Kajian Leksikostatistik Antara Bahasa Simalungun Dengan Bahasa Karo

(1)

Fitriana Sinaga : Kajian Leksikostatistik Antara Bahasa Simalungun Dengan Bahasa Karo, 2007. USU Repository © 2009

KAJIAN LEKSIKOSTATISTIK ANTARA

BAHASA SIMALUNGUN DENGAN

BAHASA KARO

SKRIPSI SARJANA

Dikerjakan

O L E H

Nama : FITRIANA SINAGA

Nim : 030703016

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS SASTRA

DEPARTEMEN BAHASA DAN SASTRA DAERAH

PROGRAM STUDI BAHASA BATAK

MEDAN

2007


(2)

Fitriana Sinaga : Kajian Leksikostatistik Antara Bahasa Simalungun Dengan Bahasa Karo, 2007. USU Repository © 2009

KAJIAN LEKSIKOSTATISTIK ANTARA

BAHASA SIMALUNGUN DENGAN

BAHASA KARO

OLEH

FITRIANA SINAGA Diketahui/disetujui oleh:

Pembimbing I, Pembimbing II,

Drs. Baharuddin, M. Hum.

NIP. 131785647 NIP. 131789087

Drs. Warisman Sinaga, M. Hum.

Departemen Bahasa dan Sastra Daerah Ketua Pelaksana,

Drs. Baharuddin, M. Hum. NIP. 1317856447


(3)

Fitriana Sinaga : Kajian Leksikostatistik Antara Bahasa Simalungun Dengan Bahasa Karo, 2007. USU Repository © 2009

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Bahasa adalah alat komunikasi yang mempunyai peranan penting bagi kehidupan manusia. Tanpa bahasa, manusia tidak dapat mengadakan hubungan yang harmonis. Bahasa merupakan salah satu unsur kebudayaan yang berperan sebagai sarana komunikasi untuk menyampaikan maksud dan pokok pikiran manusia serta mengekspresikan dirinya di dalam interaksi kemasyarakatan dan pergaulan hidupnya.

Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi yang dipakai oleh bangsa Indonesia. Untuk membina dan mengembangkan bahasa Indonesia diperlukan kata-kata yang berasal dari bahasa daerah dan bahasa asing. Oleh karena itu, bahasa daerah dan bahasa asing turut memperkaya perbendaharaan kata-kata bahasa Indonesia.

Pembinaan bahasa daerah yang tumbuh berdampingan dengan bahasa Indonesia dan sebagai landasan hukumnya dapat dilihat UUD 1945, Bab XV, pasal 36 ayat 2, yang menyatakan bahwa di samping bahasa resmi negara, bahasa daerah adalah sebagai salah satu unsur kebudayaan nasional yang dilindungi oleh negara.

Dari berbagai jenis bahasa daerah yang tumbuh subur di Indonesia, lebih kurang terdapat 420 jenis bahasa (Halim, 1975:20). Salah satu di antaranya adalah bahasa Batak. Suku Batak terdiri atas lima sub etnis yakni: Toba, Karo,


(4)

Fitriana Sinaga : Kajian Leksikostatistik Antara Bahasa Simalungun Dengan Bahasa Karo, 2007. USU Repository © 2009

Simalungun, Pakpak Dairi, dan Angkola Mandailing. Kelima sub etnis Batak ini memiliki bahasa yang satu sama lain mempunyai banyak persamaan. Namun demikian, para ahli bahasa membedakan sedikitnya dua cabang bahasa Batak yang perbedaannya begitu besar sehingga tidak memungkinkan adanya komunikasi antara kedua kelompok tersebut. Bahasa Angkola Mandailing dan Toba membentuk rumpun Selatan. Namun menurut ahli bahasa Adelaar (1981), secara historis bahasa Simalungun merupakan cabang dari rumpun selatan yang terpisah dari cabang Batak Selatan sebelum Bahasa Toba dan Bahasa Angkola Mandailing terbentuk. Secara umum kedudukan dan fungsi bahasa daerah telah dirumuskan dalam seminar bahasa nasional yang diselenggarakan pada bulan Februari 1975 di Jakarta. Adapun kesimpulan seminar tersebut adalah:

1. Bahasa-bahasa seperti Bahasa Sunda, Jawa, Bali, Madura, Bugis, Makassar, Batak, serta bahasa-bahasa lain yang terdapat dalam wilayah Republik Indonesia, berkedudukan sebagai bahasa daerah. Hal ini sesuai dengan penjelasan pasal 36 Bab XV, UUD 1945, yang mengatakan bahwa bahasa daerah adalah salah satu unsur kebudayaan nasional yang hidup dan dilindungi negara.

2. Bahasa-bahasa seperti Sunda, Jawa, Bali, Madura, Makassar, Batak, dan bahasa-bahasa lain yang terdapat dalam wilayah Republik Indonesia, dalam kedudukannya sebagai bahasa daerah, berfungsi sebagai:

a. Lambang kebanggaan daerah b. Lambang identitas daerah

c. Alat penghubung di dalam keluarga dan masyarakat daerah

Di dalam hubungannya dengan fungsi Bahasa Indonesia, bahasa daerah berfungsi sebagai:

a. Pendukung pengantar di sekolah dasar tingkat pemula.

b. Bahasa pengantar di sekolah dasar tingkat permulaan untuk memperlancar pengajaran Bahasa Indonesia dan mata pelajaran lainnya.

c. Alat pengembangan serta pendukung kebudayaan daerah.

Berkenaan dengan hal tersebut saya sebagai penulis ingin mengkaji lebih dalam untuk melihat kekerabatan bahasa, masa pisah bahasa, dan sekaligus


(5)

Fitriana Sinaga : Kajian Leksikostatistik Antara Bahasa Simalungun Dengan Bahasa Karo, 2007. USU Repository © 2009

prediksi usia bahasa antara kedua cabang bahasa Batak tersebut dengan menggunakan kajian leksikostatistik.

Kajian leksikostatistik merupakan bagian dari linguistik historis komparatif yakni bidang linguistik yang menyelidiki perkembangan bahasa dari masa ke masa serta menyelidiki perbandingan satu bahasa dengan bahasa lain. (Ridwan, 1995:3). Linguistik historis komparatif dapat menentukan hubungan kekerabatan antara bahasa-bahasa yang seasal. Dalam hal ini penulis memilih bahasa Simalungun sebagai wakil dari rumpun selatan dan bahasa Karo sebagai rumpun utara. Oleh karena itu, penulis mengangkat masalah kajian leksikostatistik antara bahasa Simalungun dengan bahasa Karo ini menjadi skripsi penulis.

