Pertumbuhan karang lunak Sinularia dura hasil transplantasi pada sistem resirkulasi

(1)

WOENXYZ JAMES SURYADI

SKRIPSI

DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011


(2)

ii

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul :

PERTUMBUHAN KARANG LUNAK Sinularia dura

HASIL TRANSPLANTASI PADA SISTEM RESIRKULASI

Adalah benar merupakan hasil karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicatumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, 18 April 2011

WOENXYZ JAMES SURYADI C54061152


(3)

iii

RINGKASAN

WOENXYZ JAMES SURYADI. Pertumbuhan Karang Lunak Sinularia dura Hasil Transplantasi pada Sistem Resirkulasi. Dibimbing oleh DEDI SOEDHARMA dan BEGINER SUBHAN.

Karang lunak Sinularia dura dapat dijadikan sebagai bioaktif untuk berbagai jenis bidang seperti kesehatan, makanan dan lain sebagainya (Khalesi, 2008). Oleh karena itu, jika hanya mengambil stok karang dari alam saja akan membuat persediaan karang tersebut akan habis dan juga akan membuat ekosistem terumbu karang menjadi tidak seimbang. Salah satu cara untuk menjaga kelestarian karang agar tetap seimbang dan terhindar dari kepunahan yaitu dengan kultur karang dengan cara transplantasi. Kultur karang lunak yang ada di alam memiliki beberapa kendala seperti terjadinya sedimentasi dan pengontrolan yang agak sulit seperti perubahan suhu yang tidak menentu, gangguan oleh predator. Transplantasi karang lunak pada bak terkontrol yang memiliki beberapa kelebihan seperti tidak adannya sedimentasi, gangguan oleh predator lain, dan lebih efektif dalam pengontrolan, pengamatan.

Penelitian ini dilakukan selama tiga bulan yaitu mulai bulan Oktober hingga Desember 2010, dalam beberapa tahapan yaitu persiapan kolam dan substrat, pengambilan sampel, proses transplantasi yang ditempatkan pada posisi yang berbeda yaitu pada dasar kolam dan di kolom air, dan pengamatan

pertumbuhan. Analisis pertumbuhan panjang, lebar dan luas dari karang lunak yang ditransplantasi menggunakan softwareImage J 1.38x. Hasil digitasi pada Image J akan menghasilkan secara otomatis panjang, lebar,dan luas karang.

Tingkat kelangsungan hidup frangmen karang di dasar hingga akhir penelitian lebih tinggi dibandingkan dengan di kolom yaitu sebesar 67 % dan 56 %. Pertumbuhan optimum fragmen karang lunak pada dasar kolam untuk parameter panjang, lebar, dan luas terjadi di minggu ke-2 yaitu 4,85 cm, minggu ke-3 yaitu 3,4 cm, dan minggu ke-3 yaitu 9, 14 cm2, sedangkan pertumbuhan optimum fragmen karang lunak di kolom air terjadi di minggu ke-3 yaitu sebesar 4,85 cm, 3,77 cm, dan 10,3 cm2

Laju pertumbuhan pada kolom air lebih besar dibandingkan dengan dasar kolam. Laju pertumbuhan tertinggi di kolam air untuk parameter panjang, lebar, dan luas terjadi diantara minggu ke-2-3. Pada minggu ini, fragmen karang sudah mengalami proses penutupan luka dan sudah dapat untuk beradaptasi sehingga pertumbuhan karang dapat berlangsung. Selain itu, pada minggu ini juga alga yang tumbuh masih sedikit sehingga belum terjadi kompetesi ruang dengan alga tersebut dan fragmen karang pada kolom memiliki arus yang lebih kuat di bandingkan dengan dasar kolam yang berasal dari permukaan kolam sehingga dapat membantu karang terlepas untuk melakukan fotosintesis.


(4)

iv

©Hak Cipta milik Woenxyz James Suryadi 2011 Hak Cipta dilindungi

Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruh dalam bentuk apapun, baik cetak, fotokopi, microfilm, dan sebagainya


(5)

PERTUMBUHAN KARANG LUNAK Sinularia dura HASIL TRANSPLANTASI PADA SISTEM RESIRKULASI

Woenxyz James Suryadi C54061152

SKRIPSI

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Kelautan pada

Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan

DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011


(6)

vi

SKRIPSI

Judul Penelitian : PERTUMBUHAN HASIL TRANSPLANTASI KARANG LUNAK Sinularia dura PADA SISTEM RESIRKULASI

Nama Mahasiswa : Woenxyz James Suryadi Nomor Pokok : C54061152

Departemen : Ilmu dan Teknologi Kelautan

Menyetujui,

Pembimbing Utama Pembimbing Anggota

Prof. Dr. Ir. Dedi Soedharma, DEA Beginer Subhan, S.Pi, M.Si NIP. 19460218 197301 1 001 NIP. 19800118 200501 1 003

Mengetahui,

Ketua Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan

Prof. Dr. Ir. Setyo Budi Susilo, M.Sc NIP. 19580909 1988303 1 003


(7)

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Bapa Yang Maha Kuasa, yang selalu memberikan rahmat dan kurnianya sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi dengan judul Pertumbuhan Hasil Transplantasi Karang Lunak Sinularia dura Pada Sistem Resirkulasi.

Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada :

1. Ibuku tercinta Nanie Santioso, Om Budhi K.H, serta adik-adikku Woenxyz Goerge S, Cerdila Ladini atas doa, semangat dan dukungannya.

2. Prof. Dr. Ir. Dedi Soedharma, DEA dan Beginer Subhan, S.Pi. M.Si selaku dosen pembimbing yang telah memberikan banyak pengetahuan, masukan, dan bimbingan dalam pembuatan skripsi ini.

3. Dr. Ir. Bisman Nababan, M.Sc selaku pembimbing akademik atas dukungan dan bimbingan kepada penulis selama proses perkuliahan. 4. Adriani Sunuddin, S.Pi, M.Si, sebagai dosen penguji departemen yang

telah memberikan saran dan masukan kepada penulis

5. Dr. Ir. Henry Manik, M.T selaku ketua komisi pendidikan di departemen yang telah memberikan saran dan masukan kepada penulis

6. Laboratorium Hidrobiologi Laut, yang telah memberikan bantuan dana untuk penelitian ini.

7. Bapak Mardi atas bimbingan, semangat, dan motivasi yang diberikan kepada penulis selama menjalani penelitian di Laboratorium Ilmu Kelautan (LIK), Ancol.


(8)

viii

8. Dondi Arafat, S.Pi, M.Si., Citra Satria, S.Pi., teman satu tim (Dyah, Via, Wahyu) atas bantuan, masukan, dan semangat yang telah berikan selama penelitian.

9. Bapak Jayadi dan Bapak teguh atas bantuan, bimbingan, dan kebersamaan dalam penelitian di Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu, Jakarta.

10. Fisheries Diving Club (FDC) IPB atas ilmu, pengethuan dan inspirasi yang telah diberikan kepada penulis untuk selalu belajar, anggota FDC

khususnya diklat 25 atas kebersamaan, kehangatan, dan kekompakannya, 11. Keluarga besar ITK khususnya ITK 43 atas kebersamaan, kehangatan, dan

semangat yang telah diberikan.

12. Tim Pendamping IPB atas pelukan hangat, keceriaan, kebersamaan dan pelajaran hidup yang telah diberikan.

13. Elisabeth A.T. atas dukungan dan motivasi yang telah diberikan kepada penulis.

14. Semua pihak yang telah membantu secara keseluruhan dari proses penelitian hingga pembuatan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis menerima saran dan kritik yang membangun sehingga dapat bermanfaat untuk semua pihak.

Bogor, 22 Maret 2011


(9)

ix

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

1. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Tujuan ... 2

2. TINJAUAN PUSTAKA ... 3

2.1. Klasifikasi Karang Lunak Sinularia dura ... 3

2.2. Mofologi dan Pertumbuhan Karang Lunak Sinularia ... 4

2.3. Reproduksi karang lunak Sinularia ... 5

2.4. Perbedaan Antara Karang Lunak dan Karang Batu ... 6

2.5. Faktor-faktor pembatas ... 7

2.5.1. Sinar matahari ... 8

2.5.2. Suhu ... 8

2.5.3. Salinitas ... 8

2.5.4. Sedimentasi ... 9

2.6. Cara makan karang lunak ... 9

2.7. Komponen Bioaktif Karang Lunak Sinularia ... 10

3. METODE PENELITIAN ... 11

3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ... 11

3.2. Alat dan Bahan ... 11

3.3. Metode Kerja ... 12

3.3.1. Persiapan Kolam dan Substrat ... 12

3.3.3. Transplantasi Karang ... 14

3.3.4. Pengambilan Data ... 15

3.3.4.1.Pengamatan Pertumbuhan Karang Lunak ... 15

3.3.4.2. Pengambilan Data Kualitas Air ... 16

3.4. Analisis data ... 17

3.4.1. Kelangsungan Hidup ... 17

3.4.2. Pertumbuhan Karang Lunak ... 17

3.4.3. Laju Pertumbuhan Karang Lunak ... 18

3.4.4. Analisis Data ... 18

4. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 20

4.1. Parameter Fisika Kimia Perairan ... 20

4.2. Tingkat Kelangsungan Hidup ... 21


(10)

x

4.4. Perkembangan polip Karang Lunak ... 25

4.5. Pertumbuhan Mutlak ... 26

4.5.1. Pertumbuhan Panjang ... 26

4.5.2. Pertumbuhan lebar ... 27

4.5.3. Pertumbuhan luas ... 29

4.6. Laju Pertumbuhan ... 30

4.6.1. Laju pertumbuhan panjang ... 30

4.6.2. Laju pertumbuhan Lebar ... 31

4.6.3. Laju pertumbuhan Luas ... 32

5. KESIMPULAN DAN SARAN ... 35

5.1. Kesimpulan ... 35

5.2. Saran ... 35

DAFTAR PUSTAKA ... 36


(11)

xi

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Perbedaan karang lunak dan karang keras ... 7 2. Parameter fisika dan kimia perairan ... 16 3. Hasil pengukuran parameter fisika dan kimia perairan ... 20


(12)

xii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Koloni karang lunak Sinularia ... 4

2. Perbedaan morfologi karang lunak dan karang batu ... 7

3. Bentuk dan skema kolam untuk transplantasi ... 13

4. Substrat untuk transplantasi karang lunak... 13

5. Pengemasan karang lunak ... 14

6. Penempatan fragmen karang pada dasar (a) dan kolom (b) ... 15

7. Pengambilan data fragmen dengan foto bawah air ... 16

8. Tingkat kelangsungan hidup Sinularia dura ... 22

9. Rapuhnya spikula karang lunak ... 23

10. Penutupan luka karang lunak ... 25

11. Polip pada karang lunak ... 26

12. Panjang rata-rata fragmen karang lunak ... 27

13. Lebar rata-rata fragmen karang lunak ... 28

14. Pertumbuhan luas fragmen karang lunak ... 29

15. Laju pertumbuhan panjang fragmen karang lunak ... 31

16. Laju pertumbuhan lebar fragmen karang lunak ... 32


(13)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Ukuran panjang fragmen karang lunak ... 38

2. Ukuran lebar fragmen karang lunak ... 40

3. Ukuran luas fragmen karang karang lunak ... 42

4. Analisis ragam (ANOVA) ... 44

5. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup tentang baku mutu kualitas air untuk biota laut No. 51 Tahun 2004 ... 46


(14)

1

1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Oktocoralia (karang lunak) merupakan biota penyusun terumbu karang kedua setelah karang batu. Posisinya dalam sistem taksonomi, karang lunak bersama dengan kipas laut (sea fans), tergabung dalam ordo Alcyonacea (Manuputy, 2008). Salah satu jenis karang lunak penyusun terumbu karang yang sering ditemukan adalah Sinularia. Genus ini umum terdapat di Kepulauan Seribu dengan morfologi yang sangat bervariasi di antara berbagai jenis karang lunak (Tuti dan Soemodihardjo, 2006).

