Pertumbuhan karang lunak Lobophytum strictum hasil transplantasi pada sistem resirkulasi dengan kondisi cahaya berbeda

(1)

DENGAN KONDISI CAHAYA BERBEDA

DYAH ISNAINI PRASTIWI

SKRIPSI

DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011


(2)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa Skripsi yang berjudul:

PERTUMBUHAN SOFT CORAL Lobophytum strictum HASIL

TRANSPLANTASI PADA SISTEM RESIRKULASI DENGAN KONDISI CAHAYA BERBEDA

adalah benar merupakan hasil karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka dibagian akhir Skripsi ini.

Bogor, April 2011

DYAH ISNAINI PRASTIWI C54060790


(3)

DYAH ISNAINI PRASTIWI. Pertumbuhan Karang Lunak Lobophytum strictum Hasil Transplantasi pada Sistem Resirkulasi dengan Kondisi Cahaya Berbeda. Dibimbing oleh DEDI SOEDHARMA dan BEGINER SUBHAN.

Karang lunak merupakan bagian dari ekosistem terumbu karang yang dianggap penting dan merupakan komponen kedua terbesar sesudah karang batu serta mempunyai peranan yang penting dalam ekologi terunbu karang, seperti memberikan kontribusi pada pembentukan terumbu (Manuputty, 2002). Penelitian karang lunak telah banyak dilakukan terutama penelitian tentang kandungan bioaktif yang terdapat dalam karang lunak. Mengingat banyaknya peranan karang lunak yang dimanfaatkan sebagai bahan senyawa bioaktif masih berasal dari alam maka pengendalian stok di alam perlu dilakukan secara optimal. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk tetap menjaga kelestariannya adalah melakukan transplantasi dengan fragmentasi buatan.

Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus 2010 sampai Januari 2011 di Laboratorium Pusat Studi Ilmu Kelautan IPB, Ancol, Jakarta Utara menggunakan perlakuan pencahayaan yang berbeda pada kolam pengamatan. Kolam yang pertama dibiarkan terbuka dan kolam yang kedua ditutup menggunakan terpal. Data pengukuran diolah menggunakan software Image J dan Microsoft Office Excel 2007. Data total pertumbuhan karang lunak dianalisis menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap. Pengukuran karang lunak meliputi pertumbuhan mutlak, laju pertumbuhan, dan tingkat kelangsungan hidup.

Pada kolam yang terbuka, tingkat kelangsungan hidup Lobophytum strictum mencapai 100% sampai akhir penelitian, sedangkan pada kolam tertutup (tanpa cahaya) hanya mampu bertahan selama 8 minggu sebesar 62,5%. Pertumbuhan panjang rata-rata karang lunak selama penelitian berkisar antara (5,95±0,31cm) sampai (10,04±0,6cm). Pada awal penelitian lebar rata-rata fragmen pada kolam terbuka memiliki nilai (5,27 ± 0,51 cm) dan pada akhir penelitian minggu ke-12 lebarnya bertambah menjadi (6,84 ± 0,72 cm). Pertumbuhan panjang dan lebar rata-rata kolam tertutup mengalami penurunan setiap minggu. Pada akhir penelitian, panjang karang lunak berkurang sebesar 3,55 cm sedangkan lebarnya berkurang 4,28 cm.

Cahaya matahari berperan penting dalam kehidupan karang lunak, hal ini dikarenakan adanya mikrosimbion zooxhantellae yang memerlukan cahaya matahari untuk berfotosintesis. Hasil penelitian yang didapatkan bahwa

kelangsungan hidup karang lunak pada kolam terbuka lebih baik daripada kolam tertutup. Hasil analisa ragam untuk pengaruh pencahayaan terhadap pertumbuhan panjang Lobophytum srictum mendapatkan hasil yang berbeda nyata. Hal ini menunjukkan bahwa pencahayaan berpengaruh terhadap pertumbuhan panjang karang lunak Lobophytum srictum.


(4)

©Hak cipta milik Dyah Isnaini Prastiwi, tahun 2011

Hak cipta dilindungi

Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam bentuk apapun, baik cetak, fotokopi, microfilm, dan sebagainya


(5)

DENGAN KONDISI CAHAYA BERBEDA

DYAH ISNAINI PRASTIWI

SKRIPSI

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Kelautan pada

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011


(6)

vi

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Skripsi : PERTUMBUHAN KARANG LUNAK Lobophytum strictum HASIL TRANSPLANTASI PADA SISTEM RESIRKULASI DENGAN KONDISI CAHAYA BERBEDA

Nama Mahasiswa : Dyah Isnaini Prastiwi NRP : C54060790

Departemen : Ilmu dan Teknologi Kelautan

Menyetujui,

Pembimbing Utama Pembimbing Anggota

Prof. Dr. Ir. Dedi Soedharma, DEA Beginer Subhan S.Pi, M.Si NIP. 19460218 197301 1 001 NIP. 19800118 200501 1 003

Mengetahui,

plh. Ketua Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan

Dr. Ir. Wayan Nurjaya, M.Sc NIP. 19640801 198903 1 001


(7)

vii

Puji syukur kepada Allah SWT atas semua rahmat dan karunia yang telah diberikan-Nya kepada penulis sehingga penelitian ini dapat selesai. Skripsi yang berjudul “ Pertumbuhan Karang Lunak Lobophytum strictum Hasil

Transplantasi pada Sistem Resirkulasi dengan Kondisi Cahaya Berbeda”

diajukan sebagai salah satu syarat untuk mendapat gelar kesarjanaan. Penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Prof. Dr. Ir. Dedi Soedharma, DEA selaku ketua komisi pembimbing yang telah memberikan bimbingan, saran dan arahan dalam penyusunan skripsi ini. 2. Beginer Subhan, S.Pi, M.Si selaku anggota komisi pembimbing yang telah

memberikan bimbingan, saran dan arahan dalam penyusunan skripsi ini. 3. Staf Laboratorium Pusat Studi Ilmu Kelautan IPB Ancol, Jakarta Utara

khususnya Bapak Mardi yang telah membantu selama penelitian di kolam. 4. Laboratorium Hidro Biologi Laut yang telah mendanai kegiatan penelitian ini. 5. Keluarga tercinta, Bapak Sakri, Ibu Kodariyah, dan kakak Darmawan Wisnu

Pambudi yang selalu memberikan do’a, dukungan, semangat, motivasi dan kasih sayang.

6. Citra Satrya, Nur Ari Bayu Utama, Nur Endah Fitrianto, Fadhilah Rachmawati, Safrina Dyah Hardiningtyas, dan Aditya Bramandityo atas bantuan yang telah diberikan selama penulis bergabung di Laboratorium Hidro Biologi Laut. 7. Silvia Desrika Hutagalung, Yudhi Romansyah, Wahyu Adi Setyaningsih, dan

Woenxyz James atas kebersamaannya pada saat penelitian di Laboratorium Hidro Biologi Laut.


(8)

viii

8. Teman-teman kosan Arsidaers, Yustika Sekar Negari, Fitriana Intan Putri, Windarti, Nanda Diniarti, Dwi Retno Aryati, Riza Amirethi Sani, Siska Wulandari, Dini Dhalyana atas rasa kekeluargaannya, semangat dan masukan selama ini.

9. Teman-teman ITK 43, khususnya Yudhi Romansyah, Sri Hutri Madela, Resni Oktavia, Oliver Yonathan, Fitriyah Anggraeni, atas segala masukan, nasihat, dan semangat sejak kuliah di ITK sampai penelitian.

10. Seluruh pihak yang turut membantu dalam penyusunan skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan maupun sebagai tambahan informasi untuk memperkaya ilmu dikemudian hari.

Bogor, April 2011

Dyah Isnaini Prastiwi


(9)

ix

Halaman

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

1. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Tujuan ... 3

2. TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1. Karang Lunak Lobophytum strictum ... 4

2.2. Morfologi Karang Lunak ... 6

2.3. ReproduksiKarang Lunak ... 8

2.4. Kebiasaan Makan ... 8

2.5. Pertumbuhan Karang Lunak ... 9

2.6. Manfaat Karang Lunak ... 12

2.7. Transplantasi Karang Lunak ... 13

3. METODE PENELITIAN ... 15

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 15

3.2. Alat dan Bahan ... 15

3.3. Prosedur Penelitian ... 16

3.3.1. Persiapan Kolam ... 17

3.3.2. Pengambilan Karang Lunak ... 18

3.3.3. Pemberian Pakan ... 19

3.3.2. Pengambilan Data ... 20

3.4. Analisis Data ... 22

3.4.1. Pertumbuhan Karang Lunak ... 22

3.4.2. Tingkat Kelangsungan Hidup ... 23

3.4.3. Laju Pertumbuhan Karang Lunak ... 24

4. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 25

4.1. Kondisi Perairan Kolam ... 25

4.2. Organisme Pengganggu ... 27

4.3. Transplantasi Karang Lunak ... 28

4.3.1. Penutupan Luka ... 28

4.3.2. Pertumbuhan Mutlak ... 30

4.3.3. Laju Pertumbuhan ... 36


(10)

x

5. KESIMPULAN DAN SARAN ... 43

5.1. Kesimpulan ... 43

5.2. Saran ... 43

DAFTAR PUSTAKA ... 44


(11)

xi

Halaman 1. Alat dan Bahan ... 15 2. Parameter fisika, kimia dan biologi ... 22 3. Parameter kualitas air kolam pemeliharaan ... 25


(12)

xii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Koloni Lobopythum strictum ... 5

2. Penampang vertikal polip karang lunak ... 7

3. Diagram kegiatan penelitian ... 16

4. Kolam transplantasi karang lunak ... 17

5. Subtrat transplantasi karang lunak ... 18

6. Proses penanganan karang lunak ... 19

7. Pengukuran fragmen karang lunak yang ditransplantasi ... 20

8. Perbedaan fragmen karang lunak hidup dan mati ... 21

9. Organisme pengganggu ... 27

10. Persentase penutupan luka ... 28

11. Proses penyembuhan luka pada fragmen karang lunak ... 29

12. Penyembuhan luka karang lunak Lobopytum strictum ... 30

13. Pertumbuhan panjang dan lebar rata-rata pada kolam terbuka ... 31

14. Pertumbuhan mutlak kolam terbuka ... 33

15. Pertumbuhan panjang dan lebar rata-rata pada kolam tertutup ... 34

16. Pertumbuhan mutlak kolam tertutup ... 35

17. Laju pertumbuhan panjang dan lebar rata-rata pada kolam terbuka ... 37

18. Laju pertumbuhan panjang dan lebar rata-rata pada kolam tertutup ... 39

19. Tingkat kelangsungan hidup karang lunak pada kolam terbuka dan kolam tertutup ... 41


(13)

xiii

Halaman 1. Hasil pengukuran panjang fragmen Lobophytum strictum pada kolam

terbuka (Image J) ... 48 2. Hasil pengukuran lebar fragmen Lobophytum strictum pada kolam

tertutup (Image J) ... 49 3. Hasil pengukuran panjang fragmen Lobophytum strictum pada kolam

terbuka (Image J) ... 50 4. Hasil pengukuran lebar fragmen Lobophytum strictum pada kolam

tertutup (Image J) ... 51 5. Pertumbuhan fragmen karang lunak hasil transplantasi... 52 6. Hasil Analisis Ragam Anova ... 54


(14)

1

1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Karang lunak merupakan salah satu anggota Cnidaria yang mempunyai peranan dalam pembentukan terumbu karang yaitu sebagai pemasok senyawa karbonat dan meningkatkan keanekaragaman hayati. Hal ini terbukti sejak ditemukannya sejumlah besar spikula berkapur di dalam jaringan tubuhnya yang tidak ditemukan pada hewan lain (karang batu, anemone) yang hidup di terumbu karang yang sama (Manuputty, 2002).

