masalah pengontrakan yaitu informasi asimetrik, masa kerja terbatas manajer, kewajiban terbatas manajer, dan asimetri pembayaran asymmetric
pay off . Pemegang saham dan kreditur berusaha menghindari kelebihan
pembayaran kepada manajer dengan meminta penyelenggaraan akuntansi yang konservatif Watts, 2003. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa
manajer cenderung menyelenggarakan akuntansi liberal, tetapi kreditur dalam kontrak utang dan pemegang saham dalam kontrak kompensasi
cenderung meminta manajer menyelenggarakan akuntansi konservatif Nugroho dan Mutmainah, 2012.
16
2. Agency Theory Teori Keagenan Agency theory
memegang peran penting dalam praktik bisnis perusahaan. Teori agensi merupakan teori yang muncul karena adanya
konflik kepentingan antara prinsipal dan agen. Prinsipal sebagai pemegang saham sedangkan agen sebagai manajer. Prinsipal mengontrak agen untuk
melakukan pengelolaan sumber daya dalam perusahaan. Tujuan utama dari teori keagenan adalah untuk menjelaskan bagaimana pihak-pihak yang
melakukan hubungan kontrak dapat mendesain kontrak yang tujuannya untuk meminimalisir cost sebagai dampak adanya informasi yang tidak
simetris Wulandari dkk, 2014. Konsep agency theory menurut Jensen dan Meckling 1976 dalam
Wulandari dkk 2014 merupakan hubungan keagenan sebagai suatu
kontrak yang mana satu atau lebih prinsipal pemegang saham menggunakan orang lain atau agen manajer untuk menjalankan aktifitas
perusahaan. Prinsipal menyediakan fasilitas dan dana untuk kebutuhan operasi perusahaan, sedangkan agen sebagai pengelola berkewajiban untuk
mengelola perusahaan sebagaimana dipercayakan oleh pemegang saham prinsipal, untuk meningkatkan nilai perusahaan. Pada praktiknya di
perusahaan ternyata agen dalam aktifitasnya kadangkala tidak sesuai dengan kontrak kerja yang disepakati dari awal untuk meningkatkan
kemakmuran pemegang saham, melainkan cenderung untuk kepentingan sendiri.
17
Di dalam agency theory ini terjadi ketidakseimbangan informasi atau dengan kata lain asimetri informasi. Adanya asumsi bahwa individu-
individu bertindak untuk memaksimalkan dirinya sendiri, mengakibatkan agen memanfaatkan adanya asimetri informasi yang dimilikinya untuk
menyembunyikan beberapa informasi yang tidak diketahui oleh prinsipal. Asimetri informasi dan konflik kepentingan yang terjadi antara prinsipal
dan agen mendorong agen untuk menyajikan informasi yang tidak sebenarnya kepada prinsipal, terutama jika berkaitan dengan kinerja agen
dengan memikirkan bagaimana angka akuntansi tersebut digunakan sebagai sarana untuk memaksimalkan kepentingannya Wulandari dkk, 2014.
3. Signaling Theory Teori Sinyal Signaling theory
menjelaskan bahwa pemberian sinyal dilakukan oleh manajer untuk mengurangi asimetri informasi. Manajer memberikan
informasi melalui laporan keuangan bahwa mereka menerapkan kebijakan akuntansi konservatisme yang menghasilkan laba lebih berkualitas karena
prinsip ini mencegah perusahaan melakukan tindakan membesar-besarkan laba dan membantu pengguna laporan keuangan dengan menyajikan laba
dan aktiva yang tidak overstate. Di dalam praktiknya, manajemen menerapkan kebijakan akuntansi konservatif dengan menghitung depresiasi
yang tinggi akan menghasilkan laba rendah yang relatif permanen yang berarti tidak mempunyai efek sementara pada penurunan laba yang akan
berbalik pada masa yang akan datang Fala, 2007.
18
Watts 2003 menyatakan bahwa understatement aktiva bersih yang sistematik atau relatif permanen merupakan salah satu ciri dari
konservatisme akuntansi, sehingga dapat dikatakan bahwa konservatisme akuntansi menghasilkan laba yang lebih berkualitas karena prinsip ini
mencegah perusahaan melakukan tindakan membesar-besarkan laba dan membantu pengguna laporan keuangan dengan menyajikan laba dan aktiva
yang tidak overstate. Understatement
laba dan aktiva bersih yang relatif permanen yang ditunjukkan melalui laporan keuangan merupakan suatu sinyal positif dari
manajemen kepada investor bahwa manajemen telah menerapkan akuntansi konservatif untuk menghasilkan laba yang berkualitas. Investor diharapkan
dapat menerima sinyal ini dan menilai perusahaan dengan lebih tinggi Fala, 2007.
