d. PostgreSQL 8.3 dengan plugin PostGIS sebagai database. e. Ms. Word sebagai software pembantu dalam pembuatan
laporan. f. Ms. Visio sebagai design tools perancangan sistem.
3.3 Metodologi Penelitian
3.3.1 Teknik Pengumpulan Data
Menurut Sugiyono 2008:300 setelah potensi dan masalah dapat ditunjukkan secara faktual dan update, maka selanjutnya perlu
dikumpulkan informasi yang dapat digunakan sebagai bahan untuk perencanaan produk tertentu yang diharapkan dapat mengatasi
masalah tersebut. Teknik pengumpulan data yang sering digunakan ada 3 macam teknik. Pertama, observasi yang merupakan pengamatan
dan pencatatan dengan sistematik fenomena-fenomena yang diteliti; Kedua, wawancara yang merupakan suatu proses interaksi dan
komunikasi serta tanya jawab dengan seseorang untuk mendapatkan keterangan atau pendapatnya tentang sesuatu hal atau masalah;
Ketiga, studi pustaka dan literatur yang digunakan untuk membangun kerangka berpikir dasar teori.
Pada penelitian ini penulis hanya menggunakan dua teknik pengumpulan data, yaitu wawancara, studi pustaka dan literatur.
a. Wawancara dan konsultasi
Koresponden kegiatan wawancara adalah orang yang berkecimpung langsung dalam proyek harimau ini, dengan data diri :
Nama : Bpk.
Winarno Jabatan
: Pengembang Sistem Radar doppler
Hasil wawancara dapat dilihat pada lembar lampiran 1. b.
Studi Pustaka Pada tahapan ini yang dilakukan adalah mengumpulkan dan
menelaah data yang diperoleh dari perpustakaan atau pustaka mengenai system konversi secara otomatis dan juga membaca buku-
buku referensi, e-book dan situs internet yang dapat dijadikan acuan pembahasan dalam masalah ini.
c. Observasi Pengumpulan data dan informasi dengan cara melakukan
pengamatan secara langsung terhadap suatu kegiatan yang sedang dilakukan dan pengenalan data yang ada sehingga dapat diadakan
evaluasi dari sudut tertentu yang mendukung kebenaran dari data tersebut.
3.3.2 Metode Pengembangan Sistem
Dalam pengembangan sistem informasi, perlu digunakan suatu metodologi yang dapat digunakan sebagai pedoman bagaimana dan
apa yang harus dikerjakan selama pengembangan ini. Dengan mengikuti metode atau prosedur – prosedur yang diberikan oleh suatu
metodologi, maka pengembangan sistem diharapkan akan dapat diselesaikan dengan berhasil.
Kebutuhan
Perencanaan
Analisis
Desain
Implementasi
Sistem
Gambar 3.1 System Development Life Cycle Turban, 2005
Analisis Kebutuhan Kebutuhan
Identifikasi Kebutuhan Perencanaan
Bentuk Sistem Yang Dibangun
Identifikasi Jenis Data
Deskripsi Tempat Penelitian
Analisis
Pengujian Sistem Testing
Rancang Alur Sistem Usulan DFD
Gambar 3.2 Diagram Alur Penelitian
Pengkodean Coding
Pengujian Sistem Testing
Perancangan
Implementasi Rancang Kamus Data
Sistem Usulan Pengujian Sistem
Testing Pengujian Sistem
Testing Pengujian Sistem
Testing Pengujian Sistem
Testing Pengujian Sistem
Testing
3.3.2.1 Kebutuhan A. Analisa Kebutuhan
Dengan adanya data identifikasi radar doppler yang masih belum mempunyai nilai informasi, bersifat real time
yang tercipta secara otomatis tiap 12 menit sekali, maka dibutuhkan sebuah sistem konversi yang dapat
mengakomodir keseluruhan fungi-fungis tersebut. Dibutuhkan sebuah sistem yang berjalan secara otomatis dan
juga real time.
3.3.2.2 Perencanaan
Tahap perencanaan sistem merupakan tahap awal dalam pengembangan sistem informasi yang bertujuan mencari inti
permasalahan dan kendala-kendala yang ada pada sistem yang berjalan serta merumuskan tujuan dibangunnya system konversi
otomatis ini. Pada tahap ini ditentukan batasan dari sistem yang akan
dibangun. Tahapan ini menekankan pada masalah pengumpulan kebutuhan pengguna pada tingkatan sistem dengan mendefinisikan
konsep sistem.
1. Identifikasi kebutuhan
Dalam hal ini kebutuhan dibangunnya sistem konversi otomatis yang dikembangkan oleh
penulis antara lain : I.
Kebutuhan akan sistem konversi yang handal dengan hasil akhir suatu database
spasial yang terintegrasi. II.
Sistem konversi yang dibangun harus bersifat otomatis total, dengan artian
sistem ini berjalan tanpa adanya campur tangan dari manusia sama sekali.