Penelitian karang lunak telah banyak dilakukan terutama penelitian tentang kandungan bioaktif yang terdapat dalam karang lunak. Tursck et al., (1978) in Manuputty (2002) telah mengisolasi senyawa terpen dari beberapa jenis karang. Karang lunak hasil fragmentasi buatan mampu menghasilkan senyawa bioaktif yang digunakan sebagai penyedia bahan obat-obatan (Soedharma dan Arafat, 2007). Triyulianti (2009) melaporkan bahwa hasil ekstrak pada Sinularia sp. dan Lobophytum sp. memiliki aktivitas antibakteri yang berbeda pada kedalaman yang berbeda-beda, ekstrak etil asetat Sarchophyton sp.yang tidak difragmentasi mampu menghambat empat bakteri yaitu E.coli, S.aureus, P.aeruginosa, dan B.cereus (Hardiningtyas, 2009)

Mengingat banyaknya peranan karang lunak yang dimanfaatkan sebagai senyawa bioaktif masih berasal dari alam maka pelestariannya harus segera dilakukan agar didapatkan pemanfaatan yang optimal. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk tetap menjaga kelestarian dan memenuhi bahan baku adalah melakukan transplantasi dengan fragmentasi buatan.


(15)

Tranplantasi karang adalah penanaman dan penumbuhan koloni karang dengan cara memperbanyak diri dengan fragmentasi (Soedharma dan Arafat, 2007). Kegiatan transplantasi karang merupakan salah satu usaha pengembangan populasi berbasis alam di habitat alami atau habitat buatan yang dapat dipanen secara berkelanjutan.

Transplantasi karang di alam telah banyak dilakukan, diantaranya oleh Haris (2001) spesiesnya adalah Sarchopyton sp. dan Lobophytum strictum, Sinularia dura oleh Utama (2010), Lobophytum strictum oleh Nugroho (2008) dan Pramayudha (2010), dan Caulastrea fucata oleh Firdaus (2010). Penelitian transplantasi karang juga dilakukan di kolam oleh Zulfikar (2003) spesies Caulastrea fucata dan Cynarina lacrimalis, Lobophytum strictum oleh Pramayudha (2010).

Sandy (2000) menyatakan bahwa kelebihan transplantasi adalah waktu yang dibutuhkan relatife cepat, sederhana dan murah. Selain itu dapat diterapkan kepada masyarakat dalam pemanfaatan karang lunak secara lestari. Faktor yang mempengaruhi transplantasi di alam adalah gangguan dari alga berfilamen dan kemampuan karang lunak dalam beradaptasi dengan kondisi lingkungannya (Utama, 2010).

Penelitian ini dilaksanakan untuk mengamati tingkat kelangsungan hidup dan pertumbuhan karang lunak Lobophytum strictum yang ditransplantasikan pada dua kondisi yang berbeda, yaitu pada sistem resirkulasi dengan pencahayaan dan tanpa cahaya. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi baik untuk kepentingan penelitian lanjutan maupun dasar dalam memproduksi anakan karang lunak dan dapat membantu dalam pemulihan kawasan terumbu karang yang rusak.


(16)

3

1.2. Tujuan

Tujuan penelitian ini adalah mengamati tingkat kelangsungan hidup dan pertumbuhan karang lunak Lobophytum srictum hasil fragmentasi pada perlakuan pencahayaan yang berbeda.


(17)

4

2.1. Karang Lunak Lobophytum strictum

Terumbu karang merupakan ekosistem di perairan tropis yang kaya akan biota-biota penyusunnya, dengan keanekaragaman jenis yang tinggi. Salah satu biota penyusun terumbu karang adalah karang lunak (Octocorallia, Alcyionacea). Kelompok ini diwakili oleh suku Alcyoniidae yang merupakan kelompok karang lunak yang tersebar luas di perairan Indo-Pasifik Barat dalam jumlah besar (Bayer, 1956 in Manuputty, 1996). Kelompok Octocorallia terdiri dari tujuh bangsa (ordo) yaitu Stolonifera, Telestacea, Alcyonacea, Coenothecalia, Trachypsammiacea, Gorgonacea dan Pennatulacea.

Sistem klasifikasi karang lunak Lobophytum strictum adalah sebagai berikut (Ellis dan Sharon, 2005) :

Filum : Coelentrata/Cnidaria Kelas : Anthozoa

Sub kelas : Octocorallia Ordo : Alcyonacea Sub ordo : Alcyoniina

Famili : Alcyoniidae Genus : Lobophytum

Spesies : Lobophytum strictum Lobophytum strictum merupakan koloni besar, tumbuh merambat, serta memiliki kapitulum yang lebar. Polip dimorfik dan retraktil, serta memiliki koloni berwarna kuning, krem atau kuning kehijauan yang merupakan perbedaan yang kontras dengan jenis Alcyonaea lainnya (Manuputty, 1996).


(18)

5

(a) (b)

Sumber: (a) Simon Ellis dan Larry Sharon 2005, (b) karang lunak yang diambil dari Pulau Pramuka

Gambar 1. Koloni Lobopythum strictum

Jenis ini umumnya ditemukan dimana-mana terutama pada perairan yang jernih. Diketemukan pada perairan dari rataan terumbu sampai kedalaman 7 meter. Koloni bertangkai pendek, sepintas nampak seperti mengerak (encrusting). Lobus pada bagian tepi bergelombang, dan pada bagian tengah berbentuk seperti jari. Polip hanya terdapat pada permukaan atas. Garis tengah permukaan atas hampir sama dengan koloni dasar. Club pada permukaan lobus memiliki tonjolan-tonjolan berduri, ukuran club 0,07–0,19 mm. Pada bagian interior lobus club berbentuk kapstan atau silinder yang memiliki tonjolan berduri, ukuran club 0,18–0,25 mm. Pada bagian permukaan tangkai club sama seperti pada permukaan lobus dengan ukuran panjang 0,07–0,15 mm, sedangkan pada interior tangkai berbentuk kapstan yang lebar dengan ukuran panjang 0,16 – 0,23 mm (Tixier Durivault, 1957 in Manuputty 2002).


(19)

2.2. Morfologi Karang Lunak

Karang lunak (Octocorallia, Alcyonacea) memiliki tubuh yang lunak tapi lentur. Jaringan tubuhnya disokong oleh spikula yang tersusun sedemikian rupa sehingga tubuhnya lentur dan tidak mudah sobek. Spikula tersebut mengandung kalsium karbonat yang berfungsi sebagai penyokong seluruh tubuh karang lunak mulai dari bagian basal tempat melekat sampai ke ujung tentakel. Bentuk dasar spikula bagi bangsa Octocorallia adalah bentuk kumparan sederhana (spindle), berujung tumpul atau juga runcing, dengan permukaan mempunyai tonjolan-tonjolan (Manuputty, 1998).

Secara sepintas karang lunak tampak seperti tumbuhan, karena bentuk koloninya bercabang seperti pohon, memiliki tangkai yang identik dengan batang dan tumbuh melekat pada substrat dasar yang keras (Manuputty, 1998).

Tubuhnya yang lunak dan kenyal disebabkan karena tidak memiliki kerangka kapur luar yang keras seperti karang keras. Karang lunak ditunjang oleh tangkai berupa jaringan berdaging yang diperkuat oleh suatu matriks dari partikel kapur yang disebut sklerit (Allen dan Steene, 1994 in Sandy, 2000).

Polip merupakan bagian yang fertil pada karang lunak. Menurut Hyman (1940) in Fabricius dan Alderslade (2001), terdapat dua tipe polip pada karang lunak, yaitu autozooid dan siphonozooid. Sebagian besar karang

lunak memiliki tipe autozooid, yaitu setiap individu hanya memiliki satu tipe polip (monomorphic). Polip pada tipe autosoid terdiri dari delapan tentakel dan delapan septa yang berkembang baik. Selain itu, beberapa karang lunak juga memiliki tipe polip siphonozooid. Polip pada tipe ini tidak memiliki tentakel, atau tentakel dan septa yang tereduksi, umumnya lebih kecil dari autozooid dan


(20)

7

Sumber: Bayer (1956) in Manuputty (2002)

Gambar 2. Penampang vertikal polip karang lunak

Polip dapat dibagi menjadi tiga bagian besar yaitu antokodia, kaliks, dan antostela. Antokodia merupakan bagian yang terdapat dipermukaan koloni dan bersifat retraktil. Pada antokodia ditemukan tentakel yang berjumlah delapan dengan deretan duri-duri disepanjang sisinya. Duri ini disebut pinnula yang berfungsi untuk membantu mengalirkan air dan zat-zat makanan ke dalam mulut. Pada daerah kaliks ditemukan rongga gastrovaskuler atau rongga perut, terusan dari farinks yang terbagi menjadi delapan dan disebut septa. Septa membagi rongga perut menjadi delapan ruangan. Bagian antostela merupakan bagian basal


(21)

polip yang mengandung jaring-jaring solenia. Hubungan antara polip satu dengan lainnya terjadi melalui jaring-jaring solenia ini (Manuputty, 2002).

2.3. Reproduksi Karang Lunak

Pada umumnya karang memiliki kemampuan reproduksi secara aseksual dan seksual. Reproduksi aseksual adalah reproduksi yang tidak melibatkan peleburan gamet jantan (sperma) dan gamet betina (ovum). Pada reproduksi ini,

polip/koloni karang membentuk polip/koloni baru melalui pemisahan potongan-potongan tubuh atau rangka. Karang lunak memiliki cara bereproduksi yang berbeda-beda tergantung pada kondisi lingkungan sehingga memungkinkan untuk bisa pulih pada kondisi awal (Fabricius dan Alderslade, 2001).

Reproduksi seksual adalah reproduksi yang melibatkan peleburan sperma dan ovum (fertilisasi). Sifat reproduksi ini lebih komplek karena selain terjadi

fertilisasi, juga melalui sejumlah tahap lanjutan (pembentukan larva, penempelan baru kemudian pertumbuhan dan pematangan) (Manuputty, 1996). Larva yang terbentuk memiliki silia atau bulu getar, kemudian berenang bebas atau melayang sebagai plankton untuk kurun waktu beberapa hari sampai beberapa minggu, hingga mendapat tempat perlekatan di substrat dasar yang keras untuk selanjutnya berubah bentuk (metamorfosis) tumbuh menjadi polip muda kemudian

membentuk koloni baru (Manuputty, 2002).

2.4. Kebiasaan Makan

Pada umumnya Octocorallia khususnya karang lunak, memiliki cara makan yang bersifat holosoik, yaitu menangkap organisme planktonik dalam jumlah


(22)

9

besar. Salah satu cara yang digunakan adalah menangkap mangsa dengan menggunakan nematosit. Tentakel akan bergerak ketika berhasil mendeteksi keberadaan makanan dan akan menginjeksi mangsa sampai mati dengan racun yang terkandung dalam nematosit. Setelah mangsa tidak berdaya maka mangsa tersebut dibawa masuk kedalam perut dan dicerna.

Melimpahnya nematosit dan jaringan pencernaan yang berkembang biasanya berhubungan dengan zooxanthella. Jenis-jenis yang mengandung banyak

zooxanthella dalam jaringan tubuhnya biasanya hanya mengandung sedikit nematosis, bahkan pada beberapa tidak ditemukan sama sekali. Sisa-sisa makanan akan dikeluarkan melalui mulut dengan bantuan flagella septa (Bayer, 1956 in Manuputty 1996).

2.5. Pertumbuhan Karang Lunak

Semua organisme hidup mengalami tumbuh dan berkembang. Buddemeir 1978 in Suharsono (1984) pertumbuhan bagi karang dapat diartikan sebagai perubahan massa per satuan waktu, perubahan volume per satuan waktu, dan perubahan area permukaan per satuan waktu. Kecepatan tumbuh karang lunak bervariasi dan tergantung dari jenis, tempat tumbuh dan faktor lain yang berpengaruh. Secara global, terumbu karang tumbuh dan berkembang optimal pada perairan bersuhu rata-rata tahunan 25-32 °C, dan dapat mentoleransi suhu sampai dengan 36-40 °C. Efek dari perubahan suhu pada karang dapat

menyebabkan turunnya respon makan, mengurangi rata-rata reproduksi, banyak mengeluarkan lendir, dan proses fotosintesis atau respirasi berkurang (Haris, 2001).