Kajian pada karang lunak, terutama jenis Sinularia banyak dilakukan, untuk mengetahui fungsi dan peranan dalam ekosistem terumbu karang, serta nilai ekonomis yang dimilikinya. Menurut Manuputty (2002), karang jenis ini dapat digunakan sebagai indikator suatu perairan yang keruh, maupun perairan dengan kondisi dasarnya berupa pasir halus, dan lumpur. Selain itu, genus dari karang ini dapat dijadikan sebagai bioaktif untuk berbagai jenis bidang seperti kesehatan, makanan dan lain sebagainya (Khalesi, 2008).

Sampai saat ini pengambilan karang lunak dari alam semakin sering dilakukan untuk pembuatan bioaktif. Oleh karena itu, jika hanya mengambil stok karang dari alam saja akan membuat persediaan karang tersebut akan habis dan juga akan membuat ekosistem terumbu karang menjadi tidak seimbang sehingga berdampak buruk bagi biota-biota lainnya yang menggantungkan hidup pada ekosistem tersebut. Salah satu cara untuk menjaga kelestarian karang agar tetap seimbang dan terhindar dari kepunahan yaitu dengan kultur karang dengan cara transplantasi. Transplantasi karang merupakan suatu teknik penanaman dan


(15)

pertumbuhan koloni karang baru dengan cara fragmentasi dimana benih karang diambil dari suatu induk koloni tertentu (Soedharma dan Arafat, 2007).

Transplantasi karang bertujuan untuk mempercepat regenerasi terumbu karang yang telah mengalami kerusakan atau untuk memperbaiki daerah terumbu karang yang rusak, terutama untuk meningkatkan keragaman dan persen penutupan. (Hariot dan Fisk,1998 dalam Soedharma dan Arafat, 2007).

Kultur karang lunak yang ada di alam memiliki beberapa kendala seperti terjadinya sedimentasi dan pengontrolan yang agak sulit seperti perubahan suhu yang tidak menentu, gangguan oleh predator lain. (Hakim et al., 2009). Oleh karena itu, dalam penelitian ini akan dilakukan transplantasi karang lunak pada bak terkontrol yang memiliki beberapa kelebihan seperti tidak adannya

sedimentasi, gangguan oleh predator lain, dan lebih efektif dalam pengontrolan, pengamatan, dan juga dalam segi biaya yang dikeluarkan.

Sebelumnya, penelitian tentang transplantasi pada bak terkontrol sudah pernah dilakukan untuk mengamati pertumbuhan dan kelangsungan hidup (Hakim et al., 2009). Penelitian kali ini merupakan lanjutan dari penelitian sebelumnya yaitu dengan perlakuan yang berbeda saat berada di bak terkontrol, sehingga dapat menjadi referensi baik untuk kepentingan, rehabilitasi ekosistem, maupun

perdagangan.

1.2. Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mengamati tingkat kelangsungan hidup dan laju pertumbuhan yang dilakukan pada tempat yang berbeda yaitu di kolom air dan dasar kolam bak terkontrol.


(16)

3

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Klasifikasi Karang Lunak Sinularia dura

Sistem klasifikasi karang lunak Sinularia dura adalah sebagai berikut (Hyman, 1940; Bayer 1956 dalam Ellis and Sharron, 2005):

Filum : Cnidaria Kelas : Anthozoa

Sub Kelas : Octocorallia (Alcyonaria) Bangsa : Alcyonacea

Kelas : Alcyoniidae Marga: Sinularia

Spesies : Sinularia dura

Istilah Anthozoa berasal dari bahasaYunani yang berarti binatang

berbunga (flower animal). Anthozoa termasuk bagian dari filum Cnidaria yang bagian tubuh tersusun oleh polip. Tidak memiliki medusa. Sebagai bagian dari Cnidaria, Anthozoa terdiri dari berbagai macam kelas, yang keragamannya tercermin dalam variasi bentuk polip yang beraneka macam (Colin and Arneson, 1995). Kelas Anthozoa dibagi dalam dua sub-kelas yaitu sub-kelas Zoantharia atau Hexacorallia atau Scleractinia dan sub-kelas Octocorallia atau lebih populer dengan Alcyonaria. Karang lunak Sinulara dura termasuk dalam sub-kelas Alcyonaria. Subkelas Alcyonaria dibagi dalam enam bangsa (ordo) dan salah satu diantaranya termasuk dalam ordo Alcyonacea yang merupakan kategori karang lunak sebenarnya (Fabricus and Alderslade, 2001)


(17)

2.2. Mofologi dan Pertumbuhan Karang Lunak Sinularia

Berdasarkan ukuran dan ada tidaknya tangkai, Sinularia dura termasuk dalam kategori karang lunak tanpa tangkai, dan merambat (Encrusting)

(Manuputty, 2002). Sinularia mempunyai bentuk koloni yang beragam dibanding dengan genus karang lunak lainnya. Koloninya biasanya rendah dan mengerak dengan bentuk seperti bukit kecil, tinggi, bentuk daun telinga yang melimpah, bercabang, datar, dan seperti atau tidak seperti daun (Fabricus and Alderslade, 2001).

Genus Sinularia mempunyai polip monomorfik, yaitu tidak memiliki sifonosoid dan retraktil. Tangkai berwarna senada dengan kapitulum, kecuali Sinularia Flexibilis, tangkainya berwarna putih, kapitulum lentur, dan berwarna krem. Warna koloni krem, coklat muda atau abu-abu. Pada beberapa spesies bentuknya tunggal, koloni matang dapat mencapai ukuran 10 meter dan pada beberapa spesies hanya beberapa centimeter saja. Dalam air, reproduksi aseksual dilakukan dengan pembelahan koloni yang nampak sama dan agregasi yang terdiri dari ratusan koloni yang dapat pula ditemukan. Biasanya tumbuh dari daerah rataan terumbu sampai kedalaman 20 meter (Fabricus and Alderslade, 2001).

Sumber : CRRF dalam (Fabricus and Alderslade, 2001)


(18)

5

Koloni Sinularia umumnya mempunyai konstruksi yang kuat, liat dan keras. Koloninya juga mempunyai ukuran yang besar, bentuk sclerites berupa gelondongan pada bagian anterior koloninya. Pada beberapa spesies bentuk sclerites memadu atau melebur bersama-sama menjadi bentuk yang kuat, menyerupai batu yang disebut spikul. Anggota dari marga Sinularia sangat banyak sehingga untuk membedakan jenis satu dengan yang lainnya tidak cukup hanya dengan ciri-ciri morfologinya saja (Fabricus and Alderslade, 2001).

Karang lunak Sinularia diperkirakan sering dijumpai berada pada daerah pesisir yang terlindung dari daerah gelombang. Beberapa spesies memiliki

toleransi terhadap daerah dengan intensitas cahaya yang kurang (tebing curam dan perairan dalam), beberapa tinggal di reef flat dan memilki toleransi yang baik terhadap cahaya dan badai (gelombang). Selain itu Sinularia mampu bertahan pada area terbuka saat peraiaran surut (May, 1898 dalam (Fabricus and Alderslade, 2001).

2.3. Reproduksi karang lunak Sinularia

Karang lunak Sinularia dapat bereproduksi secara aseksual dan seksual. Reproduksi secara aseksual merupakan bentuk reproduksi yang umum, dan dominan terjadi pada karang lunak. Proses ini dapat ditempuh melalui runner formation, fragmentasi, maupun pembentukan tunas. Cara reproduksi yang berbeda pada setiap jenis karang lunak sebagai gambaran keberadaannya dalam suatu komunitas, dan kemampuannya untuk pulih dari gangguan yang ada di lingkungan (Fabricius and Alderslade, 2001). Reproduksi seksual yang terjadi pada sebagian besar karang lunak melalui perkawinan. Selama prosesnya,


(19)

struktur reproduksi jantan dan betina berada pada koloni yang terpisah. Bentuk reproduksi ini disebut dengan gonochoric (dioeceous). Namun demikian, beberapa karang lunak seperti pada jenis Heteroxinia dan Xenia, tergolong

hermafrodit (monoesius). Hal ini menunjukan tiap koloni terdiri dari dua struktur reproduksi, yaitu alat kelamin jantan dan betina (Bernayu and Loya, 1984 in Fabricius dan Alderslade, 2001). Fertilisasi pada reproduksi seksual dapat terjadi di luar tubuh, maupun di dalam tubuh. Fertilisasi yang terjadi di dalam tubuh hanya terjadi pada jenis-jenis monoesius (Manuputty, 1986).

2.4. Perbedaan Antara Karang Lunak dan Karang Batu

Secara umum terlihat jelas adanya perbedaan antara karang lunak dan karang batu, terutama pada jumlah tentakel, kekenyalan tubuh dan kerangka yang menyusunnya. Tetapi dalam hal fisiologisnya terutama mekanisme pengaturan organ-organ dalam untuk mengambil makanan dari dalam air dan mengeluarkan zat-zat yang tidak terpakai ke luar tubuh, pada proses respirasi pada prinsipnya sama dengan karang batu. Perbedaan antara karang lunak dan karang batu dapat dilihat pada Tabel 1 sedangkan perbedaan bentuk dan susunan tubuhnya dapat dilihat pada Gambar 4.


