Sistem Informasi Akuntansi Persediaan Pada PT Pertamina (Persero) MOR I Medan

(1)

TUGAS AKHIR

SISTEM INFORMASI AKUNTANSI PERSEDIAAN PADA PT PERTAMINA (PERSERO) MARKETING

OPERATION REGION I

Oleh :

IVA NURA PANGGABEAN 112102054

PROGRAM STUDI D3 AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2014


(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS MEDAN

PERSETUJUAN ADMINISTRASI AKADEMIK

NAMA : IVA NURA PANGGABEAN

NIM : 112102054

PROGRAM STUDI : DIPLOMA III AKUNTANSI

JUDUL TUGAS AKHIR : SISTEM INFORMASI AKUNTANSI PERSEDIAAN PADA PT PERTAMINA (PERSERO) Marketing Operation Region I Tanggal….Agustus 2014 Dosen Pembimbing Tugas Akhir

(Drs. Rasdianto, M.Si, Ak) NIP. 19550908 198103 1 005

Tanggal….Agustus 2014 Ketua Prodi Diploma III Akuntansi

(Drs. Rustam, M.Si, Ak, CA) NIP. 19511114 198203 1 002

Tanggal….Agustus 2014 Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis USU

(Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec, Ac, Ak, CA) NIP. 19560407 198002 1 001


(3)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS MEDAN

PENANGGUNG JAWAB TUGAS AKHIR

NAMA : IVA NURA PANGGABEAN

NIM : 112102054

PROGRAM STUDI : DIPLOMA III AKUNTANSI

JUDUL TUGAS AKHIR : SISTEM INFORMASI AKUNTANSI PERSEDIAAN PADA PT PERTAMINA (PERSERO) Marketing Operation Region I

Medan, Agustus 2014

NIM : 112102054


(4)

KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr Wb

Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan Pendidikan Program Diploma III Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis pada Universitas Sumatera Utara yang dalam hal ini penulis memilih judul “Sistem Informasi Akuntansi Persediaan Pada PT Pertamina (Persero) MOR I Medan”.

Penulis menyadari di dalam penulisan masih banyak terdapat kekurangan dari segi ilmiah maupun dari segi penulisannya, maka dalam hal ini penulis akan menerima dengan senang hati segala kritik dan saran yang sifatnya menyempurnakan tugas akhir ini.

Keberhasilan penulis dalam menulis tugas akhir ini tak lepas dari pertolongan Allah SWT, bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, maka dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Teristimewa kepada kedua orangtua tercinta yang telah banyak memberi

dorongan dan bantuan dari segi moril maupun materil kepada penulis sehingga perkuliahan ini dapat selesai.

2. Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec.Ac, Ak, CA selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Rustam, M.Si, Ak, CA selaku Kepala Program Studi Diploma III Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Drs, Chairul Nazwar, M.Si, selaku Sekretaris Program Studi Diploma. 5. Bapak Drs. Rasdianto, M.Si, Ak. selaku dosen pembimbing, yang telah


(5)

meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, arahan, dan koreksi dalam proses penyelesaian tugas akhir, sehingga penulisan tugas akhir ini dapat terselesaikan dengan baik.

6. Staf dan Pegawai PT Pertamina (Persero) MOR I Medan khususnya Ibu Robina Sinaga dan Bapak Ibnu Hajar yang telah banyak membantu selama mengerjakan tugas akhir ini.

Semoga Allah SWT yang dapat membalas semua kebaikan yang penulis dapatkan. Penulis menyadari bahwa dalam penyajian tugas akhir ini masih banyak terdapat kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca demi perbaikan-perbaikan di masa yang akan datang.

Medan, Agustus 2014 Penulis,

Iva Nura Panggabean 112102054


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR LAMPIRAN ... vi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Rumusan Masalah ... 2

C. Tujuan dan Manfaat penelitian ... 2

D. Rencana Penulisan ... 3

1. Jadwal Survei / Observasi ... 3

2. Rencana Isi ... 4

BAB II PT PERTAMINA (PERSERO) MOR I MEDAN ... 6

A. Sejarah Ringkas ... 6

B. Struktur Organisasi ... 9

C. Job description ... 10

D. Jaringan Usaha... 18

E. Kinerja Usaha Terkini ... 19

F. Rencana Usaha ... 22

BAB III SISTEM INFORMASI AKUNTANSI PERSEDIAAN PADA PT PERTAMINA (PERSERO) MOR I MEDAN ... 24


(7)

B. Fungsi Sistem Informasi Akuntansi... 25

C. Persediaan ... 26

1. Pengertian Persediaan ... 26

2. Jenis-jenis Persediaan ... 27

3. Pos-Pos yang Dimasukkan dalam Persediaan ... 28

4. Sistem dan Prosedur Pengelolahan Persediaan ... 29

D. Sistem Informasi Akuntansi untuk Pengelolahan Data Persediaan ... 36

E. Efektifitas Sistem ... 38

F. Efektifitas Sistem Informasi Akuntansi Persediaan Secara Komputer ... 41

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN ... 44

A. Kesimpulan... 44

B. Saran ... 46

DAFTAR PUSTAKA ... 47


(8)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman 1.1 Jadwal Penelitian dan Penyusunan Tugas Akhir……… 3


(9)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman 1.2 Struktur Organisasi PT Pertamina (Persero) MOR I Medan……… 48


(10)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Setiap perusahaan dalam melakukan aktivitas usahanya harus secara terencana dan terstruktur dengan baik. Sebab dalam era persaingan bebas sekarang ini setiap perusahaan harus bisa memenuhi kebutuhan para konsumennya dengan baik, agar perusahaan bisa mencapai tujuan yang telah ditetapkan yaitu memperoleh laba.

Pemimpin perusahaan yang memiliki cakupan usaha yang luas, baik dari segi aktivitas maupun jumlah pegawai, semakin menyadari bahwa pengawasan terhadap seluruh aspek dan bagian perusahaan menjadi terbatas. Oleh karena itu, semakin dirasakan pentingnya suatu alat bantu yang dapat memecahkan kendala tersebut. Serta dengan semakin kompetitifnya persaingan dunia usaha dan terbatasnya dana yang tersedia maka diperlukan pemikiran yang jeli dalam merencanakan dan melaksanakan kegiatan operasi perusahaan. Salah satu alat yang digunakan untuk melaksanakan aktivitas perusahaan adalah persediaan karena sangat berpengaruh langsung terhadap operasi perusahaan.

Hal ini harus benar-benar diperhatikan apabila persediaan yang ada dalam perusahaan terlalu besar dibanding dengan kebutuhan, maka akan menganggurnya sejumlah modal untuk jangka waktu tertentu dan bertambahnya biaya dalam perusahaan. Sebaliknya persediaan yang terlalu sedikit dalam perusahaan akan mengakibatkan resiko terganggunya operasi perusahaan karena


(11)

kehabisanpersediaan. hasil yang nantinya akan dianggap sebagai sebuah data input untuk pengolahan tahap berikutnya.

Berdasarkan uraian tersebut maka penulis ingin mengetahui sejauh mana penerapan sistem informasi akuntansi dalam mengolah data persediaan yang telah diterapkan oleh perusahaan. Untuk itu penulis mengambil judul : “Sistem Informasi Akuntansi Persediaan pada PT PERTAMINA (PERSERO) Marketing Operation Region I”.

B. Rumusan Masalah

Dengan melihat keadaan yang telah disebutkan di atas, maka penulis akan merumuskan permasalahan sebagai berikut : Apakah sistem akuntansi persediaan yang digunakan PT Pertamina (Persero) sudah memenuhi prinsip pengendalian intern?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah “untuk mengetahui apakah sistem akuntansi persediaan yang diterapkan pada PT Pertamina (Persero) MOR I Medan sudah memenuhi prinsip pengendalian intern”.

2. Manfaat Penelitian

Penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat yaitu :

1. Sebagai bahan masukan bagi perusahaan mengenai penerapan akuntansi persediaan,


(12)

2. Sebagai bahan referensi bagi pihak-pihak yang akan melakukan penelitian bidang yang sama,

3. Memberikan sumbangan wawasan terhadap penelitian akuntansi yang berhubungan dengan sistem persediaan,

4. Untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan perkuliahan pada jurusan akuntansi.

D. Rencana Penulisan

1. Jadwal Survei/Observasi

Penelitian ini dilakukan di PT Pertamina (Persero) MOR I, di JL.Yos Sudarso No.8-10 Medan. Untuk lebih jelasnya jadwal kegiatan ini dapat dilihat pada table 1.1.

Tabel 1.1

Jadwal Penelitian dan Penyusunan Tugas Akhir

NO KEGIATAN

JUNI MINGGU KE

I II III IV

1 Pengesahan Penulisan Tugas Akhir

2 Pengajuan Judul 3 Izin Riset Permohonan

4 Penunjukan Dosen Pembimbing 5 Pengumpulan Data

6 Penyusunan Tugas Akhir 7 Bimbingan Tugas Akhir 8 Penyelesaian Tugas Akhir


(13)

2. Rencana Isi

Laporan penelitian berisi empat bab yang terdiri dari : Bab I Pendahuluan, Bab II Profil PT Pertamina (Persero) MOR I, Bab III Topik Penelitian, dan Bab IV Kesimpulan dan Saran.

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini menerangkan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, dan rencana penulisan. BAB II : PT PERTAMINA (PERSERO) MOR I MEDAN

Bab ini membahas tentang sejarah ringkas, struktur organisasi, job description, jaringan usaha, kinerja usaha terkini, dan rencana usaha.