(23)

Kelompok oktocoral yang mengandung zooxanthella sangat sensitif terhadap perubahan temperatur air laut yang cukup tinggi. Terlalu tinggi atau rendahnya suhu suatu perairan dapat menyebabkan terjadinya kehilangan zooxanthella yang merupakan sumber nutrisi dan warna karang. Kehilangan zooxanthellae dalam jangka waktu yang cukup lama dapat menyebabkan bleaching dan akhirnya mematikan hewan karang tersebut (Glynn, 1993)

Terumbu karang hanya dapat hidup di perairan laut dengan salinitas normal 30-35 ‰. Umumnya terumbu karang tidak berkembang di perairan laut yang mendapat limpasan air tawar teratur dari sungai besar, karena dapat menurunkan salinitas (Rachmawati, 2001).

Cahaya dan kedalaman berperan penting untuk kelangsungan proses fotosintesis oleh zooxanthella yang terdapat di jaringan karang. Terumbu yang dibangun karang hermatipik dapat hidup di perairan dengan kedalaman maksimal 50-70 meter, dan umumnya berkembang di kedalaman sekitar 25 meter. Titik kompensasi untuk karang hermatipik berkembang menjadi terumbu adalah pada kedalaman dengan intensitas cahaya 15-20% dari intensitas di permukaan.

Zooxanthellae merupakan algae uniselluler yang bersifat mikroskopik, hidup dalam berbagai jaringan tubuh karang yang transparan dan menghasilkan energi langsung dari cahaya matahari melalui fotosintesis. Pada umumnya zooxanthellae ditemukan dalam jumlah yang besar dalam setiap polip, hidup bersimbiosis dengan karang lunak, memberikan warna pada polip, memberikan 90% energi dari hasil fotosintesis pada polip. Karang menyediakan tempat berlindung bagi zooxanthellae, nutrisi dan pasokan karbon dioksida secara konstan yang diperlukan untuk fotosintesis. Assosasi yang erat ini sangat efisien, sehingga


(24)

11

karang dapat bertahan hidup bahkan di perairan yang sangat miskin hara (Manuputty, 1998). Kekeruhan yang menjadi faktor penting merupakan fungsi dari konsentrasi padatan tersuspensi dan bahan organik terlarut dalam kolom air, semakin tinggi kandungan partikel akan menurunkan daya tembus cahaya

matahari, sehingga titik kompensasinya semakin rendah (Rachmawati, 2001). Nutrien (zat hara) yang berbentuk partikel atau terlarut di perairan terbuka (oceanic) berasal dari berbagai sumber. Pada daerah pesisir, konsentrasi zat makanan yang terlarut dalam air lebih tinggi daripada di perairan terbuka, hal ini disebabkan karena adanya aliran sungai-sungai yang membawa nutrient

(Manuputty, 2008).

Zat hara nitrit, nitrat dan amonium merupakan salah satu mata rantai yang mempunyai pengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan hidup organisme di laut. Plankton merupakan salah satu parameter biologi yang erat hubungannya dengan kandungan zat hara. Tinggi rendahnya kelimpahan plankton tergantung kepada kandungan zat hara di perairan tersebut (Nybakken, 2000).

Gelombang merupakan faktor pembatas karena gelombang yang terlalu besar dapat merusak struktur terumbu karang, contohnya gelombang tsunami. Faktor arus dapat berdampak baik atau buruk. Bersifat positif apabila membawa nutrien dan bahan-bahan organik yang diperlukan oleh karang dan zooxanthella,

sedangkan bersifat negatif apabila menyebabkan sedimentasi di perairan terumbu karang dan menutupi permukaan karang sehingga berakibat pada kematian karang.


(25)

2.6. Manfaat Karang Lunak

Karang lunak menghasilkan senyawa bioaktif yang bermanfaat bagi karang lunak tersebut dan bagi manusia. Senyawa bioaktif merupakan metabolit sebagai produk metabolisme organisme yang melibatkan anabolisme dan

katabolisme. Ada dua jenis metabolit yang dihasilkan oleh organisme selama masa pertumbuhan dan perkembangannya yaitu metabolit primer dan metabolit sekunder. Murniasih (2005) menjelaskan bahwa metabolit primer adalah metabolit yang dibentuk selama masa pertumbuhan dan digunakan untuk pertumbuhan dan kelangsungan hidupnya seperti lemak, DNA, protein dan karbohidrat. Sedangkan metabolit sekunder adalah komponen senyawa yang diproduksi pada saat kebutuhan metabolism primer sudah terpenuhi dan

digunakan dalam strategi adaptasi lingkungan ( fungsi penting dalam ekologi). Elyakov dan Stonik (2003) in Hardiningtyas (2009) melaporkan bahwa karang lunak menghasilkan beberapa dari golongan senyawa hasil metabolit sekunder, seperti alkaloid, terpenoid, steroid, flavonoid, fenol, saponin, dan peptida.

Alkaloid memiliki efek farmakologi sebagai analgesik (pereda nyeri) dan anestetik (pembius). Alkaloid yang biasa digunakan sebagai analgesic dan anaestetik adalah morfin dan rodein (Robinson 1995 in Hardiningtyas 2009). Senyawa steroid dapat digunakan sebagai bahan dasar pembuatan obat. Flavonoid merupakan golongan yang penting karena memiliki spektrum aktivitas

antimikroba yang luas dan dapat mengurangi kekebalan pada organisme sasaran. Saponin merupakan golongan triterpenoid yang mempunyai kerangka karbon berdasarkan isoprena. Efek utama saponin terhadap bakteri adalah adanya pelepasan protein dan enzim dari dalam sel. Fungsi dan peranan senyawa terpen


(26)

13

bagi karang lunak adalah untuk kompetisi ruang sebagai racun untuk melawan predator, sebagai senyawa untuk menyelamatkan makanan dari biota lain. Selain itu senyawa terpen berperan juga dalam reproduksi (Coll & Sammarco, 1986 in Manuputty 2002).

2.7. Transplantasi Karang Lunak

Soedharma dan Arafat(2007) menyatakan manfaat transplantasi karang adalah mempercepat regenerasi terumbu karang yang telah rusak, rehabilitasi lahan-lahan kosong atau yang rusak, menciptakan komunitas baru dengan

memasukkan spesies baru ke dalam ekosistem terumbu karang di daerah tertentu, konservasi plasma nutfah, dan keperluan perdagangan.

Penelitian transplantasi karang di Indonesia telah banyak dilakukan di Kepulauan Seribu dengan tujuan untuk mengamati laju pertumbuhan dan tingkat kelangsungan hidup terhadap perlakuan yang berbeda. Transplantasi diruang terkontrol juga telah dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi kendala yang terdapat di alam dan diharapkan dapat menghasilkan yang lebih baik (Soedharma dan Arafat, 2007).

Transplantasi karang telah banyak dilakukan dan dikembangkan sebagai teknologi dalam pengembangan terumbu karang. Filipina telah mengembangkan untuk mengembalikan terumbu karang yang telah rusak, Singapura melakukan pengembangan untuk menyelamatkan spesies pada habitat yang rusak dengan cara meletakkan karang hasil transplantasi pada habitat tersebut.

Pramayudha (2010) melakukan transplantasi spesies Lobophytum strictum di Kepulauan Seribu dalam dua kondisi lingkungan berbeda, yaitu pada kedalaman 3


(27)

meter dan 12 meter serta pada bak terkontrol yang berlangsung selama 19 bulan untuk mengetahui pertumbuhan karang lunak (panjang, lebar, dan luas). Arafat (2008) mentransplan jenis Lobophytum strictum, dan Sinularia dura pada dua kedalaman yakni kedalaman 3 meter dan 10 meter, serta melakukan analisa histologi untuk melihat perkembangan gonad karang lunak hasil transplantasi. Haris (2001) melakukan transplantasi Lobophytum strictum di alam dengan perlakuan cara potong dan zona transplantasi yang berbeda.

Menurut Okubo (2004), faktor yang mempengaruhi kelangsungan hidup karang yang ditransplantasi ada tiga yaitu memperhatikan tipe pemotongan karang yang akan ditransplantasi, ukuran potongan fragmen yang ditransplantasi, dan musim pemotongan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Okubo (2004) bahwa ukuran fragmen yang dipotong kecil secara vertikal lebih bertahan daripada yang dipotong secara horizontal.


(28)

15

3. METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pusat Studi Ilmu Kelautan IPB, Ancol, Jakarta yang meliputi dua tahap yaitu persiapan dan fragmentasi

Lobophytum stictum. Tahap persiapan (pembersihan kolam, substrat) dilakukan pada bulan Juni 2010. Kegiatan fragmentasi dimulai pada bulan Agustus 2010 dan selanjutnya dilakukan pengamatan sampai bulan Januari 2011. Sampel karang yang digunakan untuk kegiatan transplansi diperoleh dari Area

Perlindungan Laut, Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu pada koordinat 5° 44’ 23”

LS dan 106° 36’ 42.3” BT.

3.2. Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Tabel 1. Alat dan Bahan yang digunakan dalam penelitian

Alat dan Bahan Spesifikasi Keterangan

Cool box Pengangkut sample

Jangka sorong 15 cm Pengukur panjang, lebar Kamera underwater Canon G 10, 12

megapixel

Dokumentasi

Kertas newtop Menulis data pengamatan

Alat tulis Menulis data pengamatan

Termometer Pengukur suhu

Pompa Membuat arus

Refraktometer Pengukur salinitas

Aerator Penyuplai oksigen

Sampel karang Karang lunak Lobophytum strictum

Rubble/Gravel Bahan dasar filter mekanik

Substrat ubin 20 x 20 cm Tempat peenenmpelan karang

Terpal 5 x 2 m Penutup kolam

Pipa, selang, dan pemberat selang

Mengalirkan air dan udara


(29)

Peralatan yang digunakan untuk mengolah data pengamatan adalah komputer atau laptop yang dilengkapi dengan software Image-J dan Microsoft Office Excel 2007.

3.3. Prosedur Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan perlakuan yang berbeda yaitu penggunaan cahaya dan tanpa cahaya. Sampel karang diletakkan pada kolam yang berbeda. Kolam yang pertama dibiarkan mendapat cahaya, sedangkan kolam yang kedua ditutup menggunakan terpal untuk menghalangi cahaya agar tidak masuk ke dalam kolam. Hal ini dilakukan untuk mengetahui besarnya pengaruh cahaya matahari terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup karang lunak yang sudah ditransplantasi. Tahapan kegiatan penelitian dapat dilihat pada skema yang disajikan pada Gambar 3.

Gambar 3. Diagram kegiatan penelitian Persiapan kolam

transplantasi

Analisis Data Pengambilan data hasil transplantasi

Transplantasi Pengambilan sampel karang

Kolam tertutup terpal Kolam terbuka


(30)

17

3.3.1. Persiapan Kolam

Tahap persiapan meliputi dua kegiatan yaitu pembersihan kolam dan persiapan substrat. Kolam yang akan digunakan untuk kegiatan transplantasi dibersihkan terlebih dahulu dengan menggunakan kaporit yang bisa membantu menghilangkan lumut dan organisme lainnya yang nantinya dapat mengganggu kegiatan transplantasi. Pada bagian dasar kolam terdapat rubble karang yang terdiri dari beberapa ukuran dan berfungsi sebagai filter fisik. Kolam yang digunakan berukuran 3,5x1,5x1 m3 menggunakan sistem resirkulasi tertutup sehingga air yang digunakan adalah air yang sama. Kolam mengalami

penambahan air setiap 3 hari sekali, hal ini dikarenakan air yang terdapat dalam kolam merembes ketanah dan menguap. Kolam berfungsi dengan baik jika dilengkapi dengan aerator yang berfungsi untuk mensuplai oksigen kedalam kolam. Berikut adalah kolam yang digunakan untuk transplantasi karang lunak dengan perlakuan kolam yang dibiarkan terbuka mendapat cahaya dan kolam yang tertutup terpal (Gambar 4).


(31)

Substrat yang digunakan untuk penempelan karang lunak berbentuk persegi empat dari bahan semen seperti ubin dengan ukuran 20x20 cm2 (Gambar 5). Karang hasil transplantasi diletakkan di atas substrat yang nantinya akan menempel pada substrat. Sebelum digunakan, substrat dibersihkan terlebih dahulu dari organisme lain yang menempel.