4. Konservetisme Akuntansi Di dalam penyajian laporan keuangan, akuntan dapat memilih metode
akuntansi apa yang akan diterapkan. Di dalam konservatisme, akuntan dihadapkan dalam pilihan dua atau lebih teknik akuntansi. Definisi
konservetisme menurut FASB Statement of Concept No.2 dalam Sari
2004: “Konservatisme adalah reaksi hati-hati untuk menghadapi ketidakpastian
yang melekat dalam perusahaan untuk mencoba memastikan bahwa ketidakpastian dan risiko intern dalam lingkungan bisnis sudah cukup
dipertimbangkan”.
Konservatisme biasanya didefinisikan sebagai reaksi kehati-hatian prudent terhadap ketidakpastian, ditujukan untuk melindungi hak-hak dan
19
kepentingan pemegang saham shareholders dan pemberi pinjaman debtholders yang menentukan sebuah verifikasi standar yang lebih tinggi
untuk mengakui goodnews daripada badnews Lara et al, 2005. Ketidakpastian dan risiko tersebut harus tercermin dalam laporan keuangan
agar nilai prediksi dan kenetralan bisa diperbaiki. Dari definisi-definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa konservatisme
adalah reaksi kehati-hatian dalam menghadapi ketidakpastian yang melekat dalam perusahaan untuk mencoba memastikan bahwa ketidakpastian dan
resiko inheren dalam lingkungan bisnis sudah cukup dipertimbangkan. Pelaporan yang didasari kehati-hatian akan memberi manfaat yang terbaik
untuk semua pemakai laporan keuangan. Selain merupakan konvensi penting dalam laporan keuangan, konservatisme mengimplikasikan kehati-
hatian dalam mengakui dan mengukur pendapatan dan aktiva Nugroho dan Indriana, 2012.
Konservatisme adalah prinsip dalam pelaporan keuangan yang dimaksudkan untuk mengakui dan mengukur aktiva dan laba dilakukan
dengan penuh kehati-hatian oleh karena aktivitas ekonomi dan bisnis dilingkupi dengan ketidakpastian Wibowo, 2002 dalam Nugroho dan
Indriana, 2012. Implikasi dari penerapan prinsip ini adalah pilihan metode akuntansi ditunjukan pada metode yang melaporkan laba dan aktiva lebih
rendah atau utang lebih tinggi Nugroho dan Indriana, 2012. Konsep ini mengakui biaya dan rugi lebih cepat, mengakui pendapatan dan untung
20
lebih lambat, menilai aktiva dengan nilai yang terendah, dan kewajiban dengan nilai tertinggi Sari dan Adhariani, 2009.
Pengantisipasian rugi berarti pengakuan rugi sebelum suatu verifikasi secara hukum dapat dilakukan dan hal yang sebaliknya dilakukan terhadap
laba. Konservatisme akuntansi merupakan asimetri dalam permintaan verifikasi terhadap laba dan rugi. Interpretasi tersebut berarti bahwa
semakin besar perbedaan tingkat verifikasi yang diminta terhadap laba dibandingkan terhadap rugi, maka semakin tinggi tingkat konservatisme
akuntansi. Akibat perlakuan yang asimetrik terhadap verifikasi laba dan rugi dalam konservatisme akuntansi adalah understatement yang presisten
terjadi terhadap nilai aktiva bersih Wulandari dkk, 2014. Watts 2003 menyatakan dalam artikelnya yang berjudul
“Conservatism in Accounting Part II: Evidence and Research Opportunities“
, terdapat tiga ukuran konservatisme yaitu: a. Earnings stock return relation measures
Stock market price berusaha untuk merefleksikan perubahan nilai
aset pada saat terjadinya perubahan baik perubahan atas rugi ataupun laba dalam nilai asset - stock return tetap berusaha untuk
melaporkannya sesuai dengan waktunya. Basu 1997 dalam Watts 2003 menyatakan bahwa konservatisme menyebabkan kejadian-
kejadian yang merupakan kabar buruk atau kabar baik terefleksi dalam laba yang tidak sama asimetri waktu pengakuan. Hal ini disebabkan
karena salah satu definisi konservatisme menyebutkan bahwa kejadian
21
yang diperkirakan akan menyebabkan kerugian bagi perusahaan dan harus segera diakui sehingga mengakibatkan kabar buruk lebih cepat
terefleksi dalam laba dibandingkan kabar baik. Basu 1997 dalam Watts 2003 memprediksikan bahwa pengembalian saham dan
earnings cenderung merefleksikan kerugian dalam periode yang sama, tapi pengembalian saham merefleksikan keuntungan lebih cepat
daripada earnings. b. Earnings accrual measures
Ukuran konservatisme yang kedua ini menggunakan akrual, yaitu selisih antara net income dan cash flow. Net income yang digunakan
adalah net income sebelum depresiasi dan amortisasi, sedangkan cash flow
yang digunakan adalah cash flow operasional. Givoly dan Hayn 2002 dalam Sari dan Adhariani 2009 melihat kecenderungan dari
akun akrual selama beberapa tahun. Apabila terjadi akrual negatif net income
lebih kecil daripada cash flow operasional yang konsisten selama beberapa tahun, maka merupakan indikasi diterapkannya
conservatism . Selain itu, mereka membagi akrual menjadi dua, yaitu
operating accrual yang merupakan jumlah akrual yang muncul dalam
laporan keuangan sebagai hasil dari kegiatan operasional perusahaan dan non operating accrual yang merupakan jumlah akrual yang muncul
diluar hasil kegiatan operasional perusahaan.