III. Sistem konversi yang dibangun harus
memuat fungsi guna mengeliminir data rainrate dengan nilai kurang daripada 7
dan -999 serta fungsi backup data-data yang dibutuhkan.
IV. Database spasial yang mempunyai
informasi waktu yang jelas dan akurat, sehingga dapat dipanggil dan di
manipulasi dengan mudah.
V. Kebutuhan adanya dua table guna
menampung data hasil konversi terbaru dan data hasil konversi data keseluruhan.
3.3.2.3 Analisis
Dari hasil konsultasi dan wawancara yang didapat, penulis sepakat dengan intitusi yang terkait yaitu neonet sistem yang akan
dibangun mempunyai kemampuan dan kelebihan sebagai berikut : 1. Sistem yang dibangun bersifat otomatis total. Dengan
proses data yang mempunyai interval waktu per-12 menit.
2. Data yang dihasilkan bersifat bersifat real time. 3. Mampu mengeliminir data rainrate dengan nilai lebih
kecil daripada 7 dan -999. 4. Mampu membackup secara otomatis data-data hasil
konversi yang dihasilkan. 5. Data yang dihasilkan mempunyai keterangan waktu
yang jelas dan presisi yaitu tahun, bulan, tanggal, jam dan menit. Sehingga dapat dengan mudah dilakukan
pemanggilan dan pemanipulasian pada basis data spasial yang dibangun.
6. Terdapat dua table guna menampung data hasil konversi terbaru dan data hasil konversi data
keseluruhan.
A. Identifikasi Jenis Data
Jenis data yang terdapat pada sistem konversi adalah :
• Gambar mentah .RAW
Sebuah file dengan format .Raw berisi dua informasi jenis informasi yang
berbeda, yaitu gambar dengan ukuran pixel dan gambar metadata, metadata yang secara
harafiah diartikan sebagai data dari sebuah data yang dihasilkan sebuah sensor dari setiap
pengidentifikasian.
• TextFile .txt
Sebuah file teks yang sering disebut textfile
1
atau mempunyai sebuatan lama flatfile merupakan jenis file komputer yang
yang terstruktur sebagai urutan. Akhir dari sebuah file teks seringkali dinyatakan dengan
menempatkan satu atau lebih karakter khusus yang dikenal sebagai end-of-file marker,
setelah baris terakhir pada file teks. file dengan ekstensi .txt dapat dengan mudah
dibaca atau dibuka, karena itu dianggap universal.
• Shapefile .shp, .shx dan .dbf Shapefile adalah Sebuah fitur kumpulan data
yang terdiri dari sebuah geometri dan atribut non-topological yang disimpan sebagai
bentuk yang terdiri dari satu set vector koordinat. Shapefiles memiliki keuntungan
dibandingkan dengan ekstensi file lain dalam hal kecepatan menggambar dan mengedit.
Juga dapat menangani satu fitur yang tumpang tindih, file dengan ekstensi ini biasanya
berukuran kecil sehingga tidak memerlukan ruang hardisk yang besar dalam
penyimpanannya. File dengan jenis shapefile dapat mendukung berbagai fitur seperti
point,polygon serta area. Sebuah file shapefile mempunyai paket data
yang terdiri dari 3 jenis file yaitu : 1.
File dengan ekstensi .shp
Merupakan file yang berbentuk grafis yang pada setiap recordnya
menggambarkan suatu bentuk. 2.
File dengan ekstensi .shx Setipa record berisi offset dari catatan
file utama 3.
File dengan ekstensi .dbf Berisi atribut-atribut yang sesuai
dengan file utama yang digunakan sebagai database.
• Structure Query Languange.Sql
SQL Structured Query Language adalah sebuah bahasa yang dipergunakan untuk
mengakses data dalam basis data relasional. Bahasa ini secara de facto merupakan bahasa
standar yang digunakan dalam manajemen basis data relasional. Saat ini hampir semua
server basis data yang ada mendukung bahasa ini untuk melakukan manajemen datanya.
B. Bentuk Sistem yang dibangun
Bentuk sistem yang dibangun pada penelitian ini adalah sistem otomatis yang berjalan
pada Daemon, Dengan artian sistem ini berjalan
dibelakang layar. Sistem ini tidak mempunyai interface yang digunakan atau berfungi untuk proses
interaksi dengan user.
C. Deskripsi Tempat Penelitian
1. Profil NEONet-BPPT Nusantara Earth Observation Network
NEONet sebagai bagian dari Direktorat Teknologi Inventarisasi Sumber Daya Alam TISDA telah
berhasil dibangun pada tahun 2008. Fasilitas yang bertujuan untuk memfasilitasi kegiatan jejaring
kerjasama dalam observasi kebumian ini, telah juga melakukan proses pembangunan sistem observasi
terintegrasi dari beberapa kegiatan observasi kebumian di Indonesia. Untuk tahun 2008, proses
pembuatan sistem difokuskan pada observasi beberapa peristiwa alam yang terkait dengan
bencana. Selain pembangunan infrastruktur, di awal
tahun 2009 Neo-net telah melakukan grand- launching. Pada kegiatan tersebut telah dihadiri oleh
beberapa institusi yang memiliki kegiatan terkait dengan informasi kebumian. Dari beberapa
kerjasama dan koordinasi tersebut telah diluncurkan beberapa produk unggulan Neo-net antara lain:
1. Web GIS yang merupakan wadah untuk informasi spasial yang dapat diakses melalui
web. 2. Awal Earth yang merupakan aplikasi online
yang dapat menampilkan beragam informasi kebumian secara online, baik yang berskala
menitan maupun yang ter-update harian atau mingguan.