(20)

7

Gambar 2. Perbedaan morfologi karang lunak dan karang batu Tabel 1. Perbedaan karang lunak dan karang keras

Karang Lunak Karang Batu

Bentuk dan susunan tubuh

Seperti tabung, lunak dan tertanam dalam masa gelatin. Membentuk koloni

Seperti tabung. Terlindung dalam kerangka kapur yang radial. Soliter atau membentuk koloni.

Tentakel

Berjumlah delapan dan berduri (pinula)

Berjumlah enam atau kelipatan enam dan tidak berduri

Kerangka tubuh

Tidak menghasilkan kerangka kapur yang radial tetapi spikula yang terpisah-pisah dan berkapur. Bersifat endoskeleton

Menghasilkan kerangka kapur yang radial dalam bentuk kristal aragonit. Bersifat eksosskeleton.

Sekret (getah)

menghasilkan senyawa terpen yang sewaktu-waktu dikeluarkan kedalam air laut, untuk mempertahankan diri pada predator.

Tidak menghasilkan senyawa terpen.

Sumber : Ryan, (1985) dalam manuputty (2002)

2.5. Faktor-faktor pembatas

Distribusi dan pertumbuhan ekosistem terumbu karang tergantung dari beberapa parameter fisika, yaitu :

1. polyp 5. farinks 2. mulut 6. mesenteri

3. tentakel 7. benang mesenterial 4. spikula

1. polyp 5. septa 2. mulut 6. rongga perut 3. tentakel 7. mesentri


(21)

2.5.1. Sinar matahari

Sinar matahari dibutuhkan oleh karang untuk keperluan fotosintesis bagi alga yang bersimbiosis dan terdapat pada jaringan terumbu karang. Cahaya dibutuhkan oleh karang lunak yang bersimbiosis dengan zooxanthellae pada proses fotosintesis. Pada perairan yang keruh, karang lunak yang ber-zooxanthellae memilik sebaran terbatas hanya sampai kedalaman 10 meter, sedangkan yang tidak ber-zooxanthellae dominan pada kedalaman dibawah 10 meter. Pada perairan yang jernih karang lunak yang bersimbiosis dengan

zooxanthellae dapat mencapai kedalaman 40 meter, sedangkan karang lunak yang tidak bersimbiosis dengan zooxanthellae mulai tumbuh pada kedalaman 25 meter (Fabricus dan Alderslade, 2001).

2.5.2. Suhu

Suhu merupakan faktor penting bagi kehidupan karang lunak.

Pertumbuhan karang lunak sangat dipengaruhi oleh suatu perairan sekitarnya. Biasanya karang dapat tumbuh pada suhu 18-36 oC dan pertumbuhan optimum terjadi diperairan dengan suhu rata-rata 26-28 oC (Birkeland, 1997 dalam Nugroho 2008)

2.5.3. Salinitas

Tidak terlalu banyak diketahui tentang perbedaan diantara spesies karang lunak terhadap toleransi salinitas pada air yang jernih. Salinitas yang berada pada 35 0/00 normal untuk kondisi lingkungan di Indo-Pasifik (Fabricus dan Alderslade, 2001). Pada perairan bersalinitas rendah seperti muara sungai dan daerah

bercurah tinggi jarang ditemukan terumbu karang. Begitu juga pada perairan yang kadar garamnya yang sangat tinggi (Nybakken, 1992)


(22)

9

2.5.4. Sedimentasi

Sedimentasi pada daerah terumbu karang mengalami variasi yang

signifikan dan diantara banyak spesies karang lunak juga memilki toleransi yang beraneka ragam. Tingginya sedimentasi diduga dapat menyebabkan gangguan terhadap kesehatan karang, terutama bila terjadi bersamaan dengan tingginya konsentrasi nutrien. Hal ini terjadi terutama bila perairan dekat dengan daerah pertanian atau daerah pemukiman. Endapan sedimen yang tebal dan menutupi koloni kecil dan anakan karang sehingga mengalami pertukaran gas yang dibutuhkan oleh koloni karang dari lingkungan. Sedimen juga mempengaruhi proses fotosintesis karena partikel-partikel sedimen menyerap dan menghalangi cahaya yang masuk perairan (Fabricus dan Alderslade, 2001).

2.6. Cara makan karang lunak

Kebanyakan dari oktokoralia seperti sinularia, lobophytum, dan

sarcophyton merupakan pemakan partikel kecil yang sudah disaring dari air laut. Konsentrasi makanan dan kecepatan arus mempengaruhi jumlah makanan yang tersaring dan pertumbuhan karang lunak (Fabricus and Alderslade, 2001).

Beberapa jenis dari suku Xeniidae dan jenis-jenis dari marga Clavularia dapat hidup bertahan lama walaupun sama sekali tidak mengambil makanan dari air laut. Jenis-jenis ini mengandung zooxanthellae dalam jumlah besar di dalam dinding gastrodermisnya. Bila tidak ada cahaya matahari atau dalam keadaan gelap, mereka cenderung mengalami nekrosis dan mati. Walaupun zat-zat makanan disekelilingnya cukup banyak, karang lunak ini seakan-akan tidak mempunyai kekuatan untuk mencerna makanan.


(23)

Jenis-jenis yang mengandung banyak zooxanthellae dalam jaringan tubuhnya biasanya hanya mengandung sedikit nematosis, bahkan pada beberapa tidak ditemukan sama sekali. Melimpahnya nematosis dan jaringan pencernaan yang berkembang biak biasanya berhubungan dengan zooxanthellae. Sisa-sisa makanan akan dikeluarkan melalui mulut dengan bantuan flagella septa (Bayer, 1956 dalam Manuputty 1986).

2.7. Komponen Bioaktif Karang Lunak Sinularia

Karang lunak merupakan sumber yang kaya akan senyawa bioaktif seperti terpenoid, steroid, dan steroidglikosida. Hasil penelitian terakhir menyebutkan bahwa sekitar 50 % ekstrak karang lunak menunjukan sifat racun pada ikan, selain itu banyak metabolit sekunder yang dihasilkan karang lunak memiliki aktifitas biologi seperti antifungal, sitotoksik, antineoplastik, inhibitor HIV, dan anti-inflamtori (Radika, 2006 dalam Priyatmoko, 2008).

Ekstrak karang lunak Sinularia sp. dengan campran etanol dan heksana menghasilkan senyawa sinularian (A) dan (B) yang mampu menghambat pertumbuhan sel kanker paru-paru, hati, dan payudara. Antibakteri dari jenis SinulariaFlexsibillis telah ditemukan dan telah diujikan pada isolat bakteri yang ditumbuhkan pada media alga (Chao et al. 2006).

Hasil penelitian menyebutkan bahwa ekstrak SinulariaFlexsibillis setelah difraksinasi dengan TLC (Thin Layer Chromatographi) menghasilkan lima senyawa terpenoid, antara lain diterpenes flexibilida, dihydroflexibilida,

sinulariolida, epi-sinulariolida, dan epi-sinularilida asetat yang terbukti memiliki aktivitas antimikrobial (Aceret et al. 1997 dalam Priyatmoko 2008).


(24)

11

3. METODE PENELITIAN

3.1. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan selama tiga bulan yaitu pada bulan Oktober hingga Desember 2010. Penelitian ini dilakukan pada tiga tempat yaitu Bagian Hidrobiologi Laut FPIK - IPB untuk tahap persiapan seperti pembuatan substrat, Pulau Pramuka – Kepulauan Seribu sebagai tempat untuk pengambilan sampel, dan Laboratorium Ilmu Kelautan (LIK) IPB di Ancol sebagai tempat transplantasi karang lunak dengan menggunakan sistem resirkulasi.

3.2. Alat dan Bahan

Peralatan yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari :

1. Peralatan SCUBA, yang terdiri dari BCD, regulator, tank (tabung), snorkel, masker, fins yang digunakan untuk mengambil sampel,

2. Kapal motor sebagai sarana transportasi untuk pengambilan sampel karang untuk ditransplantasikan di bak terkontrol,

2. Substrat atau base, yang merupakan media buatan tempat menempel fragmen karang transplantasi,

3. Jangka sorong yang digunakan sebagai skala tetap dalam mengukur sampel karang lunak,

4. Kamera under water, sebagai alat dokumentasi,

5. Alat mengambil sampel yang terdiri dari pisau selam, cutter, wearing (jaring) dan cool box sebagai tempat menyimpan sampel dari daerah pengambilan sampai tempat transplantasi,


(25)

6. Lingkungan buatan sebagai tempat hidup transplantasi karang pada bak

terkontrol terdiri atas kolam budidaya seperti rubble, pompa, aerator, dan filter berupa busa, protein skimmer

7. Perlengkapan untuk mengukur parameter fisika kimia perairan seperti

termometer untuk mengukur suhu, refraktometer untuk mengukur salinitas, dan spektrofotometer untuk mengukur amonia, nitrit, dan nitrat,

8. Fragmen karang yang digunakan sebagai bahan dalam penelitian ini adalah jenis karang lunak Sinularia dura, yang diambil dari perairan sebelah timur Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu, pada kedalaman yang berkisar antara 3 – 10 meter dari permukaan laut.

3.3. Metode Kerja

Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahap seperti persiapan kolam dan substrat, pengambilan sampel, proses transplantasi, pengambilan data, dan analisis data.

3.3.1. Persiapan Kolam dan Substrat

Kolam yang akan digunakan untuk kegiatan transplantasi memiliki ukuran 3,5 m x 1,5 m x 1 m (Gambar 5). Persiapan kolam yang terdiri dari pembersihan dan pengisian bahan seperti rubble, pompa, aerator, filter, dan air laut.

Pembersihan kolam bertujuan untuk mengurangi organisme lain yang hidup di kolam sedangkan tahap pengisian bertujuan untuk menyamakan kondisi kolam seperti kondisi di alam.


(26)

13

Bagian dasar susunan rubble dengan tinggi terdiri dari dua ukuran (besar dan kecil),sedangkan rubble kecil berada di atas. penyusunan sistem aerasi dan sirkulasi air.

Selanjutnya, untuk pembuatan substrat sebagai media buatan tempat menempelnya fragmen karang yang ditransplantasi, dibuat dari campuran semen dan pasir yang dibentuk melingkar berdiameter 10 cm, terdapat lubang besar ditengah dengan diameter 4 cm sebagai tempat karang menempel. Selain itu terdapat terdapat empat lubang kecil disekeliling lubang besar yang digunakan untuk mengikat fragmen dengan kabel ties (Gambar 6).