Gambar 5. Subtrat transplantasi karang lunak

3.3.2. Pengambilan Karang Lunak

Karang lunak yang digunakan diambil dari Pulau Pramuka Kepulauan Seribu. Koloni karang lunak yang diambil adalah koloni alami beserta substratnya dengan ukuran panjang sekitar 25-30 cm. Setelah pengambilan, karang lunak dimasukkan ke dalam plastik yang diisi air dan udara kemudian diikat rapat. Karang yang terdapat dalam plastik dimasukkan kedalam coolbox yang sudah diisi es batu (Gambar 6a). Fungsi dari es batu adalah untuk menurunkan suhu sehingga aktivitas metabolisme karang berjalan lambat dan mengurangi tingkat stress karang. Es batu yang dimasukkan dalam coolbox dibalut dengan koran, hal ini dilakukan agar es batu tidak cepat mencair.

Setelah karang sampai di kolam, karang tidak langsung dimasukkan ke dalam kolam tetapi dilakukan aklimatisasi selama satu malam. Kegiatan ini dilakukan dengan keadaan plastik dimasukkan kedalam kolam untuk menyamakan suhu


(32)

19

dengan kolam sehingga karang lunak mampu menyesuaikan diri dengan kondisi perairan yang baru (Gambar 6b).

(a) (b)

Gambar 6. Proses penanganan karang lunak (a) pengemasan karang lunak di laut, (b) aklimatisasi di kolam setelah dari laut

Karang lunak sudah siap untuk ditransplantasi setelah satu bulan beradaptasi di kolam. Setelah ditransplantsi, dilakukan pengamatan pertumbuhan karang lunak setiap seminggu sekali selama tiga bulan. Pemotongan fragmen karang lunak dilakukan sebanyak 32 fragmen, kemudian diletakkan pada substrat ubin yang terdapat pada kolam.

3.3.3. Pemberian Pakan

Pakan yang diberikan pada karang lunak selama penelitian adalah pakan alami. Pakan alami yang diberikan berupa fitoplankton spesies Chlorella sp. yang merupakan hasil kultur di Laboratorium Mikroalga, ITK-IPB. Selain pakan alami, diberikan juga liquidfry untuk merangsang pertumbuhan fitoplankton sehingga dapat dijadikan sebagai makanan bagi zooplankton. Pemberian liquidfry sesuai dengan dosis yang tertera pada aturan pemakaian yang dilakukan setiap satu minggu sekali sebanyak 1,5 liter fitoplankton. Sedangkan untuk pakan buatan


(33)

diberikan sebanyak satu tutup botol liquifry untuk satu kolam. Ketika memberikan pakan, pompa dan aerator yang terdapat pada kolam dimatikan terlebih dahulu. Hal ini dilakukan agar pakan menyebar keseluruh bagian kolam.

3.3.4. Pengambilan Data

Pengukuran pertumbuhan karang lunak meliputi panjang dan lebar. Penentuan panjang dan lebar berdasarkan kapitulum terluar. Tanda panah horizontal untuk pengukuran lebar, sedangkan tanda panah vertikal untuk pengukuran panjang fragmen (Gambar 7).

(A)

(B)

Gambar 7. Pengukuran fragmen karang lunak yang ditransplantasi, (A) lebar, (B) panjang

Ciri-ciri karang lunak hidup (Gambar 8a) adalah terlihat segar, berwarna coklat kuning, dan fragmen tidak lembek sedangkan karang dikatakan mati (Gambar 8b) jika berwarna coklat pucat, layu, dan fragmen akan hancur ketika dipegang.


(34)

21

(a) v (b)

Gambar 8. Perbedaan fragmen karang lunak hidup (a) dan mati (b)

Parameter lingkungan yang diukur adalah parameter fisika, kimia dan biologi yang diukur secara langsung maupun di laboratorium. Parameter fisika yang diukur adalah suhu dan salinitas. Pengukuran suhu dilakukan dengan

menggunakan termometer yang terpasang pada kolam, sedangkan pengukuran salinitas menggunakan refraktrometer dengan cara meneteskan contoh air keatas kaca refraktometer yang kemudian bisa dilihat langsung besarnya nilai salinitas pada kolam. Parameter kimia yang diamati yaitu nitrat, nitrit, amonium. Contoh

air untuk dianalisa kandungan kimia perairannya diambil dengan botol berbentuk jerigen kemudian disimpan dalam coolbox. Analisis kandungan nitrat, nitrit, dan amonia dilakukan di Laboratorium Produksi Lingkungan, MSP-IPB.


(35)

Tabel 2. Parameter fisika, kimia dan biologi serta peralatan yang digunakan

Parameter Unit Alat/Bahan Keterangan

Fisika

Suhu °C Termometer Pengukuran Langsung

Salinitas ‰ Refraktrometer Pengukuran Langsung

Kimia

Nitrit mg/l Spektrofotometer Analisis Laboratorium Nitrat mg/l Spektrofotometer Analisis Laboratorium Amonium mg/l Spektrofotometer Analisis Laboratorium

Biologi

Panjang pertumbuhan mm/minggu Jangka sorong Pengukuran Langsung

3.4.Analisis Data

Pertumbuhan panjang, lebar dan luasan karang lunak yang ditransplantasi dianalisa menggunakan software Image J 1.38x. Sistem penganalisaannya menggunakan foto karang lunak yang didigitasi di sekitar tepian karang sehingga akan menghasilkan nilai panjang, lebar, dan luasan karang secara otomatis. Untuk menjaga tingkat keakurasian data yang dihasilkan oleh Image J maka dilakukan pembandingan data dengan hasil olahan yang bulan sebelumnya. Satuan dari Image J telah dikalibrasi ke dalam centimeter (cm). Data pengukuran secara

manual atau langsung diolah menggunakan software Microsoft Office Excel 2007. Data pertumbuhan karang lunak dianalisis menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap. Analisis ragam ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh pencahayaan terhadap pertumbuhan.

3.4.1. Pertumbuhan Karang Lunak

Pertumbuhan karang lunak diketahui dengan menganalisa beberapa parameter terkait pertumbuhannya, yaitu meliputi pertambahan panjang, lebar, dan luasan


(36)

23

kapitulum. Pengukuran pertumbuhan dengan menggunakan jangka sorong dan Image J dihitung menggunakan rumus Ricker (1975) in Haris (2001)

………. (1)

Keterangan :

β = Pertumbuhan panjang/lebar karang lunak (cm),

Lt = Panjang/lebar karang lunak pada saat waktu ke-t, (cm) L0 = Panjang/lebar karang lunak pada saat waktu ke-o, (cm) t = Waktu pengamatan karang lunak (minggu)

3.4.2. Tingkat Kelangsungan Hidup

Pengamatan ini dilakukan untuk mengetahui tingkat keberhasilan

transplantasi yang dilihat dari seberapa persen karang lunak yang ditransplantasi masih tetap hidup dari awal hingga akhir penelitian. Untuk menghitungnya maka digunakan persamaan Ricker (1975) in Haris (2001), yaitu:

……….. (2)

Keterangan :

SR = Tingkat kelangsungan hidup karang lunak (%), Nt = Jumlah fragmen karang lunak pada akhir penelitian, No = Jumlah fragmen karang lunak pada awal penelitian,


(37)

3.4.3. Laju Pertumbuhan Karang Lunak

Persamaan yang digunakan untuk menghitung laju pertumbuhan karang lunak, serupa dengan yang digunakan Zonneveild et al dalam Yustina et al., (2003), yaitu :

………. (3)

Keterangan :

α = Laju pertumbuhan panjang/lebar karang lunak (cm),

Lt+1 = Rata-rata panjang/lebar karang lunak pada waktu ke- t+1, (cm) Lt = Rata-rata panjang/lebar karang lunak pada saat waktu ke-i, (cm) ti+1 = Waktu pengamatan ke-i+1


(38)

25

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Kondisi Perairan Kolam

Kondisi lingkungan perairan berpengaruh terhadap pertumbuhan karang. Terdapat beberapa faktor fisik dan kimia yang berpengaruh diantaranya adalah suhu, salinitas, nutrient, arus, kecerahan. Berikut ini adalah parameter kualitas air yang diukur pada kolam pemeliharaan (Tabel 3).

Tabel 3. Parameter kualitas air kolam pemeliharaan

No Parameter Satuan

Perlakuan Baku Mutu* Kolam terbuka Kolam tertutup

I II I II

1 Suhu °C 26-28 26-28 28-30

2 Salinitas ‰ 31-33 31-33 33-34

3 Nitrat mg/l 0.9122 1.1100 0.2000 0.8062 0.0080

4 Nitrit mg/l 0.0019 0 0.0011 0

5 Amonia mg/l 0.6433 0.9530 0.2844 0.6858 0.3000 Catatan:*Baku mutu Keputusan MENLH No. 51 tahun 2004 tentang baku mutu

kualitas air untuk biota

Karang mampu tumbuh dan berkembang secara optimum pada suhu rata-rata 25- 32 ºC (Nybaken, 2000). Nilai kisaran suhu perairan kolam selama penelitian antara 26-28 ºC. Kisaran suhu pada kolam perairan masih memenuhi syarat agar karang dapat tumbuh secara optimum.

Nilai salinitas pada kolam terkontrol berkisar antara 31-33 ‰. Menurut Keputusan MENLH No. 51 (2004) kisaran salinitas yang baik untuk biota

memiliki kisaran 33-34 ‰, hal ini menunjukkan bahwa salinitas kolam terkontrol masih mendukung untuk kehidupan karang lunak. Penurunan salinitas dapat dipengaruhi oleh masukan dari air hujan (Rachmawati, 2001).

Kecerahan pada kolam terbuka mencapai 100 %, karena air pada kolam terlihat jernih. Hal ini ditunjukkan dengan tidak terbatasnya pandangan hingga ke


(39)

dasar kolam. Pengadukan yang ditimbulkan oleh arus buatan tidak menimbulkan pengaruh yang cukup besar, karena arus yang ditimbulkan tidak mencapai dasar perairan sehingga tidak menimbulkan kekeruhan. Kecerahan sangat berpengaruh terhadap proses fotosintesis.

Hasil pengukuran beberapa parameter kimia didapatkan bahwa nilai kualitas air masih berada diatas atau berada pada kisaran yang cukup aman untuk

pertumbuhan karang lunak. Nitrat adalah senyawa anorganik yang berperan sebagai nutrien. Hasil pengukuran awal pada kolam terbuka didapatkan 0.9122 mg/l dan pada akhir penelitian didapatkan 1.1100 mg/l. Pada kolam tertutup, kandungan nitrat pada pengukuran awal mencapai 0.2000 mg/l dan pengukuran kedua bernilai 0.8062 ml/l. Kandungan nitrat yang terukur sudah melebihi ambang batas aman baku mutu yang ditetapkan oleh Kep MENLH No.51 yaitu 0.0080 mg/l. Kadar nitrat yang lebih dari 0,2000 mg/l dapat memicu terjadinya eutrofikasi perairan, yang selanjutnya menstimulir pertumbuhan algae dan tumbuhan air secara pesat (Effendi, 2003).

Nitrit dan amonia merupakan zat buangan dari aktivitas metabolisme. Nilai nitrit hasil pengukuran awal penelitian didapatkan 0.0019 mg/l untuk kolam terbuka dan 0.0011 mg/l untuk kolam tertutup. Hal ini menunjukkan bahwa nilai nitrit pada kolam terbuka memiliki nilai yang lebih besar. Pada akhir penelitian, kandungan nitrit pada kedua kolam bernila 0. Kadar amonia yang terukur pada kedua kolam telah melebihi ambang batas baku mutu. Hasil pengukuran amonia pada awal penelitian kolam yang mendapat cahaya 0.6433 mg/l dan 0.9530 mg/l pada akhir penelitian. Kolam yang mendapat cahaya memiliki nilai amonia 0.2844 mg/l dan 0.6858 mg/l.


(40)

27

4.2. Organisme Pengganggu

Umumnya pada perairan terdapat organisme yang mengganggu biota yang hidup pada perairan tersebut. Demikian juga dengan perairan dalam kolam terkontrol terdapat organisme seperti alga yang dapat menghambat pertumbuhan karang dan akan menambah persaingan untuk mendapatkan makanan, nutrient, dan oksigen. Alga bisa ditemukan pada dinding kolam, substrat, pada selang aerator, dan pada karang yang ditransplantasi.