1.2Rumusan Masalah

Perumusan masalah merupakan suatu kalimat pertanyaan atau kalimat pernyataan yang kaitannya menarik atau menggugah perhatian. Perumusan pokok permasalahan sebenarnya merupakan batasan-batasan dari ruang lingkup topik yang diteliti. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa rumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana tingkat kekerabatan antara bahasa Simalungun dengan bahasa Karo dilihat dari kosa kata dasar (leksikon).

2. Kapankah masa pisah antara bahasa Simalungun dengan bahasa Karo. 3. Berapa tahun prediksi usia bahasa Simalungun dengan bahasa Karo.


(6)

Fitriana Sinaga : Kajian Leksikostatistik Antara Bahasa Simalungun Dengan Bahasa Karo, 2007. USU Repository © 2009

1.3Tujuan Penelitian

Penelitian merupakan suatu usaha untuk mengumpulkan data atau fakta, serta pelaksanaan konsep untuk mencari dan memperoleh atau mendapatkan kebenaran yang sanggup mengambil lebih dalam kebenaran yang sudah ada. Dalam hal ini adapun tujuan penelitian yang dipaparkan oleh penulis antara lain:

1. Untuk mengetahui kekerabatan antara bahasa Simalungun dengan bahasa Karo yang ditinjau berdasarkan kata kerabat.

2. Untuk mengetahui masa pisah antara bahasa Simalungun dengan bahasa Karo.

3. Untuk mengetahui prediksi usia kedua bahasa.

1.4Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini antara lain:

1. Menambah khasanah pustaka bahasa dan sastra daerah sebagai kebudayaan Indonesia.

2. Sebagai bahan lanjutan dari penelitian sebelumnya (Verawati Sitorus 2002) 3. Menambah wawasan dan informasi tentang bahasa atau linguistik nusantara. 4. Menambah wawasan tentang kajian leksikostatistik anatara bahasa

Simalungun dengan bahasa Karo.

5. Melengkapi salah satu syarat ujian dalam menempuh sarjana sastra di Fakultas Sastra, Universitas Sumatera Utara.


(7)

Fitriana Sinaga : Kajian Leksikostatistik Antara Bahasa Simalungun Dengan Bahasa Karo, 2007. USU Repository © 2009

1.5Anggapan Dasar

Penulis menyimpulkan bahwa kedua bahasa (bahasa Simalungun dan bahasa Karo) merupakan bahasa yang belum pernah dikaji sebelumnya secara leksikostatistik sehingga penulis berusaha mengkajinya lebih dalam. Karena kedua bahasa ini merupakan sub dari bahasa Batak yang letak geografisnya yang saling berbatasan langsung maka diyakini prosentase kesamaan kosa katanya sangat besar.


(8)

Fitriana Sinaga : Kajian Leksikostatistik Antara Bahasa Simalungun Dengan Bahasa Karo, 2007. USU Repository © 2009

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kepustakaan Yang Relevan

Penulisan suatu karya ilmiah merupakan suatu rangkaian yang saling berkaitan dengan menggunakan referensi yang berhubungan agar penerapan sebuah karya ilmiah telah objektif, maka digunakan sumber-sumber yang berkaitan dengan topik yang dibahas, baik berupa buku-buku yang mendukung pemaparan secara teoritis maupun fakta-fakta.

Dalam penelitian ini, penulis mempergunakan buku-buku yang dianggap relevan atau ada hubungannya dengan objek yang diteliti oleh penulis, antara lain:

1. Parera, 1986

Dalam bukunya Kajian Linguistik Umum Historis Komparatif Dan

Tipologi Struktural edisi yang kedua mengatakan bahwa istilah

leksikostatistik dipergunakan untuk studi statistik kosa kata dengan tujuan-tujuan historis.

2. Keraf, 1984

Dalam bukunya yang berjudul Linguistik Bandingan Historis, dia mengatakan bahwa leksikostatistik itu adalah suatu teknik dalam pengelompokan bahasa yang lebih cenderung mengutamakan peneropongan kata-kata secara statistik, untuk kemudian berusaha menetapkan pengelompokan itu berdasarkan presentase kesamaan dan perbedaan suatu bahasa dengan bahasa lain.


(9)

Fitriana Sinaga : Kajian Leksikostatistik Antara Bahasa Simalungun Dengan Bahasa Karo, 2007. USU Repository © 2009

3. Mahsun, 1995

Leksikostatistik adalah metode pengelompokan bahasa yang dilakukan dengan menghitung prosentase perangkat kognat (kerabat).

4. Dari beberapa pendapat para sarjana di atas maka dapat disimpulkan bahwa Leksikostatistik adalah suatu teknik yang dapat menentukan tingkat kekerabatan kosa kata dasar bahasa-bahasa berkerabat serta waktu pisah dan pengelompokannya.

2.2 Teori Yang Digunakan

Teori merupakan suatu prinsip dasar yang terwujud di dalam bentuk dan berlaku secara umum yang akan mempermudah seorang penulis dalam memecahkan satu masalah yang dihadapi. Teori yang diperlukan untuk membimbing dan memberi arah sehingga dapat menjadi penuntun kerja bagi penulis.

Sebagai acuan yang digunakan oleh penulis dalam penulisan skripsi ini adalah buku Keraf yang berjudul Linguistik Bandingan Historis. Artinya, dalam pembahasan penulis menggunakan semua prosedur yang terdapat dalam buku tersebut. Untuk daftar pertanyaan atau kuisioner, penulis juga menggunakan daftar yang telah dissun rapi oleh Morris Swadesh yang berisi sekitar 200 kata. Penulis menganggap daftar tersebut adalah daftar yang universal artinya kata-kata yang diperhitungkan bisa terdapat pada kedua bahasa, sehingga penulis tidak perlu menggunakan daftar kosa kata dasar yang disusun oleh para sarjana lain.


