dalam Pasal 44 ayat 1 Undang-undang Nomor 24 Tahun 2014 tentang Administrasi Kependudukan yang berbunyi : “Setiap kematian wajib dilaporkan
oleh ketua rukun tetangga atau nama lainnya di domisili Penduduk kepada Instansi Pelaksana setempat paling lambat 30 tiga puluh hari sejak tanggal
kematian. Namun setelah adanya aturan yang mengatur mengenai administrasi kependudukan secara nasional dan menyeluruh yaitu Undang-undang Nomor 24
Tahun 2013, serta adanya Peraturan Daerah Kota Kota Medan Nomor 1 Tahun 2010 mengenai penyelenggaraan administrasi kependudukan, masih banyak saja
penduduk yang tidak melaksanakannya di Kota Medan. Warga Kota Medan, mungkin secara umum masih menganggap pencatatan atas peristiwa penting
khususnya peristiwa kematian Kepada Dinas Pencatatan Sipil Kota Medan tidak mempunyai manfaat bagi keluarga dan ahli waris sehingga masih sangat kurang
mendapat perhatian. Hal ini dapat dilihat dari animo masyarakat Kota Medan untuk melaksanakan pencatatan dalam peristiwa kematian yang sangat rendah di
Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Medan.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan hal tersebut di atas maka identifikasi masalah adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pengaturan penerbitan akta kematian berdasarkan Undang-
Undang Nomor 24 Tahun 2013? 2.
Bagaimana prosedur penerbitan akta kematian di kota Medan? 3.
Apa kendala dalam penerbitan akta kematian di kota Medan ?
C. Tujuan dan Manfaat Penulisan
Tujuan penelitian yang ingin didapat dalam penelitian ini adalah 1.
Untuk mengetahui pengaturan penerbitan akta kematian berdasarkan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2013.
2. Untuk mengetahui prosedur penerbitan akta kematian di kota Medan.
3. Untuk mengetahui kendala dalam penerbitan akta kematian di kota Medan
Manfaat penelitian ini hendaknya dapat mencapai seperti yang diharapkan baik dari segi ilmiah maupun dari segi masyarakat, yaitu:
1. Segi teoritis
Sebagai pengembangan ilmu pengetahuan hukum khususnya dalam bidang Prosedur Penerbitan Akta Kematian Berdasarkan Undang – Undang
Npmor 24 Tahun 2013 tantang Administrasi Kependudukan. 2.
Segi Praktis Sebagai bahan masukan bagi para pelaku atau aparat pemerintah yang
membidangi pencatatan sipil serta masyarakat luas yang ingin mengetahui, mendalami, membuat akta catatan sipil khususnya akta kematian
D. Keaslian Penulisan
Berdasarkan pemeriksaan dan hasil-hasil penelitian yang ada, penelitian mengenai “Prosedur Penerbitan Akta Kematian Berdasarkan Undang-Undang
Nomor 24 Tahun 2013 Tentang Administrasi Kependudukan Studi Kota Medan” belum pernah dibahas oleh mahasiswa lain di Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara. Skripsi ini asli disusun oleh penulis sendiri dan
bukan plagiat atau diambil dari skripsi lain. Semua ini merupakan implikasi etis dari proses menemukan kebenaran ilmiah, sehingga penelitian ini dapat
dipertanggung-jawabkan kebenarannya secara ilmiah. Apabila ternyata ada skripsi yang sama, maka penulis akan bertanggung jawab sepenuhnya
E. Tinjauan Pustaka
1. Pelayanan Publik
Kegiatan pelayanan merupakan suatu kegiatan yang menitikberatkan pada upaya memberikan sesuatu yang terbaik bagi orang lain. Dalam arti sempit,
pelayanan publik adalah suatu tindakan pemberian barang dan jasa kepada masyarakat oleh pemerintah dalam rangka tanggung jawabnya kepada publik,
baik diberikan secara langsung maupun kemitraan dengan swasta. Pelayanan adalah suatu kegiatan atau urutan kegiatan yang terjadi dalam
interaksi langsung antar seseorang dengan orang lain atau mesin secara fisik, dan menyediakan kepuasan pelanggan. Sementara dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia dijelaskan pelayanan sebagai hal, cara atau hasil pekerjaan melayani.