Patahan Karang

Air laut

Filter

Filter

Pompa Pergerakan air

3,5 m 1,5 m

Fragmen fragmen

10 cm Skala

1 : 200

Gambar 3. Bentuk dan skema kolam untuk transplantasi


(27)

3.3.2. Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel karang dilakukan di Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu. Sebelum dipindahkan pada bak terkontrol, karang diaklimatisasi terlebih dahulu selama satu hari pada kedalaman 2-3 m agar tidak mengalami stres pada saat pemindahan media. Setelah aklimatisasi, dilakukan pengangkutan sampel karang menggunakan coolbox yang telah diisi engan es batu dan oksigen agar suhunya tetap stabil (Gambar 7). Saat di bak terkontrol, karang diaklimatisasi lagi selama satu minggu untuk memastikan hidup dan diletakkan di atas substrat.

Sumber : Laboratorium hidrobiologi laut, ITK IPB

3.3.3. Transplantasi Karang

Setelah proses aklimatisasi selesai, dilakukan transplantasi sebanyak 18 buah dan diletakkan pada dua perlakukan yang berbeda yaitu di dasar dan kolom bak terkontrol (Gambar 8).


(28)

15

Sumber : Laboratorium hidrobiologi laut, ITK IPB

3.3.4. Pengambilan Data

3.3.4.1.Pengamatan Pertumbuhan Karang Lunak

Pada saat aklimatisasi, pengamatan pertumbuhan fragmen dilakukan selama satu bulan, setiap hari dalam seminggu dan setiap minggu selama satu bulan. Setelah itu, pengamatan fragmen seperti tingkat kelangsungan hidup, pertumbuhan mutlak, dan penutupan luka dilakukan setiap minggu selama tiga bulan dengan menggunakan jangka sorong dan foto bawah air dengan posisi tegak lurus antara fragmen dan sudut pengambilan gambar dan meletakkan alat ukur (jangka sorong) (Gambar 9a). Setelah pengambilan gambar, pengolahan data dengan komputer menggunakan perangkat lunak Image J 1.38x dilakukan dengan cara digitasi pada tepian karang lunak, kemudian secara otomatis akan dihasilkan nilai panjang, lebar, dan luas (Gambar 9b).

a b


(29)

Sumber : Laboratorium hidrobiologi laut, ITK IPB

3.3.4.2. Pengambilan Data Kualitas Air

Parameter perairan yang diamati adalah parameter fisika dan kimia (Tabel 2). Contoh air untuk analisis kandungan kimia perairan diambil dengan botol contoh kemudian disimpan dalam cool box. Pengukuran parameter fisika berupa salinitas, suhu diukur mnggunakan refraktometer dan termometer. Pengukuran ini dilakukan setiap minggu sedangkan parameter kimia dilakukan dua kali, yaitu pada saat awal dan akhir pengamatan analisis kandungan nitrat, nitrit, dan amonia di Laboratorium Produksi Lingkungan.

Tabel 2. Parameter fisika dan kimia perairan

Parameter Unit Alat/Bahan Keterangan

Fisika

Suhu °C Termometer Pengukuran Langsung

Salinitas ‰ Refraktrometer Pengukuran Langsung

Kimia

Nitrit mg/l Spektrofotometer Analisis Laboratorium

Nitrat mg/l Spektrofotometer Analisis Laboratorium

Amonia mg/l Spektrofotometer Analisis Laboratorium

Gambar 7. Pengambilan data fragmen dengan foto bawah air panjang

lebar


(30)

17

3.4. Analisis data

Analisis pertumbuhan panjang, lebar dan luas dari karang lunak yang ditransplantasi menggunakan perangkat lunak Image J 1.38x. Sistem

penganalisaannya menggunakan foto karang lunak yang didigitasi sekitar tepian karang. Hasil digitasi pada image J akan menghasilkan secara otomatis panjang, lebar,dan luas karang. Untuk menjaga keakurasian data, dalam setiap melakukan pengolahan data membandingkan hasil ImageJ dengan pengukuran sebelumnya. Data total pertumbuhan karang lunak dianalisis menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap.

3.4.1. Kelangsungan Hidup

Pengamatan ini dilakukan untuk mengetahui berapa persen karang lunak yang ditransplantasi masih tetap hidup dari awal hingga akhir kegiatan.

Perhitungan dilakukan dengan menggunakan persamaan (Ricker, 1975 in Pratama 2005):

Keterangan :

SR = Tingkat kelangsungan hidup karang lunak (%), Nt = Jumlah fragmen karang lunak pada akhir penelitian, No = Jumlah fragmen karang lunak pada awal penelitian.

3.4.2. Pertumbuhan Karang Lunak

Pertumbuhan karang lunak diketahui dengan menganalisa beberapa parameter terkait pertumbuhannya, yaitu meliputi pertambahan panjang, lebar, dan luas.


(31)

Keterangan :

β = Pertumbuhan panjang/lebar Karang Lunak (cm),

Lt = Panjang/lebar Karang Lunak pada saat waktu ke-t, (cm) Lo = Panjang/lebar Karang Lunak pada saat waktu ke-o, (cm)

ti = Waktu pengamatan Karang Lunak (bulan)

3.4.3. Laju Pertumbuhan Karang Lunak

Persamaan 3 yang digunakan untuk menghitung laju pertumbuhan karang lunak (Zonneveild et al. dalam Yustina et al.,2003) yaitu :

i i t t t t L L + − = + + 1 1

β

Keterangan :

β = Laju pertumbuhan panjang/lebar karang lunak (cm),

Lt+1 = Rata-rata panjang/lebar karang lunak pada waktu ke- t+1, (cm)

Lt = Rata-rata panjang/lebar karang lunak pada saat waktu ke-I, (cm)

ti+1 = Waktu pengamatan ke-i+1

ti = Waktu pengamatan ke-t

3.4.4. Analisis Data

Pengaruh perbedaan antara pertumbuhan di dasar dan kolom dapat diketahui dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL). RAL pada penelitian ini mengacu pada Mattjik dan Sumertajaya (2006), di mana lingkungan diasumsikan sebagai sesuatu yang homogen. Penggolahan menggunakan bantuan software Excel 2007 dengan selang kepercayaan sebesar 95% dimana model observasi yang digunakan adalah


(32)

19

Yij = µ + ζi + εij

Dimana :

Yij = Pengamatan perlakuan ke-i (pemotongan) dan ulangan ke-j µ = Rataan umum

ζi = Pengaruh perlakuan pemotongan ke- i


(33)

20

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Parameter Fisika Kimia Perairan

Pengukuran parameter fisika dan kimia bertujuan untuk mengetahui kondisi kualitas perairan untuk pertumbuhan fragmentasi karang (Tabel 3). Tabel 3. Hasil pengukuran parameter fisika dan kimia perairan

No Parameter Satuan Kisaran Nilai Baku Mutu*

1 Suhu °C 26-28 28-30

2 Salinitas ‰ 31-34 33-34

3 Nitrit mg/l -0,069 - 0,002

4 Nitrat mg/l 0,206 – 1,297 0.008

5 amonia mg/l 0,643 – 0,953 0,3

*Sumber : Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 51 tahun2004

Nilai suhu yang didapat selama penelitian berkisar 26-28 °C. Pada umumnya, karang lunak tumbuh secara optimal pada kisaran suhu perairan laut rata-rata tahunan antara 25 oC dan 29 oC, namun suhu di luar itu masih bisa

ditolelir oleh spesies tertentu dari jenis karang hermatifik untuk dapat berkembang dengan baik. Biasanya karang dapat tumbuh pada suhu 18-36 oC dan

pertumbuhan optimum terjadi diperairan dengan suhu rata-rata 26-28 oC (Birkeland, 1997 dalam Nugroho 2008).

Kisaran nilai salinitas yang didapat 31-34 ‰. Nilai ini masih cukup baik karean berada pada nilai baku mutu yaitu 33-34 ‰ sehingga karang lunak dapat bertumbuh. Menurut Nybakken (1992), Salinitas optimum bagi pertumbuhan karang adalah sekitar 32-35 ‰.

Nilai nitrat yang didapat berada di luar dari baku kualitas air yaitu sebesar 0,206 – 1,297 mg/l. Berdasarkan pengamatan, kisaran nitrat yang didapat masih dikatakan cukup baik karena kondisi warna perairan kolam tidak berwarna hijau.


(34)

21

Menurut Efendi (2003) keberadaan nitrat dan fosfat dengan konsentrasi berlebih diperairan bisa memicu kesuburan pertumbuhan alga sehingga diperairan tersebut terjadi eutrofikasi. Saat pengamatan di kolam, substrat dan frgmen karang ada yang ditumbuhi alga.

Berdasarkan nilai buku mutu kualitas air untuk biota laut yang tercantum dalam Keputusan menteri Lingkungan Hidup No. 51 tahun2004 terhadap parameter fisika dan kimia yang terukur, kondisi perairan pada bak terkontrol cukup baik dan mampu mendukung kehidupan organisme yang tumbuh dan berkembang di dalamnya.

4.2. Tingkat Kelangsungan Hidup

Tingkat kelangsungan hidup frangmen karang di dasar hingga akhir penelitian lebih tinggi dibandingkan dengan di kolom yaitu sebesar 67 % dan 56 % (Gambar 10). Perubahan yang terjadi pada karang lunak di dasar kolam terjadi pada minggu ke-4 sebesar 89 % dan pada minggu ke-6 hingga akhir penelitian sebesar 67 %, sedangkan perubahan kelangsungan hidup di kolom air terjadi pada minggu ke-3 sebesar 78 %, minggu ke-6 sebesar 67 %, dan pada minggu ke 10 sebesar 56 %.


(35)

Gambar 8. Tingkat kelangsungan hidup Sinularia dura

Matinya karang lunak di dasar kolam yang terjadi pada minggu ke-4 dan 6 serupa dengan peneltian yang dilakukan Pramayudha (2010) yaitu disebabkan oleh ketidakmampuan karang untuk beradaptasi pada habitat yang baru sehingga menimbulkan stress yang dapat dilihat dari perubahan warna dan mengkerutnya bentuk karang sehingga semua bagian spikula menjadi rapuh dan hancur (Gambar 11). Selain itu, faktor yang menyebabkan matinya karang selama transplantasi adalah kompetisi ruang dengan alga dan rendahnya arus yang dihasilkan di kolam,membuat karang tidak bisa membersihkan dari tutupan alga sehingga menutupi bagian tubuh karang seperti tentakel dan membuatnya tidak bisa menangkap makanan.

