maka secara otomatis guru juga tidak menyusun rencana kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan jenis kecerdasan siswa.
Akan tetapi, langkah-langkah diatas bukan langkah mutlak yang harus dilakukan. Ada cara lain dalam menjalankan kegiatan pembelajaran walaupun
guru tidak mengenal kecerdasan siswa. Yaitu guru berfokus pada model aktivitas pembelajarannya yang dirancang secara unik dan menarik.
54
Aktivitas pembelajaran tersebut nantinya bisa dianalisa akan berkaitan dengan jenis kecerdasan apa saja. Dan langkah inilah yang dilakukan oleh
guru-guru di MAN 12 Jakarta. Mereka melakukan aktivitas pembelajaran dengan kreativitasnya masing-masing yang membuat siswa tampak antusias
mengikutinya.
55
2. Pelaksanaan Pembelajaran
Mengingat pelajaran PAI di madrasah dibagi menjadi 4 empat bidang studi, maka penjabaran kegiatan pembelajarannya dijelaskan masing-masing
tiap bidang studi tersebut. a. Fikih
Bidang studi fikih mempunyai karateristik bahwa materi pelajarannya banyak yang bersifat praktis, sehingga memudahkan guru
dalam mendesain praktik-praktik pembelajaran yang berbasis aktivitas fisik. Misalnya materi shalat, zakat, haji, dan lain sebagainya. Materi-
materi tersebut dapat diperagakan melalui simulasi atau drama. Seperti yang dilakukan pada pembelajaran fikih di kelas X IIS 2 MAN 12 Jakarta
dengan materi pengurusan jenazah. Hasil pengamatan terhadap pembelajaran tersebut dapat dijelaskan
sebagai berikut: KBM dilakukan di ruang multimedia. Ruangan ini memiliki luas
hampir tiga kali ruang kelas biasa. Di dalamnya tidak ada bangku
54
Munif Chatib, Sekolahnya Manusia: Sekolah Berbasis Multiple Intelligences di Indonesia, Bandung: Kaifa, 2010, h. 119.
55
Pengamatan pada beberapa kegiatan belajar mengajar di kelas
ataupun meja, sehingga untuk proses KBM yang memerlukan banyak gerak cukup efektif.
Guru dan murid memasuki ruangan dengan membawa perlengkapan yang sudah dipersiapkan sebelumnya. Yaitu kain kafan, dan buku tulis.
Sebelum praktik mengkafani jenazah dilakukan, guru meminta siswa mengambil selembar kertas. Dari kertas tersebut guru mencontohkan tata
cara mempersiapkan kain kafan seperti ukuran, jumlah, cara memotong, dan letak bagian-bagian tertentu. Guru memandu siswa memotong-
motong kertas tersebut. Setelah itu guru memanggil beberapa siswa. Satu orang berperan
sebagai jenazah, sedangkan lima orang lainnya sebagai ‘amil jenazah.
Siswa yang lain mengamati dan menunggu giliran praktik. Siswa
‘amil jenazah mulai mengambil kain kafan, mengukur tinggi jenazah, memotong, membuat tali, dan memotong beberapa lambar kain
kafan untuk baju, sorbankerudung, dan lain sebagainya. Guru mengamati sambil sesekali memberikan arahan. Lalu siswa praktik
mengkafani jenazah. Setelah kelompok pertama selesai, guru memanggil beberapa orang
yang lain untuk mempraktikkan hal yang sama. Diharapkan kelompok kedua lebih baik dalam praktik karena selain telah mempelajari teori juga
sudah mengamati kelompok pertama. Lalu kelompok kedua mulai praktik mengkafani jenazah.
56
Ditinjau dari teori multiple inteligences, maka praktik pembelajaran diatas dapat mengakomodasi beberapa jenis kecerdasan yaitu kinestetik
dan interpersonal. Kecerdasan kinestetik yaitu kemampuan untuk menggunakan
seluruh bagian tubuh untuk menyelesaikan masalah atau membuat sesuatu.
57
Sedangkan kecerdasan interpersonal yaitu kemampuan untuk
56
Pengamatan saat KBM yang dilakukan pada hari Rabu, 24 September 2014 pukul 12.40 –
14.10
57
Muhammad Yaumi, op. cit., h. 99.