22
1 Operating Accrual Berdasarkan literatur Criterion Research Group, dinyatakan
bahwa operating accrual menangkap perubahan dalam aset lancar, kas bersih dan investasi jangka pendek, dikurangi dengan perubahan
dalam aset lancer dan hutang jangka pendek bersih. Operating accrual
yang utama meliputi piutang dagang dan persediaan dan kewajiban. Akun ini merupakan akun klasik yang digunakan untuk
memanipulasi earnings untuk mencapai tujuan pelaporan. 2 Non Operating Accrual
Berdasarkan literatur Criterion Research Group, dinyatakan bahwa non current operating accrual menangkap perbedaan
dalam non-current asset, investasi non ekuitas jangka panjang bersih, dikurang perubahan dalam non-current liabilities, hutang
jangka panjang bersih. Komponen non operating accrual pada sisi aset yang utama adalah aktiva tetap dan aktiva tidak berwujud.
Terdapat subjektivitas yang cukup terlibat diawal keputusan dimana biaya dikapitalisasi baik untuk aktiva tetap dan aktiva tidak
berwujud dibangun sendiri yang dapat diakui seperti biaya pembangunan
software yang dikapitalisasi dan keputusan
kemudian terkait dengan alokasi dari biaya yang dapat didepresiasi sepanjang masa manfaat aset yang manfaatnya dapat ditentukan.
Non current assets ini tergantung pada write down ketika aktiva
tersebut diputuskan telah di turunkan nilainya impaired, dan
23
penentuan dari beberapa permanent impaeirement yang banyak melibatkan abnormal manajerial. Pada sisi kewajiban terdapat
sebuah varietas dari akun-akun seperti utang jangka panjang, penangguhan pajak dan postretirement benefits yang juga
merupakan manifestasi atas estimasi dan asumsi subjektif seperti estimasi akuntansi pensiun, pengembalian yang diharapkan atas
aset, pertumbuhan yang diharapkan atas pertumbuhan upah pegawai, dan lain-lain.
c. Net asset measures Ukuran ketiga yang digunakan untuk mengetahui tingkat
konservatisme dalam laporan keuangan adalah nilai aktiva yang understatement
dan kewajiban yang overstatement. Salah satu model pengukurannya adalah proksi pengukuran yang digunakan oleh Beaver
dan Ryan 2000 yaitu dengan menggunakan market to book ratio yang mencerminkan nilai pasar relatif terhadap nilai buku perusahaan. Rasio
yang bernilai lebih dari 1, mengindikasikan penerapan akuntansi yang konservatif karena perusahaan mencatat nilai pasar lebih tinggi dari nilai
perusahaannya. Sebaliknya dengan proksi pengukuran yang digunakan oleh Hamid dan San 2013 yaitu dengan menggunakan book to market
ratio yang mencerminkan nilai buku perusahaan relatif terhadap nilai
pasar. Rasio yang bernilai kurang dari 1, mengindikasikan penerapan akuntansi yang konservatif
karena perusahaan mencatat nilai perusahaannya lebih rendah dari nilai pasarnya. Fala 2007 menyatakan
24
bahwa nilai buku dapat diketahui dengan menghitung nilai ekuitas perusahaan pada tanggal neraca akhir periode dan nilai pasar diukur dari
harga penutupan saham saat tanggal pengumuman untuk mencerminkan respon pasar terhadap laporan keuangan.