BAB III : SISTEM INFORMASI AKUNTANSI PERSEDIAAN PADA PT PERTAMINA (PERSERO) MOR I MEDAN Bab ini penulis mencoba menguraikan mengenai pengertian sistem informasi akuntansi ,fungsi sistem informasi akuntansi, persediaan, pengertian persediaan,jenis-jenis persedian, pos-pos yang dimasukkan dalam persediaan, sistem dan prosedur pengelolahan persediaan, sistem informasi akuntansi untuk pengelolahan data persediaan, efektifitas sistem dan juga efektifitas sistem informasi akuntansi persediaan secara komputer.


(14)

Pada bab ini membuat kesimpulan yang dirangkum dari hasil penelitian terhadap PT Pertamina (Persero) MOR I Medan dan juga saran yang ditujukan bagi perusahaan sebagai upaya untuk menunjang kemajuan perusahaan di masa yang akan datang.


(15)

BAB II

PT PERTAMINA (PERSERO) MOR I MEDAN A. Sejarah Ringkas

Di Indonesia sendiri, pemboran sumur minyak pertama dilakukan oleh Belanda pada tahun 1871 di daerah Cirebon. Namun demikian, sumur produksi pertama adalah sumur Telaga Said di wilayah Sumatera Utara yang dibor pada tahun 1883. Sejak era itu, kegiatan eksploitasi minyak di Indonesia dimulai.

Era 1900: Masa Perjuangan

Setelah diproduksinya sumur Telaga Said, maka kegiatan industri perminyakan di tanah air terus berkembang. Penemuan demi penemuan terus bermunculan. Sampai dengan era 1950a n, penemuan sumber minyak baru banyak ditemukan di wilayah Jawa Timur, Sumatera Selatan, Sumatera Tengah, dan Kalimantan Timur. Pada masa ini Indonesia masih di bawah pendudukan Belanda yang dilanjutkan dengan Pendudukan Jepang.

Ketika pecah perang Asia Timur Raya produksi minyak mengalami gangguan. Pada masa pendudukan Jepang usaha yang dilakukan hanyalah merehabilitasi lapangan dan sumur yang rusak akibat bumi hangus atau pemboman lalu pada masa perang kemerdekaan produksi minyak terhenti.

Namun ketika perang usai dan bangsa ini mulai menjalankan pemerintahan yang teratur, seluruh lapangan minyak dan gas bumi yang ditinggalkan oleh Belanda dan Jepang dikelola oleh negara.


(16)

Untuk mengelola aset perminyakan tersebut, pemerintah mendirikan sebuah perusahaan minyak nasional pada 10 Desember 1957 dengan nama PT Perusahaan Minyak Nasional, disingkat PERMINA. Perusahaan itu lalu bergabung dengan PERTAMINA menjadi PERTAMINA pada 1968. Untuk memperkokoh perusahaan yang masih muda ini, pemerintah menerbitkan UU No. 8 pada 1971, yang menempatkan Pertamina sebagai perusahaan minyak dan gas bumi milik negara. Berdasarkan UU ini, semua perusahaan minyak yang hendak menjalankan usaha di Indonesia wajib bekerja sama dengan Pertamina. Karena itu Pertamina memainkan peran ganda yakni sebagai regulator bagi mitra yang menjalin kerja sama melalui mekanisme Kontrak Kerja Sama (KKS) di wilayah kerja (WK) Pertamina. Sementara di sisi lain Pertamina juga bertindak sebagai operator karena juga menggarap sendiri sebagian wilayah kerjanya.

Era 2000: Perubahan Regulasi

Sejalan dengan dinamika industri migas di dalam negeri, Pemerintah menerbitkan Undang-Undang Minyak dan Gas Bumi No. 22 tahun 2001. Sebagai konsekuensi penerapan UU tersebut, Pertamina beralih bentuk menjadi PT Pertamina (Persero) dan melepaskan peran gandanya. Peran regulator diserahkan ke lembaga pemerintah sedangkan Pertamina hanya memegang satu peran sebagai operator murni.

Peran regulator di sektor hulu selanjutnya dijalankan oleh BPMIGAS yang dibentuk pada tahun 2002. Sedangkan peran regulator disektor hilir dijalankan oleh BPH MIGAS yang dibentuk dua tahun setelahnya pada 2004.


(17)

Di sektor hulu, Pertamina membentuk sejumlah anak perusahaan sebagai entitas bisnis yang merupakan kepanjangan tangan dalam pengelolaan kegiatan eksplorasi dan eksploitasi minyak, gas, dan panas bumi, pengelolaan transportasi pipa migas, jasa pemboran, dan pengelolaan portofolio di sektor hulu. Ini merupakan wujud implementasi amanat UU No. 22 tahun 2001 yang mewajibkan PT Pertamina (Persero) untuk mendirikan anak perusahaan guna mengelola usaha hulunya sebagai konsekuensi pemisahaan usaha hulu dengan hilir.

2005: Entitas Bisnis Murni

Atas dasar itulah PT Pertamina EP didirikan pada 13 September 2005. Sejalan dengan pembentukan PT Pertamina EP maka pada tanggal 17 September 2005, PT Pertamina (Persero) telah melaksanakan penandatanganan Kontrak Kerja Sama (KKS) dengan BPMIGAS (sekarang SKKMIGAS) – yang berlaku surut sejak 17 September 2003 – atas seluruh wilayah kuasa Pertambangan Migas yang dilimpahkan melalui perundangan yang berlaku. Sebagian besar wilayah PT Pertamina (Persero) tersebut dipisahkan menjadi Wilayah Kerja (WK) PT Pertamina EP. Pada saat bersamaan, PT Pertamina EP juga melaksanakan penandatanganan KKS dengan BPMIGAS (sekarang SKKMIGAS) yang berlaku sejak 17 September 2005.

Dengan demikian WK PT Pertamina EP adalah WK yang dahulu dikelola oleh PT Pertamina (Persero) sendiri dan WK yang dikelola PT


(18)

Pertamina (Persero) melalui TAC (Technical Assistance Contract) dan JOB EOR (Joint Operating Body Enhanced Oil Recovery).

Dengan tingkat pertumbuhan produksi rata-rata 6-7 persen per tahun, PT Pertamina EP memiliki modal optimisme kuat untuk tetap menjadi penyumbang laba terbesar PT Pertamina (Persero). Keyakinan itu juga sekaligus untuk menjawab tantangan pemerintah dan masyarakat yang menginginkan peningkatan produksi migas nasional.

B. Struktur Organisasi

Struktur organisasi merupakan kerangka pembagian tanggung jawab dan fungsional kepada unit-unit organisasi yang dibentuk untuk melaksanakan kegiatan pokok perusahaan dan agar perusahaan dapat berjalan ke arah tujuan yang diinginkan. Struktur organisasi merupakan wadah dari pelaksanaan kegiatan dan mencerminkan atas pendeklarasian wewenang dan tanggung jawab terhadap masing-masing bagian dalam perusahaan yang disusun dengan pertimbangan yang sempurna dengan menempatkan dan menetapkan orang-orang pada setiap unit perusahaan yang harus sesuai dengan pengetahuan dan ketrampilan atau keahlian yang dimiliki sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai dengan efektif dan efisien.

Struktur organisasi ini berguna untuk mencegah adanya kesenjangan maupun tumpang tindihnya wewenang dan tanggung jawab serta memudahkan pimpinan perusahaan dalam mengawasi aktifitas yang dilakukan sehari-hari. Sebaiknya untuk struktur organisasi perusahaan harus disusun


(19)

sedemikian rupa serta fleksibel untuk memungkinkan diadakan perubahan sesuai dengan perkembangan organisasi dan penentuan struktur organisasi ini harus sesuai dengan sifat dan jenis aktivitas serta kebutuhan perusahaan.

PT Pertamina (Persero) MOR I menyusun struktur organisasinya sedemikian rupa sehingga terlihat jelas pembagian tugas dan wewenangnya serta pertanggungjawaban atas tugas yang didelegasikan dalam usahanya mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pada dasarnya struktur organisasi yang dimiliki oleh perusahaan ini berbentuk garis dan staff (struktur terlampir), artinya disamping pucuk pimpinan yang mempunyai wewenang komando, juga diperlukan staff atau pejabat yang dapat memberikan masukan dan nasehat sesuai dengan bidang keahliannya.

Untuk lebih jelas strukrur organisasi PT Pertamina (Persero) MOR I Medan dapat di lihat pada lampiran hal 48.

C. Job Description

Berikut ini adalah deskripsi jabatan dari struktur organisasi PT Pertamina (Persero) MOR I Medan, dan setiap bagiannya memiliki tugas:

1. GM Marketing Operation Region I

Memiliki tugas antara lain:

a. Mengkoordinasi kegiatan pemasaran bahan bakar minyak dan gas bumi di wilayah kerja PT Pertamina (Persero) MOR I Medan.


(20)

b. Mengkoordinasi kegiatan pemasaran yang meliputi pengadaan, pengangkutan, penimbunan, penyaluran, dan menjaga mutu produk yang dijual.

c. Mengendalikan dan melaksanakan pengawasan kerja operasi di wilayah kerja PT Pertamina (Persero) MOR I Medan.

d. Mengkoordinasi kegiatan administrasi penunjang serta pembinaan Sumber Daya Manusia sehubungan dengan kegiatan pemasaran BBM agar terwujud suatu sistem kerja yang produktif, efektif, dan efisien. e. Mengkoordinasi hubungan kerja secara terpadu dengan pihak luar

sehubungan dengan operasi wilayah kerja PT Pertamina (Persero) MOR I Medan.

