Tujuan Pembelajaran Karakteristik Pembelajaran PAI

Secara substansial, mata pelajaran Fikih memiliki kontribusi dalam memberikan motivasi kepada peserta didik untuk mempraktikkan dan menerapkan hukum Islam dalam kehidupan sehari-hari sebagai perwujudan keserasian, keselarasan, dan keseimbangan hubungan manusia dengan Allah Swt., dengan diri manusia itu sendiri, sesama manusia, makhluk lainnya ataupun lingkungannya. Mata pelajaran Fikih di Madrasah Aliyah bertujuan untuk: 1 Mengetahui dan memahami prinsip-prinsip, kaidah-kaidah dan tatacara pelaksanaan hukum Islam baik yang menyangkut aspek ibadah maupun muamalah untuk dijadikan pedoman hidup dalam kehidupan pribadi dan sosial. 2 Melaksanakan dan mengamalkan ketentuan hukum Islam dengan benar dan baik, sebagai perwujudan dari ketaatan dalam menjalankan ajaran agama Islam baik dalam hubungan manusia dengan Allah Swt, dengan diri manusia itu sendiri, sesama manusia, dan makhluk lainnya maupu hubungan dengan lingkungannya. d. Sejarah Kebudayaan Islam SKI Sejarah Kebudayaan Islam di Madrasah Aliyah merupakan salah satu mata pelajaran yang menelaah tentang asal-usul, perkembangan, peranan kebudayaan peradaban Islam di masa lampau, mulai dari dakwah Nabi Muhammad pada periode Makkah dan periode Madinah, kepemimpinan umat setelah Rasulullah saw. wafat, sampai perkembangan Islam periode klasik zaman keemasan pada tahun 650 M –1250 M, abad pertengahanzaman kemunduran 1250 M–1800 M, dan masa modernzaman kebangkitan 1800-sekarang, serta perkembangan Islam di Indonesia dan di dunia. Secara substansial mata pelajaran Sejarah Kebudayan Islam memiliki kontribusi dalam memberikan motivasi kepada peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati Sejarah Kebudayaan Islam, yang mengandung nilai-nilai kearifan yang dapat digunakan untuk melatih kecerdasan, membentuk sikap, watak, dan kepribadian peserta didik. Mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di Madrasah Aliyah bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut: 1Membangun kesadaran peserta didik tentang pentingnya mempelajari landasan ajaran, nilai-nilai dan norma-norma Islam yang telah dibangun oleh Rasulullah saw. dalam rangka mengembangkan kebudayaan dan peradaban Islam. 2 Membangun kesadaran peserta didik tentang pentingnya waktu dan tempat yang merupakan sebuah proses dari masa lampau, masa kini, dan masa depan, 3 Melatih daya kritis peserta didik untuk memahami fakta sejarah secara benar dengan didasarkan pada pendekatan ilmiah. 4 Menumbuhkan apresiasi dan penghargaan peserta didik terhadap peninggalan sejarah Islam sebagai bukti peradaban umat Islam di masa lampau. 5 Mengembangkan kemampuan peserta didik dalam mengambil ibrah dari peristiwa-peristiwa bersejarah Islam, meneladani tokoh-tokoh berprestasi, dan mengaitkannya dengan fenomena sosial, budaya, politik, ekonomi, iptek dan seni dan lain-lain untuk mengembangkan Kebudayaan dan peradaban Islam. 23

3. Strategi Pembelajaran PAI

Melihat tujuan dan materi pada pembelajaran PAI, maka strategi pembelajaran yang dikembangkan seharusnya lebih menekankan pada aspek afektif dan psikomotorik, yaitu strategi-strategi pembelajaran yang dapat membuat siswa dapat mengamalkan ajaran-ajaran agama yang didasari keyakinan dan pemahaman, karena pendidikan agama Islam adalah proses transformasi nilai dan penanaman moral serta pembentukan sikap dan keterampilan secara terintegrasi dan komprehensif sebagai wujud penguasaan kompetensi. Dalam menerapkan strategi pembelajaran PAI harus memperhatikan beberapa asas berikut: 23 Permenag Nomor 0002312 Tahun 2013 tentang Kurikulum Madrasah 2013 Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab a Asas Agama, yakni penerapan metode harus mengacu pada sumber asasi ajaran Islam Al Qur ’an dan Hadits b Asas Biologis, yakni penggunaan metode harus memperhatikan kondisi kebutuhan jasmani dan tingkat perkembangan peserta didik c Asas Psikologis, yakni penerapan metode harus disesuaikan dengan kondisi minat dan bakat atau motivasi peserta didik d Asas Sosial, yakni penerapan metode harus disesuaikan dengan tuntutan kebutuhan sosial peserta didik yang selalu berubah dan berkembang setiap saat. 24 Strategi pembelajaran yang baik sangat diperlukan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Bahkan “Nabi Saw. sering mencontohkan beberapa cara penyampaian materi kepada para sahabatnya, seperti eksperimen, asistensi, tanya jawab, dan lain sebagainya ”. 25 Tentu untuk zaman sekarang harus mempertimbangkan situasi dan kondisi terkini untuk menentukan strategi apa dan bagaimana menerapkannya.

