BAB IV KENDALA DALAM PENERBITAN AKTA
KEMATIAN DI KOTA MEDAN
A. Kendala dalam Penerbitan Akta Kematian oleh Dinas Kependudukan
dan Pencatatan Sipil Kota Medan
Peristiwa penting dalam hidup seseorang dalam pengertian hukum harus dicatat Negara, misalnya kelahiran, perkawinan, perceraian, ganti nama,
pengakuan anak, adopsi dan kematian. Hal ini penting karena menimbulkan akibat hukum diantaranya pewarisan. Selama ini pelaksanaan pencatatan yang dilakukan
lembaga catatan sipil, masih menggunakan dasar hukum peninggalan pemerintah colonial Belanda. Karena itu dalam setiap akta kelahiran seseorang
Indonesia,entah warga Negara Indonesia atau orang asing, peraturan pemerintah kolonial itu dinyatakan sebagai dasar hukumnya. Akhir tahun 2006 pemerintah
Indonesia menerbitkan sekaligus memberlakukan Undang-Undang Nomor 24 tahun 2014 tentang Administrasi Kependudukan yang dikenal dengan istilah
Undang-undang Administrasi Kependudukan Adminduk, yang berarti peraturan produk pemerintah kolonial tersebut diperbaharui.
Pasal 106 dari Undang-undang Adminduk tersebut menyebutkan, “Pada saat Undang-undang ini mulai berlaku :
a. Buku Kesatu Bab Kedua Bagian Kedua dan Bab Ketiga Kitab Undang-
Undang Hukum Perdata Burgerlijke Wetboek voor Indonesie, Staatsblad 1847:23;
b. Peraturan Pencatatan Sipil untuk Golongan Eropa Reglement op het Holden
der Registers van den Burgerlijken Stand vooreuropeanen, Staatsblad 1849:25 sebagaimana telah diubah terakhir dengan Staatsblad 1946:1361;
c. Peraturan Pencatatan Sipil untuk Golongan Cina Bepalingen voor Geheel
IndonesieBetreffende het Burgerlijken Handelsrecht van de Chinezean. Staatsblad 1917:129 jo.Staatsblad 1939:288 sebagaimana diubah terakhir
dengan Staatsblad 1946:136; d.
Peraturan Pencatatan Sipil untuk Golongan Indonesia Reglement op het Holden van de Registers van denBurgerlijken Stand Door Eenigle Groepen
v.d. nit tot de Onderhoringer van een Zelfbestuur, behoorende Ind. Bevolking van Java en Madura, Staatsblad 1927:564;
e. Peraturan Pencatatan Sipil untuk Golongan Kristen Indonesia
Huwelijksordonantie voor Christenen indonesiers Java, Minahasa en Amboiena, Staatsblad 1933:74 jo.Staatsblad 1936:607 sebagaimana diubah
terakhir dengan Staatsblad 1939:288; f.
Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1961 tentang Perubahan atau Penambahan Nama Keluarga Lembaran Negara Tahun 1961 Nomor 15, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 2154; dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. Pencatatan sipil sebagai salah satu kegiatan pemerintah dibidang
administrasi kependudukan yang meliputi pencatatan peristiwa penting untuk menuju kepastian hukum dan tertibnya administrasi kependudukan adalah sebagai
cerminan tanggung jawab pemerintah terhadap warga negaranya dalam hal
perwujudan dan perlindungan hak asasi manusia.
26
Tahun 2014 dalam Pasal 44. Pelaksanaan dari pencatatan
akta kematian di Kota Medan dilaksanakan oleh satu instansi yaitu Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil. Setiap kematian wajib dilaporkan oleh
keluarganya atau yang mewakili kepada instansi pelaksana paling lambat 30 hari sejak tanggal kematian. Hal tersebut jelas diatur dalam Undang-undang Nomor 24
Pelaksanaan pencatatan sipil khususnya akta kematian oleh warga Kota Medan masih sangat jauh dari apa yang diharapkan, sangat berbeda dengan
pelaksanaan pencatatan akta kelahiran yang sudah cukup tinggi, dapat dilihat dari tingginya minat warga Kota Medan untuk membuat akta kelahiran karena untuk
mengurus apapun saat ini memerlukan akta kelahiran, tetapi untuk pelaksanaan untuk peristiwa kematian masih sangat jarang sekali.