(10)

Fitriana Sinaga : Kajian Leksikostatistik Antara Bahasa Simalungun Dengan Bahasa Karo, 2007. USU Repository © 2009

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode Dasar

Sesuai dengan masalah yang dikaji oleh penulis, metode yang dipergunakan adalah metode leksikostatistik. Metode leksikostatistik adalah metode pengelompokan bahasa yang dilakukan dengan menghitung presentase perangkat kognat (Mahsun, 1995:115). Kosakata yang menjadi dasar perhitungan adalah kosakata dasar (basic vocabulary) yang meliputi kata-kata ganti, kata-kata bilangan, kata-kata mengenai anggota badan, alam, dan sekitarnya, serta alat-alat perlengkapan sehari-hari yang sudah ada sejak permulaan.

Adapun langkah-langkah dalam metode leksikostatistik antara lain: 1. Mengumpulkan kosakata dasar

2. Menghitung kata kerabat 3. Menghitung waktu pisah dan 4. Menghitung jangka kesalahan.

Lokasi Sumber Data Penelitian

Lokasi penelitian yang dilakukan adalah: untuk Bahasa Simalungun berada di desa Sigundaba, Sondi Raya, Kecamatan Raya, Kabupaten Simalungun, dan untuk Bahasa Karo berada di kelurahan Kampung Dalam, kecamatan Kabanjahe, Kabupaten Tanah Karo.


(11)

Fitriana Sinaga : Kajian Leksikostatistik Antara Bahasa Simalungun Dengan Bahasa Karo, 2007. USU Repository © 2009

3.3 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh penulis dalam mengumpulkan data agar pekerjaan lebih mudah dan hasil yang diperoleh akan lebih baik. Alat-alat yang dibutuhkan dalam penelitian adalah daftar kuisioner, alat tulis, dan kamera.

3.4 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dilakukan agar dapat memiliki acuan sumber-sumber data yang cukup oleh penulis pergunakan. Untuk memperoleh data-data yang dibutuhkan, penulis melakukan studi kepustakaan serta menggunakan teknik data dari lapangan yang meliputi:

1. Metode kepustakaan, yaitu penulis berusaha mencari buku-buku sebgai bahan acuan dari berbagai referensi sehingga lebih mendukung dalam melaksanakan penelitian ini.

2. Metode observasi, yaitu penulis langsung turun ke lokasi penelitian melakukan pengamatan terhadap setting atau tempat, jumlah, dan peran pemakai bahasa serta perilaku selama pelaksanaan pengguna bahasa berlangsung. Kegiatan ini dimaksudkan untuk memahami lebih jelas keterlibatan subjek amatan.

3. Metode wawancara, yaitu metode yang digunakan untuk mendapatkan kebenaran lebih lanjut dan terperinci tentang data yang dibutuhkan oleh penulis. Adapun teknik yang digunakan adalah teknik rekam dan teknik catat. Teknik rekam adalah merekam seluruh data lapangan dengan


(12)

Fitriana Sinaga : Kajian Leksikostatistik Antara Bahasa Simalungun Dengan Bahasa Karo, 2007. USU Repository © 2009

menggunakan alat perekam. Teknik catat adalah teknik mencatat data baik itu data teknik rekam maupun teknik survei. Adapun syarat-syarat sebagai informan menurut Mahsun (1995:106), adalah:

1. Berjenis kelamin pria atau wanita

2. Berusia antara 25-65 tahun (tidak pikun)

3. Orang tua, istri atau suami informan lahir dan dibesarkan di desa itu serta jarang atau tidak pernah meninggalkan desanya.

4. Berstatus sosial menengah 5. Pekerjaannya bertani dan buruh 6. Dapat berbahasa Indonesia 7. Sehat jasmani dan rohani

8. Berpendidikan (minimal tamat SD dan sederajat)

4. Metode kuisioner atau daftar pertanyaan yang berisikan kosakata dasar yang akan membutuhkan sebuah jawaban atau tanggapan dari informan.

3.5 Metode Analisis Data

Adapun prosedur yang harus diikuti oleh penulis sebagai analisis data adalah metode dasar yakni langkah-langkah yang harus ditempuh dalam penerapan asumsi dasar diikuti dengan adanya rumus-rumus leksikostatistik yang telah ditentukan. Adapun prosedur yang harus diikuti sebagai analisis data adalah sebagai berikut:

1. Mengumpulkan kosakata dasar bahasa kerabat yaitu kuisioner atau daftar pertanyaan.


(13)

Fitriana Sinaga : Kajian Leksikostatistik Antara Bahasa Simalungun Dengan Bahasa Karo, 2007. USU Repository © 2009

2. Menghitung kata kerabat yakni dengan mengikuti prosedur yang sudah ditentukan seperti:

a. Gloss yang tidak diperhitungkan b. Pengisolasian morfem terikat c. Penetapan kata kerabat

Setelah itu untuk menghitung prosentase kata kerabat digunakan rumus:

C =

G K

x 100%

Dimana C = cognates atau kata kerabat

K = jumlah kosakata kerabat G = jumlah gloss

3. Menghitung waktu pisah

Waktu pisah antara kedua bahasa kerabat yang telah diketahui prosentase kata kerabatnya, dapat dihitung dengan mempergunakan rumus sebagai berikut :

W =

r C

log 2

log

Dimana W = Waktu pisah dalam ribuan tahun yang lalu

r = Retensi atau prosentase konstan dalam 1000 tahun, atau disebut juga dengan indeks

C = Prosentase kerabat Log. = Logaritma dari


(14)

Fitriana Sinaga : Kajian Leksikostatistik Antara Bahasa Simalungun Dengan Bahasa Karo, 2007. USU Repository © 2009

4. Menghitung jangka kesalahan

Untuk menghitung jangka kesalahan biasanya dipergunakan kesalahan standar, yaitu 70% dari kebenaran yang diperkirakan. Kesalahan standar diperhitungkan dengan rumus sebagai berikut :

S =

n c c(1− )

Dimana S = Kesalahan standar dalam prosentase kata kerabat.

c = Prosentase kata kerabat

n = Jumlah kata yang diperbandingkan (baik kerabat maupun non kerabat)

Hasil dari kesalahan standar ini dijumlahkan dengan prosentase kerabat untuk mendapatkan c baru. Dengan c yang baru ini sekali lagi dihitung waktu pisah dengan mempergunakan rumus waktu pisah pada teknik c. setelah diperoleh hasil jangka kesalahan, maka waktu yang lama dikurangi dengan waktu yang baru. Angka inilah yang harus ditambah dan dikurangi denagn waktu yang lama untuk memperoleh usia atau waktu pisah kedua bahasa itu.