Kemudian, faktor yang menyebabkan matinya karang di kolom yang terjadi pada minggu ke-3, 6, dan 10 tidak jauh berbeda dengan di dasar kolam serupa dengan penelitian yang dilakukan oleh Pramayudha (2010), namun tingkat stess yang terjadi pada fragmen karang di kolom lebih besar dibandingkan dengan

M 1 M 2 M 3 M 4 M 5 M 6 M 7 M 8 M 9 M 10 M 11 M 12

dasar 100 100 100 89 89 67 67 67 67 67 67 67

kolom 100 100 78 78 78 67 67 67 67 56 56 56

0 20 40 60 80 100 120

P

e

r

se

n

(

%


(36)

23

di dasar kolam sehingga tingkat kelangsungan hidup di kolom lebih rendah dibandingkan di dasar kolam.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Utama (2010), tingkat

kelangsungan hidup transplantasi karang lunak Sinularia dura pada bak terkontrol sebesar 100 %. Hasil ini berbeda dengan nilai yang didapat selama penelitian karena perbedaan ketahanan karang untuk beradaptasi terhadap lingkungan yang baru dan terjadinya kompetesi ruang pada awal hingga pertengahan bulan.

Sumber :Laboratorium Hidrobiologi Laut, ITK IPB

4.3. Penutupan Luka

Luka yang terdapat pada karang lunak berasal dari pemotongan indukan saat berada dari alam yang akan di bawa ke kolam. Kemudian, setelah

aklimatisasi di kolam, karang kembali dipotong sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan. Sebaiknya luka pada awal pemotongan diusahakan seminimal mungkin agar karang membutuhkan waktu yang relatif singkat untuk proses penyembuhan dibandingkan dengan luka yang besar karena waktu diperlukan untuk penutupan luka akan semakin lama.


(37)

Pada saat pengangkutan dari alam ke kolam, sebagian bentuk fragmen karang pada bagian lobus saling menempel dan tercium bau yang cukup menyengat (Manuputty, 1991). Selain itu, fragmen karang ada yang tidak dipotong pada bagian basal atau dalam kondisi masih menempel pada substrat dasarnya, hal ini bertujuan untuk mengurangi luka yang di dapat dan tingkat stress pada saat pengangkutan, selain itu penggunaan kabel ties yang terlalu keras pada saat transplantasi juga mempengaruhi proses penutupan luka, sebaiknya

penggunaan kabel ties tidak terlalu kencang dan tidak terlalu lemah sehingga fragmen tetap berada pada subtrat dan proses penutupan luka dapat berlangsung.

Salah satu ciri yang terjadi pada proses pentupan luka pada fragmen karang adalah keluarnya cairan jaringan tubuh dan diproduksinya lendir yang relatif banyak. Cairan yang keluar pada bagian luka karang bertujuan untuk melindungi luka dari bakteri atau predator. Hal ini serupa dengan pernyataan Nugroho (2008), pada pengamatan bulan pertama karang lunak yang

ditransplantasi mengeluarkan lendir dan warnanya pucat.

Menurut Sandy (2000), fragmen Sinularia dura yang ditransplantasi membutuhkan waktu selama tiga minggu untuk menempel pada substrat. Hal ini tidak jauh berbeda pada penutupan luka karang di kolam karena secara umum rata-rata waktu yang diperlukan untuk penutupan luka yang terdapat di kolom air dan didasar kolam tidak terlalu berbeda, yaitu selama satu bulan atau pada minggu ke-4. Hal ini dapat dilihat dari menutupnya luka potongan dan menempelnya bagian basal pada substrat (Gambar 12).


(38)

Sumber :Laboratorium G

4.4. Perkembangan

Antokodia dan ka lunak Sinularia dura. keluar, sedangkan kal kapitulum dan lobus ka karang baik pada kolom (1989) menyatakan ba aktif dalam mencari m pengamatan, dan juga membuat alga banyak m sehingga membuat pol penelitian yang dilakuka

Saat pengamat ditemukan oleh beber selama pengamatan (G (2010) yang menyebut

ium Hidrobiologi Laut, ITK IPB

Gambar 10. Penutupan luka karang lunak

gan polip Karang Lunak

dan kaliks merupakan bagian dari kemunculan pol a dura. Bagian antokodia terlihat dengan adanya tent

n kaliks merupakan lubang kecil seperti pori-pori pa obus karang lunak. Secara keseluruhan perkemban

kolom maupun dasar kolam tidak jauh berbeda. M n bahwa pada arus yang cukup deras, polip karan

i makan. Adanya kompetisi ruang dan alga sete uga rendahnya arus yang dihasilkan pada kolam s

ak menempel pada tubuh karang dan sulit mele polip karang lunak sulit berkembang. Hal ini se

kukan Pramayudha (2010).

atan, hanya kaliks berupa bulatan hitam saja ya berapa karang saja sedangkan untuk antokodia ti n (Gambar 13). Hasil ini serupa dengan peneliti

butkan bahwa walaupun terjadi sedimentasi sepe

25

n polip karang tentakel yang pori pada daerah

angan polip . Manuputty rang lunak lebih etelah satu bulan m sehingga elepaskannya ni serupa dengan

yang hanya a tidak ditemukan litian Utama seperti di alam,


(39)

namun kaliks yang terlihat pada transplantasi berupa bulatan hitam, hal ini terjadi karena selain laju sedimen yang tinggi, juga dapat disebabkan oleh organisme maupun benda asing yang tertahan saat hendak memasuki bagian dalam karang lunak.

Sumber :Laboratorium Hidrobiologi Laut, ITK IPB

4.5. Pertumbuhan Mutlak 4.5.1. Pertumbuhan Panjang

Panjang rata-rata fragmen karang lunak pada kolom air berkisar antara 3,6 ± 0,64 cm hingga 4,8 ± 0,74 cm (Lampiran 1). Nilai panjang terendah terdapat pada minggu ke-10 dan 11 dengan nilai 3,6 ± 0,64 cm, sedangkan nilai panjang tertinggi terdapat pada minggu ke-3 dengan nilai 4,8 ± 0,74 cm. Pertumbuhan rata-rata karang lunak pada dasar kolam berkisar antara 3,4 ± 0,75 cm hingga 4,5 ± 0,28 cm. Nilai panjang terendah terdapat pada minggu ke-10 dengan nilai 3,4 ± 0,75 cm, sedangkan nilai panjang tertinggi terdapat pada minggu ke-2 dengan nilai 4,5 ± 0,28 cm (Gambar 14).

Kaliks


(40)

27

Gambar 12. Panjang rata-rata fragmen karang lunak

Secara umum, hasil rata-rata pertumbuhan panjang fragmen karang lunak baik di kolom air maupun dasar kolam hingga akhir pengamatan mengalami penurunan dibandingkan pada saat pengamatan pertama. Hal ini serupa dengan penelitian yang dilakukan oleh Pramayudha (2010) dan Pratama (2010) bahwa mengkerutnya tubuh karang lunak disebabkan adanya kompetisi ruang dengan alga, selain itu rendahnya arus yang terdapat pada kolam membuat alga yang menempel pada fragmen karang sulit terlepas sehingga cahaya matahari yang masuk tidak bisa dimanfaatkan dengan maksimal dan membuat karang menjadi tidak dapat bertumbuh secara optimal.

4.5.2. Pertumbuhan lebar

Nilai lebar yang terdapat pada kolom air berkisar antara 3,03 ± 0,54 cm hingga 3,77 ± 0,62 cm. Nilai terendah terdapat pada minggu ke-10 dan 11 dengan nilai rata-rata 3,03 ± 0,54 cm, sedangkan nilai tertinggi terdapat pada minggu ke-3 dengan nilai 3,77 ± 0,62 cm. Nilai lebar yang terdapat pada dasar kolam berkisar antara 2,51 ± 0,51 cm hingga 3,43 ± 0,2 cm. Nilai terendah terdapat pada minggu

M 1 M 2 M 3 M 4 M 5 M 6 M 7 M 8 M 9 M 10 M 11 M 12

dasar 4.25 4.55 4.39 3.93 3.81 3.78 3.65 3.79 3.76 3.48 3.50 3.50

kolom 4.11 4.05 4.85 4.40 4.33 4.24 4.60 4.62 3.86 3.60 3.65 3.89 0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 P an jan g ( cm )


(41)

ke-7, 9, 10 dan 12 dengan nilai rata-rata 2,51 ± 0,51 cm, sedangkan nilai tertinggi terdapat pada minggu ke-3 dengan nilai 3,43 ± 0,2 cm.

Pertumbuhan lebar rata-rata fragmen karang lunak pada kolom air lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan lebar pada dasar kolam (Lampiran 2). Secara umum, hasil rata-rata pertumbuhan lebar fragmen lunak karang baik di kolom maupun dasar kolam hingga akhir pengamatan mengalami penurunan dibandingkan pada saat pengamatan pertama (Gambar 15).

Gambar 13. Lebar rata-rata fragmen karang lunak

Hakim et al. ( 2009) menyatakan bahwa perbedaan antara pertumbuhan panjang dan lebar disebabkan oleh adanya arus kolam yang searah dengan panjang karang lunak. Arus secara tidak langsung memberikan zat-zat yang dibutuhkan karang lunak untuk tumbuh. Zulfikar dalam Hakim et al. (2009) menyatakan bahwa laju pertumbuhan panjang pada karang lunak dapat tumbuh ke samping lebih leluasa dan tidak adanya persaingan dalam memperoleh makanan.

M 1 M 2 M 3 M 4 M 5 M 6 M 7 M 8 M 9 M 10 M 11 M 12

dasar 3.23 3.21 3.43 2.78 2.70 2.71 2.57 2.68 2.53 2.54 2.63 2.51 kolom 3.28 3.23 3.77 3.14 3.13 3.11 3.72 3.65 3.37 3.03 3.04 3.12

0.00 0.50 1.00 1.50 2.00 2.50 3.00 3.50 4.00 4.50

Le

b

ar

(

cm


(42)

29

4.5.3. Pertumbuhan luas

Secara umum, pertumbuhan luas fragmen lunak karang, baik di kolom air maupun dasar kolam menunjukan penurunan dibandingkan saat pengamatan pertama (Lampiran 3). Luas awal fragmen karang lunak yang tumbuh di kolom air adalah 8,09 ± 0,49 cm2,sedangkan luas fragmen di akhir pengamatan sebesar 6,99 ± 1,36 cm2. Niai awal luas pada dasar kolam adalah 8,91 ± 1,06 cm2 dan nilai akhir saat pengamatan sebesar 6,60 ± 1,57 cm2 (Gambar 16).

Gambar 14. Pertumbuhan luas fragmen karang lunak

Nilai luas yang terdapat pada kolom air berkisar antara 6,68 ± 1,25 cm2 hingga 10,39 ± 1,95 cm2. Nilai terendah terdapat pada minggu ke-10 dengan nilai rata-rata 6,68 ± 1,25 cm2, sedangkan nilai tertinggi terdapat pada minggu ke-3 dengan nilai 10,39 ± 1,95 cm2. Nilai luas yang terdapat pada dasar kolam berkisar antara 6,57 ± 1,58 cm2 hingga 9,14 ± 0,99 cm2. Nilai terendah terdapat pada minggu ke-10 dengan nilai rata-rata 6,57 ± 1,58 cm2, sedangkan nilai tertinggi terdapat pada minggu ke-3 dengan nilai 9,14 ± 0,99 cm2.