5. Struktur Kepemilikan Manajerial Kepemilikan merupakan salah satu faktor intern perusahaan yang
menentukan kemajuan perusahaan. Keputusan bisnis yang diambil oleh manajer adalah keputusan untuk memaksimalkan sumber daya perusahaan
yang telah dipercayakan dari pihak investor. Suatu ancaman bagi perusahaan apabila manajer bertindak atas kepentingan pribadi bukan
kepentingan perusahaan. Pemegang saham dan manajer mempunyai kepentingan sendiri-sendiri dalam memaksimalkan tujuannya. Pemegang
saham mempunyai tujuan untuk memperoleh dividen atas saham sedangkan manajer mempunyai kepentingan memperoleh bonus dari pihak investor
atas kinerja yang telah dicapai dalam satu periode akuntansi Wulandari dkk, 2014.
Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk menyelaraskan antara kepentingan pemilik dan manajemen adalah dengan melibatkan manajemen
dalam struktur kepemilikan saham yang cukup besar. Saham merupakan bukti kepemilikan seseorang atas suatu perusahaan sebanding dengan
jumlah saham yang dimilikinya. Seorang pemegang saham ikut memiliki segala sesuatu yang menjadi milik perusahaan dan juga ikut dalam hal
25
menanggung resiko dan kewajiban perusahaan Mayanda dalam Wulandari dkk, 2014.
Kepemilikan manajerial adalah kepemilikan saham perusahaan oleh manajer atau dengan kata lain manajer tersebut sekaligus sebagai pemegang
saham. Di dalam laporan keuangan, keadaan ini ditunjukkan dengan besarnya persentase kepemilikan saham perusahaan oleh manajer. Oleh
karena hal ini merupakan informasi penting bagi stakeholder perusahaan, maka informasi ini akan diungkapkan dalam catatan atas laporan
keuangan Christiawan dan Tarigan, 2007. Keputusan dan aktivitas di perusahaan dengan kepemilikan manajerial
tentu akan berbeda dengan perusahaan tanpa kepemilikan manajerial. Di dalam perusahan dengan kepemilikan manajerial, manajer yang sekaligus
pemegang saham tentunya akan menyelaraskan kepentingannya sebagai manajer dan pemegang saham. Hal ini akan berbeda jika manajernya tidak
sekaligus sebagai pemegang saham, kemungkinan manajer tersebut hanya mementingkan kepentingannya sendiri Christiawan dan Tarigan, 2007.
6. Leverage Dalam membagi kegiatannya suatu perusahaan dapat menggunakan
sumber dana dari dalam atau intern perusahaan modal sendiri dan dari luar atau ekstern perusahaan hutang. Tingkat hutang adalah penggunaan aset
dan sumber dana sources of funds oleh perusahaan yang memiliki beban tetap dengan maksud meningkatkan keuntungan potensial pemegang
saham. Weston dan Copeland 1997 dalam Alhayati 2013 memberikan
26
suatu konsep tentang leverage tingkat hutang atau debt ratio yang merupakan perbandingan antara nilai buku seluruh hutang total debt
dengan total aktiva total assets. Rasio ini menekankan pentingnya pendanaan hutang dengan jalan menunjukkan persentase aktiva perusahaan
yang didukung dengan hutang Darsono dan Ashari, 2005 dalam Alhayati, 2013.
Leverage merupakan salah satu rasio solvabilitas yaitu rasio untuk
mengetahui kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jika perusahaan itu dilikuidasi. Rasio solvabilitas yang lain adalah dalam bentuk
Debt to Equity Ratio DER, yaitu suatu perbandingan antara nilai seluruh
hutang total debt dengan nilai seluruh ekuitas total equity. Rasio ini menunjukkan persentase penyediaan dana oleh pemegang saham terhadap
pemberi pinjaman Alhayati, 2013. Rasio leverage menggambarkan hubungan antara hutang perusahaan
terhadap modal maupun aset. Rasio ini dapat melihat seberapa jauh perusahaan dibiayai oleh hutang atau pihak luar dengan kemampuan
perusahaan yang digambarkan oleh modal Harahap, 1999 dalam Alhayati, 2013.
6. Growth Opportuinities Pertumbuhan merupakan elemen yang terjadi dalam siklus perusahaan.
Ukuran pertumbuhan dalam perusahaan tergantung dari kegiatan perusahaan. Pengertian pertumbuhan dalam manajemen keuangan pada
umumnya menunjukkan
peningkatan ukuran
skala perusahaan.