(15)

Fitriana Sinaga : Kajian Leksikostatistik Antara Bahasa Simalungun Dengan Bahasa Karo, 2007. USU Repository © 2009

BAB IV PEMBAHASAN

4.1 Batasan Pengrtian

Leksikostatistik adalah suatu teknik dalam pengelompokan bahasa yang lebih cenderung mengutamakan peneropongan kata-kata (leksikon) secara statistik, untuk kemudian berusaha mnetapkan pengelompokan itu berdasarkan prosntase kesamaan dan perbedaan suatu bahasa dengan bahasa lain. (Keraf : 1984).

Dengan demikian, yang ingin dicapai dalam teknik ini adalah kepastian mengenai usia bahasa, yaitu mengenai kapan sebuah bahasa muncul dan bagaimana hubungannya dengan bahasa-bahasa kerabat lainnya.

4.2 Asumsi Dasar Leksikostatistik

Ada empat macam asumsi dasar yang dapat diprgunakan sebagai titik tolak dalam usaha mencari jawaban mengenai usia bahasa, atau secara tepatnya bilamana terjadi diferensiasi antara dua bahasa atau lebih.

Asumsi-asumsi dasar tersebut adalah:

1. Sebagian dari kosa kata suatu bahasa sukar sekali berubah bila

dibandingkan dengan bagian lainnya.

Kosa kata yang sukar berubah dalam asumsi dasar adalah kosa kata dasar yang merupakan kata-kata yang sangat intim dalam kehidupan bahasa dan sekaligus merupakan unsur-unsur yang menentukan mati hidupnya suatu bahasa.


(16)

Fitriana Sinaga : Kajian Leksikostatistik Antara Bahasa Simalungun Dengan Bahasa Karo, 2007. USU Repository © 2009

Kosa kata dasar yang diambil dalam metode leksikostatistik dibatasi jumlahnya, setelah diadakan penilaian yang ketat dan pengujian-pengujian untuk menerapkan metode ini secara baik. Yang ingin dicapai dengan seleksi ini adalah dapat disusun sebuah daftar yang bersifat universal, artinya kosa kata yang dianggap harus ada pada semua bahasa sejak awal mula perkembangannya.

Kosa kata dasar ini meliputi: 1. Bagian tubuh,

2. Kata ganti, sapaan, dan acuan, 3. Sistem kekrabatan,

4. Kehidupan desa dan masyarakat, 5. Rumah dan bagian-bagiannya, 6. Peralatan dan perlengkapan, 7. Makanan dan minuman,

8. Tumbuh-tumbuhan, bagian, buah, dan hasil olahannya, 9. Binatang dan bagiannya,

10.Waktu, musim, keadaan alam, benda, dan arah, 11.Gerak dan kerja,

12.Perangai, sifat, dan warna, 13.Penyakit,

14.Pakaian, pehiasan, 15.Bilangan dan ukuran.


(17)

Fitriana Sinaga : Kajian Leksikostatistik Antara Bahasa Simalungun Dengan Bahasa Karo, 2007. USU Repository © 2009

Penulis mengunakan kosa kata yang telah disusun rapi oleh Morris Swadesh, sekitar 200 kata yang telah dianggap universal, artinya dianggap ada pada kedua bahasa tersebut.

2. Ketahanan (retensi) kosa kata dasar adalah konstan sepanjang masa.

Asumsi dasar yang kedua mengatakan bahwa dari kosa kata dasar yang ada dalam suatu bahasa, suatu prosentase tertentu selalu akan bertahan dalam 1000 tahun. Kalau asumsi ini diterima maka dari sebuah bahasa yang memiliki 200 kosa kata, sesudah 1000 tahun akan bertahan 80,5 prosen,

3. Perubahan kosa kata dasar pada semua bahasa dengan asumsi dasar ketiga ini, hasilnya akan menunjukkan bahwa dalam tiap 1000 tahun, kosa kata dasar suatu bahasa bertahan dengan mnggunakan angka rata-rata 80,5 %.

dan dari sisanya sesudah 1000 tahun kemudian akan bertahan lagi prosentase yang sama.

Apabila kita ingin mernghitung retensi (ketahanan) kosa kata dasar kedua bahasa dengan mempergunakan asumsi dasar kedua, dapat dinyatakan dengan rumus : 80,5 % x N. Di mana N adalah jumlah kosa kata dasar yang ada pada awal kelipatan 1000 tahun kedua bahasa. Sehingga dari 200 kosa kata dasar (N) suatu bahasa sesudah 1000 tahun pertama akan tinggal 80,5 % x 200 kata = 161 kata. Sesudah 1000 tahun kedua akan tinggal 80,5 % x 161 kata = 139,6 kata atau dibulatkan menjadi 140 kata. Selanjutnya sesudah 1000 tahun ketiga kosa kata dasar yang tinggal adalah 80,5 % x 140 = 112,7 kata, yang dibulatkan menjadi 113 kata. Pada 1000 tahun keempat kosa kata dasarnya tinggal 80,5 % x 113 = 90,9 kata, yang dibulatkan menjadi 100 kata. Demikian selanjutnya sesudah 1000


(18)

Fitriana Sinaga : Kajian Leksikostatistik Antara Bahasa Simalungun Dengan Bahasa Karo, 2007. USU Repository © 2009

tahun kelima kosa kata dasarnya tinggal 80,5 % x 100 kata = 80,5 kata dan seterusnya.

4. Bila prosentase dari dua bahasa kerabat (cognate) diketahui, maka dapat dihitung waktu pisah kedua bahasa tersebut.

Berdasarkan asumsi dasar yang kedua, ketiga, keempat, kita dapat menghitung usia atau waktu pisah kedua bahasa itu. Dan karena dalam 1000 tahun kedua bahasa kerabat itu masing-masing akan kehilangan kosa kata dasarnya dalam prosentase yang sama, maka waktu pisah antara kedua bahasa itu harus dibagi dua. Misalnya prosetase kata kerabatnya adalah 80,5 %, maka waktu pisah kedua bahasa adalah 500 tahun yang lalu.