M 1 M 2 M 3 M 4 M 5 M 6 M 7 M 8 M 9 M 10 M 11 M 12

dasar 8.91 9.10 9.14 7.30 7.16 7.51 7.20 7.51 6.78 6.57 6.77 6.60 kolom 8.09 7.83 10.3 8.10 8.23 7.96 9.76 10.2 7.99 6.68 7.10 6.99

0.00 2.00 4.00 6.00 8.00 10.00 12.00

L

u

a

s

(c

m


(43)

Penurunan pertumbuhan luas fragmen karang lunak Sinularia dura dikarenakan faktor yang sama terhadap pertumbuhan panjang dan lebar. Hal ini sesuai dengan penelitian Hakim et al. (2009), Pramayudha (2010), dan Utama (2010) bahwa yang menyebabkan penurunan pada pertumbuhan karang lunak di kolam adalah adanya organisme atau benda asing dan kompetesi ruang dengan alga yang menempel pada tubuh karang lunak sehingga sulit mendapatkan makan, serta pergerakan arus yang tidak kuat sehingga terjadi penumpukan lendir dan mengganggu aktifitas polip dalam mendapatkan makanan.

Berdasarkan hasil analisis ragam (lampiran 4), dapar diketahui bahwa pertumbuhan panjang rata-rata fragmen karang lunak yaitu Fhit<Ftab (4,258<4,301) yang berarti terima HO, pertumbuhan lebar rata-rata fragmen karang lunak yaitu Fhit>ftab (17,989>4,301) yang berati tolak HO, sedangkan luas rata-rata frgmen karang lunak yaitu Fhit<Ftab (2,657<4,301). Hal ini menunjukan bahwa kedalaman memberikan pengaruh pertumbuhan lebar fragmen dan tidak memberikan

pengaruh terhadap pertumbuhan panjang dan luas fragmen karang lunak.

4.6. Laju Pertumbuhan

4.6.1. Laju pertumbuhan panjang

Perubahan laju pertumbuhan lebar fragmen karang lunak mengalami penurunan dan peningkatan (Gambar 17). Laju pertumbuhan lebar pada kolom air mengalami peningkatan dari -0,06 cm menjadi 0,24, sedangkan pada dasar kolam air mengalami penurunan dari nilai awal 0,03 menjadi 0.


(44)

31

Gambar 15. Laju pertumbuhan panjang fragmen karang lunak

Nilai tertinggi yang terdapat pada kolom air terjadi diantara minggu ke-2-3 dengan nilai 0,8 cm dan nilai terendah terjadi diantara minggu ke-8-9 dengan nilai -0,7 cm. Sedangakan, nilai tertinggi yang terdapat pada dasar kolam terjadi diantara minggu ke-1-2 dengan nilai 0,3 cm dan nilai terendah terjadi diantara minggu ke-3-4 dengan nilai -0,4 cm.

4.6.2. Laju pertumbuhan Lebar

Laju pertumbuhan panjang, perubahan laju pertumbuhan lebar fragmen karang lunak mengalami penurunan dan peningkatan (Gambar 18). Laju

pertumbuhan lebar pada kolom air mengalami peningkatan dari -0,04 cm menjadi 0,08 cm, sedangkan pada dasar kolam mengalami penurunan dari nilai awal -0,03 cm menjadi -0,12 cm.

M 1 M 2 M 3 M 4 M 5 M 6 M 7 M 8 M 9 M 10 M 11

dasar 0.30 -0.1 -0.4 -0.1 -0.0 -0.1 0.14 -0.0 -0.2 0.01 0.00 kolom -0.0 0.80 -0.4 -0.0 -0.0 0.36 0.02 -0.7 -0.2 0.06 0.24 -1.00 -0.80 -0.60 -0.40 -0.20 0.00 0.20 0.40 0.60 0.80 1.00 1.20 P an jan g ( cm )


(45)

Gambar 16. Laju pertumbuhan lebar fragmen karang lunak

Nilai tertinggi yang terdapat pada kolom air terjadi diantara minggu ke-2-3 dengan nilai 0,8 cm dan nilai terendah terjadi diantara minggu ke-8-9 dengan nilai -0,7 cm. Sedangkan, nilai tertinggi yang terdapat pada dasar kolam terjadi

diantara minggu ke-1-2 dengan nilai 0,3 cm dan nilai terendah terjadi diantara minggu ke-3-4 dengan nilai -0,4 cm.

4.6.3. Laju pertumbuhan Luas

Perubahan laju pertumbuhan luas fragmen karang lunak pada kolom air dan dasar kolam mengalami penurunan dan peningkatan (Gambar 19). Laju pertumbuhan lebar pada kolom air mengalami peningkatan dari -0,26 cm menjadi 0,11cm, sedangkan pada dasar kolam mengalami penurunan dari nilai awal 0,19 menjadi -0,17 cm.

M 1 M 2 M 3 M 4 M 5 M 6 M 7 M 8 M 9 M 10 M 11

dasar -0.0 0.23 -0.6 -0.0 0.01 -0.1 0.10 -0.1 0.00 0.09 -0.1 kolom -0.0 0.53 -0.6 -0.0 -0.0 0.61 -0.0 -0.2 -0.3 0.01 0.08 -0.80

-0.60 -0.40 -0.20 0.00 0.20 0.40 0.60 0.80

Le

b

ar

(

cm


(46)

33

Gambar 17. Laju pertumbuhan luas fragmen karang lunak

Nilai tertinggi yang terdapat pada kolom air terjadi diantara minggu ke-2-3 dengan nilai 2,56 cm2 dan nilai terendah terjadi diantara minggu ke-3-4 dengan nilai -2,30 cm2. Sedangkan, nilai tertinggi yang terdapat pada dasar kolam terjadi diantara minggu ke-5-6 dengan nilai sekitar 0,35 cm2 dan nilai terendah terjadi diantara minggu ke-3-4 dengan nilai -1,84 cm2.

Salah satu faktor yang mempengaruhi turunnya nilai laju pertumbuhan pada fragmen karang adalah adanya kompetesi ruang dengan alga sehingga menggangu pertumbuhan karang lunak. Alga tersebut menutupi tubuh karang lunak dan membuat karang lunak tidak dapat mengeluarkan polipnya dan melakukan fotosintesis sehingga membuat karang lunak menjadi mengkerut dan dapat menimbulkan kematian. Hal ini serupa dengan Pramuyudha (2010) dan Pratama (2010). Selain itu menurut Haris et al,. (2006), pertumbuhan banyak yang negatif diakibatkan selama pemeliharaan jaringan fragmen karang lunak

M 1 M 2 M 3 M 4 M 5 M 6 M 7 M 8 M 9 M 10 M 11

dasar 0.19 0.04 -1.8 -0.1 0.35 -0.3 0.31 -0.7 -0.2 0.20 -0.1 kolom -0.2 2.56 -2.3 0.13 -0.2 1.80 0.52 -2.2 -1.3 0.43 -0.1 -4.00

-3.00 -2.00 -1.00 0.00 1.00 2.00 3.00 4.00

Lu

as

(

cm

2


(47)

banyak yang mati akibat terserang mikroba patogen, dan terputusnya kapitulum akibat terlilit oleh alga berfilamen.

Hal ini dapat dilihat pada ketiga gambar diatas bahwa bahwa laju pertumbuhan pada dasar kolam yang secara umum mengalami penurunan laju pertumbuhan dari awal pengamatan hingga akhir pengamatan. Selain faktor kompetisi ruang dengan alga, rendahnya arus yang dihasilkan juga mempengaruhi pertumbuhan karang untuk melepaskan lendir sehingga fragmen karang sulit untuk berfotosintesis.

Berbeda dengan laju pertumbuhan fragmen karang pada dasar kolam, nilai laju pertumbuhan pada kolom air mengalami peningkatan. Ini dapat dilihat pada ketiga gambar diatas bahwa laju pertumbuhan tertinggi terjadi pada minggu ke-2-3. Pada minggu ini, fragmen karang sudah mengalami proses penutupan luka dan sudah dapat untuk beradaptasi sehingga pertumbuhan karang dapat berlangsung. Selain itu, pada minggu ini juga alga yang tumbuh masih sedikit sehingga belum terjadi kompetesi ruang dengan alga tersebut dan fragmen karang pada kolom memiliki arus yang lebih kuat di bandingkan dengan dasar kolam yang berasal dari permukaan kolam sehingga dapat membantu karang terlepas untuk

melakukan fotosintesis.

Menurut Manuputty (1989), adanya arus yang deras, polip karang lunak lebih aktif dalam mencari makan dan Menurut Sprung and Delbek dalam Sandy (2000), pergerakan air yang kuat membuang mucus yang keluar dan mengurangi infeksi bakteri. Mucus ini dapat membuat fragmen mati lemas karena mengisolasi fragmen dari air sehingga mencegah pertukaran gas.


(48)

35

5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Tingkat kelangsungan hidup karang lunak di dasar kolam dan di kolom air tidak jauh berbeda, hal ini disebabkan kemampuan karang lunak masih terbatas untuk beradaptasi pada lingkungan yang baru. Selain itu, adanya kompetisi ruang dengan alga dan rendahnya arus yang dihasilkan dari pompa yang dipasang membuat tubuh karang tertutup oleh alga sehingga karang lunak sulit untuk mendapatkan makanan, kemudian mengkerut, dan mengalami kematian.

Pertumbuhan mutlak dan laju pertumbuhan fragmen karang lunak untuk parameter panjang, lebar, dan luas di kolom air lebih besar dibandingkan dengan pertumbuhan dibagian dasar kolam. Hal ini disebabkan oleh perbedaan arus yang terdapat pada kolom air lebih besar dibandingkan dengan di dasar kolam karena mendapat tambahan arus permukaan yang dihasilkan oleh pompa.

5.2. Saran

Perlu ada penelitian lebih lanjut yang berhubungan dengan kecepatan arus yang berbeda dan pemberian pakan untuk pertumbuhan karang lunak.


(49)

36

DAFTAR PUSTAKA

Chao NJ, Liu CX, Rooney B. 2006. Sinularianin a dan b, novel sesquiterpenoid from the formosan soft coral Sinularian sp. Tetrahedron Letter 47: 5889-5891

Colin, L.P. and C. Arneson. 1995. Tropical Pacific Invertebrates : A Field Guide to the Marine Invertebrates Occuring on Tropical Coral Reefs, Seagrass Beds, and Mangroves. Coral Reef Press. California. vii + 290 h.