2. Fuel Retail Marketing Region I Manager

Memiliki tugas antara lain:

a. Mengkoordinir perencanaan, pengawasan pelaksanaan penjualan BBM Subsidi, dan BBK di wilayah Marketing Operation Region I.

b. Mengkoordinir perencanaan, pengawasan pelaksanaan penjualan BBM Subsidi, BBK, dan pengawasan mutu BBM yang disalurkan ke lembaga penyalur.

c. Mengendalikan dan melaksanakan pengawasan kegiatan penjualan dan pemasaran BBM subsidi dan BBK oleh lembaga penyalur.

d. Mengkoordinasi kegiatan penyelenggaraan administrasi penjualan BBM subsidi dan BBK.


(21)

Memiliki tugas antara lain:

a. Mengkoordinir perencanaan dan pengawasan pelaksanaan penjualan BBM Nonsubsidi ke agen BBM Industri, Costumer Industri, dan perkapalan termasuk SPBB.

b. Mengkoordinasi perencanaan, pengawasan pelaksanaan penjualan BBM Nonsubsidi dan BBK, dan pengawasan mutu BBM yang disalurkan kea gen BBM Industri, Costumer Industri, dan perkapalan termasuk SPBB. c. Mengendalikan dan melaksanakan pengawasan kegiatan penjualan dan

pemasaran BBM Nonsubsidi dan BBK oleh agen BBM Industri, Costumer Industri, dan perkapalan termasuk SPBB.

d. Mengkoordinasi kegiatan penyelenggaraan administrasi penjualan BBM Nonsubsidi dan BBK.

4. Petrochemical Marketing Area Manager

Memiliki tugas antara lain:

a. Mengkoordinir perencanaan dan pengawasan pelaksanaan penjualan produk-produk Petrochemical.

b. Mengkoordinasi perencanaan dan pengawasan pelaksanaan penjualan produk-produk Petrochemical.

c. Mengendalikan dan melaksanakan pengawasan kegiatan penjualan produk-produk Petrochemical.

d. Mengkoordinasi kegiatan penyelenggaraan administrasi penjualan produk-produk Petrochemical.


(22)

Memiliki tugas antara lain:

a. Mengkoordinir perencanaan dan pengawasan pelaksanaan penjualan LPG Subsidi dan Nonsubsidi.

b. Mengkoordinasi perencanaan dan pengawasan pelaksanaan penjualan LPG Subsidi dan Nonsubsidi.

c. Mengendalikan dan melaksanakan pengawasan kegiatan penjualan LPG Subsidi dan Nonsubsidi.

d. Mengkoordinasi kegiatan penyelenggaraan administrasi penjualan LPG Subsidi dan Nonsubsidi.

6. Aviation Area Manager

Memiliki tugas antara lain:

a. Mengkoordinir perencanaan dan pengawasan pelaksanaan penjualan produk Avtur dan Avigas.

b. Mengkoordinasi perencanaan dan pengawasan pelaksanaan penjualan produk Avtur dan Avigas.

c. Mengendalikan dan melaksanakan pengawasan kegiatan penjualan produk Avtur dan Avigas.

d. Mengkoordinasi kegiatan penyelenggaraan administrasi penjualan produk Avtur dan Avigas.

7. Technical Services Region ManagerI


(23)

a. Menyelenggarakan koordinasi perencanaan dan pembangunan baru dan pemeliharaan seluruh sarana distribusi dan pemasaran di Pertamina Marketing Operation Region I.

b. Menyelenggarakan pelaksanaan koordinasi terhadap kegiatan pembangunan baru dan pemeliharaan distribusi dan pemasaran di Pertamina Marketing Operation Region I.

c. Melaksanakan koordinasi penyelenggaraan administrasi teknis.

d. Melaksanakan proses lelang dan pengawasan proyek pengadaan pemeliharaan dan pembangunan di wilayah Marketing Operation Region I.

8. HSSE Area Manager Sumbagut Memiliki tugas antara lain:

a. Menyelenggarakan perencanaan, pengawasan, evaluasi, dan penyuluhan dalam bidang pencemaran lingkungan kerja.

b. Menyelenggarakan perencanaan, pengembangan, dan evaluasi sarana dan fasilitas di Terminal BBM, depot filling plant LPG, dan DPPU yang berkaitan dengan HSSE.

c. Menyelenggarakan pencegahan dan penanggulangan kebakaran.

d. Menyelenggarakan pengarahan dan penyuluhan pencegahan terhadap bahaya kecelakaan kerja

9. Marketing Branch Manager NAD


(24)

a. Mengkoordinir perencanaan dan pengawasan pelaksanaan penjualan BBM Subsidi dan BBK di wilayah Nangroe Aceh Darusalam.

b. Mengkoordinasi perencanaan, pengawasan pelaksanaan penjualan BBM Subsidi dan BBK, dan pengawasan mutu BBM yang disalurkan ke lembaga penyalur.

c. Mengendalikan dan melaksanakan pengawasan kegiatan penjualan dan pemasaran BBM Subsidi dan BBK oleh lembaga penyalur.

d. Mengkoordinasi kegiatan penyelenggaraan administrasi penjualan BBM subsidi dan BBK.

10.Marketing Branch Manager Sumbar

Memiliki tugas antara lain:

a. Mengkoordinir perencanaan dan pengawasan pelaksanaan penjualan BBM Subsidi dan BBK di wilayah Sumatera Barat.

b. Mengkoordinasi perencanaan, pengawasan pelaksanaan penjualan BBM Subsidi dan BBK, dan pengawasan mutu BBM yang disalurkan ke lembaga penyalur.

c. Mengendalikan dan melaksanakan pengawasan kegiatan penjualan dan pemasaran BBM Subsidi dan BBK oleh lembaga penyalur.

d. Mengkoordinasi kegiatan penyelenggaraan administrasi penjualan BBM Subsidi dan BBK.

11.Marketing Branch Manager Riau


(25)

a. Mengkoordinir perencanaan dan pengawasan pelaksanaan penjualan BBM Subsidi dan BBK di wilayah Riau.

b. Mengkoordinasi perencanaan, pengawasan pelaksanaan penjualan BBM Subsidi dan BBK, dan pengawasan mutu BBM yang disalurkan ke lembaga penyalur.

c. Mengendalikan dan melaksanakan pengawasan kegiatan penjualan dan pemasaran BBM Subsidi dan BBK oleh lembaga penyalur.

d. Mengkoordinasi kegiatan penyelenggaraan administrasi penjualan BBM Subsidi dan BBK.

12.Marketing Branch Manager Kepri

Memiliki tugas antara lain:

a. Mengkoordinir perencanaan dan pengawasan pelaksanaan penjualan BBM Subsidi dan BBK di wilayah Kepulauan Riau.

b. Mengkoordinasi perencanaan, pengawasan pelaksanaan penjualan BBM Subsidi dan BBK, dan pengawasan mutu BBM yang disalurkan ke lembaga penyalur.

c. Mengendalikan dan melaksanakan pengawasan kegiatan penjualan dan pemasaran BBM Subsidi dan BBK oleh lembaga penyalur.

d. Mengkoordinasi kegiatan penyelenggaraan administrasi penjualan BBM Subsidi dan BBK.

13.Finance Marketion Operation RegionI


(26)

a. Menyelenggarakan penyusunan dan pengawasan pemakaian anggaran PT Pertamina (Persero) Marketing Operation Region I.

b. Menyelenggarakan kegiatan perbendaharaan PT Pertamina (Persero) Marketing Operation Region I.

c. Menyelenggarakan kegiatan Akuntansi PT Pertamina (Persero) Marketing Operation Region I.

d. Menyelenggarakan pengendalian keuangan PT Pertamina (Persero) Marketing Operation Region I.

14.Unit Manager Human Resources Sumbagut Memiliki tugas antara lain:

a. Mengkoordinir kegiatan pembinaan perawatan Sumber Daya Manusia, penelitian dan usul perbaikan norma-norma dan syarat-syarat kerja serta mengadakan material untuk kebutuhan kantor dan rumah tangga.

b. Mengkoordinir kegiatan pelayanan jasa perawatan kesehatan pekerja dan pengaturan fasilitas pekerja dan keluarganya.

c. Mengkoordinir kegiatan jasa konsultasi manajemen antara lain mengenai sistem dan tata kerja organisasi dan evaluasi jabatan maupun tatalaksananya.

15.IT RegionSumatera Region

Memiliki tugas antara lain:

a. Menerima, memprioritaskan, dan menyelesaikan permintaan bantuan IT.


(27)

b. Instalasi, perawatan, dan penyediaan dukungan harian baik untuk hardware dan software, peralatan termasuk printer, scanner, tinta, dan lain-lain.

c. Maintain dan perawatan jaringan LAN. d. Maintain dan perawatan komputer.

e. Memperbaiki berbagai masalah seputar hardware, software, dan konektivitas, termasuk di dalamnya akses pengguna dan konfigurasi komponen.

f. Bertanggung jawab untuk administrasi dan pemeliharaan teknis yang menyangkut perusahaan dalam pembagian sistem database.

16.S&D Region Manager I Memiliki tugas antara lain:

a. Mengkoordinasi kegiatan pengadaan, penyimpanan, penerimaan, dan pembekalan BBM/NBBM serta pengaturan layanan dan transportasi. b. Mengkoordinasi kegiatan penerimaan, penimbunan BBM dan NBBM

untuk penyaluran ke depot dan konsumen.

c. Menyusun rencana dan melakukan pengawasan distribusi BBM dan NBBM serta gas untuk kebutuhan di wilayah kerja Pertamina MOR I.