4. Evaluasi

Yang dimaksud dengan evaluasi pendidikan agama Islam ialah “ kegiatan untuk menentukan taraf kemajuan suatu pekerjaan di dalam pendidikan agama ”. 26 Selama ini para guru PAI lebih banyak mengenal model-model evaluasi acuan norma norm referenced dan evaluasi acuan patokan criterian referenced. Dalam pendidikan agama ternyata yang dinilai bukan hanya hafalan surat-surat pendek, hafalan rukun shalat, dan lain sebagainya, tetapi apakah shalatnya rajin atau tidak. Disinilah perlunya memahami model Evaluasi Acuan Etik. Guru PAI yang akan mengadakan tes atau pengukuran keberhasilan belajar siswa maka perlu mempertimbangkan masalah apa yang akan dites 24 A. Fatah Yasin, op., cit, h. 134. 25 Abdul Majid Khon, Hadits Tarbawi: Hadits-hadits Pendidikan, Jakarta: Kencana, 2012, h. 34. 26 Zuhairini, Abdul Ghofir, dan Slamet As. Yusuf: Metodik Khusus Pendidikan Agama, Malang: IAIN Sunan Ampel, 1983, h. 154. atau dievaluasi? Jawaban terhadap masalah ini akan terkait dengan ketiga acuan diatas. yaitu: a Jika yang akan dites adalah kemampuan dasar aptitude maka yang digunakan adalah evaluasi acuan norma b Jika yang akan dites adalah prestasi belajar achievement, maka yang digunakan adalah evaluasi acuan patokan. c Jika yang dites adalah kepribadian personality, maka yang digunakan adalah evaluasi acuan etik. 27 Beberapa alat evaluasi yang biasa digunakan yaitu teknik tes dan non tes. Tes adalah cara yang dapat dipergunakan atau prosedur yang perlu ditempuh dalam rangka pengukuran dan penilaian di bidang pendidikan yang berbentuk pemberian tugas atau serangkaian tugas baik berupa pertanyaan- pertanyaan yang harus dijawab, atau perintah-perintah yang harus dikerjakan oleh testee sehingga atas dasar data yang diperoleh dari hasil pengukuran tersebut dapat dihasilkan nilai yang melambangkan tingkah laku atau prestasi testee. Sedangkan teknik non tes antara lain: 1 pengamatan, yaitu cara menghimpun data yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap kegiatan siswa, 2 wawancara, yaitu cara menghimpun bahan-bahan keterangan data yang dilakukan dengan melakukan tanya jawab lisan secara sepihak, berhadapan muka, dan dengan arah serta tujuan yang telah ditentukan, 3 angket, yaitu seperangkat pertanyaan yang disusun secara logis dan sistematis tentang konsep yang menerangkan variabel-variabel yang diteliti, 4 analisis dokumen, yaitu telaah terhadap referensi yang berhubungan dengan kinerja maupun hasil belajar siswa. 28 27 Muhaimin, op.cit,. h. 53. 28 Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Rajawali Pers, 2011, h. 65.

D. Multiple Intelligences dalam Pembelajaran

1. Multiple Intelligences dalam Pembelajaran

Salah satu prinsip yang cukup dikenal dalam teori multiple intelligences ialah bahwa siswa akan menerima materi pelajaran dengan baik jika gaya mengajar yang dilakukan guru sesuai dengan gaya belajar yang dimiliki siswa. Oleh karena itu, penerapan teori multiple intelligences dalam pembelajaran lebih ditekankan pada aspek strategi. Munif Chatib menamakan strategi tersebut sama dengan nama teorinya yakni strategi multiple intelligences. 29 Strategi tersebut tidaklah berupa satu strategi yang dikembangkan untuk semua mata pelajaran. Istilah strategi multiple intelligences lebih merupakan sebuah wadah besar untuk berbagai macam strategi pembelajaran yang penerapannya sesuai dengan konsep multiple intelligences. Ada banyak macam strategi pembelajaran yang mengacu pada teori multiple intelligences. Bahkan pada dasarnya semua strategi pembelajaran konvensional maupun modern dapat disesuaikan dengan teori multiple intelligences. Yang perlu diperhatikan ialah pada situasi dan kondisi bagaimana strategi tersebut dapat mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan secara lebih optimal. a. Strategi Mengembangkan Kecerdasan Linguistik-Verbal 1 Sumbang pendapat 2 Storytelling 3 Menulis Jurnal 4 Membaca Biografi b. Strategi Mengembangkan Kecerdasan Logis-Matematis 1 Berpikir kritis 2 Bereksperimen 3 Pertanyaan Socrates 4 Penyelesaian Masalah 29 Munif Chatib, Gurunya Manusia: Menjadikan Semua Anak Istimewa dan Semua Anak Juara, op. cit., h. 138. c. Strategi Mengembangkan Kecerdasan Visual-Spasial 1 Membuat potongan kertas berwarna-warni 2 Mewarnai gambar 3 Membuat sketsa d. Strategi Mengembangkan Kecerdasan Kinestetis -Jasmaniah 1 Studi lapangan 2 Bermain peran 3 Berpantomim 4 Menyelidiki bagian-bagian benda 5 Menggunakan bagian-bagian tubuh untuk menulis e. Strategi Mengembangkan Kecerdasan Ritmik-Musikal 1 Diskografi 2 Musik instrument 3 Bunyi dan orang 4 Bentuk bunyi f. Strategi Mengembangkan Kecerdasan Interpersonal 1 Jigsaw 2 Mengajar teman sebaya 3 Teamwork 4 Mencari orang yang mengenakan pakaian tertentu g. Strategi Mengembangkan Kecerdasan Intrapersonal 1 Melakukan tugas mandiri 2 Melakukan refleksi 3 Mengungkapkan perasaan 4 Membuat identifikasi diri h. Strategi Mengembangkan Kecerdasan Naturalis 1 Belajar melalui alam 2 Jendela belajar 3 Menggunakan tanaman sebagai alat peraga 4 Meniru bunyi-bunyi binatang