Efendi, H. 2003. Telaah kualitas air bagi pengeloaan sumber daya dan lingkungan perairan. Kanisius. Jakarta.

Ellis, S. dan L. Sharron. 1999. The Culture of Soft Corals (Order: Alcyonacea) for the Marine Aquarium Trade. CTSA Publication No.137. California. 77 h. Fabricius, K. and P. Aldersade. 2001. Soft Coral And Sea Fans: A Comprehensive Guide to Tropical Shallow-Water Genera of the Central-West Pacific, the Indian Ocean and The Red Sea. Hal 1-33 Institut of Marine Sciene. Townsville. viii + 264 h.

Hakim, Mochammad L, D. Soedharma, dan B. Subhan. 2009. Perkembangan dan pertumbuhan transplantasi karangLunak jenis sarcophyton crassocaule di kepulauan seribu Dki jakarta tahun 2008 – 2009. h 141-150. Prosiding Pertemuan Ilmiah VI ISOI 2009, 16-17 November 2009. Ikatan Sarjana Oseanologi Indonesia. Jakarta. viii + 553 h.

Haris, A, C. Rani, dan M.Hatta. 2006. Studi Reproduksi Karang Lunak Sinularia flexibilis Quoy & Gaimard (Octocorallia : Alcyonacea) di Pulau Barang Lompo Kepulauan Spermonde, Sulawesi Selatan. Laporan Penelitian Hibah Bersaing. Universitas Hasanudin. Makasar.

Khalesi M. K. 2008. Ex Situ Cultivation of the Soft Coral Sinularia flexibilis for Biotechnological Exploitation. Ph.D. Thesis. Wageningen University, the Netherlands. 129 h

Manuputty, A.E.W. 1986. Karang Lunak Salah Satu Penyusun Terumbu Karang. Oseana, vol. XI, Nomor 4: 131-141. Puslitbang-Oseanologi-LIPI, Jakarta. Manuputty, A.E.W. 1989. Spikula Pada Karang Lunak Marga Sinularia

(Octocorallia, Alcyonacea). Oseana Vol XIV, (1): 11-18

Manuputty, A.E.W. 1991. Senyawa Terpen dalam Karang Lunak (Octocorallia : Alcyonecea). Oseana Vol XV(2): 77-84

Manuputty, A.E.W. 2002. Karang Lunak (Soft Coral) Perairan Indonesia (Buku I, Laut Jawa dan Selat Sunda). Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Jakarta. 91 h.


(50)

37

Mattjik, A.A. dan M. Sumertajaya. 2006. Perancangan Percobaan dengan Aplikasi SAS dan Minitab, Jilid 1 edisi ketiga”. IPB Press. Bogor. ix+276h.

Nybakken J. W. 1992. Biologi Laut.: Suatu Pendekatan Ekologi. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Nugroho, S.C. 2008. Tingkat Kelangsungan Hidup dan Laju Pertumbuhan Transplantasi Karang Lunak Sinularia sp dan Lobophytum strictum di Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu, Jakarta. Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor. Bogor. xiv + 61 h.

Pramayudha, M.R. 2010. Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Transplantasi Softcoral (Octocorallis : Alcyonacea) Lobophytum strictum di Pulau Pramuka, Kepulaun Seribu. Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Pratama, J. 2005. Tingkat Kelangsungan Hidup dan Laju Pertumbuhan Karang Pocillopora, dan Heliopora dalam Transplantasi Karang di Pulau Pari, Kepulauan Seribu. Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. xiv + 80 h.

Priyatmoko, W. 2008. Aktivitas Antibakteri Karang lunak Hasil Transplantasi (Sinularia sp.) Pada dua Kedalaman Berbeda di Perairan Pulau Pramuka Kepulauan Seribu, DKI Jakarta. Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor. Bogor

Soedharma D dan D. Arafat. 2007. Perkembangan Transplantasi Karang di Indonesia. h.1-7. In Soedharma D, Rahardjo M. F., Sri Eko Susilawati, S.E., dan Arafat, D. Prosiding Seminar Transplantasi Karang. Bogor, 8 September 2005. Pusat Penelitian Lingkungan Hidup -IPB dan Fisheries Diving Club Institut Pertanian Bogor. Bogor. iv + 54 h.

Sandy, R.E. 2000. Penempelan Fragmen Buatan Sinularia sp. Pada Substrat Pecahan Karang. Tesis. Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. xiv + 67h.

Tuti, Y.I dan S. Soemodihardjo. (Ed.). 2006. Pemantauan dan Evaluasi Tiga Dasawarsa Ekosistem Terumbu Karang di Kepulauan Seribu. Hal 59-69. LIPI Press. Jakarta.

Utama, N.A.B. 2010. Pertumbuhan Transplantasi Karang Lunak (Sinularia dura) di Alam dan Bak Terkontrol. Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor. Bogor. xiv + 76 h.

Yustina, A dan Darmawati. 2003. Daya tetas dan Laju Pertumbuhan Larva Ikan Hias Betta splendens di Habitat Buatan. Jurnal Natur Indonesia 5 (2) : 129-132


(51)

38


(52)

38 Lampiran 1. Ukuran panjang fragmen karang lunak

a. Ukuran panjang fragmen karang lunak pada dasar kolam

Fragmen Minggu ke -

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1 5,78 5,77 5,89 5,73 5,8 6,16 5,8 6,14 5,83 5,58 5,46 5,51

2 4,59 4,64 3,82 - - - -

3 3,19 3,3 3,21 3,56 3,06 - - - -

4 5,29 5,3 4,84 5,18 5,29 - - - -

5 3,97 4,43 4,07 3,84 3,75 4,08 3,5 3,65 3,58 3,05 3,42 3,2

6 3,87 4,04 4,1 4 3,89 3,73 3,69 4,76 4,28 3,64 3,61 3,61

8 3,48 5,55 5,82 5,42 5,4 5,27 5,56 5,14 5,49 5,52 4,99 5,31

21 3,13 4,1 3,66 3,46 3,06 3,02 2,97 2,72 3,1 2,54 2,91 2,89


(53)

39 b. Ukuran panjang fragmen karang lunak pada dasar kolam

Fragmen Minggu ke -

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

4 5,29 5,3 4,84 5,18 5,29 - - - -

7 4,59 4,75 5,01 4,89 4,61 5,12 5,34 4,49 3,1 3,05 2,68 2,93

22 3,26 2,92 - - - -

23 4,56 3,36 4,35 4,24 4,17 4,24 4,14 4,58 4,49 4,53 4,83 4,38

24 3,72 4,17 4,07 3,84 3,75 3,71 3,93 4,13 3,03 2,95 2,73 3,31

25 3,27 4,79 6,25 4,7 4,74 4,51 5,65 6,36 5,25 3,82 4,17 4,97

26 3,49 3,26 4,32 3,78 3,47 3,89 4,26 4,22 4,1 3,64 3,86 3,86

27 4,83 3,3 - - - -


(54)

40 Lampiran 2. Ukuran lebar fragmen karang lunak

a. Ukuran lebar fragmen karang lunak pada dasar kolam

Fragmen Minggu ke -

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1 3,4 3,44 3,72 3,52 3,72 4,03 3,79 4,68 3,77 3,69 3,45 3,87

2 3,62 3,79 2,81

3 3,14 3,25 3,14 2,94 2,76

4 2,71 3 4,39 2,49 2,88

5 2,85 3,26 3,91 3,03 2,96 3,2 2,52 2,86 3,21 2,56 2,78 2,22

6 3,42 3,22 3,37 3,56 3,26 2,65 3,64 3,12 2,75 3,14 2,84 2,84

8 2,75 2,93 2,85 3,51 3,47 4,02 3,14 2,95 2,73 3,29 4,03 3,1

21 2,68 2,75 2,68 3,24 2,48 2,29 2,32 2,22 2,66 2,37 2,55 2,75


(55)

41 b. Ukuran lebar fragmen pada kolom air

Fragmen Minggu ke -

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

4 2,71 3 4,39 2,49 2,88 - - - -

7 4,53 3,84 3,11 2,69 2,7 2,82 2,96 2,96 2,46 2,46 2,56 2,35

22 2,8 2,71 - - - -

23 4,44 2,66 2,51 2,39 2,45 2,95 2,97 2,9 3,4 3,08 2,91 2,83

24 3,68 3,63 3,06 3,45 3,48 3,07 3,81 3,33 2,97 2,81 2,51 2,88

25 3,1 3,73 5,26 4,03 4,3 3,39 4,97 5,29 4,41 3,24 3,67 3,85

26 3 3,22 4,21 3,25 3,16 3,58 3,67 3,8 4,04 3,57 3,55 3,71

27 2,48 2,94 - - - -


(56)

42 Lampiran 3. Ukuran luas fragmen karang karang lunak

a. Ukuran luas fragmen karang lunak pada dasar kolam

Fragmen Minggu ke -

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1 14,37 14,62 16,02 13,99 15,11 15,74 15,26 17,11 13,92 13,92 14,28 14,17

2 11 10,45 6,86 - - - -

3 7,22 7,55 7,34 7,22 5,94 - - - -

4 10,35 10,03 10,01 8,86 9,21 - - - -

5 7,63 9,19 9,66 7,15 7,05 7,94 6,32 6,87 7,23 5,01 5,96 5,38

6 7,4 7,98 8,43 7,2 6,61 6,92 7,49 8,08 6,48 6,89 6,53 6,37

8 5,37 9,61 10,26 8,76 9 9,56 9,75 8,66 8,67 9,21 9,44 9,1

21 4,88 5,7 5,88 5,88 4,44 4,85 4,69 3,96 4,39 4,01 4,1 4,82


(57)

43 b. Ukuran luas fragmen karang lunak pada kolom air

Fragmen Minggu ke -

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

4 10,35 10,03 10,01 8,86 9,21 - - - -

7 9,96 9,06 8,91 8,44 7,81 7,73 8,07 7,19 4,74 4,77 3,82 4,45

22 6,49 4,93 - - - -

23 7,94 6,33 6,98 6,55 6,94 7,21 7,13 7,37 7,13 7,13 7,94 6,43

24 8,94 7,27 5,59 6,3 6,46 6,17 7,54 6,67 4,89 4,74 4,68 4,86

25 6,72 10,17 18,5 10,9 12,01 10,34 15,47 20,8 14,51 8,84 10,45 10,11

26 6,93 6,88 10,37 6,8 7,2 8,8 10,85 10,91 10,34 7,91 8,63 9,1

27 8,8 6,47 - - - -


(58)

44

Lampiran 4. Analisis ragam (ANOVA) Hipotesis :