(i) (ii)

(iii)

Gambar 9. Organisme pengganggu (i) alga coklat cembung, (ii) alga coklat berfilamen, (iii) anemon

Kandungan unsur hara yang tinggi (terutama nitrat) akan memacu laju petumbuhan alga berfilamen yang tumbuh pada substrat fragmen karang lunak. Alga ini dapat mengganggu efektifitas pemanfaatan cahaya, kompetitor dalam mencari ruang dan bahkan dapat memotong jaringan tubuh karang lunak yang ditransplantasi (Haris, 2001). Pembersihan kolam dari alga dan anemone dilakukan setiap satu minggu sekali, dan dalam satu minggu kemudian alga dan


(41)

anemon tumbuh disekitar dinding kolam, substrat karang lunak bahkan pada tubuh karang lunak itu sendiri. Pertumbuhan alga yang subur dapat menutupi permukaan polip karang sehingga menghalangi zooxhantella berfotosintesis. Karang yang mendapat sedikit masukan makanan dapat menyebabkan

pertumbuhan menjadi lambat dan dapat mengakibatkan kematian.

4.3. Transplantasi Karang Lunak 4.3.1. Penutupan Luka

Pada saat ditransplantasi karang akan berubah warna dan mengeluarkan lendir. Hal ini mengindikasikan bahwa karang lunak mengalami stress. Masa adaptasi karang lunak adalah masa yang paling kritis karena karang lunak harus menyesuaikan dengan lingkungan. Karang lunak akan mengeluarkan mucus (lendir) dalam jangka waktu yang lama jika kondisi perairan kurang mendukung untuk kehidupan. Mucus berfungsi sebagai perlindungan diri dari lingkungan luar dan akan kembali normal jika telah stabil (Zulfikar, 2003).


(42)

29

Luka bagian luar pada fragmen mengkerut dan merapat ke dalam (minggu ke-1)

Luka mengecil setelah 3 minggu

Pada minggu pertama setelah fragmentasi lendir yang dikeluarkan karang lunak cukup banyak. Minggu kedua, lendir mulai berkurang dan luka pada karang lunak sudah mulai tertutup sebesar 37,81 % ± 1,51. Minggu ketiga karang masih mengeluarkan lendir tetapi tidak sebanyak minggu kedua. Penutupan luka pada minggu ketiga mencapai 75,63 % ± 1,41. Pada minggu keempat lendir pada karang lunak masih ada namun sangat tipis dan luka sudah hampir tertutup 92,5 % ± 1,51. Hal ini menunjukkan bahwa telah terjadi penyembuhan luka hasil

fragmentasi.

Proses penyembuhan luka karang lunak pada penelitian ini berlangsung selama 1 bulan. Demikian juga transplantasi yang telah dilakukan oleh

Pramayudha (2010) dan Haris (2001) bahwa penutupan luka berlangsung selama 1 bulan. Proses penutupan luka dimulai dari bagian tepi yang terluar kemudian akan merapat kedalam sehingga luka akan tertutup (gambar 11). Pada minggu ke-2 karang mulai berubah warna dari coklat pucat menjadi berwarna coklat segar.


(43)

Bagian karang yang dilingkari adalah bagian karang yang terluka (Gambar 12). Luka karang lunak umumnya terjadi pada lapisan ektodermis yang

melindungi tubuh karang lunak terhadap kondisi lingkungan seperti arus. Pada awal penelitian (Gambar 12i) terlihat luka dibagian tepi dan setelah 4 minggu pengamatan (Gambar 12ii), luka pada karang lunak telah tertutup. Indikator penutupan luka adalah lapisan ektodermis yang luka telah tertutup oleh lapisan ektodermis baru dan akan membentuk polip namun tidak sesempurna yang

aslinya. Selain itu warna karang lunak juga terlihat segar dan tidak terdapat lendir.

(i) (ii)

Gambar 12. Penyembuhan luka karang lunak Lobopytum strictum (i) awal penelitian, (ii) penutupan luka (selama 4 minggu).

4.3.2. Pertumbuhan Mutlak

a. Pertumbuhan pada Kolam Terbuka

Pertumbuhan panjang dan lebar rata-rata fragmen karang pada kolam terbuka mengalami fluktuasi. Pada minggu pertama sampai minggu keempat fragmen mengalami pertumbuhan panjang dan lebar (Lampiran 1 dan lampiran 2), namun pada minggu keenam pertumbuhan mengalami penurunan, dan pada pengamatan minggu ke-9 sampai minggu ke-12 menunjukkan fragmen semakin menurun


(44)

31

setiap minggunya. Pertumbuhan panjang rata-rata pada minggu pertama bernilai 5,95 ± 0,31 cm dan pada akhir penelitian bertambah menjadi 8,64 ± 0,32 cm.

Panjang rata-rata karang lunak selama penelitian berkisar antara 5,95 ± 0,31 cm

sampai 10,04 ± 0,6 cm. Nilai terendah didapatkan pada minggu ke-1 dan nilai

tertinggi didapatkan pada minggu ke-8.

Gambar 13. Pertumbuhan panjang dan lebar rata-rata pada kolam terbuka

Pertumbuhan lebar rata-rata fragmen pada kolam terbuka memiliki nilai 5,27

± 0,51 cm dan pada akhir penelitian minggu ke-12 lebarnya bertambah menjadi

6,84 ± 0,72 cm. Apabila dilihat pertambahan lebarnya, dari minggu pertama

sampai minggu terakhir mengalami pertumbuhan namun dengan nilai yang naik turun. Rata-rata pertumbuhan lebar berkisar antara 5,27 ± 0,51 cm sampai 8,60 ±

0,77cm. Pertumbuhan lebar tertinggi pada minggu ke-5 dan terendah terjadi pada minggu pertama pengamatan. Pertumbuhan lebar pada fragmen karang sebanding dengan pertumbuhan panjang. Dari gambar 13 diketahui bahwa ketika fragmen karang lunak mengalami penurunan panjang, lebar fragmen juga akan menurun.


(45)

Haris (2001) dan Pramayudha (2010) menjelaskan bahwa pertumbuhan karang lunak yang ditransplantasi di alam lebih cepat mengalami pertumbuhan daripada hasil transplantasi di kolam. Faktor yang mempengaruhi diantaranya adalah arus. Arus akan membantu pengadukan sehingga alga penempel atau kompetitor tidak menempel pada karang. Arus yang terjadi pada kolam sangat kecil yang bersumber dari semprotan aliran air pada pipa. Pergerakan massa air yang terlalu kecil dapat menyebabkan lendir dan alga akan terus menempel sehingga mengganggu aktivitas antokodia dalam menangkap makanan (Zulfikar, 2003). Hasil pengamatan pertumbuhan panjang dan lebar yang dilakukan hampir sama dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Pramayudha (2010) yaitu pertumbuhan panjang di kolam mengalami fluktuasi dan pada pengamatan terakhir mengalami penurunan.

Pada minggu ke-6 dan minggu ke-9 terjadi penurunan panjang dan lebar. Hal ini dikarenakan pada minggu tersebut terjadi curah hujan cukup tinggi sehingga kolam mendapat penambahan air tawar dari air hujan. Penambahan air tawar dapat mengakibatkan penurunan salinitas (Rachmawati, 2001). Karang lunak dapat melindungi diri dari kondisi yang merugikan dengan menarik tentakel dari polip ke dalam rongga tubuh dan menyusutkan massa tubuh mereka hingga sepertiga dari ukuran panjang mereka dengan mengeluarkan air. Hal ini dapat sedikit menjelaskan kemampuan mereka untuk bertahan pada kondisi lingkungan yang berfluktuasi (Ellis dan Sharron, 1999).

Pakan alami diberikan pada dua bulan pertama sedangkan pada satu bulan terakhir pakan alami diganti dengan pakan buatan liquidfry. Pada minggu ke-10 sampai dengan minggu ke-12 fragmen karang mengalami penurunan panjang dan


(46)

33

lebar. Hal ini dapat diasumsikan bahwa pasokan makanan dari pakan alami lebih mencukupi daripada liquidfry. Pakan buatan dihasilkan dari liqudfry tidak mencukupi jumlah makanan yang dibutuhkan sehingga karang lunak mengalami krisis makanan. Selain itu jumlah alga yang terdapat dalam kolam semakin banyak sehingga terjadi kompetisi ruang antara alga dengan karang lunak Lobophytum strictum.

Pertumbuhan mutlak panjang fragmen Lobophytum strictum awal penelitian sampai akhir penelitian adalah 2,69 cm sedangkan pertumbuhan mutlak lebarnya mencapai 1,57 cm (Gambar 14). Berdasarkan data dapat disimpulkan bahwa fragmen karang lunak Lobophytum strictum cenderung tumbuh memanjang dan diasumsikan karena adanya pengaruh arus buatan yang terletak pada arah memanjang karang lunak serta adanya cahaya matahari yang menimbulkan fototaksis yaitu tumbuh mengikuti arah cahaya berasal.

Gambar 14. Pertumbuhan mutlak pada kolam terbuka

b. Pertumbuhan pada Kolam Tertutup

Pertumbuhan panjang dan lebar rata-rata kolam tertutup (Gambar 15)


(47)

± 0,55 cm dan pada akhir penelitian pada minggu ke-8 bernilai 5,25 ± 0,34 cm.

Nilai tertinggi didapatkan pada pengamatan pertama 8,80 ± 0,55 cm dan nilai

terendah pada pengamatan minggu ke-8 yaitu 5,25 ± 0,34 cm (Lampiran 3).

Fragmen karang lunak yang ditransplantasi pada kolam tertutup hanya mampu bertahan sampai minggu ke-8.

Gambar 15. Pertumbuhan panjang dan lebar rata-rata pada kolam tertutup

Pada kolam tertutup, pertumbuhan lebar dari minggu pertama sampai minggu ke-8 mengalami penurunan. Nilai pertumbuhan lebar berkisar antara 4,86 ± 0.64

cm sampai 9,14 ± 0,51cm. Pertumbuhan terendah terjadi pada minggu ke-8 dan

pada minggu ke-9 fragmen karang lunak mati (Lampiran 4). Proses kematian mula-mula terlihat adanya perubahan warna karang yaitu dari warna coklat menjadi putih pucat yang kemudian diikuti dengan kematian (Suharsono, 1984). Proses perubahan warna dapat dilihat pada Lampiran 5b.


(48)

35

Gambar 16. Pertumbuhan mutlak kolam tertutup

Pertumbuhan mutlak panjang fragmen Lobophytum strictum awal penelitian sampai akhir penelitian menurun sebesar 3,55 cm sedangkan pertumbuhan mutlak lebarnya juga menurun yaitu 4,28 cm (Gambar 16). Pertumbuhan karang

mengalami penurunan setiap minggu. Hal ini dikarenakan kolam tidak mendapat cahaya sehingga pertumbuhan dan proses fotosintesis menjadi terhambat dan mengurangi pasokan makanan. Zooxhantella pada karang lunak berperan penting pada penyediaan nutrisi melalui proses fotosintesis dan kemungkinan besar berperan juga pada kalsifikasi dan pengendapan sklerit. Beberapa peneliti

menyatakan bahwa pertumbuhan karang mempunyai korelasi positif dengan lama penyinaran matahari dan tidak dengan intensitas cahaya (Haris, 2001). Perubahan warna pada spesies Lobophytum strictum yang terjadi pada awal penelitian menunjukkan bahwa karang lunak mengalami stres dan biasanya disertai dengan keluarnya lendir yang berfungsi untuk mempertahankan diri.

Pertumbuhan panjang dan lebar rata-rata pada kolam terbuka jauh lebih baik dibandingkan dengan kolam tertutup. Verron in Zulfikar (2003) menyatakan bahwa cahaya adalah salah satu faktor penting untuk pertumbuhan karang, karena


(49)

90 % makanan karang disalurkan oleh zooxhantella dan cahaya sangat berperan penting untuk zooxhantella. Cahaya dapat membantu pertumbuhan jenis oktokoral yang mengandung zooxhantella berdasarkan tingkat iradiasi yang akan

mempercepat fotosintesis. Pada kolam tertutup tidak terdapat alga seperti pada kolam terbuka sehingga tidak terjadi kompetisi ruang dengan alga.