D. Jaringan Usaha

Jaringan usaha PT Pertamina (Persero) mencakup, antara lain: 1. PT Nusantara Regas


(28)

3. PT Pertamina Dana Ventura 4. PT Pertamina Bina Medika 5. PT Tugu Pratama Indonesia

6. PT Pertamina Training & Consulting 7. PT Patra Jasa

8. PT Patra Dok Dumai 9. PT Pelita Air Service

10.PT Pertamina Trans Kontinental 11.PT Pertamina Retail

12.PT Pertamina Patra Niaga

13. Pertamina Energy Services PTE LIMITED 14.PT Usayana

15.PT Pertamina Gas

16.PT Pertamina Drilling Services Indonesia 17.PT Pertamina Geothermal Energy

18.PT Pertamina Hulu Energi 19.PT Pertamina EP Cepu 20.PT Pertamina EP

E. Kinerja Usaha Terkini

Kegiatan Pertamina dalam menyelenggarakan usaha di bidang energi dan petrokimia, terbagi ke dalam dua sektor, yaitu Hulu dan Hilir, serta ditunjang oleh kegiatan anak-anak perusahaan dan perusahaan petungan.


(29)

Kegiatan usaha Pertamina Hulu meliputi eksplorasi dan produksi minyak, gas, dan panas bumi. Untuk kegiatan eksplorasi dan produksi minyak dan gas dilakukan di beberapa wilayah Indonesia maupun di luar negeri. Pengusahaan di dalam negeri dikerjakan oleh Pertamina Hulu dan melalui kerjasama dengan mitra sedangkan untuk pengusahaan di luar negeri dilakukan melalui aliansi strategis bersama dengan mitra. Berbeda dengan kegiatan usaha di bidang minyak dan gas bumi, kegiatan eksplorasi dan produksi panas bumi masih dilakukan di dalam negeri. Untuk mendukung kegiatan intinya, Pertamina Hulu juga memiliki usaha di bidang pemboran minyak dan gas.

Kegiatan eksplorasi ditujukan untuk mendapatkan penemuan cadangan migas baru sebagai pengganti hidrokarbon yang telah diproduksikan. Upaya ini dilakukan untuk menjaga agar kesinambungan produksi migas dapat terus dipertahankan.

Aktivitas eksplorasi dan produksi dilakukan melalui operasi sendiri dan konsep kemitraan dengan pihak ketiga. Pola kemitraan dalam bidang minyak dan gas berupa JOB-EOR (Joint Operating Body for Enhanced Oil Recovery), JOB-PSC (Joint Operating Body for Production Sharing Contract), TAC (Technical Assistance Contract), BOB (Badan Operasi Bersama), Penyertaan berupa IP (Indonesian Participation) dan PPI (Pertamina Participating Interest), serta proyek pinjaman; sedangkan pengusahaan panas bumi berbentuk JOC (Joint Operating Contract).


(30)

Pengusahaan minyak dan gas melalui operasi sendiri dilakukan di 7 (tujuh) Daerah Operasi Hulu (DOH). Ketujuh daerah operasi tersebut adalah DOH Nangroe Aceh Darussalam (NAD) Sumatera Bagian Utara yang berpusat di Rantau Parapat, DOH Sumatera Bagian Tengah berpusat di Jambi, DOH Sumatera Bagian Selatan berpusat di Prabumulih, DOH Jawa Bagian Barat berpusat di Cirebon, DOH Jawa Bagian Timur berpusat di Cepu, DOH Kalimantan berpusat di Balikpapan, dan DOH Papua berpusat di Sorong.

Pengusahaan bidang panas bumi dilakukan di 4 (empat) area panas bumi dengan total kapasitas terpasang sebesar 402 MW. Keempat area panas bumi tersebut adalah Area Kamojang – Jawa Barat (200 MW), Lahendong – Sulawesi Utara (80 MW), Sibayak – Sumatera Utara (12 MW), dan Ulubelu – Lampung (110 MW).

Sampai akhir tahun 2004 jumlah kontrak pengusahaan migas bersama dengan mitra sebanyak 92 kontrak yang terdiri dari 6 JOB-EOR, 15 JOB-PSC, 44 TAC, 27 IP/PPI (termasuk BOB-CPP), dan 5 proyek loan. Sedangkan untuk bidang panas bumi terdapat 8 JOC.

Dalam hal pengembangan usaha, Pertamina telah mulai mengembangkan usahanya baik di dalam dan luar negeri melalui aliansi strategis dengan mitra. Pertamina juga memiliki usaha yang prospektif di bidang jasa pemboran minyak dan gas melalui Pertamina Drilling Services (PDS) yang memiliki 26 unit rig pemboran serta anak perusahaan PT Usayana yang memiliki 7 rig pemboran. Dalam kegiatan transmisi gas, Pertamina


(31)

memiliki jaringan pipa gas dengan panjang total 3800 km dan 64 stasiun kompresor.

Kegiatan usaha Pertamina Hilir meliputi pengolahan, pemasaran & niaga, dan perkapalan serta distribusi produk Hilir baik di dalam maupun keluar negeri yang berasal dari kilang Pertamina maupun impor yang didukung oleh sarana transportasi darat dan laut.

Usaha hilir merupakan integrasi Usaha Pengolahan, Usaha Pemasaran, Usaha Niaga, dan Usaha Perkapalan.

Bidang pengolahan mempunyai 7 unit kilang dengan kapasitas total 1.041,20 Ribu Barel. Beberapa kilang minyak terintegrasi dengan kilang petrokimia dan memproduksi NBBM. Disamping kilang minyak, Pertamina hilir mempunyai kilang LNG di Arun dan di Bontang. Kilang LNG Arun dengan 6 train dan LNG Badak di Bontang dengan 8 train. Kapasitas LNG Arun sebesar 12,5 Juta Ton sedangkan LNG Badak 18,5 Juta Ton per tahun.

Beberapa kilang tersebut juga menghasilkan LPG, seperti di Pangkalan Brandan, Dumai, Musi, Cilacap, Balikpapan, Balongan, dan Mundu.

Kilang Cilacap adalah satu-satunya penghasil lube base oil dengan grade HVI- 60, HVI- 95, HVI-160 S, dan HVI-650. Produksi lube baseoil ini disalurkan ke Lube Oil Blending Plant (LOBP) untuk diproduksi menjadi produk pelumas dan kelebihannya diekspor.


(32)

Adapun rencana kegiatan PT Pertamina (Persero) MOR I Medan saat ini ialah :

1. Meningkatkan produksi dari lapangan eksisting.

2. Melakukan ekspansi kegiatan usaha dan operasi termasuk melalui cara anorganik (akuisisi).0

3. Mengembangkan potensi CBM di wilayah Pertamina.

4. Melakukan aliansi strategis untuk ekspansi maupun membangun kemampuan spesifik.

5. Meningkatkan bisnis perniagaan gas di dalam negeri serta memanfaatkan peluang untuk memperbesar bisnis transportasi dan pemrosesan gas melalui sinergisitas dengan anak perusahaan Pertamina lainnya.

6. Pro aktif dalam perumusan pricing policy selaras dengan kebijakan nasional.

7. Peningkatan kapasitas dan kemampuan spesifik jasa pengeboran untuk menunjang rencana ekspansi perusahaan.


(33)

BAB III

SISTEM INFORMASI AKUNTANSI PERSEDIAAN PADA PT PERTAMINA (PERSERO) MOR I MEDAN A. Pengertian Sistem Informasi Akuntansi

Pengertian Sistem Informasi Akuntansi adalah merupakan struktur yang menyatu dalam suatu entitas, yang menggunakan sumber daya fisik dan komponen lain, untuk merubah data transaksi keuangan/akuntansi menjadi informasi bagi para pengguna atau pemakainya (users).

Definisi lain menurut Widjajanto (2001:4), sistem informasi akuntansi adalah susunan berbagai formulir catatan, peralatan, termasuk komputer dan perlengkapannya serta alat komunikasi, tenaga pelaksananya dan laporan yang terkoordinasikan secara erat didesain untuk mentransformasikan data keuangan menjadi informasi yang dibutuhkan manajemen.

Sistem informasi akuntansi merupakan kumpulan sumber daya, seperti manusia dan peralatan yang diatur untuk mengubah data menjadi informasi.

Dari definisi yang telah dikemukakan di atas, maka dapat diambil kesimpulan yang merupakan karakteristik sistem informasi akuntansi yaitu bahwa sistem informasi akuntansi merupakan suatu kesatuan dari seluruh komponen yaitu sumber modal dan manusia untuk mengolah data transaksi dalam menyiapkan informasi keuangan, sedangkan informasi keuangan ini akan berguna bagi para pemakai informasi keuangan dalam membuat keputusan untuk mencapai berbagai tujuan dalam kesatuan usaha dan dalam penggunaan sumber daya seefisien dan seefektif mungkin


(34)

B. Fungsi Sistem Informasi Akuntansi

Fungsi dari sistem informasi akuntansi menurut Gondodiyoto (2007 : 124) adalah sebagai berikut :

a) Untuk melakukan pencatatan (recording) transaksi dengan biaya klerikal seminimal mungkin dan menyediakan informasi (informasi value added mechanism) bagi pihak intern untuk pengelolaan kegiatan usaha (managers) serta para pihak terkait (stockholder/stakeholder).

b) Untuk memperbaiki informasi yang dihasilkan oleh sistem yang sudah ada, baik mengenai mutu, ketetapan penyajian maupun struktur informasinya. c) Untuk menerapkan (implementasi) sistem pengendalian intern, memperbaiki

kinerja dan tingkat keandalan (reliability) informasi akuntansi dan untuk menyediakan catatan lengkap mengenai pertanggungjawaban (akuntabilitas). d) Menjaga/meningkatkan perlindungan kekayaan perusahaan.