3
Sementara itu istilah publik berasal dari bahas Inggris publik yang berarti umum, masyarakat, Negara. Kata publik sebenarnya sudah diterima menjadi
bahasa Indonesia baku menjadi publik yang berarti umum, orang banyak, ramai. Publik adalah sejumlah manusia yang yang memiliki kebersamaan berfikir,
perasaan, harapan, sikap, dan tindakan yang benar dan baik berdasarkan nilai-
3
Poltak Sinambela. Reformasi Pelayanan PublikTeori, Kebijakan dan Implementasi Jakarta : Bumi Aksara, 2006, hal 5
nilai norma yang merasa memiliki.
4
Pelayanan publik diartikan sebagai segala kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan dasar sesuai dengan hak – hak dasar setiap warga Negara
dan penduduk atas suatu barang, jasa dan atau pelayanan administrasi yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan yang terkait dengan kepentingan
publik. Oleh karena itu pelayanan publik diartikan
sebagai kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah terhadap sejumlah manusia yang memiliki setiap kegiatan yang menguntungkan dalam suatu kumpulan atau
kesatuan, dan menawarkan kepuasan meskipun hasilnya tidak terikat pada suatu produk secara fisik.
5
Sementara menurut Keputusan MENPAN Nomor 63 Tahun 2003, pelayanan publik adalah segala kegiatan pelayanan yang dilaksanakan oleh
penyelenggara pelayanan publik sebagai upaya pemenuhan kebutuhan penerima palayanan maupun pelaksanaan ketentuan peraturan perundang – undangan.
Selanjutnya, Poltak Sinambela mengartikan pelayanan publik sebagai pemberian layanan melayani keperluan orang atau masyarakat yang mempunyai
kepentingan pada organisasi itu sesuai dengan aturan pokok yang telah ditetapkan.
6
4
Ibid
Pelayanan publik adalah pemenuhan keinginan dan kebutuhan masyarakat pada penyelenggaraan negara. Negara didirikan oleh publik atau masyarakat tentu saja
dengan tujuan agar dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pada hakekatnya negara dalam hal ini birokrasi haruslah dapat memenuhi kebutuhan
5
Saiful Arif. Reformasi Pelayanan Publik.Malang : Averroes Press. 2008, hal 3
6
Reformasi Pelayanan PublikTeori, Kebijakan dan Implementasi Jakarta : PT. Bumi Aksara, 2006, hal 5
masyarakat. Kebutuhan dalam hal ini bukanlah kebutuhan secara individual akan tetapi berbagai kebutuhan yang sesungguhnya diharapkan oleh masyarakat.
Pelayanan yang diberikan oleh penyelengara pelayanan publik kepada masyarakat yang dilayani terdiri dari tiga macam, yaitu:
7
a. Memahami benar masalah-masalah yang termasuk dalam bidang tugasnya.
Layanan dengan lisan dilakukan oleh petugas-petugas di bidang hubungan masyarakat HUMAS,
bidang layanan informasi dan bidang-bidang lain yang tugasnya memberikan penjelasan atau keterangan kepada siapapun yang memerlukan. Agar layanan
lisan berhasil, ada syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh pelaku layanan, yaitu:
b. Mampu memberikan penjelasan apa yang perlu dengan lancer, singkat
tetapi cukup jelas sehingga memuaskan bagi mereka yang ingin memperoleh kejelasan mengenai sesuatu.
c. Bertingkah laku sopan dan ramah tamah
d. Meski dalam keadaan sepi tidak mengobrol dengan teman, karena
menimbulkan kesan tidak disiplin dan melalukan tugas. e.
Tidak melayani orang-orang yang ingin sekedar ngobrol dengan cara yang sopan.