Hasil analisa ragam untuk pengaruh pencahayaan terhadap pertumbuhan panjang Lobophytum srictum mendapatkan hasil yang berbeda nyata dengan nilai Fhit 12,2078 lebih besar dari Ftabel 4,4939 (Lampiran 6). Hal ini menunjukkan bahwa pencahayaan berpengaruh terhadap pertumbuhan panjang karang lunak Lobophytum srictum. Hasil analisa ragam untuk pengaruh pencahayaan terhadap pertumbuhan lebar Lobophytum srictum mendapatkan hasil yang berbeda nyata dengan nilai Fhit 7.1458 lebih besar dari Ftabel 4.4939 (Lampiran 6). Hal ini menunjukkan bahwa pencahayaan berpengaruh terhadap pertumbuhan lebar karang lunak Lobophytum srictum.

4.3.3. Laju Pertumbuhan

a. Laju Pertumbuhan Kolam Terbuka

Laju pertumbuhan karang lunak mengalami fluktuasi pada setiap minggunya (Gambar 17). Laju pertumbuhan panjang memiliki nilai tertinggi ± 1,26 cm dan

terendah ± -0,6 cm . Nilai laju pertumbuhan panjang terendah terjadi pada

M10-M11, sedangkan laju tertinggi pada M2 -M3. Nilai kisaran laju pertumbuhan lebar antara ± -0,5 cm sampai ± 1,36 cm.


(50)

37

Gambar 17. Laju pertumbuhan panjang dan lebar rata-rata pada kolam terbuka

Laju pertumbuhan lebar terendah terjadi pada M5-M6. Secara keseluruhan dari awal hingga akhir penelitian, rata-rata laju pertumbuhan panjang karang lunak pada kolam yang mendapat cahaya mengalami laju penurunan sebesar

±0,22cm, laju pertumbuhan lebar juga mengalami penurunan dari ± 0,68 cm

menjadi ± 0,2 cm.

Ukuran polip yang panjang dan jumlah polip persatuan luas yang banyak akan mengefektifkan pengambilan makanan. Sorokin in Haris (2001) menyatakan bahwa polip yang berukuran besar juga mempunyai zooxhantella yang banyak sehingga akan berpengaruh terhadap laju pertumbuhan karang.

Pemberian pakan alami dapat menunjang laju pertumbuhan karang lunak. Pakan alami yang diberikan adalah fitoplankton jenis Chlorella sp. yang

diberikan setiap seminggu sekali selama penelitian. Laju pertumbuhan pada akhir penelitian mulai menurun dikarenakan adanya kompetisi ruang dengan alga dan anemon sehingga karang lunak tertutup alga dan zooxhantella akan sulit


(51)

turun pada minggu ke-6. Hal ini dikarenakan belum terjadi kompetisi ruang dengan alga. Pengukuran suhu yang didapatkan lebih rendah dari suhu optimum untuk pertumbuhan. Suhu yang terlalu tinggi atau rendah dapat mengakibatkan kehilangan zooxhantella dari jaringan karang yang merupakan sumber utama nutrisi dan warna ( Manuputty, 2008). Pengamatan dengan kontak langsung akan berpengaruh terhadap nilai pengukuran dan dengan intesitas tertentu dapat

mengakibatkan karang lunak menjadi mengkerut.

b. Laju Pertumbuhan pada Kolam Tertutup

Laju pertumbuhan panjang dan lebar karang lunak pada kolam tertutup dapat dilihat pada Gambar 18. Laju pertumbuhan terpanjang terdapat pada M7-M8 dan terendah terjadi pada M1-M2. Nilai laju pertumbuhan panjang berkisar antara ±

-1,92 cm sampai ± 1,17 cm. Pada laju pertumbuhan lebar nilai tertinggi pada

M4-M5 dan nilai terendah terjadi pada M1-M2. Kisaran nilai laju pertumbuhan lebar antara ± -2,81 cm sampai ± 0,09 cm. Berdasarkan gambar 18, laju pertumbuhan

panjang selalu mengalami penurunan pada setiap minggu sedangkan pada laju pertumbuhan lebar mengalami kenaikan pada M4-M5. Laju pertumbuhan panjang dan lebar terendah terjadi pada M1-M2. Hal ini dikarenakan karang masih belum beradaptasi dengan baik terhadap lingkungan yang baru yaitu tidak mendapat cahaya yang cukup.


(52)

39

Gambar 18. Laju pertumbuhan panjang dan lebar rata-rata pada kolam tertutup

Ketersediaan makanan yang cukup pada karang lunak akan memberikan pertumbuhan yang optimal pada karang. Tidak adanya kompetisi ruang dengan alga maka polip akan mudah untuk mencari makanan. Pada kolam yang tertutup tidak terjadi kompetisi ruang dengan alga. Hal ini dikarenakan pada kolam tidak terdapat cahaya sehingga alga akan sulit tumbuh. Semakin sedikit alga maka pertumbuhan akan semakin optimal, tetapi hal ini tidak terjadi pada kolam yang tertutup. Zooxanthellae tidak dapat berfotosintesis karena tidak terdapat cahaya. Panjang lobus fragmen karang lunak yang terdapat pada kolam tertutup

mengalami penurunan bahkan berkurang. Penurunan dalam volume, massa dan jumlah polip dengan sendirinya akan menurunkan kemampuan karang dalam memperoleh energi dari produk fotosintesis zooxhantellae yang hidup pada jaringan polipnya (Rani, 1999). Warna pada fragmen karang berubah menjadi kuning putih atau bleaching (Lampiran 5b). Coral bleaching dikarenakan kehilangan alga simbion (zooxhantellae) dan atau pigmen yang dikarenakan


(53)

stress, proses aklimatisasi dan adaptasi perubahan lingkungan (Woesik et al., 2001).

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Horani et al., (2007) menyatakan bahwa karang mampu menyerap kalsium secara optimal pada siang hari sampai sore hari. Kemampuan menyerap akan berkurang pada malam hari. Hal ini membuktikan bahwa karang mampu berproduksi ketika mendapatkan cahaya secara maksimal sehingga mampu berfotosintesis. Peranan zooxanthellae dalam kalsifikasi sangat penting. Jika zooxanthellae dicegah untuk tidak

melakukan fotosintesis atau dipindahkan dari jaringan karang maka reaksi pembentukan CaCO3 menjadi sangat lambat.

Pada kolam tanpa cahaya, cahaya yang didapatkan kurang optimal karena dalam kondisi yang gelap sehingga proses fotosintesis tidak terjadi. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, pertumbuhan karang lunak mengalami penurunan setiap minggunya. Hal ini dikarenakan karang lunak tidak

mendapatkan pasokan makanan untuk tumbuh sehingga tubuh karang mengkerut dan mengecil. Karang akan mengalami kematian apabila kondisi lingkungan yang tidak stabil berlangsung lama (Zulfikar, 2003).

4.3.4. Tingkat Kelangsungan Hidup

Tingkat kelangsungan hidup diukur dari awal penelitian sampai akhir penelitian untuk mengetahui ketahanan karang dan perkembangan karang. Tingkat kelangsungan hidup pada kolam terbuka dan kolam tertutup berbeda. Pada kolam terbuka, tingkat kelangsungan hidup Lobophytum strictum mencapai 100% sampai akhir penelitian, sedangkan pada kolam tertutup hanya mampu


(54)

41

bertahan selama 8 minggu. Kolam tertutup memiliki tingkat kelangsungan hidup 100 % selama tiga minggu dan kemudian menurun setiap minggu hingga mecapai 0% pada minggu ke-9. Dari Gambar 19 menunjukkan bahwa tingkat

kelangsungan hidup pada kolam terbuka lebih tinggi daripada kolam tertutup.

Gambar 19. Tingkat kelangsungan hidup karang lunak pada kolam terbuka cahaya dan kolam tertutup.

Ketahanan hidup pada karang yang terdapat pada kolam tertutup menurun karena salah satu respon dari karang yang stres. Sarwono in Zulfikar (2003) menjelaskan bahwa untuk mengurangi atau menghilangkan stres, hewan karang akan melakukan penyesuaian tingkah laku. Jika tidak berhasil maka biota akan kembali mengalami stress bahkan stres itu akan bertambah besar dan akan berdampak pada kematian.

Menurut Rani (1999), polip karang kehilangan warna sebagai akibat

keluarnya zooxanthellae dari jaringan polip karang, sebagai tanggapan terjadinya stress pada polip karang akibat perubahan lingkungan. Fragmen tersebut tidak dapat beradaptasi dengan lingkungan yang baru dan juga dipengaruhi dengan luka


(55)

yang terdapat pada tubuh karang lunak tersebut setelah pemindahan dari lingkungan sebelumnya.

Pada kolam tertutup faktor pencahayaan kurang terpenuhi sehingga pertumbuhan karang lunak menjadi lambat. Rani (1999) menyatakan untuk keberhasilan usaha transplantasi karang perlu memperhatikan kemiripan kondisi oseanografis antara daerah dimana karang diambil dengan daerah yang akan ditransplantasi serta mengurangi tingkat stres selama transportasi dari daerah pengambilan menuju lokasi transplantasi karang lunak. Faktor lain yang berpengaruh adalah, karena Lobophytum srictum merupakan jenis yang

mempunyai kemampuan hidup cukup tinggi dan tumbuh subur pada lingkungan yang berenergi tinggi (Haris, 2001).


(56)

43

5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Pertumbuhan panjang dan lebar karang lunak pada kolam terbuka mengalami fluktuasi setiap minggunya, sedangkan pada kolam tertutup pertumbuhannya negative sehingga terjadi penurunan ukuran panjang dan lebar. Pertumbuhan pada karang mengalami penurunan meskipun sudah diberikan tambahan makanan berupa plankton dan liquidfry sebagai perangsang tumbuhnya fitoplankton.

Cahaya matahari berperan penting dalam kehidupan karang lunak, hal ini dikarenakan adanya mikrosimbion zooxhantellae yang memerlukan cahaya matahari untuk berfotosintesis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

kelangsungan hidup karang lunak pada kolam terbuka lebih baik daripada kolam tertutup.

5.2. Saran

Untuk mengetahui besarnya cahaya yang optimal bagi pertumbuhan karang lunak, diperlukan penelitian lanjutan dengan intensitas pencahayaan yang berbeda. Selain itu perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang pengaruh pemberian pakan plankton terhadap karang lunak.


(57)

44

Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air. Kanisius. Yogyakarta. 258 h.

Ellis, E dan L. Sharon, 2005. The Culture of Soft Corals (Order: Alcyonacea) for The Marine Aquarium Trade. Center for Tropical and Subtropical

Aquaculture Publication. 137 h.

Fabricius, K. dan P. Aldersade. 2001. Soft Coral And Sea Fans: A Comprehensive Guide to Tropical Shallow- Water Genera of the Central-West Pasific, the Indian Ocean and The Red Sea. Institut of Marine Science. Twonsville. Firdaus, A. M, 2010. Pengaruh Percabangan Terhadap Pertumbuhan dan Sintasan

Transplantasi Karang Caulastrea furcata di Pulau Karya, Kepulauan Seribu, Jakarta. Skripsi (Tidak dipublikasikan). Program Sarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Glynn, P. W. 1993. Coral Reef Bleaching: Ecological Perspective. Coral Reefs (1993) 12: 1-17

Hardiningtyas, S. D. 2009. Aktivitas Antibakteri Ekstrak Karang Lunak

Sarcophyton sp yang Difragmentasi dan Tidak difragmentasi di Perairan Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu. Skripsi (Tidak dipublikasikan). Program Sarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Haris, A. 2001. Laju Pertumbuhan dan Tingkat Kelangsungan Hidup Fragmentasi Buatan karang Lunak (Octocorallia: Alcyonacea) Sarchophyton

trocheliophorum VonMarenzeller dan Lobophytum strictum Tixier-Durivault di Perairan Pulau Pari, Kepulauan Seribu. Tesis (Tidak

dipublikasikan). Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Manuputty, A. E. W. 1996. Pengenalan beberapa Karang Lunak (Octocorallia,

Alyonecea) di Lapangan. Oseana, vol. XXI. Puslitbang-Oseanologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Jakarta. 4: 1-11

Manuputty, A. E. W. 1998. Beberapa Karang Lunak (Alyonecea) Penghasil Substansi Bioaktif.Seminar Potensi Farmasitik dan Bioktif Sumberdaya Hayati Terumbu Karang. Puslitbang-Oseanologi. Lembaga Ilmu

Pengetahuan Indonesia. Jakarta.