Berdasarkan prinsip itu, waktu pisah kedua bahasa kerabat dengan prosentase kata kerabat yang diketahui adalah seperti tertera dalam tabel berikut ini :

Jumlah kata kerabat antara Bahsa Simalungun dengan Bahasa Karo

Prosentase kata kerabat Usia (waktu pisah) antara

Bahasa Siamlungun dengan Bahasa Karo.

200-162 162-132 132-106 106-86

100-81 81-66 66-53 53-43

0-500 500-1000 1000-1500 1500-2000


(19)

Fitriana Sinaga : Kajian Leksikostatistik Antara Bahasa Simalungun Dengan Bahasa Karo, 2007. USU Repository © 2009

86-70 70-56 56-44 44-36 36-30 30-24 24-19 19-15 15-12 12-10 10-8

8-6 6-5 5-4

43-35 35-28 28-22 22-18 18-15 15-12 12-10 10-8

8-6 6-5 5-4 4-3 3-2 2-1

2000-2500 2500-3000 3000-3500 3500-4000 4000-4500 4500-5000 5000-5500 5500-6000 6000-6500 6500-7000 7000-7500 7500-8000 8000-8500 8500-9000

Prosentanse retensi kata kerabat setiap seribu tahun dibulatkan menjadi 81%. Usia pisah dalam ribuan tahun harus dibagi dua, karena masing-masing bahasa dalam seribu tahun akan kehilangan 19 %.

4.3Teknik Leksikostatistik

Untuk menerapkan keempat asumsi dasar di atas, maka perlu mengambil langkah-langkah yang merupakan teknik-teknik metode leksikostatistik seperti :


(20)

Fitriana Sinaga : Kajian Leksikostatistik Antara Bahasa Simalungun Dengan Bahasa Karo, 2007. USU Repository © 2009

a. Mengumpulkan kosa kata dasar

Unsur yang paling penting dalam membandingkan dua bahasa atau lebih adalah mengumpulkan daftar kosa kata dasar dari bahasa-bahasa yang diteliti. Pada kesempatan ini penulis menggunakan daftar kosa kata dasar yang telah disusun oleh Morris Swadesh yang berisi 200 kata. Penulis menganggap daftar kosa kata dasar ini merupakan daftar yang baik sehingga penulis tidak perlu menggunakan daftar kosa kata yang lain atau daftar kosa kata dasar yang disusun oleh para peneliti lain.

b. Menghitung kata kerabat

Untuk menetapkan kata kerabat (cognate) dari bahasa-bahasa yang diselidiki, maka harus mengikuti prosedur-prosedur berikut :

1. Gloss yang diperhitungkan

Pertama-tama harus dikeluarkan gloss yang tidak akan diperhitungkan dalam penetapan kata kerabat atau non kerabat. Gloss yang tidak diperhitungkan itu adalah kata-kata kosong, yaitu gloss yang tidak ada katanya baik dalam salah satu bahasa maupun dalam kedua bahasa. Contoh kata nyiur, lembayung, pajri, dan lain sebagainya. Kedua, semua kata pinjaman, baik dari bahasa-bahasa kerabat maupun dari bahasa-bahasa non kerabat. Dalam hal ini lebih mudah untuk menetapkan pinjaman dari bahasa non kerabat dari pada bahasa kerabat. Contohnya kata : clemek, surau, grendel, khitanan, dan lain sebagainya.

2. Pengisolasian morfem terikat

Bila dalam data-data yang telah dikumpulkan itu terdapat morfem-morfem terikat maka sebelum mengadakan perbandingan untuk mendapatkan kata


(21)

Fitriana Sinaga : Kajian Leksikostatistik Antara Bahasa Simalungun Dengan Bahasa Karo, 2007. USU Repository © 2009

kerabat atau non kerabat semua morfem terikat itu harus diisolir terlebih dahulu. Dengan mengisolasi morfem tersebut, lebih mudahlah untuk menetapkan apakah satu pasangan kata menunjukkan kesamaan atau tidak. Misalnya untuk gloss rintak dalam Bahasa Karo yang artinya tarik

3. Penetapan kata kerabat

telah diisolasikan dari bentuk menarik.

Sebuah pasangan kata akan dinyatakan sebagai kata kerabat bila memenuhi salah satu ketentuan berikut :

a. Pasangan itu identik

Pasangan kata yang identik adalah pasangan kata yang semua fonemnya sama betul, misalnya :

Gloss Bahasa Simalungun Bahasa Karo

Hujan udan udan

Ladang juma juma

Sawah sabah sabah

Delapan waluh waluh

Mimpi nipi nipi

b. Pasangan itu Memiliki Korespondensi Fonemis

Bila perubahan fonemis antara kedua bahasa itu terjadi secara timbal balik dan teratur, secara tinggi frekuensinya, maka bentuk yang berimbang antara kedua bahasa tersebut dianggap berkerabat.


(22)

Fitriana Sinaga : Kajian Leksikostatistik Antara Bahasa Simalungun Dengan Bahasa Karo, 2007. USU Repository © 2009

Gloss Bahasa Simalungun Bahasa Karo

Tidur modom medem

Takut mabiar mbiar

Periuk hudon kudin

c. Kemiripan Secara Fonemis

Bila tidak dapat dibuktikan bahwa sebuah pasangan kedua bahasa itu mengandung korespondensi fonemis, tetapi pasangan itu ternyata mengandung kemiripan secara fonetis dalam posisi artikulatoris yang sama, maka pasangan itu dapat dianggap sebagai kata kerabat. Pasangan berikut memperlihatkan hal tersebut :

Gloss Bahasa Simalungun Bahasa Karo

Bernapas marhosah erkesah

Jauh daoh ndaoh

Licin malandit meladit

Berenang marlangui erlangi

Malu maila mela

d. Satu Fonem Berbeda

Bila dalam satu pasangan kata terdapat perbedaan satu fonem, tetapi dapat dijelaskan bahwa perbedaan itu terjadi karena pengaruh lingkungan yang


(23)

Fitriana Sinaga : Kajian Leksikostatistik Antara Bahasa Simalungun Dengan Bahasa Karo, 2007. USU Repository © 2009

dimasukinya, maka pasangan itu dapat ditetatapkan sebagai kata kerabat. Misalnya dalam pasangan kata Bahasa Simalungun dan Bahasa Karo berikut ini :