Layanan melalui tulisan merupakan bentuk pelayanan yang paling menonjol dalam pelaksanaan tugas. Tidak hanya dari segi jumlah tetapi juga dari
segi peranannya. Layanan tulisan ini terdiri atas dua golongan, pertama layanan berupa petunjuk, informasi dan yang sejenis ditujukan pada orang – orang yang
berkepentingan, agar memudahkan mereka dalam berurusan dengan instansi atau
7
Moenir. Manajemen Pelayanan Umum di Indonesia. Jakarta : Bumi Aksara, 2010, hal 190
lembaga; kedua, layanan berupa reaksi tertulis atas permohonan, laporan, pemberianpenyerahan, pemberitahuan dan lain sebagainya.
Pada umumnya layanan dalam bentuk perbuatan 70 – 80 dilakukan oleh petugas-petugas tingkat menegah dan bawah. Karena itu faktor keahlian dan
keterampilan petugas tersebut sangat menentukan terhadap hasil perbuatan atau pekerjaan. Titik berat dari pelayanan ini adalah perbuatan itu sendiri yang
ditunggu oleh yang berkepentingan. Jadi tujuan utama yang berkepentingan adalah mendapatkan pelayanan dalam bentuk perbuatan atau hasil perbuatan,
bukan sekedar penjelasan atau kesanggupan secara lisan, ini faktor kecepatan dalam pelayanan menjadi dambaan setiap orang, disertai dengan kualitas hasil
yang memadai. Menurut Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No. 63
Tahun 2003 tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Pelayanan Publik, disebutkan bahwa terdapat tiga kelompok pelayanan publik, yaitu terdiri dari :
1. Pelayanan administratif yaitu pelayanan yang menghasilkan berbagai
bentuk dokumen resmi yang dibutuhkan oleh publik, misalnya status kewarganegaraan, sertifikat kompetensi, kepemilikan atau kepemilikan
terhadap suatu barang dan sebagainya. 2.
Pelayanan Barang yaitu pelayanan yang menghasilkan berbagai bentukjenis barang yang digunakan oleh publik, misalnya jaringan
telepon, air bersih, penyediaan tenaga listrik, dan sebagainya.
3. Pelayanan Jasa yaitu pelayanan yang menghasilkan berbagai bentuk jasa
yang dibutuhkan oleh publik, misalnya pendidikan, pemeliharaan kesehatan, penyelenggaraan transportasi, pos, dan sebagainya.
Dalam hal ini, pelayanan yang dimaksud adalah pelayanan yang diberikan oleh penyelenggara pelayanan publik dalam memenuhi apa yang dibutuhkan
publik kepentingan publik. Hakekatnya pelayanan publik adalah pemberian pelayanan prima kepada
masyarakat yang merupakan perwujudan kewajiban aparatur pemerintah sebagai abdi masyarakat. Oleh karena itu, dalam penyelenggaraan pelayanan publik, perlu
diterapkan asas-asas yang menjadi pedoman dalam pelayanan publik. a.
Transparan,artinya bersifat terbuka, mudah dan dapat di akses oleh semua pihak yang membutuhkan dan disediakan secara memadai serta mudah
dimengerti. b.
Akuntabilitas, artinya dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
c. Kondisional, artinya sesuai dengan kondisi dan kemampuan pemberi dan
penerima pelayanan dengan tetap berpegang pada prinsip efisiensi dan efektivitas.
d. Partisipatif, artinya mendorong peran serta masyarakat dalam
penyelenggaraan pelayanan publik dengan memperhatikan aspirasi, kebutuhan, dan harapan masyarakat.
e. Kesamaan hak, artinya tidak diskriminatif dalam arti tidak membedakan
suku, ras, agama, golongan, gender, dan status ekonomi.
f. Keseimbangan Hak dan kewajiban, artinya pemberi dan penerima
pelayanan publik harus memenuhi hak dan kewajiban masing-masing pihak.
Sendi-sendi terlaksananya pelayanan umum, pada hakekatnya merupakan penerapan prinsip-prinsip pokok sebagai dasar yang menjadi pedoman
dalam perumusan tata laksana dan penyelenggaraan kegiatan pelayanan umum. Berdasarkan Keputusan Kementrian Pendayagunaan Aparatur Negara No. 63
Tahun 2003 tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Pelayanan Publik, disebutkan bahwa dalam penyelenggaraan pelayanan publik harus memenuhi
beberapa prinsip, yaitu sebagai berikut : 1.