Proses pelaksanaan tugas administrasi kependudukan dalam penerbitan dokumen kependudukan oleh pemerintah pusat ada beberapa hal yang belum
mampu dilaksanakan. Hal tersebut dapat dilihat dari kurangnya petunjuk dan pemahaman yang ada pada unit pelaksana teknis dinas pada tingkat kabupaten,
maupun secara langsung pada pada pelaksana pada tingkat kecamatan, kelurahan, serta tidak jalannya proses sosialisasi dan pemberian bimbingan kepada
komponen yang terlibat dalam pelaksanaan administrasi kependudukan dalam penerbitan dokumen kependudukan.
Pelaksanaan administrasi kependudukan khususnya dalam Penerbitan Akta Kematian oleh Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Medan secara
26
A.Rasyid Saleh, hal 1
umum dapat dikatakan masih belum sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan dalam Undang-undang Nomor 24 Tahun 2014 Tentang Administrasi
Kependudukan, hal ini disebabkan tidak adanya proses sosialisasi secara menyeluruh antara pemerintah pusat dengan pelaksana secara langsung dalam
adaministrasi kependudukan tersebut Pelaksanaan administrasi kependudukan pencatatan akta kematian ini di
Kota Medan mengalami beberapa kendala yang dihadapi oleh pemerintah antara lain :
27
1. Aspek Landasan Hukum
Pemerintah dalam melaksanakan proses pelayanan public dalam penerbitan dokumen kependudukan sangat lamban dalam merespon berbagai
perkembangan yang terjadi. Pelaksanaan pelayanan publik dalam penerbitan dokumen kependudukan didasarkan pada Undang-undang nomor 24 Tahun 2014
Tentang administrasi Kependudukan belum dilaksanakan. Hal ini dapat dilihat ketika Kota Medan telah menetapkan peraturan daerah tentang pelaksanaan
administrasi kependudukan, tentu saja ini membuat pelaksana yang ada di Dinas Kependudukan dan Pencatataan Sipil ataupun yang ada di Kecamatan, Kelurahan
dan Desa sudah memiliki pedoman. Akan tetapi mereka belum bisa bekerja sesuai dengan aturan yang telah dibuat karena masih banyaknya kesalahan yang sering
terjadi dilapangan.
27
Wawancara dengan OK. Zulfi, selaku Kepala Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Medan, tanggal 3 Agustus 2015.
2. Aspek Kelembagaan dan sumber Daya Manusia SDM
Pelaksanaan administrasi kependudukan yang ada di tingkat kabuapatenkota belum didukung oleh perkembangan struktur kelembagaan. Pada
tingkat tersebut tidak ada lembaga atau organisasi yang konsen dalam menyuarakan persoalan pelaksanaan administrasi kependudukan. Pertumbuhan
kelembagaan ini diharapkan dapat menjadi kontrol pemerintah dalam melaksanakan administrasi kependudukan.
3. Tidak tepat nya sasaran dan tujuan dari sosialisasi yang dilakukan oleh Dinas
Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Medan kepada setiap perwakilan dari RT dan RW di masing-masing kecamatan yang ada di Kota Medan karena
tidak ada upaya lanjutan yang dilakukan oleh perwakilan RT dan RW masing- masing Kecamatan untuk di sosialisasikan lebih lanjut kepada warganya.
4. Kesadaran masyarakat, Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan
informan, bahwa kebanyakan dari Sumber data dari Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Medan, Januari sampai Desember 2014 masyarakat
mengaku tidak mengetahui secara pasti apa manfaat dan fungsi dari akta kematian dalam kehidupan mereka. sehingga tingkat kesadaran masyarakat
untuk membuat akta kematian pun menjadi sangat rendah. 5.
Adanya perantara dalam Pembuatan Akta kematian. Keberadaan perantara atau orang yang dikuasakan untuk mengurus akta kematian sebenarnya
bukanlah suatu hal yang negatif, namun perantara dapat menjadi masalah apabila ia tidak melaksanakannya sesuai dengan ketentuan yang ada,
misalnya, banyak orang yang tidak mengetahui bahwa sebenarnya pembuatan akta kematian.
6. Tidak lengkapnya dokumen yang dibawa oleh si pemohon.
Untuk dapat membuat akta kematian, maka pemohon harus datang ke Kantor Catatan Sipil dengan membawa persyaratan lengkap, agar akta dapat
segera dibuatkan. Apabila ternyata pemohon tidak membawa kelengkapan, pemohon harus kembali dan datang lagi dengan persyaratan lengkap.
7. Ketidaksesuaian antara dokumen yang satu dengan dokumen yang lain. Hal ini
sering terjadi, terutama oleh pemohon.
B. Upaya dalam mengatasi Kendala dalam Penerbitan Akta Kematian oleh