Gloss Bahasa Simalugun Bahasa Karo

gigi ipon ipen

duduk hundul kundul

menantu hela kela

sembuh malum malem

awan ombun embun

Sesudah menetapkan kata-kata kerabat dengan prosedur seperti yang dikemukakan di atas, maka dapat ditetapkan besarnya prosentase kekerabatan antara kedua bahasa itu. Prosentase kata kerabat dihitung dari jumlah pasangan yang sisa yaitu 200 kata dikurangi dengan kata atau gloss yang tidak diperhitungkan karena kosong atua pinjaman. Dari 200 kata untuk bahasa simalungun dan bahasa karo hanya terdapat 197 pasangan yang lengkap, 3 gloss tidak mempunyai pasangan. Dari 197 pasangan yang ada terdapat 116 pasangan kata kerabat, atau hanya 58 % kata kerabat. Dengan selesainya mentapkan prosentase kata kerabat, maka akan dilakukan prosedur berikut, yaitu menghitung usia dan waktu pisah kedua bahasa tersebut. Untuk maksud tersebut hendaknya diperhatikan dua hal dari perhitungan kata kerabat yaitu : 58% kata kerabat dan 116 pasangan kata yang ada.


(24)

Fitriana Sinaga : Kajian Leksikostatistik Antara Bahasa Simalungun Dengan Bahasa Karo, 2007. USU Repository © 2009

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharisimi. 1996. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. Chaer, Abdul. 1994. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.

Depdikbud. 1998. Buku Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.

Hanafi, Imam, dkk. 1987. Study Kontrastif (Tinjauan Historis Komparatif) Malang: FPBS IKIP Malang.

Ibrahim, Abdul Syukur, dkk. 1987 Model Linguistik Dewasa ini. Surabaya: Penerbit Usaha Nasional.

Jhon, Lyons. 1995. Pengantar Teori Linguistik. Jakarta: P. T. Gramedia Keraf, Gorys. Linguistic Bandingan Historis. Jakarta: P. T. Gramedia, 1984 Keraf, Gorys. Tata Bahasa Indonesia. Ende Flores: Nusa Indah..

Kridalaksana, Harimurti. 2001. Kamus Linguistic. Jakarta: Garamedia Pustaka Umum.

Nurhadi. 1987. Kapita Selekta Kajian Bahasa Sastra dan Pengajarannya. Malang, IKIP Malang.

Nababan, P.W.J. 1986. Sosiolinguistik: Suatu Pengantar. Jakarta: P.T. Gramedia.

Parera, Jos Daniel. 1986. Kajian Linguistik Umum Historis Komparatif dan

Tipologi Struktural. Jakarta: P.T. Gelora Aksara Pratama..

Sitorus, Verawati. 2002. Kajian Leksikostatistik Bahasa Toba dan Bahasa


(25)

Fitriana Sinaga : Kajian Leksikostatistik Antara Bahasa Simalungun Dengan Bahasa Karo, 2007. USU Repository © 2009


(26)

Fitriana Sinaga : Kajian Leksikostatistik Antara Bahasa Simalungun Dengan Bahasa Karo, 2007. USU Repository © 2009

LAMPIRAN

DAFTAR PERTANYAAN

KOSA KATA SIAMALUNGUN KARO KET

A.

1. abu 2. air 3. air bah 4. akar 5. aku 6. alir 7. anak 8. anjing 9. angina 10.apa 11.api 12.apung 13.asap 14.awan B 15.bagaimana 16.baik 17.bali 18.banyak 19.bapak 20.baring 21.baru 22.basah 23.bata 24.beberapa Orbuk Bah Bah baggal Urat Au Mangalir Niombah Baliang Logou Aha Apui Mumbang Timus Ombun Sonaha Dear - Bahat Bapa Gallei Bayu Bossot Bata Piga Abu Lau Kelenglengen Urat Aku Ngaler Anak Biang Angin Kai Api Bombang Cimber Embun Uga Bujur - Mbuei Bapa Galang-galang Mbaru Bencah Bata Piga-piga X X X - - - X - X X - - X - X X V X - X - X - -


(27)

Fitriana Sinaga : Kajian Leksikostatistik Antara Bahasa Simalungun Dengan Bahasa Karo, 2007. USU Repository © 2009

25.belah 26.benar 27.benih 28.bengkak 29.berenang 30.berjalan 31.berat 32.beri 33.besar 34.bilamana 35.binatang 36.bintang 37.buah 38.bulu 39.bunga 40.bunuh 41.buru ( ber- ) 42.buruk 43.burung 44.busuk

C

45.cacing 46.cium (bau) 47.cuci D 48.daging 49.danau 50.dan 51.darah 52.datang Bolah Tongon Bonih Butong Marlangui Mardalan Borat Bere Baggal Anggo Pinahan Bittang Buah Ambulu Rudang Pusahon Marburu Bajan Manuk-manuk Masik Goya Manganggoh Sussi Jagal Tombak Pakon Daroh Roh Bekka Tuhu Bennih Mbessar Erlange Erdalan Mberrat Bereken Galang Adi Binatang Bintang Buah Bulu Bunga Mbunuh Erburu Mejin Perik Macik Gaya Nganggeh Sabun Jukut Danau Ras Dareh Reh X X - - - - - - X X X - - - X X - - X - - - X X X X - -


(28)

Fitriana Sinaga : Kajian Leksikostatistik Antara Bahasa Simalungun Dengan Bahasa Karo, 2007. USU Repository © 2009

53.dasun 54.debu 55.dekat 56.dengan 57.dengar 58.di dalam

59. di, pada 60.dingin 61.di mana 62.diri (berdiri) 63.di sini 64.di situ 65.dorong 66.dua 67.duduk E 68.ekor 69.empat 70.engkau F 71.gali 72. garam

73.garuk (meng-) 74.gelembung 75.gemuk 76.gigi 77.gigit 78.gosok 79.gunung H Bulung Jibu Dohor Appakon Tangar I bagas I Borgoh Ija Jongjong Ijon Ijai Onjar Dua Hundul Ipput Opat Ho Hurak Sira Garut Gurgur Mombur Ipon Harat Usah Dolog Bulung Abu Ndeher Ras Begi I bas I Mbergeh Ja Cinder Ijenda Ija Jul-jul Dua Kundul Ikut Empat Engko Kurak Sira Gergo - Mbur Ipen Karat Gusgus Gunung - - - X X - - - - X - - X - - - - - - - X V - - - X X