Ho = Kedalaman tidak memberikan pengaruh terhadap fragmen karang lunak H1= Minimal terdapat satu perbedaan nilai ukuran fragmen karang lunak

sebagai pengaruh nilai kedalaman a. Hasil analisis panjang

Anova: Single Factor

SUMMARY

Groups Count Sum Average Variance

Column 1 12 46,39492 3,866243 0,125773

Column 2 12 50,19017 4,182515 0,156107

ANOVA

Source of Variation SS df MS F P-value F crit

Between Groups 0,600165 1 0,600165 4,258 0,051053 4,301

Within Groups 3,100683 22 0,14094

Total 3,700847 23

b. Hasil analisis lebar

Anova: Single Factor SUMMARY

Groups Count Sum Average Variance

Column 1 12 33,52349 2,793624 0,099156

Column 2 12 39,59552 3,299627 0,071637

ANOVA

Source of

Variation SS df MS F P-value F crit

Between Groups 1,536232 1 1,536232 17,989 0,000335 4,301

Within Groups 1,878723 22 0,085


(59)

c. Hasil analisis luas

Anova: Single Factor SUMMARY

Groups Count Sum Average Variance

Column 1 12 90,56762 7,547302 0,925076

Column 2 12 99,39716 8,283097 1,520163

ANOVA

Source of

Variation SS df MS F P-value F crit

Between Groups 3,248365 1 3,248365 2,657 0,117338 4,301

Within Groups 26,89763 22 1,222619


(60)

46

Lampiran 5. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup tentang baku mutu kualitas air untuk biota laut No. 51 Tahun 2004

No Parameter Satuan Baku mutu

Fisika

1 Kecerahan a m

Coral: >5 Mangrove: -

Lamun: >3

2 Kebauan -

3 Kekeruhan NTU

4 Padatan tersuspensi total mg/l

Coral: 20 Mangrove: 80

Lamun: 20

5 Sampah - -

6 Suhu c oC

Alami Coral: 28-30 Mangrove: 28-32

Lamun: 28-30

7 Lapisan minyak - nihil

Kimia

1 pH d - 7-8,5

2 Salinitas

Alami Coral: 33-34 Mangrove: 34 Lamun: 33-34

3 Oksigen terlarut mg/l >5

4 BOD5 mg/l 20

1. Nihil adalah tidak terdeteksi dengan batas deteksi alat yang digunakan (sesuai dengan metode yang digunakan).

2. Metode analisa mengacu pada metode analisa untuk air laut yang telah ada, baik internasional maupun nasional.

3. Alami adalah kondisi normal suatu lingkungan, bervariasi setiap saat (siang, malam, dan musiman).

4. Pengamatan oleh manusia (visual ).

a. Diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan <10% kedalaman euphotic b. Diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan <10% konsentrasi rata-rata

musiman

c. Diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan <2oC dari suhu alami d. Diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan <0,2 satuan pH

e. Diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan <5% salinitas rata-rata musiman


(61)

Lampiran 6. Pertumbuha

Oktober

November

Desember

buhan fragmen karang lunak

b. Kol


(62)

48

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Depok pada tanggal 17 April 1988 dari pasangan Bapak Edy Suryadi dan Ibu Nanie Santioso sebagai anak pertama dari tiga bersaudara. Pada tahun 2006 penulis menyelesaikan pendidikan di SMA Negeri 2 Depok. Penulis melanjutkan studi di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) Program Studi Ilmu dan Teknologi Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan pada tahun 2007.

Selama kuliah di IPB, penulis aktif di berbagai kegiatan kemahasiswaan, diantaranya Music AgricultureX-pression (MAX!!) tahun 2006-2007, Keluarga Mahaiswa Katolik (KEMAKI) tahun 2007-2008, Himpunan Mahasiswa Ilmu dan Teknologi Kelautan (HIMITEKA) tahun 2008-2009, TIM PENDAMPING IPB tahun 2007-2011, dan Fisheries Diving Club (FDC) IPB pada tahun 2007-2011. Penulis juga aktif menjadi koordinator asisten praktikum mata kuliah Biologi Laut tahun 2007-2008, dan Asisten Pendidikan Agama Katolik tahun 2007-2011.

Selain itu, penulis juga turut serta kegiatan Ekspedisi Takabonarate 2, Sulawesi Selatan tahun 2010, pengambilan data ekosistem terumbu karang dengan KKP KP3K di Pulau Battoa (Sulawesi Barat), Pulau Karimun Jawa (Jawa

Tengah) tahun 2010, dan kegiatan penelitian FDC IPB dalam Ekspedisi Zooxanthellae XI di Halmahera Selatan (Maluku Utara) tahun 2011.

Dalam rangka menyelesaikan studi dan memperoleh gelar Sarjan Ilmu Kelautan di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, penulis menulis skripsi dengan judul “Pertumbuhan Karang Lunak Sinularia dura Hasil Transplantasi Pada Sistem Resirkulasi”.


(1)

43 b. Ukuran luas fragmen karang lunak pada kolom air

Fragmen Minggu ke -

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

4 10,35 10,03 10,01 8,86 9,21 - - - -

7 9,96 9,06 8,91 8,44 7,81 7,73 8,07 7,19 4,74 4,77 3,82 4,45

22 6,49 4,93 - - - -

23 7,94 6,33 6,98 6,55 6,94 7,21 7,13 7,37 7,13 7,13 7,94 6,43

24 8,94 7,27 5,59 6,3 6,46 6,17 7,54 6,67 4,89 4,74 4,68 4,86

25 6,72 10,17 18,5 10,9 12,01 10,34 15,47 20,8 14,51 8,84 10,45 10,11

26 6,93 6,88 10,37 6,8 7,2 8,8 10,85 10,91 10,34 7,91 8,63 9,1

27 8,8 6,47 - - - -


(2)

Lampiran 4. Analisis ragam (ANOVA) Hipotesis :

Ho = Kedalaman tidak memberikan pengaruh terhadap fragmen karang lunak H1= Minimal terdapat satu perbedaan nilai ukuran fragmen karang lunak

sebagai pengaruh nilai kedalaman a. Hasil analisis panjang

Anova: Single Factor

SUMMARY

Groups Count Sum Average Variance

Column 1 12 46,39492 3,866243 0,125773

Column 2 12 50,19017 4,182515 0,156107

ANOVA

Source of Variation SS df MS F P-value F crit

Between Groups 0,600165 1 0,600165 4,258 0,051053 4,301

Within Groups 3,100683 22 0,14094

Total 3,700847 23

b. Hasil analisis lebar

Anova: Single Factor SUMMARY

Groups Count Sum Average Variance

Column 1 12 33,52349 2,793624 0,099156

Column 2 12 39,59552 3,299627 0,071637

ANOVA Source of

Variation SS df MS F P-value F crit

Between Groups 1,536232 1 1,536232 17,989 0,000335 4,301

Within Groups 1,878723 22 0,085


(3)

c. Hasil analisis luas

Anova: Single Factor SUMMARY

Groups Count Sum Average Variance

Column 1 12 90,56762 7,547302 0,925076

Column 2 12 99,39716 8,283097 1,520163

ANOVA Source of

Variation SS df MS F P-value F crit

Between Groups 3,248365 1 3,248365 2,657 0,117338 4,301

Within Groups 26,89763 22 1,222619


(4)

Lampiran 5. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup tentang baku mutu kualitas air untuk biota laut No. 51 Tahun 2004

No Parameter Satuan Baku mutu

Fisika

1 Kecerahan a m

Coral: >5 Mangrove: -

Lamun: >3

2 Kebauan -

3 Kekeruhan NTU

4 Padatan tersuspensi total mg/l

Coral: 20 Mangrove: 80

Lamun: 20

5 Sampah - -

6 Suhu c oC

Alami Coral: 28-30 Mangrove: 28-32

Lamun: 28-30

7 Lapisan minyak - nihil

Kimia

1 pH d - 7-8,5

2 Salinitas

Alami Coral: 33-34 Mangrove: 34 Lamun: 33-34

3 Oksigen terlarut mg/l >5

4 BOD5 mg/l 20

1. Nihil adalah tidak terdeteksi dengan batas deteksi alat yang digunakan (sesuai dengan metode yang digunakan).

2. Metode analisa mengacu pada metode analisa untuk air laut yang telah ada, baik internasional maupun nasional.

3. Alami adalah kondisi normal suatu lingkungan, bervariasi setiap saat (siang, malam, dan musiman).

4. Pengamatan oleh manusia (visual ).

a. Diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan <10% kedalaman euphotic

b. Diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan <10% konsentrasi rata-rata musiman

c. Diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan <2oC dari suhu alami d. Diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan <0,2 satuan pH

e. Diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan <5% salinitas rata-rata musiman


(5)

Lampiran 6. Pertumbuha

Oktober

November

Desember

buhan fragmen karang lunak

b. Kol


(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Depok pada tanggal 17 April 1988 dari pasangan Bapak Edy Suryadi dan Ibu Nanie Santioso sebagai anak pertama dari tiga bersaudara. Pada tahun 2006 penulis menyelesaikan pendidikan di SMA Negeri 2 Depok. Penulis melanjutkan studi di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) Program Studi Ilmu dan Teknologi Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan pada tahun 2007.

Selama kuliah di IPB, penulis aktif di berbagai kegiatan kemahasiswaan, diantaranya Music AgricultureX-pression (MAX!!) tahun 2006-2007, Keluarga Mahaiswa Katolik (KEMAKI) tahun 2007-2008, Himpunan Mahasiswa Ilmu dan Teknologi Kelautan (HIMITEKA) tahun 2008-2009, TIM PENDAMPING IPB tahun 2007-2011, dan Fisheries Diving Club (FDC) IPB pada tahun 2007-2011. Penulis juga aktif menjadi koordinator asisten praktikum mata kuliah Biologi Laut tahun 2007-2008, dan Asisten Pendidikan Agama Katolik tahun 2007-2011.

Selain itu, penulis juga turut serta kegiatan Ekspedisi Takabonarate 2, Sulawesi Selatan tahun 2010, pengambilan data ekosistem terumbu karang dengan KKP KP3K di Pulau Battoa (Sulawesi Barat), Pulau Karimun Jawa (Jawa

Tengah) tahun 2010, dan kegiatan penelitian FDC IPB dalam Ekspedisi Zooxanthellae XI di Halmahera Selatan (Maluku Utara) tahun 2011.

Dalam rangka menyelesaikan studi dan memperoleh gelar Sarjan Ilmu Kelautan di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, penulis menulis skripsi dengan judul “Pertumbuhan Karang Lunak Sinularia dura Hasil Transplantasi Pada Sistem Resirkulasi”.