Kesederhanaan Prosedur pelayanan tidak berbelit–belit mudah dipahami dan mudah
dilaksanakan. 2.
Kejelasan, kejelasan ini mencakup kejelasan dalam hal : a.
Persyaratan teknis dan administratif pelayan publik b.
Unit kerjapejabat yang berwenang dan bertanggung jawab dalam memberikan pelayanan dan penyelesaian keluhanpersoalansengketa
dalam pelaksanaan pelayanan public. c.
Rincian biaya pelayanan publik dan tata cara pembayaran. 3.
Kepastian waktu Pelaksaan pelayanan publik dapat diselesaikan dalam kurun waktu yang
telah ditentukan.
4. Akurasi
Produk pelayanan publik diterima dengan benar,tepat dan sah. 5.
Keamanan Proses dan produk pelayanan publik memeberikan rasa aman dan kepastian
hukum. 6.
Tanggung Jawab Pimpinan penyelenggara pelayanan publikpejabat yang ditunjuk bertanggung
jawab atas penyelenggaraan pelayanan dan penyelesaian keluhanpersoalan dalam pelayanan publik.
7. Kelengkapan Sarana dan Prasarana
Tersedianya sarana dan prasarana kerja, peralatan kerja dan pendukung lainnya yang memadai termasuk penyediaan sarana teknologi telekomunikasi dan
informatika telematika. 8.
Kemudahan Akses Tempat dan lokasi serta pelayanan yang memadai, mudah dijangkau oleh
masyarakat, dan dapat memanfaatkan teknologi telematika. 9.
Kedisiplinan, Kesopanan dan Keramahan Pemberi pelayanan harus bersikap disiplin, sopan dan santun, ramah serta
memberikan pelayanan yang ikhlas. 10.
Kenyamanan Lingkungan pelayanan harus tertib, disediakan ruang tunggu yang nyaman,
bersih, rapi, lingkungan yang indah, sehat serta dilengkapi dengan fasilitas pendukung pelayanan, seperti parkir, toilet, tempat ibadah, dan lain – lain.
2. Akta
Surat yang diperbuat demikian oleh atau dihadapan pegawai yang berwenang untuk membuatnya menjadi bukti yang cukup bagi kedua belah pihak
dan ahli warisnya maupun berkaitan dengan pihak lainnya sebagai hubungan hukum tentang segala hal yang disebut didalam surat itu sebagai pemberitahuan
hubungan langsung dengan perhal pada akta itu.
8
Istilahperkataan akta yang dalam bahasa Belanda disebut acteakte dan yang dalam bahasa Inggris disebut actdeed, pada umumnya menurut pendapat
umum mempunyai dua arti, yaitu : a.
Perbuatan handelingperbuatan hukum rechtshandeling; merupakan pengertian yang luas, dan
b. Suatu tulisan yang dibuat untuk dipakaidigunakan sebagai bukti perbuatan
hukum tersebut, yaitu berupa tulisan yang ditujukan kepada pembuktian sesuatu.
9
8
Dalam rangka memperolehmendapatkan kepastian terhadap kedudukan hukum seseorang, maka perlu adanya bukti-bukti otentik sehingga
dapat dijadikan pedoman untuk membuktikan kedudukan hukum seseorang. Adapun bukti-bukti otentik yang dapat digunakan untuk mendukung kepastian
tentang kedudukan seseorang itu ialah adanya akta yang dikeluarkan oleh suatu lembaga yang berwenang untuk mengeluarkan akta-akta mengenai
kedudukan hukum seseorang.
http:disdukcapil.subang.go.idproduk-layananakta-pencatatan-sipil diakses tanggal 1 Juni 2015
9
Victor M. Situmorang dan Cormentyna Sitanggang. Aspek Hukum Akta Catatan Sipil di Indonesia. Jakarta: Sinar Grafika, 1991, hal 50.
Berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 12 tahun 1983 Pasal 5 ayat 2 Lembaga yang berwenang untuk mengeluarkan akta sebagaiman
dimaksud di atas adalah Lembaga Catatan Sipil. Dalam Keputusan tersebut dikatakan sebagai berikut : dalam melaksanakan tugas sebagaimana yang
dimaksud dalam ayat 1 pasal ini, maka Kantor Catatan Sipil mempunyai fungsi menyelenggarakan :
a. Pencatatan dan penerbitan kutipan akta kelahiran.
b. Pencatatan dan penerbitan kutipan akta perkawinan.
c. Pencatatan dan penerbitan kutipan akta perceraian.
d. Pencatatan dan penerbitan kutipan akta pengakuanpengesahan anak.
e. Pencatatan dan penerbitan kutipan akta kematian.
Bertitik tolak dari uraian di atas, maka dapatlah ditarik suatu pengertian tentang Akta Catatan Sipil yaitu suatu suratcatatan resmi yang dibuat oleh pejabat
pemerintahan yaitu Pejabat Catatan Sipil. Akta Catatan Sipil mencatat mengenai peristiwa yang menyangkut manusia yang terjadi di dalam keluarga seperti
peristiwa perkawinan, kelahiran, pengakuanpengesahan anak, perceraian dan kematian yang kemudian didaftarkan dan dibukukan pada Lembaga Catatan
Sipil. Daftar-daftar itulah yang dinamakan akta catatan sipil sedangkan yang diserahkan adalah kutipan Akta Catatan Sipil dan Salinan Akta ada pada Kantor
Catatan Sipil yang isinya sama dengan kutipan akta. 3.
Pencatatan Sipil
Di Indonesia dikenal adanya satu lembaga catatan sipil yang diusahakan oleh pemerintah. Lembaga catatan sipil ini sebelumnya merupakan kelanjutan dari
lembaga catatan sipil pada jaman pemerintahan kolonial Belanda yang dikenal dengan nama “Burgerlijke Stand” atau dikenal dengan singkatan B.S dan
mengandung arti suatu lembaga yang ditugaskan untuk memelihara daftar-daftar atau catatan-catatan guna pembuktian status atau peristiwa-peristiwa penting bagi
para warga negara, seperti kelahiran, perkawinan, kematian.
10
Peristilahan dari catatan sipil sendiri bukanlah dimaksud sebagai suatu catatan dari orang-orang sipil atau golongan sipil sebagai lawan darikata golongan
militer, akan tetapi, catatan sipil itu merupakan suatu catatan yangmenyangkut kedudukan hukum seseorang. Dan dilihat dari kelembagaan catatan sipil, lembaga
ini tugas utamanya melakukan pencatatan sipil. Negara Indonesia adalah suatu Negara hukum, maka kedudukan hukum
dari satu peristiwa penting pada setiap warga negaranya harus jelas dan pasti. Manusia dalam menjalankan hidupnya mengalami peristiwa-peristiwa penting,
antara lain: peristiwa perkawinan, peristiwa kelahiran peristiwa perceraian, peristiwa pengakuan anak, peristiwa pengesahan anak, peristiwa pengangkatan
anak, peristiwa perubahan nama, peristiwa perubahan status kewarganegaraan dan peristiwa kematian.
Semua peristiwa seperti yang dikemukakan diatas adalah sangat penting artinya karena peristiwa tersebut akan membawa akibat hukum bagi kehidupan
orang yang bersangkutan dan juga terhadap orang lain atau pihak ketiga. Setiap peristiwa penting yang terjadi dalam kehidupan manusia secara individu ataupun
keluarga, sangat perlu didaftarkan pada lembaga catatan sipil, oleh karena catatan
10
Subekti dan R. Tjtrosoedibro, Kamus Hukum, Jakarta, Pradnya Paramita, 2009, hal 30
sipil yang berwenag dan bertugas untuk memberikan kepastian serta membuat catatan selengkap-lengkapnya atas peristiwa-peristiwa yang dialami dan kemudian
membukukanya. Semua daftar dari peristiwa-peristiwa penting tersebut dilakukan dan
bersifat terbuka untuk umum, baik bagi warga Negara Indonesia maupun warga Negara asing yang tinggal di Indonesia, sehingga baik yang bersangkutan sendiri
maupun orang lain yang berkepentingan dapat mengetahui dan memperoleh bukti serta kepastian tentang perkawinan, kelahiran, perceraian, pengakuan anak,
pengesahan anak, pengangkatan anak, perubahan nama, perubahan status kewarganegaraan dan kematian seseorang.
