Indentifikasi Masalah Pembatasan Masalah

2. Manfaat secara praktis 1 Bahan masukan guru bimbingan konseling dalam memberikan bantuan yang tepat terhadap siswa-siswi yang memiliki masalah kecemasan saat berkomunikasi dengan guru di sekolah. 2 Dapat dijadikan suatu sumbangan informasi, pemikiran bagi guru pembimbing, peneliti selanjutnya dan tenaga kependidikan lainnya dalam upaya mengatasi masalah kecemasan siswa saat berkomunikasi dengan guru di sekolah menggunakan pendekatan Cognitive Behaviour Theraphy CBT teknik relaksasi.

C. Kerangka Pikir

Pendidikan berhubungan erat dengan manusia. Idealnya melalui pendidikan seseorang dapat dimanusiakan menjadi manusia yang berkualitas, berkepribadian matang, dewasa, mandiri, dan menghayati dirinya sebagai makhluk pribadi sekaligus makhluk sosial. Setiap bentuk pendidikan seperti halnya pendidikan informal, pendidikan nonformal, atau pendidikan formal seharusnya terarah pada tujuan pendidikan, yaitu menciptakan suatu komunikasi harmonis dalam masyarakat. Dalam proses pendidikan hal ini sudah harus mulai diciptakan bagi para pelaku pendidikan itu sendiri, yang dimaksudkan di sini adalah orang tua, guru dan masyarakat pada umumnya. Sekolah dalam hal ini bertugas untuk menciptakan perimbangan yang harmonis antara berbagai unsur dalam lingkungan sosial dan mengusahakan agar seorang peserta didik dapat keluar dari keterbatasan lingkungan sosialnya. Para guru sebagai koordinator, fasilitator di sekolah tentu dituntut untuk berperan lebih menciptakan suatu kondisi demi tercapainya tujuan ini. Kondisi yang seharusnya tercipta untuk tercapainya tujuan itu adalah adanya keharmonisan komunikasi, sehingga pada proses belajar mengajar, sosial masyarakat, dan lingkungan keluarga, siswa mampu berinteraksi dengan baik. Akan tetapi kenyataannya justru berbicara lain. Komunikasi yang baik sebagai tujuan pendidikan kelihatannya hanya merupakan sebuah ungkapan untuk berbasa-basi dan juga merupakan harapan yang sia-sia. Terlihat dari proses pendidikan yang ada di lapangan, para peserta didik dijadikan sebagai bank bangi guru untuk menabung semua pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya padahal seharusnya peserta didik dijadikan sebagai subyek atau pribadi yang bebas untuk mengungkapkan diri dan gagasannya ditengah peserta yang lainnya. Saat mengadakan studi pendahuluan di SMA Negeri 1 Way Lima, peneliti menemukan beberapa siswa mengalami kecemasan dalam berkomunikasi. Setelah dilakukan wawancara dengan beberapa siswa, dapat diketahui penyebab kecemasan yang dialami siswa saat berkomunikasi dengan guru dikarenakan siswa mempunyai pikiran-pikiran negatif seperti: takut saat berkomunikasi dengan guru ketika ditanya jawabanya salah dan dimarahi oleh guru, ditertawakan oleh teman-temannya, dianggap sebagai pembangkang, diremehkan oleh guru dan teman-temannya, serta malu dipandang ketinggalan dari siswa yang lain. Kecemasan dalam melakukan komunikasi diungkapkan oleh West Turner 2009 sebagai ketakukan berupa perasaan dan pikiran negatif yang dirasakan individu dalam melakukan komunikasi, biasanya berupa perasaan tegang, gugup, panik, ataupun pikiran-pikiran yang buruk ketika melakukan komunikasi.