Berdasarkan tujuan dan karakteristik sistem informasi akuntansi, jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa tujuan dan karakteristik sistem akuntansi berkaitan dengan kegiatan pengelolaan data transaksi keuangan dan non keuangan menjadi informasi yang dapat memenuhi kebutuhan pemakainya (accounting information users).

Peranan sistem informasi akuntansi dalam organisasi perusahaan sangat berguna bagi perusahaan karena setiap perusahaan harus dapat menerapkan strategi dengan memanfaatkan semua kekuatan dan peluang yang ada, serta menutup kelemahan dan menetralisasi hambatan bisnis yang dihadapi. Dimana semuanya dapat dilakukan apabila manajemen mampu melakukan pengambilan


(35)

keputusan dari masukan-masukan yang objektif. Diantara semua faktor masukan manajemen dalam pengambilan keputusan adalah masukan yang berasal dari sistem informasi akuntansi. Akuntansi itu sendiri, sebagai suatu sistem informasi yang mencakup kegiatan mengidentifikasikan, menghimpun, memproses, dan mengkomunikasikan informasi ekonomi mengenai suatu organisasi ke berbagai pihak.

C. Persediaan

1. Pengertian Persediaan

Istilah persediaan menunjukkan barang-barang yang dimiliki untuk dijual dalam kegiatan normal perusahaan, serta untuk perusahaan manufaktur, barang-barang yang sedang diproduksi atau akan dimasukkan ke dalam proses produksi.

Menurut Yamit (2001:2), persediaan merupakan suatu aktiva yang meliputi barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode usaha, atau persediaan barang-barang yang masih dalam pengerjaan/proses produksi, ataupun persediaan barang baku yang menunggu penggunaannya dalam suatu proses produksi.

Persediaan merupakan semua barang yang dimiliki perusahaan pada saat tertentu dengan tujuan untuk dijual atau dikonsumsikan dalam siklus operasi normal perusahaan. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 14 (IAI:2004:1) memberikan pengertian persediaan yang lebih spesifik sebagai berikut :


(36)

1)Tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal

2)Dalam proses produksi atau dalam perjalanan atau digunakan dalam proses produksi atau pemberian jasa.

3)Dalam bentuk bahan baku atau perlengkapan untuk digunakan dalam proses produksi dan pemberian jasa.

2. Jenis-jenis Persediaan

Istilah persediaan atau persediaan barang dagang pada umumnya diterapkan untuk barang-barang yang dimiliki oleh perusahaan dagang, baik perusahaan dagang besar maupun eceran, apabila barang tersebut diperoleh dalam keadaan yang siap untuk dijual kembali.

Menurut Smith dan Skousen (1996:327) menyatakan bahwa bila ditinjau dari sudut usaha perusahaan, maka persediaan itu terdiri atas : A. Perusahan Dagang

Persediaan barang dagang (merchandise inventory) pada umumnya diterapkan untuk barang-barang yang dimiliki oleh perusahaan dagang besar maupun eceran, apabila barang tersebut diperoleh dalam keadaan yang siap untuk dijual kembali.

B. Perusahaan Manufaktur

Untuk perusahaan manufaktur persediaannya terdiri dari : 1. Persediaan Bahan Baku

Bahan baku merupakan barang-barang yang diperoleh untuk digunakan dalam proses produksi.


(37)

Barang dalam proses juga disebut pekerjaan dalam proses, terdiri dari bahan baku yang sebagian telah diproses dan perlu dikerjakan lebih lanjut sebelum dapat dijual. Persediaan ini meliputi tiga unsur biaya :

(1) bahan langsung, (2) upah langsung dan (3) overhead pabrik atau overhead produksi (factory overhead atau manufacturing overhead).

3. Persediaan Barang Jadi

Barang jadi merupakan produk yang telah diproduksi dan menunggu untuk dijual. Pada saat produk ini diselesaikan, biaya yang diakumulasikan dalam proses produksi ditransfer dari barang dalam proses ke perkiraan barang jadi.

3. Pos-pos yang Dimasukkan Dalam Persediaan

Menurut Skousen dan Stice (2001:518) pos-pos yang dimasukkan ke dalam persediaan adalah sebagai berikut :

a. Barang dalam Perjalanan

Ketika barang-barang dalam perjalanan dari penjual ke pembeli, kepemilikannya tergantung dari persyaratan penjualannya. Ada dua persyaratan penjualan yaitu :

1. FOB Shipping Point

Syarat penjualan dimana hak atas barang beralih ke pembeli pada saat pengiriman.


(38)

Syarat penjualan dimana hak atas barang beralih ke pembeli saat barang telah sampai ke tujuan.

b. Barang dalam Konsinyasi

Persediaan yang secara fisik ada pada dealer, tetapi kepemilikan akan barang tetap pada pengirim sampai dealer menjual barang tersebut. c. Penjualan Bersyarat

Penjualan Angsuran dan Perjanjian Pembelian Kembali Kontrak penjualan bersyarat dan penjualan angsuran mungkin mempertahankan hak milik di tangan penjual sampai harga jual sepenuhnya dibayar. Perjanjian pembelian kembali adalah sebuah cara kreatif untuk mendapatkan kas dalam jangka pendek, perusahaan menjual persediaan ke perusahaan lain tapi pada saat yang sama menyetujui untuk membeli persediaan tersebut di masa yang akan datang.

4. Sistem dan Prosedur Pengelolahan Persediaan

Prosedur pengelolahan persediaan dalam proses operasi perusahaan terdiri atas rangkaian kegiatan yang dimulai dari produksi atau pembelian, penerimaan dan penyimpanan barang serta pemakaian atau pengeluaran barang untuk dijual. Dalam menjamin adanya pengawasan dan perlakuan yang seragam terhadap transaksi-transaksi yang berkaitan dengan persediaan yang memadai dalam perusahaan. Sistem dan prosedur pengelolaan persediaan secara komputer pada prinsipnya tidak jauh berbeda dengan sistem manual. Secara umum prosedur pengelolaan persediaan dapat dibagi atas :


(39)

a. Prosedur Pembelian

Berdasarkan struktur file, Hall (2001:283) mengemukakan bahwa ada lima file yang digunakan dalam sistem komputerisasi dalam pengolahan data pembelian persediaan, yaitu :

1. File Induk Persediaan

File ini terdiri dari beberapa field antara lain : nomor persediaan, keterangan, jumlah di tangan, titik pemesanan kembali, jumlah dipesan, EOQ, nomor pemasok, biaya standar dan total persediaan.

2. File Permintaan Pembelian

File ini terdiri dari beberapa field antara lain : nomor permintaan pembelian, nomor persediaan, jumlah dipesan, nomor pemasok dan biaya standar per unit.

3. File Pemasok

File ini terdiri dari beberapa field antara lain : no pemasok, alamat, syarat perdagangan, tanggal pesanan terakhir dan waktu tunggu.

4. File Pesanan Pembelian Terbuka (dan Tertutup)

File ini terdiri dari beberapa field antara lain : nomor pesanan pembelian, nomor permintaan pembelian, nomor persediaan, jumlah dipesan, nomor pemasok, alamat, biaya standar, jumlah faktur yang diperkirakan, bendera record dan bendera persediaan. Nilai dalam field ini merupakan ”bendera” (tanda peringatan) terhadap sistem tersebut agar tidak memesan item tersebut untuk kedua kalinya. Ketika


(40)

persediaan diterima, bendera tersebut dihapus dengan mengubah nilainya menjadi nol.

5. Register Voucher (File Utang Dagang Terbuka)

File ini terdiri dari beberapa field antara lain : nomor voucher, nomor cek, nomor faktur, jumlah faktur, akun kredit, akun debit, nomor pemasok, tanggal terbuka, tanggal jatuh dan tanggal penutupan.

Berdasarkan prosedur, Hall (2001:283) juga mengemukakan urutan prosedur dalam sistem komputerisasi dalam pengolahan data pembelian persediaan adalah sebagai berikut :

• Departemen Pemprosesan Data : Langkah 1

Proses pembelian dimulai dari departemen pemrosesan data dimana fungsi kontrol persediaan dilakukan. Siklus pendapatan (dalam perusahaan retail) atau siklus konversi (dalam perusahaan manufaktur) pada kenyataannya diawali dengan kegiatan ini. Ketika persediaan dikurangi oleh penjualan ke pelanggan atau digunakan dalam produksi, sistem menentukan jika item-item yang dipengaruhi oleh file buku besar persediaan telah sampai pada titik pemesanan kembali. Jika demikian, pencatatan dilakukan di file permintaan pembelian terbuka. Setiap catatan (record) dalam file permintaan terbuka menunjukkan item persediaan terpisah yang harus diisi kembali stoknya. Record tersebut berisi nomor item persediaan, keterangan item, jumlah yang dipesan, harga unit standar dan nomor pemasok dari pemasok utama. Informasi yang diperlukan untuk membuat record permintaan pembelian dipilih dari record buku besar pembantu persediaan. Record buku besar


(41)

pembantu persediaan kemudian ditandai ”Dalam Pesanan” untuk menghindari item tersebut dipesan kembali sebelum item tersebut dikirim. Pada akhir hari, sistem tersebut mensortir file permintaan terbuka menurut nomor pemasok dan mengkonsolidasi item-item majemuk dari pemasok yang sama ke satu permintaan. Selanjutnya, informasi yang dikirim ke pemasok diambil dari file pemasok sah untuk memproduksi dokumen permintaan pembelian. Salinan-salinan dokumen ini dikirim ke prosedur manual dalam departemen pembelian dan utang dagang.