Berkaitan dengan pengertian kelembagaan catatan sipil itu ada beberapa pendapat para sarjana yang memberikan pengertian tentang catatan sipil, antara
lain adalah Undang-undang Nomor 24 Tahun 2013 Tentang Administrasi
Kependudukan menguraikan pengertian tentang Pencatatan Sipil adalah pejabat yang melakukan pencatatan Peristiwa Penting yang dialami seseorang pada
Instansi Pelaksana yang pengangkatannya sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan.
H.F.A Vollmar berpendapat bahwa, catatan sipil adalah suatu lembaga yang diadakan oleh penguasa atau pemerintah yang dimaksudkan untuk
membukukan selengkap mungkin dan karena itu memberikan kepastian sebesar- besarnya tentang semua peristiwa yang penting-penting bagi status keperdataan
seseorang seperti perkawinan, kelahiran, pengakuan anak, perceraian dankematian.
11
Sedangkan Lie Oen Hock yang mengartiakan catatan sipil adalah suatu lembaga yang bertujuan mengadakan pendaftaran, pencatatan serta pembukuan
yang selengkap-lengkapnya dan sejelas-jelasnya serta memberikan kepastian hukum yang sebesar-besarnya atas peristiwa kelahiran, pengakuan,
perkawinana,dan kematian.
12
Fungsi sosial catatan sipil dalam struktur kehidupan masayarakat adalah memberikan pelayanan yang terbaik kepada masyarakat khususnya dalam
pencatatan dan penerbitan akta-akta catatan sipil. Akta catatan sipil merupakan salah satu bukti otentik yang berhubungan dengan status keperdataan seseorang.
Dengan Akta kematian dapat memberikan hak kepada seseorang utamanya menyangkut harta warisan.
F. Metode Penelitian
1. Jenis penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah yuridis normatif. Penelitian hukum normatif meliputi penelitian terhadap asas-asas
hukum, taraf sinkronisasi hukum
13
11
H.F.A.Vollmar,Pengantar Studi hukum Perdata, jilid I, Rajawali Pers. Jakarta, 2009
Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan hukum empiris atau biasa disebut penelitian
12
Lie Oen Hock,Lembaga Catatan Sipil, Keng.Po, Edisi Revisi Jakarta.2001
13
Soerjono Soekamto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif suatu Tinjauan Singkat Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2001 hal. 13-14.
yuridis empiris. Dalam penelitian ini, hukum dikonsepkan sebagai suatu gejala empiris yang dapat diamati di dalam kehidupan nyata.
2. Sifat penelitian
Sifat penelitian dari skripsi ini lebih mengarah kepada sifat penelitian deskriptif yakni penelitian secara umum termasuk pula di dalamnya penelitian
ilmu hukum, penelitian deskriptif bertujuan untuk menentukan ada tidaknya hubungan antara suatu gejala dengan gejala lain dalam masyarakat. Dalam
penelitian ini, untuk mendapatkan gambaran secara tepat mengenai prosedur penerbitan akta kematian berdasarkan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2013
Tentang Administrasi Kependudukan Studi Kota Medan, menggunakan sifat penelitian deskriptif dikarenakan sudah terdapatnya ketentuan peraturan
perundang-undangan, literatur maupun jurnal yang cukup memadai mengenai permasalahan yang diangkat.