(29)

Fitriana Sinaga : Kajian Leksikostatistik Antara Bahasa Simalungun Dengan Bahasa Karo, 2007. USU Repository © 2009

80.hantam 81.hati 82.hijau 83.hidung 84.hidup 85.hisap 86.hitam 87.hitung 88.hujan 89.hutan I 90.ia 91.ibu 92.ikan 93.ikat 94.isteri 95.itu 96.jahit 97. jalan 98. jantung 99.jatuh 100. jauh 101. jeram K 102. kabut 103. kaki 104. kalau 105. kami, kita 106. kamu, kamu sekalian Dipat Uhur Ratah Igung Manggoluh Ossop Sibirong Kira Udan Harangan Alo Inang Ihan Sakkut Ianang-inang Andai Marjarum Dalan Pusu-pusu Madabuh Daoh - Samun Nahei Anggo Hanami

Nassiam / ham

- Ukur Ratah Igung Geloh Cepcep Biring Erkira Udan Karangen Uai Nande Nurung Tambat Ndahara Ah Jarumi Erdalan Pusuh Ndaboh Daoh - Gerdem Nahe Adi Kami Kam V - - - - - - - - - X X X X X X - - - - - V X - X - -


(30)

Fitriana Sinaga : Kajian Leksikostatistik Antara Bahasa Simalungun Dengan Bahasa Karo, 2007. USU Repository © 2009

107. kanan 108. karena 109. (ber-), (meng-), kata(-kan) 110. (ber-)kelai 111. kepala 112. kering 113. kecil 114. kemarau 115. kiri 116. kotor 117. kulit 118. kulitpohon 119. kuning 120. kutu L 121. lain 122. langit 123. laut 124. lebar 125. leher 126. lelaki 127. lempar 128. lidah 129. lihat 130. lima 131. licin

132. (ber-) ludah 133. lurus Siamun Halani Marsahap Martinggil Ulu Horah Etek

Logou ni ari

Siambilou Butak Hulit Laklak Sigorsing Hutu Legan Langit Laut Bolag Borgok Dalahi Gijik Dilah Nonoi Lima Malandit Martijur Gostong Kemuhen Adina Kataken Rubati Takal Kerah Kitik Lego Kawes Meluas Kuling Laklak Megersing Kutu Laseri Langit Laut Nggellang Kereher Dilaki Benter Dilah Nen Lima Medalit Mecidur Pintir X X X X X - - - X X X - - - X - - X X - X - X - - - X


(31)

Fitriana Sinaga : Kajian Leksikostatistik Antara Bahasa Simalungun Dengan Bahasa Karo, 2007. USU Repository © 2009

M 134. main 135. makan 136. malam 137. mata 138. matahari 139. mati, meninggal 140. merah 141. mereka 142. minum 143. mulut 144. muntah 145. musim N 146. nama 147. napas 148. nyala 149. nyanyi O 150. orang P 151. panas 152. panjang 153. pasir 154. pegang 155. pendek 156. peras 157. perempuan 158. perut Guro Mangan Borngin Panonggor Matani ari Matei Gerger Sadea Manginum Babah Mutah Musim Goran Hosah Gara Mandoding

Jolma / halak

Milas Ganjang Horsik

Jolom / jamah Pondok Poroh Daboru Boltok Guro-guro Man Berngin Mata Matawari Mate Megara Kalah ah Minem Babah Mutah Mbasna Gelar Kesah Gara Ende Kalak Las Geddang Kersik Jemak Gendek Pereh Diberu Beltek - - - X - - X X - - - X X - - X X - X - - - - - -


(32)

Fitriana Sinaga : Kajian Leksikostatistik Antara Bahasa Simalungun Dengan Bahasa Karo, 2007. USU Repository © 2009

159. pikir 160. pohon 161. potong 162. punggung 163. putih R 164. rambut 165. rumput 166. sayap 167. satu 168. sedikit 169. siang 170. siapa 171. sempit 172. semua 173. suami 174. sungai T 175. tajam 176. tahu 177. tahun 178. takut 179. tali 180. tanah 181. tangan 182. tarik 183. tebal 184. telinga 185. telur 186. terbang Uhuri Hayu Ponggol Gurung Silopak Jambulan Poyon Habang Sada Utik Siang Ise Soppit Ganup Amng-amang Bah Marot Mambotoh Tahun Mabiar Tali Tanoh Tangan Rittak Tobal Pinggol Tolor Habang Tangkeli Batang Getap Gurung Mbentar Buk Dukut Kabeng Sada Sitek Ciger Ise Picet Kerina Perbulangen Lau Lelap Kueteh Tahun Mbiar Tali Taneh Tan Rintak Mekapal Cuping Tinaro Kubang X X X - X X X - - - X - X X X X X X - - - - - - X X X -


(33)

Fitriana Sinaga : Kajian Leksikostatistik Antara Bahasa Simalungun Dengan Bahasa Karo, 2007. USU Repository © 2009

187. tertawa 188. tidak 189. tidur 190. tiga 191. tikam 192. tipis 193. tiup (me-) 194. tongkat 195. tua 196. tulang 197. tumpul

U

198. ular 199. usap 200. usus

Tartawa Lang Modom Tolu Tobak Tipis Manoppul Tukkot Matua Tulan-tulan Majol

Ulok Mangapusi Bituha

Pertawa Lang Medem Telu Tebak Nipes Embus Ciken Metua Tulan Majal

Nipe Erduhap Mbuyak, tuka

- - - - - - X X - - -

X X -

Keterangan simbol :

V = kosa kata yang tidak mempunyai pasangan X = kosa kata yang tidak berkerabat


(1)

Fitriana Sinaga : Kajian Leksikostatistik Antara Bahasa Simalungun Dengan Bahasa Karo, 2007. USU Repository © 2009

53.dasun 54.debu 55.dekat 56.dengan 57.dengar 58.di dalam

59. di, pada 60.dingin 61.di mana 62.diri (berdiri) 63.di sini 64.di situ 65.dorong 66.dua 67.duduk