• Departemen Pembelian

Ketika menerima permintaan pembelian, departemen pembelian menyiapkan pesanan pembelian lima bagian. Salinan-salinan tersebut dikirim ke pemasok, departemen utang dagang, penerimaan, pemrosesan data dan disimpan dalam departemen pembelian sendiri. Sistem dalam gambar menerapkan prosedur manual untuk mengontrol proses pemesanan. Suatu program komputer mengidentifikasi keperluan persediaan dan menyiapkan permintaan pembelian tradisional sehingga memungkinkan agen pembelian memverifikasi transaksi pembelian sebelum menempatkan pesanan. Sebagian perusahaan menggunakan teknik ini untuk mengurangi resiko menempatkan pesanan yang tidak perlu dengan pemasok karena kesalahan komputer. Namun demikian intervensi manual seperti ini membuat proses pemesanan tertunda. Jika kontrol komputer mencukupi untuk menghindari atau mendeteksi kesalahan pembelian maka prosedur pemesanan yang lebih efisien dapat diterapkan. Sebagai alternatif, tahap otorisasi dan pemesanan dalam proses


(42)

tersebut dapat dikonsolidasikan dan dilakukan oleh sistem komputer. Dokumen permintaan pembelian dalam sistem ini tidak diperlukan dan tidak diproduksi. Namun demikian record permintaan akan tetap ada di disket atau pita magnetis untuk dipakai sebagai jejak audit.

• Departemen Pemrosesan Data : Langkah 2

Pesanan pembelian digunakan untuk menciptakan record pesanan pembelian terbuka dan untuk mentransfer record korespodensinya dalam file permintaan pembelian terbuka ke file permintaan pembelian tertutup.

• Departemen Penerimaan

Ketika barang-barang diterima dari pemasok, petugas penerimaan menyiapkan laporan penerimaan. Salinan dokumen dikirim ke bagian pembelian, utang dagang dan pemrosesan data.

• Pemrosesan Data : Langkah 3

Departemen pemrosesan data menjalankan pekerjaan batch (langkah 3) yang mengupdate file buku besar pembantu persediaan dari laporan penerimaan dan memindahkan tanda ”Dalam Pesanan” dari record persediaan. Sistem ini menghitung total batch dari bukti tanda terima persediaan untuk prosedur update buku besar umum dan kemudian menutup record korespodensi dalam file pesanan pembelian terbuka ke file pesanan pembelian tertutup.

• Departemen Utang Dagang

Ketika petugas administrasi utang dagang menerima faktur pemasok, ia merekonsiliasikan dengan dokumen pendukung yang sebelumnya ditempatkan


(43)

dalam file penundaan utang dagang. Petugas itu kemudian menyiapkan satu voucher terbuka dan mengirimkan salinan voucher itu ke pemrosesan data. • Departemen Pemrosesan Data : Langkah 4

Suatu program batch memvalidasi record voucher dari file pemasok sah, menambahnya ke register voucher dari file pemasok sah, menambahnya ke register voucher (atau file buku besar pembantu utang dagang terbuka) dan menyiapkan total batch untuk memposkan akun kontrol utang dagang ke dalam buku besar umum.

Berdasarkan penjelasan di atas maka prosedur pembelian dapat disimpulkan menjadi langkah-langkah sebagai berikut :

- Proses pembelian diawali dari bagian administrasi pembelian dimana pada bagian ini yang menentukan besarnya permintaan pembelian yang akan dilakukan karena pada bagian ini yang mencatat seluruh persediaan di gudang maupun baik yang keluar dan masuk.

- Setelah bagian administrasi persediaan menentukan permintaan maka salinan akan dikirim ke bagian pembelian dan bagian pembelian akan mengirimkan berkas pembelian kepada bagian penerimaan dan bagian keuangan.

- Ketika barang-barang diterima dari pemasok, maka petugas penerimaan menyiapkan laporan penerimaan lalu salinan dokumen tersebut dikirim ke bagian keuangan dan bagian administrasi persediaan.

- Bagian administrasi persediaan kemudian mengupdate ke file buku besar persediaan dan laporan penerimaan dan mengumpulkan bukti setoran dan tanda terima persediaan dan akan direkonsiliasikan oleh bag. Keuangan.


(44)

Adapun prosedur penerimaan dan penyimpanan barang dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Setelah barang-barang diterima oleh bagian penerimaan barang, pertama-tama barang itu dihitung dan diperiksa fisiknya. Hasil perhitungan serta nomor terminal yang terisi program penerimaan persediaan bersama-sama dengan nomor pesanan pembeliannya yang diambil dari slip pengiriman persediaan. Program penerimaan persediaan on-line yang memuat file pesanan pembelian terbuka, melakukan pengecekan data. Program tersebut akan menunjukkan adanya perbedaan pada layar monitor jika antara jumlah yang dipesan dengan jumlah yang diterima terdapat perbedaan. Apabila pesanan pembelian tidak ada ditemukan maka barang yang diterima tersebut akan ditolak dan transaksi dibatalkan.

Selanjutnya program tersebut akan mencetak laporan penerimaan barang yang telah dinomori secara berurutan. Satu lembar dari pelaporan tersebut dikirim beserta barang dagangan yang diterima ke bagian gudang. Selanjutnya bagian gudang menerima barang tersebut serta menandatangani laporan yang ada sebagai bukti barang telah diterima dan kemudian laporan tersebut diteruskan ke bagian hutang dagang untuk pencatatan hutang.

2. Pada saat penyimpanan barang di gudang perlu diperhatikan penyusunan barang-barang yang teratur dan rapi agar pada saat dibutuhkan tidak mengalami kesulitan dalam mengambilnya dan bila stock opname diadakan atas barang-barang di gudang.


(45)

3. Selanjutnya setiap jumlah yang diterima dicatat, saldo yang ada ditambah, dan jumlah yang dipesan dikurangi yang dilakukan dalam file induk persediaan. Setiap jumlah yang diterima dicatat pada file pesanan pembelian. Pada file pemesanan ulang, setiap jumlah yang diterima dikurangi dari jumlah yang masih dalam pesanan. Waktu tenggang pesanan tersebut dimasukkan dalam riwayat pemasok.

4. Selanjutnya file persediaan berinteraksi dengan prosedur pemesanan pembelian, prosedur penerimaan barang serta prosedur pengeluaran barang. File utama adalah file induk persediaan, yang mana saldo yang tersedia pada setiap barang persediaan dimutakhirkan dengan menunjukkan pesanan, penerimaan dan penjualan barang.

E. Sistem Informasi Akuntansi Untuk Pengelolahan Data Persediaan

Kemampuan komputer dalam melakukan kombinasi prosedur-prosedur yang terpisah merupakan suatu aplikasi yang cukup penting dalam pemrosesan data. Dengan menggunakan komputer pengolahan data akuntansi menjadi lebih cepat dan akurat. Pengolahan data persediaan yang juga merupakan bagian dari akuntansi akan melalui proses yang sama dengan proses pengolahan data akuntansi secara umum apabila digunakan komputerisasi.

Dalam pengelolahan data akuntansi persediaan dikenal arsip induk, arsip transaksi dan tabel data (Extract File) yang menggunakan berbagai macam media. Arsip induk berisi data yang sifatnya tetap dan umumnya hanya sekali dibentuk untuk dipakai dalam pengolahan data selanjutnya. Arsip transaksi berisi data yang


(46)

sifatnya sementara untuk suatu kegiatan atau jangka waktu tertentu. Arsip induk persediaan berisi kode jenis barang, uraian barang, kode lokasi, titik pemesanan kembali, kuantitas-kuantitas order dan saldo barang. Sedangkan arsip transaksi persediaan berisi kode jenis barang, nomor dokumen, tanggal, kuantitas satuan serta harga satuan. Setiap transaksi persediaan diproses menjadi arsip transaksi yang berisi data transaksi persediaan, arsip transaksi persediaan ini akan dipindahkan ke arsip induk persediaan yang akan diperbaharui datanya dengan diterimanya data dari arsip transaksi persediaan. Salah satu program kerja akuntansi yang dikenal adalah program Akuntansi MYOB dimana inventory dibahas pada modul inventory.

Inventory digunakan untuk mencatat informasi yang berhubungan dengan barang yang diperdagangkan, fungsi inventory hampir sama dengan kartu persediaan pada akuntansi manual. Menu yang digunakan untuk transaksi yang berhubungan dengan persediaan barang pada program Akuntansi MYOB adalah Item Register, Set Item Price, Item List, Count Inventory, Inventory Adjustment.

Item Inventory merupakan form untuk mengetahui posisi kuantitas barang dan history atas persediaan yang dimiliki oleh perusahaan. Bisa juga dinamakan Stock Card. Di dalam form tersebut dapat diketahui mutasi barang pada tanggal yang dipilih per barang atau keseluruhan barang. Set Item Price dipergunakan untuk merubah harga jual setiap barang. Dalam menilai persediaan ada dua metode yaitu last cost dan average cost item list berisi daftar barabg, baik yang dipergunakan maupun tidak.