3. Data dan sumber data
Data maupun sumber data yang digunakan sebagai bahan penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder, antara lain sebagai berikut:
a. Data Primer adalah data yang bersumber dari penelitian lapangan yaitu
suatu data yang diperoleh langsung dari sumber pertama di lapangan yaitu baik dari responden maupun informan. Data pimer yang digunakan dalam
penulisan skripsi ini adalah dengan melakukan wawancara langsung terhadap pihak terkait dalam hal ini yaitu penerbitan akta kematian
berdasarkan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2013 tentang Administrasi Kependudukan serta pihak-pihak lain yang terlibat.
b. Data sekunder adalah data yang bersumber dari penelitian kepustakaan
yaitu data yang diperoleh tidak secara langsung dari sumber pertamanya, melainkan bersumber dari data-data yang sudah terdokumenkan dalam
bentuk bahan-bahan hukum. Adapun data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain:
1 Bahan hukum primer yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat terdiri
dari instrumen hukum nasional, berupa peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan masalah yang di bahas dalam skripsi ini yaitu
Undang-Undang Dasar 1945, Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah dan Undang-Undang Nomor 23 Tahun
2013 Tentang Administrasi Kependudukan, Peraturan Pemerintah No.
37 tahun 2007 tentang pelaksanaan UU No. 24 tahun 2013 tentang Administrasi Kependudukan serta Peraturan Pemerintah No. 25 tahun
2008 tentang Persyaratan dan Tata Cara Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil.
2 Bahan hukum sekunder dari penelitian ini yakni bahan hukum yang
memberikan penjelasan terhadap bahan hukum primer. Bahan hukum sekunder yang digunakan antara lain: pendapat para pakar hukum,
karya tulis hukum yang termuat dalam media massa; buku-buku hukum text book, serta jurnal-jurnal hukum yang berkaitan dengan
prosedur penerbitan akta kematian berdasarkan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2013 Tentang Administrasi Kependudukan Studi
Kota Medan
3 Bahan hukum tertier, yakni bahan yang memberikan petunjuk maupun
penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder yang terdiri dari kamus hukum dan kamus lainnya, ensiklopedia yang erat
relevansinya dengan materi penelitian ini. 4.
Teknik pengumpulan data Di dalam penelitian pada umumnya dikenal tiga jenis alat pengumpulan
data, yaitu studi dokumen atau bahan pustaka, pengamatan atau observasi dan wawancara. Ketiga alat tersebut dapat dipergunakan masing-masing atau bersama-
sama.
14
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan studi kepustakaan dan teknik wawancara. Studi Dokumen
merupakan teknik awal yang digunakan dalam setiap penelitian ilmu hukum, karena penelitian hukum selalu berawal dari premis atau pernyataan normatif
berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Mengenai studi kepustakaan dilakukan atas bahan-bahan hukum yang relevan dengan
permasalahan peneliti. Teknik wawancara dilakukan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada informan yang dirancang atau yang telah
dipersiapkan sebelumnya untuk memperoleh jawaban-jawaban yang relevan dan mendukung permasalahan yang diajukan dalam penelitian mengenai Prosedur
Penerbitan Akta Kematian berdasarkan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2013 Tentang Administrasi Kependudukan jawaban ini diadakan pencatatan sederhana
14
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: Universitas Indonesia Press, 2008, hal 7.
yang kemudian diolah dan dianalisis menjadi sebuah laporan yang runtun dan terperinci.
5. Analisis data
Dalam penelitian ilmu hukum dikenal dua model analisis yakni, analisis data kualitatif dan analisis data kuantitatif. Jenis penelitian yang dilakukan penulis
adalah penelitian normatif yang bersifat deskriptif, maka teknis analisis data yang penulis lakukan dalam skripsi ini adalah teknis analisis data kualitatif atau disebut
deskriptif kualitatif. Keseluruhan data yang terkumpul baik dari data primer maupun data sekunder, akan diolah dan dianalisis dengan cara menyusun data
secara sistimatis, digolongkan dalam pola dan tema, diketagorisasikan dan diklasifikasikan, dihubungkan antara satu data dengan data lainnya, dilakukan
interpretasi untuk memahami makna data dalam situasi sosial, dan dilakukan penafsiran dari perspektif peneliti setelah memahami keseluruhan kualitas data.
Proses analisis tersebut dilakukan secara terus menerus sejak pencarian data di lapangan dan berlanjut terus hingga pada tahap analisis. Setelah dilakukan
analisis secara kualitatif kemudian data akan disajikan secara deskriptif kualitatif dan sistimatis.
G. Sistematika Penulisan