E

68.ekor 69.empat 70.engkau

F

71.gali 72. garam

73.garuk (meng-) 74.gelembung 75.gemuk 76.gigi 77.gigit 78.gosok 79.gunung

H

Bulung Jibu Dohor Appakon Tangar I bagas

I Borgoh Ija Jongjong Ijon Ijai Onjar Dua Hundul

Ipput Opat Ho

Hurak Sira Garut Gurgur Mombur Ipon Harat Usah Dolog

Bulung Abu Ndeher Ras Begi I bas

I

Mbergeh Ja Cinder Ijenda Ija Jul-jul Dua Kundul

Ikut Empat Engko

Kurak Sira Gergo - Mbur Ipen Karat Gusgus Gunung

- - - X X -

- - - X - - X - -

- - -

- - X V - - - X X


(2)

Fitriana Sinaga : Kajian Leksikostatistik Antara Bahasa Simalungun Dengan Bahasa Karo, 2007. USU Repository © 2009

80.hantam 81.hati 82.hijau 83.hidung 84.hidup 85.hisap 86.hitam 87.hitung

88.hujan 89.hutan

I

90.ia 91.ibu 92.ikan 93.ikat 94.isteri 95.itu 96.jahit 97. jalan 98. jantung 99.jatuh 100. jauh 101. jeram

K

102. kabut 103. kaki 104. kalau 105. kami, kita 106. kamu,

kamu sekalian

Dipat Uhur Ratah Igung Manggoluh Ossop Sibirong Kira

Udan Harangan

Alo Inang Ihan Sakkut Ianang-inang Andai

Marjarum Dalan Pusu-pusu Madabuh Daoh -

Samun Nahei Anggo Hanami

Nassiam / ham

- Ukur Ratah Igung Geloh Cepcep Biring Erkira

Udan Karangen

Uai Nande Nurung Tambat Ndahara Ah Jarumi Erdalan Pusuh Ndaboh Daoh -

Gerdem Nahe Adi Kami

Kam

V - - - - - - -

- -

X X X X X X - - - - - V

X - X -


(3)

Fitriana Sinaga : Kajian Leksikostatistik Antara Bahasa Simalungun Dengan Bahasa Karo, 2007. USU Repository © 2009

107. kanan 108. karena 109. (ber-),

(meng-), kata(-kan)

110. (ber-)kelai 111. kepala 112. kering 113. kecil 114. kemarau

115. kiri 116. kotor 117. kulit 118. kulitpohon 119. kuning 120. kutu

L

121. lain 122. langit 123. laut 124. lebar 125. leher 126. lelaki 127. lempar 128. lidah 129. lihat 130. lima 131. licin

132. (ber-) ludah 133. lurus

Siamun Halani

Marsahap Martinggil Ulu Horah Etek

Logou ni ari

Siambilou Butak Hulit Laklak Sigorsing Hutu

Legan Langit Laut Bolag Borgok Dalahi Gijik Dilah Nonoi Lima Malandit Martijur Gostong

Kemuhen Adina

Kataken Rubati Takal Kerah Kitik Lego

Kawes Meluas Kuling Laklak Megersing Kutu

Laseri Langit Laut Nggellang Kereher Dilaki Benter Dilah Nen Lima Medalit Mecidur Pintir

X X

X X X - - -

X X X - - -

X - - X X - X - X - - - X


(4)

Fitriana Sinaga : Kajian Leksikostatistik Antara Bahasa Simalungun Dengan Bahasa Karo, 2007. USU Repository © 2009

M

134. main

135. makan

136. malam

137. mata 138. matahari 139. mati,

meninggal

140. merah

141. mereka

142. minum

143. mulut

144. muntah

145. musim

N

146. nama

147. napas 148. nyala 149. nyanyi

O

150. orang

P

151. panas 152. panjang 153. pasir 154. pegang 155. pendek 156. peras 157. perempuan 158. perut

Guro Mangan Borngin Panonggor Matani ari

Matei Gerger Sadea Manginum Babah

Mutah Musim

Goran Hosah Gara Mandoding

Jolma / halak

Milas Ganjang Horsik

Jolom / jamah Pondok Poroh Daboru Boltok

Guro-guro Man Berngin Mata Matawari

Mate Megara Kalah ah Minem Babah

Mutah Mbasna

Gelar Kesah Gara Ende

Kalak

Las Geddang Kersik Jemak Gendek Pereh Diberu Beltek

- - - X -

- X X - -

- X

X - - X

X

- X - - - - - -


(5)

Fitriana Sinaga : Kajian Leksikostatistik Antara Bahasa Simalungun Dengan Bahasa Karo, 2007. USU Repository © 2009

159. pikir

160. pohon

161. potong

162. punggung

163. putih

R

164. rambut 165. rumput 166. sayap 167. satu 168. sedikit 169. siang 170. siapa 171. sempit

172. semua

173. suami 174. sungai

T

175. tajam 176. tahu 177. tahun 178. takut 179. tali 180. tanah 181. tangan 182. tarik 183. tebal 184. telinga 185. telur 186. terbang

Uhuri Hayu Ponggol Gurung Silopak

Jambulan Poyon Habang Sada Utik Siang Ise Soppit

Ganup

Amng-amang Bah

Marot Mambotoh Tahun Mabiar Tali Tanoh Tangan Rittak Tobal Pinggol Tolor Habang

Tangkeli Batang Getap Gurung Mbentar

Buk Dukut Kabeng Sada Sitek Ciger Ise Picet

Kerina Perbulangen Lau

Lelap Kueteh Tahun Mbiar Tali Taneh Tan Rintak Mekapal Cuping Tinaro Kubang

X X X - X

X X - - - X - X

X X X

X X - - - - - - X X X -


(6)

Fitriana Sinaga : Kajian Leksikostatistik Antara Bahasa Simalungun Dengan Bahasa Karo, 2007. USU Repository © 2009

187. tertawa 188. tidak 189. tidur 190. tiga 191. tikam 192. tipis 193. tiup (me-) 194. tongkat 195. tua 196. tulang 197. tumpul

U

198. ular 199. usap 200. usus

Tartawa Lang Modom Tolu Tobak Tipis Manoppul Tukkot Matua Tulan-tulan Majol

Ulok Mangapusi Bituha

Pertawa Lang Medem Telu Tebak Nipes Embus Ciken Metua Tulan Majal

Nipe Erduhap Mbuyak, tuka

- - - - - - X X - - -

X X -

Keterangan simbol :

V = kosa kata yang tidak mempunyai pasangan X = kosa kata yang tidak berkerabat