Manuputty, A. E. W. 2002. Karang Lunak (Soft Coral) Perairan Indonesia (Buku I, Laut Jawa dan Selat Sunda). Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Jakarta. 91 h.


(58)

45

Manuputty, A. E. W. 2008. Beberapa Aspek Ekologi Oktocoral. Oseana, vol. XXXIII. Puslitbang-Oseanologi. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Jakarta. 2: 33-42.

Menteri Lingkungan Hidup. 2004. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No: 51. Tentang Baku Mutu Air Laut untuk Biota Laut.

Murnasih, T. 2005. Potensi mikroorganisme sebagai sumber bahan obat-obatan dari laut yang dapat dibudidayakan. Oseana. Vol XXIX. Puslitbang-Oseanologi. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Jakarta. 1:1-7. Nugroho, S. C. 2008. Tingkat Kelangsungan Hidup dan Laju Pertumbuhan

Transplantasi Karang Lunak Sinularia dura dan Lobophytum strictum di Pulau Pramuka, Keoulauan seribu, Jakarta. Skripsi (Tidak dipublikasikan). Program Sarjana. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Nybakken, J. W. 2000. Biologi Laut, Suatu Pendekatan Ekologi. Diterjemahkan oleh H. M. Eidman, Koesoebiono, D. G. Bengen, M. Hutomo dan S. Sukarjo. PT Gramedia. Jakarta. 459 h.

Okubo, N., H. Taniguchi, dan T. Motokawa. 2005. Succesful Methods for Transplanting Fragmen of Acropora formosa and Acropora hyacinthus. Coral Reef. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Jakarta. 24: 333-342 Pramayudha, M. R. 2010. Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Hasil

Transplantasi Softcoral Lobophytum strictum di Pulau Pramuka,

Kepulauan Seribu tahun 2008. Skripsi (Tidak dipublikasikan). Program Sarjana. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Rachmawati, R. 2001. Terumbu Buatan (Artificial Reef). Pusat Riset Teknologi Kelautan. Badan Riset Kelautan dan Perikanan. Departemen Kelautan dan Perikanan, Jakarta.

Rani, C. 1999. Respon Pertumbuhan karang batu Pocilopora verrucosa Ellis & Solander dan Kepiting Trapezia ferrugenia Latreile, xanthidae (yang hidup bersimbiosis) pada Beberapa Karakteristik Habitat. Tesis. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Sandy, R. E. 2000. Penempelan Fragmen Buatan Karang Lunak (Sinularia sp.) pada Substrat Pecahan Karang. Tesis. Program Pasca Sarjana.Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Soedharma, D. dan D. Arafat. 2007. Perkembangan Transplantasi Karang di Indonesia, h. 1-7. Prosiding Seminar Transplantasi Karang. Bogor, 8 September 2005. Pusat Pengkajian Lingkungan Hidup Institut Pertanian Bogor, Bogor.


(59)

Suharsono. 1984. Pertumbuhan Karang. Oseana. Puslitbang-Oseanologi. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Jakarta. 9: 41-48

Triyulianti, I. 2009. Bioaktivitas Ekstrak Karang Lunak Sinularia sp dan

Lobopyhtum sp. Hasil Fragmentasi di Perairan Pulau Pramuka, Kepulauan seribu, DKI Jakarta. Tesis (Tidak dipublikasikan). Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Utama, N. A. B. 2010. Pertumbuhan Transplantasi karang Lunak (Sinularia dura) di Alam dan Bak Terkontrol. Skripsi (Tidak dipublikasikan). Program Sarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Woesik, R., A. Irikawa, dan Y. Loya. 2001. Coral Bleaching Sign of Change in Southern Japan, h. 119-141. In Rosenberg, E dan Y. Loya. Coral Health and Disease. Springer. Verlag Berlin Heidelberg, Germany.

Yustina, A. dan Darmawati. 2003. Daya tetas dan Laju Pertumbuhan Larva Ikan Hias Betta splendens di Habitat Buatan. Jurnal Natur Indonesia. 5(2): 129-132

Zulfikar. 2003. Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Karang (Caulastrea furcata dan Cynarina lacrimalis) Hasil Fragmentasi Buatan Pada Kondisi Terkontrol. Tesis (Tidak dipublikasikan). Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor, Bogor.


(60)

(61)

48

Fragmen Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4 Minggu 5 Minggu 6 Minggu 7 Minggu 8 Minggu 9 Minggu 10 Minggu 11 Minggu 12

1 3.68 4.27 5.46 6.64 8.61 9.27 5.69 5.43 5.78 5.53 10.1 8.99

2 6.00 6.6 7.80 9 7.86 7.69 8.84 8.57 7.87 7.22 6.8 7.32

3 6.39 6.8 7.62 8.44 8.44 9.56 6.62 9.13 10.86 9.26 9.78 9.67

4 7.17 7.69 8.73 9.77 12.73 13.68 11.66 12.3 11.94 11.44 12.68 10.55

5 6.87 7.12 7.62 8.12 9.27 6.55 13.94 13.58 9.4 5.89 7 9.27

6 5.14 6.07 7.93 9.78 10.7 10.8 9.72 11.01 12.65 12.97 11.19 9.5

7 3.82 4.3 5.26 6.22 6.36 6.37 7.98 8.45 7.28 8.08 9 9.11

8 6.36 7.65 10.24 12.83 12.92 11.88 15.23 14.14 14.08 14.07 14.35 7.91

9 7.92 8.55 9.82 11.08 9.43 11.04 13.33 11.82 14.41 13.78 9 10.65

10 4.56 5.75 8.13 10.5 6.58 8.89 9.16 12.34 8.42 11.3 6.42 8.43

11 6.33 7.04 8.46 9.87 9.25 9.18 9.06 9.34 9.2 9.85 9.63 8.73

12 7.78 7.54 7.06 6.58 8.37 8.17 9.65 9.26 9.44 10.04 10.14 9.41

13 5.38 5.81 6.68 7.54 6.57 5.48 7.34 6.73 7.09 6.29 6.1 7.04

14 5.66 6.35 7.73 9.1 8.61 5.71 6.91 8.81 9.19 8.56 8.45 7.8

15 5.69 6.42 7.89 9.35 12.08 8.03 8.32 11.14 7.74 12.92 7.78 7.98

16 6.44 7.23 8.82 10.4 9.69 9.6 8.31 8.51 8.55 9.36 7.25 5.92

Standar


(62)

49 Lampiran 2. Hasil pengukuran lebar fragmen Lobophytum strictum pada kolam terbuka (Image J)

Fragmen Periode Pengamatan Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4 Minggu 5 Minggu 6 Minggu 7 Minggu 8 Minggu 9 Minggu 10 Minggu 11 Minggu 12

1 5.46 6.53 8.68 10.82 5.07 5.59 10.12 10.14 5.79 8.7 5.16 5.25

2 5.97 6.75 8.32 9.88 7.91 6.43 6.4 8.46 7.61 8.87 7.33 8.22

3 6.92 7.61 8.99 10.36 10.44 10.04 6.07 9.03 8.96 7.55 8.78 7.31

4 8.30 7.55 6.06 4.57 4.94 5.01 8.07 7.09 6.35 6.57 5.46 4.46

5 6.36 7.97 11.20 14.43 14.77 10.41 7.42 7.52 12.15 8.65 6.84 5.94

6 3.71 4.19 5.16 6.13 6.33 5.8 6.57 5.62 5.92 6.13 5.08 4.27

7 5.91 5.94 6.00 6.05 6.23 5.74 6.56 7.51 7.06 6.85 5.8 6.17

8 2.24 2.47 2.93 3.38 5.44 2.39 3.22 5.33 3.69 5.94 2.11 3.43

9 8.56 9.28 10.72 12.16 14.98 16.48 12.63 10.83 12.52 10.66 7.7 9.88

10 3.30 4.14 5.83 7.52 9.07 6.94 12.19 9.83 7.91 7.62 8.2 13.26

11 2.97 4.27 6.87 9.46 9.86 8.08 7.33 9.9 9.11 5.69 8.88 6.29

12 7.30 6.95 6.25 5.54 8.16 5.77 6.47 7.08 7.01 6.09 7.1 6.83

13 2.38 3.31 5.17 7.02 6.79 4.93 7.35 8.13 7.31 7.24 7.65 6.82

14 4.11 4.69 5.86 7.02 7.59 6.39 7.52 6.25 6.42 5.29 8.41 4.7

15 4.29 5.83 8.91 11.98 8.88 7.49 8.08 10.85 6.98 8.81 12.21 12.46

16 6.56 7.79 10.25 12.71 11.1 5.4 7.98 8.49 8.42 8.75 5.9 4.15

Standar


(63)

50

Fragmen Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4 Minggu 5 Minggu 6 Minggu 7 Minggu 8

1 8.02 5.99 4.99 4.39 6.9 5 4.64 4.3

2 7.46 4.39 5.42 5.33 5.35 5.03 5.07 -

3 8.84 6.68 7.2 6.64 6.77 7.13 6.53 6.73

4 7.37 6.77 6.64 5.85 7.9 6.28 6.06 5.55

5 6.23 5.46 4.66 4.36 4 4.58 3.77 3.84

6 9.92 8.03 7.34 7.3 7.54 7.05 5.06 4.97

7 9.04 8.36 7.47 7.74 6.1 7.32 - -

8 9.24 6.77 6.29 5.43 5.4 4.21 4.22 3.43

9 11.08 8.08 7.48 7.4 7.55 6.27 6.18 5.77

10 5.95 7.31 7.86 8.29 4.71 5.34 5.55 -

11 6.65 5.49 5.74 - - - - -

12 8.64 6.91 6.97 6.22 5.82 5.95 5.9 5.84

13 13.54 9.69 6.77 9.01 - - - -

14 8.63 6.87 7.25 6.92 6.43 6.16 5.92 5.74

15 13.02 8.4 7.68 6.82 5.72 - - -

16 7.09 4.77 7.27 7.15 7.09 6.51 6.35 6.3


(64)

51 Lampiran 4. Hasil pengukuran lebar fragmen Lobophytum strictum pada kolam tertutup (Image J)

Fragmen Periode Pengamatan Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4 Minggu 5 Minggu 6 Minggu 7 Minggu 8

1 11.16 7.16 6.32 5.29 4.6 6.38 5.23 5.48

2 7.86 4.98 5 4.63 4.71 4.19 4.16 -

3 7.28 5.61 5.51 5.05 4.73 4.18 4.55 4.46

4 11.74 9.39 9 8.44 7.26 7.5 6.18 6.18

5 7.9 4.04 4 4.07 3.85 4.01 3.12 3.24

6 8.08 5.84 6.23 5.77 8.12 5.7 5.56 6.05

7 8.3 5.35 5.79 5.41 4.59 4.97 - -

8 10.89 5.46 5.67 4.78 4.9 4.62 4.51 4.45

9 9.18 6.18 6.6 6.64 7.43 6.55 6.38 5.44

10 12.29 7.23 4.84 4.59 7.26 4.92 4.42 -

11 7.87 6.86 5.33 - - - - -

12 7.94 6.42 5.94 5.99 5.8 5.52 5.66 5.36

13 8.26 6.96 8.77 6.98 - - - -

14 8 6.08 6.54 5.74 5.46 5.22 4.41 4.39

15 6.16 5.23 5.27 4.12 5.37 - - -

16 13.28 8.45 6.26 5.24 4.42 3.93 4.18 3.59


(65)

Lampiran 5. Pertumbuhan Fragmen Karang Lunak Hasil Transplantasi a. Kolam Terbuka

Minggu 1 Minggu 3

Minggu 4 Minggu 6

Minggu 8 Minggu 10

Minggu 12


(66)

53

b. Kolam tertutup

Minggu 1 Minggu 3

Minggu 5 Minggu 7

Minggu 8


(67)

Lampiran 6. Hasil Analisis Ragam Anova a.Hasil analisis pertumbuhan panjang

Anova: Single Factor SUMMARY

Groups Count Sum Average Variance

Column 1 8 67.03047 8.378809 2.123174 Column 2 8 51.77929 6.472411 1.222033

ANOVA Source of

Variation SS df MS F P-value F crit

Between Groups 14.53741 1 14.53741 8.691488 0.010585 4.60011 Within Groups 23.41645 14 1.672603

Total 37.95386 15

b. Hasil analisis pertumbuhan lebar Anova: Single Factor

SUMMARY

Groups Count Sum Average Variance

Column 1 8 58.891875 7.3614844 1.526273 Column 2 8 47.691726 5.9614658 1.912433

ANOVA Source of

Variation SS df MS F P-value F crit

Between Groups 7.840208 1 7.8402083 4.559976 0.05088 4.60011 Within Groups 24.07094 14 1.7193531


(68)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Cilacap pada tanggal 24 Maret 1988 sebagai anak kedua dari dua bersaudara, putri dari pasangan Bapak Sakri dan Ibu Kodariyah. Pada tahun 2006 penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Menengah Atas Negeri 7 (SMAN 7) Purworejo

(Purworejo). Pada tahun yang sama penulis diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor, melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB). Penulis memilih Program Studi Ilmu dan Teknologi Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.