(47)

Country Inventory merupakan suatu aktivitas menyesuaikan barang yang ada di gudang. Setiap periode sebuah perusahaan akan melakukan stock opname (perhitungan barang dagang di gudang secara fisik). Ada beberapa kemungkinan perbedaan jumlah yang menurut catatan dengan jumlah yang menurut catatan dengan jumlah kemungkinan perbedaan jumlah yang menurut catatan dengan jumlah yang sebenarnya di gudang. Kemungkinan tersebut karena banyak rusak atau hilang, barang sudah dikirim tetapi belum dibuat invoice ke costumer, barang salah diterima tetapi belum menerima tagihan dari supplier. Form untuk perhitungan barang secara fisik dapat dicetak dari Report, Inventory, Inventory Count Sheet. Form tersebut diberikan ke bagian gudang untuk dicek setiap barang yang ada. Inventory Adjustment digunakan untuk mencatat penyesuaian persediaan, misalkan berdasarkan hasil perhitungan fisik barang di gudang (stock opname), terdapat perbedaan dengan catatan komputer sehingga perlu dibuat penyesuaian.

F. Efektifitas Sistem

Suatu sistem dapat dikatakan berjalan dengan efektif apabila sistem tersebut dapat berfungsi dengan baik sesuai dengan prosedur-prosedur yang telah ditetapkan dan tujuan organisasi dalam membangun sistem tersebut dapat tercapai. Setiap perusahaan menghendaki agar sistem yang dibangunnya dapat berjalan dengan efektif dan efisien. Namun kenyataannya ada beberapa hal yang menyebabkan sistem tersebut tidak berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Hal ini bisa disebabkan karena kurangnya sumber daya manusia dalam menerapkan


(48)

sistem tersebut atau dikarenakan sistem yang digunakan tidak sesuai dengan aktivitas perusahaan.

Pengertian Efektifitas menurut Gondodiyoto (2007:277) “ untuk memperoleh informasi yang relevan dan berhubungan dengan proses bisnis seperti penyampaian informasi dengan benar, konsisten, dapat dipercaya dan tepat waktu”.

Ada beberapa kriteria yang dapat dijadikan acuan bagi manajemen dalam menilai apakah sistem yang ada telah berjalan dengan efektif. Efektifitas dimaksudkan bahwa produk akhir suatu kegiatan (operasi) telah mencapai tujuannya baik ditinjau dari segi kualitas hasil kerja, kuantitas hasil kerja maupun target batas waktu. Dari pengertian di atas kita dapat menilai efektifitas sistem dari segi kualitas hasil kerja, kuantitas hasil kerja, dan target batas waktu.

Selain itu, Wilkinson, Cerullo, Raval and Wong On Wing (2000:350) menyatakan bahwa kriteria-kriteria yang perlu diperoleh untuk menilai apakah sistem yang ada, atau yang akan dibuat, efektif dan efisien adalah :

1) Relevant

Suatu sistem informasi mempunyai kemampuan pemprosesan terbatas. Jadi hanya data yang relevan dengan kebutuhan sekarang atau masa depan perusahaan.

2) Capacity of system

Suatu perusahaan harus memiliki kapasitas produksi yang memadai untuk menghadapi persaingan yang dihadapi perusahaan luar maupun dalam


(49)

menghadapi kegiatan operasi sehari-hari pada kapasitas yang penuh (full capacity).

3) Efficient

Istilah efisiensi mengacu pada hasil yang dicapai dengan kumpulan sumber daya tertentu. Sistem konversi data yang efisien pada umumnya menghasilkan laju konversi yang tinggi dengan biaya yang wajar.

4) Timeliness

Bila konversi data yang dilakukan secara tepat waktu, catatan dalam basis data dijaga selalu mutakhir. Jadi makin banyak informasi berguna yang dapat disediakan bagi para pemakai.

5) Accessibility

Dalam hal ini suatu sistem harus berfungsi dalam memberikan pelayanan yang baik dan memuaskan bagi para pengguna sistem tersebut.

6) Flexibility

Kebanyakan perusahaan sangat sering mengalami perubahan. Oleh karena itu sangatlah penting agar sistem konversi data mampu menghadapi perubahan-perubahan ini secara lancar, efektif dan mampu melayani berbagai kebutuhan penggunanya.

7) Accurate

Untuk meyakinkan data yang dihasilkan dapat diandalkan, sistem konversi data membutuhkan tindakan pengendalian yang handal.


(50)

Produk dari suatu sistem harus dapat diandalkan. Informasi yang dihasilkan melalui suatu sistem harus dapat diandalkan dalam hal ketelitian yang tinggi dan sistem ini sendiri harus berperan secara efektif, bahkan pada saat alat-alat sudah tidak dioperasikan.

9) Security of system

Suatu sistem dapat lebih meyakinkan dan dapat lebih memberikan rasa aman untuk pengguna sistem tersebut, maka sistem konversi data membutuhkan tindakan-tindakan pengamanan yang memadai.

10) Economics

Seluruh komponen dari sistem harus dapat memberikan sumbangan yang lebih besar dari biaya yang dikeluarkan termasuk juga di dalamnya semua laporan, pengendalian, mesin dan lain-lain yang tergolong dalam suatu sistem.

11) Simplicity

Sistem yang terlihat sederhana sehingga semua struktur operasinya dapat diikuti dengan mudah.

Dengan adanya kriteria-kriteria di atas akan memudahkan manajemen dalam menentukan apakah sistem yang berjalan saat ini atau sistem yang akan dibangun nanti dapat berjalan dengan efektif dan efisien. Sehingga tujuan perusahaan dapat terpenuhi dengan adanya sistem yang efektif, dan kegagalan dari sistem dapat dihindari.


(51)

Dengan penerapan sistem komputerisasi pada data persediaan dapat mengurangi biaya dengan cara meniadakan pekerjaan administrasi yang terkait dengan pencetakan serta pengiriman dokumen kertas. Selain dari segi biaya penggunaan sistem komputer pada persediaan juga dapat memberi manfaat dari segi penghematan waktu, keakuratan pengecekan data persediaan yang masih tersimpan di gudang, sehingga dengan penggunaan sistem komputerisasi dapat mengurangi waktu antara mendeteksi pemesan ulang sebuah barang dengan penerimaan berikutnya.

Akibatnya, risiko kehabisan persediaan menurun, hingga dapat secara signifikan meningkatkan laba. Menghitung dan mencatat persediaan adalah tugas yang memerlukan banyak tenaga kerja. Salah satu cara bagi perusahaan untuk meningkatkan efektifitas proses ini adalah meminta pemasok memberikan kode pada produk-produk mereka. Pemberian kode memungkinkan staf administrasi memindai nomor produk, deskripsi, dan jumlah semua barang yang diterima, hingga secara nyata meniadakan kesalahan entri data. Selain itu, walaupun barang tersebut masih harus secara manual diperiksa untuk memastikan bahwa barang tersebut masih secara manual diperiksa untuk memastikan bahwa barang tersebut memenuhi standar, pemindahan kode dapat secara signifikan mengurangi waktu pemrosesan kiriman. Teknologi informasi juga memberikan kemudahan bagi bagian akuntansi untuk cepat dapat mengetahui laporan persediaan yang ada di gudang dengan memanfaatkan sistem email.

Efektifitas sistem informasi memiliki peranan penting dalam proses pengambilan keputusan. Suatu sistem informasi dapat dikatakan efektif bila


(52)

sistem informasi tersebut sudah dirancang dengan benar (doing the right thing), telah sesuai dengan kebutuhan user. Informasi yang dibutuhkan olah para manajer dapat dipenuhi dengan baik. Sistem yang efektif dan efisien, menjaga harta, dan integritas data hanya dapat dicapai jika manajemen membuat sistem pengendalian internal yang baik.


(53)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

Dengan dibuatnya sistem persediaan yang digunakan pada PT PERTAMINA (PERSERO), penulis memperoleh beberapa kesimpulan berdasarkan hasil penelitian dan pembuataan tugas akhir ini sebagai berikut :

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian (riset) yang telah dilakukan oleh penulis atas PT PERTAMINA (PERSERO), sudah memenuhi prinsip pengendalian sistem persediaan dan sudah memenuhi syarat-syarat dalam pengertian persediaan dan jenis-jenis persediaan seperti di bawah ini.

Persediaan merupakan semua barang yang dimiliki perusahaan pada saat tertentu dengan tujuan untuk dijual atau dikonsumsikan dalam siklus operasi normal perusahaan. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan memberikan pengertian persediaan yang lebih spesifik sebagai berikut :

1. Tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal

2. Dalam proses produksi atau dalam perjalanan atau digunakan dalam proses produksi atau pemberian jasa.

3. Dalam bentuk bahan baku atau perlengkapan untuk digunakan dalam proses produksi dan pemberian jasa.


(54)

Istilah persediaan atau persediaan barang dagang pada umumnya diterapkan untuk barang-barang yang dimiliki oleh perusahaan dagang, baik perusahaan dagang besar maupun eceran, apabila barang tersebut diperoleh dalam keadaan yang siap untuk dijual kembali.

Menurut Smith dan Skousen (1996:327) menyatakan bahwa bila ditinjau dari sudut usaha perusahaan, maka persediaan itu terdiri atas :

Perusahan Dagang

Persediaan barang dagang (merchandise inventory) pada umumnya diterapkan untuk barang-barang yang dimiliki oleh perusahaan dagang besar maupun eceran, apabila barang tersebut diperoleh dalam keadaan yang siap untuk dijual kembali.