27
Pertumbuhan ini akan direspon positif oleh investor sehingga nilai pasar perusahaan yang lebih besar dari nilai bukunya sehingga akan tercipta
goodwill . Pasar menilai positif atas investasi yang dilakukan perusahaan
karena dari investasi yang dilakukan saat ini diharapkan perusahaan akan mendapatkan kenaikan arus kas dimasa depan Wulandari dkk, 2014.
Pertumbuhan perusahaan dapat dilihat dari kesempatan bertumbuh growth opportunities. Perusahaan untuk tumbuh dan berkembang
membutuhkan kesempatan dan peluang. Selain growth opportunities, perusahaan juga membutuhkan dana dimana terdapat tantangan bagi
manajer untuk menyeimbangkan pendapatan dan penggunaan utang yang diperlukan perusahaan. Semakin tinggi kesempatan bertumbuh perusahaan
maka semakin besar kebutuhan dana yang diperlukan perusahaan. Besarnya dana yang dibutuhkan perusahaan menyebabkan manajer menerapkan
prinsip konservatisme agar pembiayaan untuk investasi dapat terpenuhi, yaitu dengan meminimalkan laba Fatmariani, 2013.
Growth opportunities adalah kesempatan perusahaan untuk melakukan
investasi pada hal-hal yang menguntungkan. Perusahaan dengan growth opportunities
yang tinggi akan cenderung membutuhkan dana dalam jumlah yang cukup besar untuk membiayai pertumbuhan tersebut pada masa yang
akan datang. Oleh karenanya, perusahaan akan mempertahankan earnings untuk diinvestasikan kembali pada perusahaan dan pada waktu bersamaan
perusahaan diharapkan akan tetap mengandalkan pendanaan melalui utang yang lebih besar Baskin, 1989 dalam Fatmariani, 2013.
28
Collins dan Kothari 1989 dalam Fatmariani 2013 memproksikan growth opportunities
dengan market to book value of equity. Rasio dari market to book value of equity
menunjukkan besarnya perbandingan antara nilai pasar saham dengan besarnya ekuitas perusahaan. Rasio ini
mencerminkan pasar yang menilai return dari investasi perusahaan di masa datang akan lebih besar dari return yang diharapkan dari ekuitasnya. Rasio
market to book value of equity merupakan nilai sekarang dari pilihan-pilihan
perusahaan untuk membuat investasi di masa depan Fatmariani, 2013. 7. Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan merupakan suatu skala dimana diklasifikasikannya perusahaan menurut besar kecilnya Mutia dkk, 2011. Berdasarkan
ukurannya perusahaan dibagi menjadi perusahaan kecil dan besar, dimana perusahaan yang besar memiliki sistem manajemen yang lebih kompleks
dan memiliki laba yang lebih tinggi pula. Oleh karena itu perusahaan yang besar memiliki masalah dan risiko yang lebih kompleks daripada
perusahaan perusahaan kecil. Perusahaan yang berukuran besar akan dikenakan biaya politis yang tinggi. Jika perusahaan berukuran besar
mempunyai laba tinggi secara relatif permanen, maka pemerintah dapat terdorong untuk menaikkan pajak dan meminta layanan publik yang lebih
tinggi kepada perusahaan Wulandini dan Zulaikha, 2010 dalam Aristiyani dan Wirawati, 2013.
Size hypothesis berdasar pada asumsi bahwa perusahaan besar lebih
sensitif secara politis dan memiliki beban transfer kesejahteraan biaya
29
politis yang lebih besar daripada perusahaan yang lebih kecil. Perusahaan besar mungkin memiliki tarif pajak yang lebih tinggi, tetapi perusahaan
besar kemungkinan juga memperoleh manfaat politis yang lebih besar perjanjian dengan pemerintah yang menguntungkan dan pembatasan
impor sebagai kompensasi dari tarif pajak yang tinggi Almilia, 2007. Besar kecilnya perusahaan dapat dinilai dari total aset, penjualan bersih,
dan kapitalisasi pasar perusahaan Diantimala, 2008. Penggunaan nilai aset relatif lebih stabil dibandingkan dengan nilai kapitalisasi pasar ataupun
penjualan dalam mengukur ukuran perusahaan. Pengukuran variabel ukuran perusahaan diukur dengan logaritma natural dari total aset perusahaan. Log
normal aset digunakan dengan pertimbangan untuk memudahkan perhitungan, karena jika tanpa menggunakan logaritma normal maka jumlah
total aset yang digunakan akan terlalu besar Wulandini dan Zulaikha, 2012 dalam Septian dan Anna, 2014.
30
B. Penelitian Sebelumnya