Selama mengikuti perkuliahan penulis pernah menjadi asisten beberapa mata kuliah, seperti Asisten mata kuliah Biologi Laut 2009-2010 dan Ekologi Laut Tropis 2010-2011. Selain itu penulis juga aktif dalam kegiatan organisasi di antaranya sebagai anggota UKM Tenis Meja periode 2006-2010, dan Himpunan Mahasiswa Ilmu dan Teknologi Kelautan periode 2008-2009, serta aktif dalam berbagai kepanitiaan.

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Kelautan pada Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan, penulis menyelesaikan skripsi dengan

judul ” Transplantasi Karang Lunak Lobophytum srictum Hasil Transplantasi


(69)

DYAH ISNAINI PRASTIWI. Pertumbuhan Karang Lunak Lobophytum strictum Hasil Transplantasi pada Sistem Resirkulasi dengan Kondisi Cahaya Berbeda. Dibimbing oleh DEDI SOEDHARMA dan BEGINER SUBHAN.

Karang lunak merupakan bagian dari ekosistem terumbu karang yang dianggap penting dan merupakan komponen kedua terbesar sesudah karang batu serta mempunyai peranan yang penting dalam ekologi terunbu karang, seperti memberikan kontribusi pada pembentukan terumbu (Manuputty, 2002). Penelitian karang lunak telah banyak dilakukan terutama penelitian tentang kandungan bioaktif yang terdapat dalam karang lunak. Mengingat banyaknya peranan karang lunak yang dimanfaatkan sebagai bahan senyawa bioaktif masih berasal dari alam maka pengendalian stok di alam perlu dilakukan secara optimal. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk tetap menjaga kelestariannya adalah melakukan transplantasi dengan fragmentasi buatan.

Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus 2010 sampai Januari 2011 di Laboratorium Pusat Studi Ilmu Kelautan IPB, Ancol, Jakarta Utara menggunakan perlakuan pencahayaan yang berbeda pada kolam pengamatan. Kolam yang pertama dibiarkan terbuka dan kolam yang kedua ditutup menggunakan terpal. Data pengukuran diolah menggunakan software Image J dan Microsoft Office Excel 2007. Data total pertumbuhan karang lunak dianalisis menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap. Pengukuran karang lunak meliputi pertumbuhan mutlak, laju pertumbuhan, dan tingkat kelangsungan hidup.

Pada kolam yang terbuka, tingkat kelangsungan hidup Lobophytum strictum mencapai 100% sampai akhir penelitian, sedangkan pada kolam tertutup (tanpa cahaya) hanya mampu bertahan selama 8 minggu sebesar 62,5%. Pertumbuhan panjang rata-rata karang lunak selama penelitian berkisar antara (5,95±0,31cm) sampai (10,04±0,6cm). Pada awal penelitian lebar rata-rata fragmen pada kolam terbuka memiliki nilai (5,27 ± 0,51 cm) dan pada akhir penelitian minggu ke-12 lebarnya bertambah menjadi (6,84 ± 0,72 cm). Pertumbuhan panjang dan lebar rata-rata kolam tertutup mengalami penurunan setiap minggu. Pada akhir penelitian, panjang karang lunak berkurang sebesar 3,55 cm sedangkan lebarnya berkurang 4,28 cm.

Cahaya matahari berperan penting dalam kehidupan karang lunak, hal ini dikarenakan adanya mikrosimbion zooxhantellae yang memerlukan cahaya matahari untuk berfotosintesis. Hasil penelitian yang didapatkan bahwa

kelangsungan hidup karang lunak pada kolam terbuka lebih baik daripada kolam tertutup. Hasil analisa ragam untuk pengaruh pencahayaan terhadap pertumbuhan panjang Lobophytum srictum mendapatkan hasil yang berbeda nyata. Hal ini menunjukkan bahwa pencahayaan berpengaruh terhadap pertumbuhan panjang karang lunak Lobophytum srictum.


(70)

PERTUMBUHAN KARANG LUNAK Lobophytum strictum

HASIL TRANSPLANTASI PADA SISTEM RESIRKULASI

DENGAN KONDISI CAHAYA BERBEDA

DYAH ISNAINI PRASTIWI

SKRIPSI

DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011


(1)

49 Lampiran 2. Hasil pengukuran lebar fragmen Lobophytum strictum pada kolam terbuka (Image J)

Fragmen Periode Pengamatan Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4 Minggu 5 Minggu 6 Minggu 7 Minggu 8 Minggu 9 Minggu 10 Minggu 11 Minggu 12

1 5.46 6.53 8.68 10.82 5.07 5.59 10.12 10.14 5.79 8.7 5.16 5.25

2 5.97 6.75 8.32 9.88 7.91 6.43 6.4 8.46 7.61 8.87 7.33 8.22

3 6.92 7.61 8.99 10.36 10.44 10.04 6.07 9.03 8.96 7.55 8.78 7.31

4 8.30 7.55 6.06 4.57 4.94 5.01 8.07 7.09 6.35 6.57 5.46 4.46

5 6.36 7.97 11.20 14.43 14.77 10.41 7.42 7.52 12.15 8.65 6.84 5.94

6 3.71 4.19 5.16 6.13 6.33 5.8 6.57 5.62 5.92 6.13 5.08 4.27

7 5.91 5.94 6.00 6.05 6.23 5.74 6.56 7.51 7.06 6.85 5.8 6.17

8 2.24 2.47 2.93 3.38 5.44 2.39 3.22 5.33 3.69 5.94 2.11 3.43

9 8.56 9.28 10.72 12.16 14.98 16.48 12.63 10.83 12.52 10.66 7.7 9.88

10 3.30 4.14 5.83 7.52 9.07 6.94 12.19 9.83 7.91 7.62 8.2 13.26

11 2.97 4.27 6.87 9.46 9.86 8.08 7.33 9.9 9.11 5.69 8.88 6.29

12 7.30 6.95 6.25 5.54 8.16 5.77 6.47 7.08 7.01 6.09 7.1 6.83

13 2.38 3.31 5.17 7.02 6.79 4.93 7.35 8.13 7.31 7.24 7.65 6.82

14 4.11 4.69 5.86 7.02 7.59 6.39 7.52 6.25 6.42 5.29 8.41 4.7

15 4.29 5.83 8.91 11.98 8.88 7.49 8.08 10.85 6.98 8.81 12.21 12.46

16 6.56 7.79 10.25 12.71 11.1 5.4 7.98 8.49 8.42 8.75 5.9 4.15

Standar


(2)

50 Lampiran 3. Hasil pengukuran panjang fragmen Lobophytum strictum pada kolam tertutup (Image J)

Fragmen

Periode Pengamatan Minggu

1

Minggu 2

Minggu 3

Minggu 4

Minggu 5

Minggu 6

Minggu 7

Minggu 8

1 8.02 5.99 4.99 4.39 6.9 5 4.64 4.3

2 7.46 4.39 5.42 5.33 5.35 5.03 5.07 -

3 8.84 6.68 7.2 6.64 6.77 7.13 6.53 6.73

4 7.37 6.77 6.64 5.85 7.9 6.28 6.06 5.55

5 6.23 5.46 4.66 4.36 4 4.58 3.77 3.84

6 9.92 8.03 7.34 7.3 7.54 7.05 5.06 4.97

7 9.04 8.36 7.47 7.74 6.1 7.32 - -

8 9.24 6.77 6.29 5.43 5.4 4.21 4.22 3.43

9 11.08 8.08 7.48 7.4 7.55 6.27 6.18 5.77

10 5.95 7.31 7.86 8.29 4.71 5.34 5.55 -

11 6.65 5.49 5.74 - - - - -

12 8.64 6.91 6.97 6.22 5.82 5.95 5.9 5.84

13 13.54 9.69 6.77 9.01 - - - -

14 8.63 6.87 7.25 6.92 6.43 6.16 5.92 5.74

15 13.02 8.4 7.68 6.82 5.72 - - -

16 7.09 4.77 7.27 7.15 7.09 6.51 6.35 6.3


(3)

51 Lampiran 4. Hasil pengukuran lebar fragmen Lobophytum strictum pada kolam tertutup (Image J)

Fragmen

Periode Pengamatan Minggu

1

Minggu 2

Minggu 3

Minggu 4

Minggu 5

Minggu 6

Minggu 7

Minggu 8

1 11.16 7.16 6.32 5.29 4.6 6.38 5.23 5.48

2 7.86 4.98 5 4.63 4.71 4.19 4.16 -

3 7.28 5.61 5.51 5.05 4.73 4.18 4.55 4.46

4 11.74 9.39 9 8.44 7.26 7.5 6.18 6.18

5 7.9 4.04 4 4.07 3.85 4.01 3.12 3.24

6 8.08 5.84 6.23 5.77 8.12 5.7 5.56 6.05

7 8.3 5.35 5.79 5.41 4.59 4.97 - -

8 10.89 5.46 5.67 4.78 4.9 4.62 4.51 4.45

9 9.18 6.18 6.6 6.64 7.43 6.55 6.38 5.44

10 12.29 7.23 4.84 4.59 7.26 4.92 4.42 -

11 7.87 6.86 5.33 - - - - -

12 7.94 6.42 5.94 5.99 5.8 5.52 5.66 5.36

13 8.26 6.96 8.77 6.98 - - - -

14 8 6.08 6.54 5.74 5.46 5.22 4.41 4.39

15 6.16 5.23 5.27 4.12 5.37 - - -

16 13.28 8.45 6.26 5.24 4.42 3.93 4.18 3.59


(4)

52

Lampiran 5. Pertumbuhan Fragmen Karang Lunak Hasil Transplantasi a. Kolam Terbuka

Minggu 1 Minggu 3

Minggu 4 Minggu 6

Minggu 8 Minggu 10

Minggu 12


(5)

53

b. Kolam tertutup

Minggu 1 Minggu 3

Minggu 5 Minggu 7

Minggu 8


(6)

54

Lampiran 6. Hasil Analisis Ragam Anova a.Hasil analisis pertumbuhan panjang

Anova: Single Factor SUMMARY

Groups Count Sum Average Variance Column 1 8 67.03047 8.378809 2.123174 Column 2 8 51.77929 6.472411 1.222033

ANOVA Source of

Variation SS df MS F P-value F crit

Between Groups 14.53741 1 14.53741 8.691488 0.010585 4.60011 Within Groups 23.41645 14 1.672603

Total 37.95386 15

b. Hasil analisis pertumbuhan lebar Anova: Single Factor

SUMMARY

Groups Count Sum Average Variance Column 1 8 58.891875 7.3614844 1.526273 Column 2 8 47.691726 5.9614658 1.912433

ANOVA Source of

Variation SS df MS F P-value F crit

Between Groups 7.840208 1 7.8402083 4.559976 0.05088 4.60011 Within Groups 24.07094 14 1.7193531