B. Perusahaan Manufaktur

Untuk perusahaan manufaktur persediaannya terdiri dari :

Persediaan Bahan Baku merupakan barang-barang yang diperoleh untuk digunakan dalam proses produksi.

a) Persediaan Barang dalam Proses

Barang dalam proses juga disebut pekerjaan dalam proses, terdiri dari bahan baku yang sebagian telah diproses dan perlu dikerjakan lebih lanjut sebelum dapat dijual. Persediaan ini meliputi tiga unsur biaya :

(1) bahan langsung (2) upah langsung

(3) overhead pabrik atau overhead produksi (factory overhead atau manufacturing overhead).


(55)

b) Persediaan Barang Jadi

Barang jadi merupakan produk yang telah diproduksi dan menunggu untuk dijual. Pada saat produk ini diselesaikan, biaya yang diakumulasikan dalam proses produksi ditransfer dari barang dalam proses ke perkiraan barang jadi.

B. Saran

Dengan pengetahuan yang sangat minim, di bawah ini penulis mencoba memberikan saran-saran yang mungkin bermanfaat bagi kepentingan perusahaan di masa yang akan datang. Adapun saran penulis adalah agar perusahaan lebih mengetatkan pengawasan terhadap pencatatan persediaan.

Demikian saran yang penulis ajukan, mudah-mudahan dengan saran tersebut Sistem Informasi Akuntansi Persediaan pada PT PERTAMINA dapat berjalan lebih baik dan sesuai dengan yang diharapkan.


(56)

DAFTAR PUSTAKA

Arikuntoro, Suharsimi, (2002), Metedologi Penelitian, Penerbit PT Rineka Cipta, Jakarta.

Badriwan, Zaki, (2000). Sistem Informasi Akuntansi, Edisi Kedua, Cetakan Kelima,BPFE-UGM, Yogyakarta.

Baroto, Teguh, (2002). Perencanaan dan Pengendalian Persediaan, Ghalia Indonesia, Jakarta.

Belkoui, Riahi Ahmed, (2000), Teori Akuntansi, Edisi Pertama, Salemba Empat, Jakarta.

Fess, Philipe E., Rollin C. Niswonger, Carl S. Waren, (1999). Prinsip-Prinsip Akuntansi, Edisi Keenambelas, Jilid 1, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Gondodiyoto, Santoyo, (2007), Audit Sistem Informasi, Penerbit Mitra Wacana Media, Edisi Revisi, Jakarta.

Hall, James A., (2002). Sistem Informasi Akuntansi, Terjemahan Tim Penerjemah Salemba Empat, Edisi Pertama, Jilid Dua, Salemba Empat, Jakarta.

Setiawan, Agung, (2003). Pengantar Sistem Komputer, Cetakan Pertama, Informatika,Bandung.

Skousen, K. Fred, Stice, Stice, Earl K. dan Stice, James D., 2001. Akuntansi Keuangan Menengah Intermediate Accounting, Buku Satu, Edisi Pertama, Jakarta, 2001.

Skousen, K.F dan Smith J.M, 2009, Akuntansi Intermediate, Jilid 1 dan 2, Edisi Kesembilan, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Tang, Usman Muhammad, (2003). Perencanaan Percobaan dan Aplikasi Analisis Data Dengan c5Komputer, UNRI Press, Pekan Baru.

Widjajanto, Nugroho, 2001. Sistem Informasi Akuntansi, Penerbit Erlangga,

Jakarta.

Wilkinson, Joseph W., Michael J.cerullo., Vasant Raval, and Bernard Wong on Wing, (2002). Accounting Information System, Fourth Edition, New York: John Wiley and Sons.Inc.

Yamit, (2001). Managemen Produksi dan Operasi, Edisi Pertama, Ekonisia, Yogyakarta.


(57)

LAMPIRAN Tabel 1.2.


(1)

sistem informasi tersebut sudah dirancang dengan benar (doing the right thing), telah sesuai dengan kebutuhan user. Informasi yang dibutuhkan olah para manajer dapat dipenuhi dengan baik. Sistem yang efektif dan efisien, menjaga harta, dan integritas data hanya dapat dicapai jika manajemen membuat sistem pengendalian internal yang baik.


(2)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

Dengan dibuatnya sistem persediaan yang digunakan pada PT PERTAMINA (PERSERO), penulis memperoleh beberapa kesimpulan berdasarkan hasil penelitian dan pembuataan tugas akhir ini sebagai berikut :

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian (riset) yang telah dilakukan oleh penulis atas

PT PERTAMINA (PERSERO), sudah memenuhi prinsip pengendalian sistem

persediaan dan sudah memenuhi syarat-syarat dalam pengertian persediaan dan

jenis-jenis persediaan seperti di bawah ini.

Persediaan merupakan semua barang yang dimiliki perusahaan pada saat tertentu dengan tujuan untuk dijual atau dikonsumsikan dalam siklus operasi normal perusahaan. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan memberikan pengertian persediaan yang lebih spesifik sebagai berikut :

1. Tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal

2. Dalam proses produksi atau dalam perjalanan atau digunakan dalam proses produksi atau pemberian jasa.

3. Dalam bentuk bahan baku atau perlengkapan untuk digunakan dalam proses produksi dan pemberian jasa.


(3)

Istilah persediaan atau persediaan barang dagang pada umumnya diterapkan untuk barang-barang yang dimiliki oleh perusahaan dagang, baik perusahaan dagang besar maupun eceran, apabila barang tersebut diperoleh dalam keadaan yang siap untuk dijual kembali.

Menurut Smith dan Skousen (1996:327) menyatakan bahwa bila ditinjau dari sudut usaha perusahaan, maka persediaan itu terdiri atas :

Perusahan Dagang

Persediaan barang dagang (merchandise inventory) pada umumnya diterapkan untuk barang-barang yang dimiliki oleh perusahaan dagang besar maupun eceran, apabila barang tersebut diperoleh dalam keadaan yang siap untuk dijual kembali.

B. Perusahaan Manufaktur

Untuk perusahaan manufaktur persediaannya terdiri dari :

Persediaan Bahan Baku merupakan barang-barang yang diperoleh untuk digunakan dalam proses produksi.

a) Persediaan Barang dalam Proses

Barang dalam proses juga disebut pekerjaan dalam proses, terdiri dari bahan baku yang sebagian telah diproses dan perlu dikerjakan lebih lanjut sebelum dapat dijual. Persediaan ini meliputi tiga unsur biaya :

(1) bahan langsung (2) upah langsung

(3) overhead pabrik atau overhead produksi (factory overhead atau manufacturing overhead).


(4)

b) Persediaan Barang Jadi

Barang jadi merupakan produk yang telah diproduksi dan menunggu untuk dijual. Pada saat produk ini diselesaikan, biaya yang diakumulasikan dalam proses produksi ditransfer dari barang dalam proses ke perkiraan barang jadi.

B. Saran

Dengan pengetahuan yang sangat minim, di bawah ini penulis mencoba memberikan saran-saran yang mungkin bermanfaat bagi kepentingan perusahaan di masa yang akan datang. Adapun saran penulis adalah agar perusahaan lebih mengetatkan pengawasan terhadap pencatatan persediaan.

Demikian saran yang penulis ajukan, mudah-mudahan dengan saran tersebut Sistem Informasi Akuntansi Persediaan pada PT PERTAMINA dapat berjalan lebih baik dan sesuai dengan yang diharapkan.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Arikuntoro, Suharsimi, (2002), Metedologi Penelitian, Penerbit PT Rineka Cipta, Jakarta.

Badriwan, Zaki, (2000). Sistem Informasi Akuntansi, Edisi Kedua, Cetakan Kelima,BPFE-UGM, Yogyakarta.

Baroto, Teguh, (2002). Perencanaan dan Pengendalian Persediaan, Ghalia Indonesia, Jakarta.

Belkoui, Riahi Ahmed, (2000), Teori Akuntansi, Edisi Pertama, Salemba Empat, Jakarta.

Fess, Philipe E., Rollin C. Niswonger, Carl S. Waren, (1999). Prinsip-Prinsip Akuntansi, Edisi Keenambelas, Jilid 1, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Gondodiyoto, Santoyo, (2007), Audit Sistem Informasi, Penerbit Mitra Wacana Media, Edisi Revisi, Jakarta.

Hall, James A., (2002). Sistem Informasi Akuntansi, Terjemahan Tim Penerjemah Salemba Empat, Edisi Pertama, Jilid Dua, Salemba Empat, Jakarta.

Setiawan, Agung, (2003). Pengantar Sistem Komputer, Cetakan Pertama, Informatika,Bandung.

Skousen, K. Fred, Stice, Stice, Earl K. dan Stice, James D., 2001. Akuntansi

Keuangan Menengah Intermediate Accounting, Buku Satu, Edisi Pertama,

Jakarta, 2001.

Skousen, K.F dan Smith J.M, 2009, Akuntansi Intermediate, Jilid 1 dan 2, Edisi Kesembilan, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Tang, Usman Muhammad, (2003). Perencanaan Percobaan dan Aplikasi Analisis Data Dengan c5Komputer, UNRI Press, Pekan Baru.

Widjajanto, Nugroho, 2001. Sistem Informasi Akuntansi, Penerbit Erlangga,

Jakarta.

Wilkinson, Joseph W., Michael J.cerullo., Vasant Raval, and Bernard Wong on Wing, (2002). Accounting Information System, Fourth Edition, New York: John Wiley and Sons.Inc.

Yamit, (2001). Managemen Produksi dan Operasi, Edisi Pertama, Ekonisia, Yogyakarta.


(6)

LAMPIRAN

Tabel 1.2.