3. Geo-network yang merupakan wadah untuk mungkumpulkan meta-data informasi kebumian
di seluruh nusantara. 4. Integrated web yang merupakan antar-muka
yang menghubungkan seluruh produk di atas. Dalam pembangunannya, aplikasi tersebut telah
dibangun dengan sebuah peta dasar standar yang saat ini semakin dikembangkan dengan berfokus kepada
pengembangan pada topik bahasan satu persatu. 2. Tujuan Organisasi
Pengembangan Sistem Nusantara Earth Observation Network NEONet bertujuan untuk:
Membangun jejaring kerjasama network dalam rangka memadukan seluruh kegiatan
pemantauan dinamika sistem kebumian sehingga akan memudahkan pemerintah dan
seluruh masyarakat dalam memperoleh informasi yang akurat tentang kondisi
kebumian di seluruh wilayah nusantara. Membangun infrastruktur dan sistem
komunikasi yang handal untuk kegiatan pertukaran data dan informasi di antara
simpul-simpul jejaring network nodes. Melakukan diseminasi dan sosialisasi produk-
produk NEONet melalui media diseminasi dan sistem antar muka interface sehingga akan
memudahkan masyarakat dalam mengakses data, informasi dan sumberdaya yang tersedia
dalam jejaring NEONet.
3. Struktur Organisasi Struktur organisasi NEONet dapat dilihat pada
gambar dibawah ini:
Kepala NEONet
Sekretaris Wakil Kelapa
Manajer Aset dan
Manajer Program
Anggota Anggota
Anggota Anggota
Gambar 3.3 Struktur Organisasi Neonet
3.3.2.4 Design
Pada tahap ini dilakukan perancangan untuk sistem yang akan diajukan dengan mempergunakan beberapa tools yaitu
Data Flow Diagram DFD .Tahap perancangan sistem dilakukan untuk memberikan gambaran umum mengenai sistem
yang diusulkan.
1. Data Flow Diagram DFD Sistem yang akan dibuat Langkah-langkah membuat data flow diagram
dibagi menjadi 3 tahap atau 3 konstruksi DFD. Pertama, yaitu membuat diagram konteks. Diagram konteks dibuat
untuk menggambarkan sumber serta tujuan data yang akan diproses.
Perancangan diagram konteks untuk sistem yang akan dibangun adalah menggambarkan bagaimana alur
proses data yang berjalan pada sistem konversi otomatis radar Doppler mulai dari mengunduh hasil identifikasi
radar Doppler yaitu berupa product1.raw menjadi basis data spasial yang sudah terintegrasi dan siap pakai.
Berikut diagram konteks untuk aplikasi Pembuatan Sistem konversi otomatis radar Doppler dalam proyek
harimau :
Gambar 3.4 Diagram Konteks
Alur Proses Sistem konversi otomatis data curah hujan
Tabel 3.1 Alur Proses Diagram Konteks Sistem konversi otomatis radar doppler
Nama Proses
:
Sistem Konversi otomatis Data Curah Hujan Deskripsi
:
Proses mendeskripsikan tentang sistem konversi otomatis radar doppler
Input
:
1.Data hasil identifikasi radar doppler Product1.Raw
Output
:
2. Basis Data Spasial Harimau 3.Data hasil konversi 2 cdrserpong.txt
3. Data hasil konversi 3 cdrserpong_xy.txt 4. Data hasil konversi 4 harimau shapefile
Kedua, yaitu membuat diagram nol. Diagram nol DFD level 1 ini menggambarkan tahapan proses yang ada di dalam diagram konteks
serta hubungan entity, proses, alur data dan data store. Perancangan diagram nol untuk sistem yang diusulkan;
58
Gambar 3.5
Diagram level 0 Sistem Konversi Otom
atis Data Curah Hujan
Alur Proses Diagram Nol Sistem konversi otomatis data curah hujan
Tabel 3.2 Proses Konversi ke bentuk cdrserpong.txt
No. Proses
:
1.0 Nama Proses
:
Konversi ke bentuk cdrserpong.txt Deskripsi
:
Proses tentang bagaimana proses konversi dari product1.RAW ke bentuk cdrserpong.txt
Input
:
Product1.RAW Output
:
cdrserpong.txt
Tabel 3.3 Proses Konversi ke bentuk cdrserpong_xy.txt
No. Proses
:
2.0 Nama Proses
:
Konversi ke bentuk cdrserpong_xy.txt Deskripsi
:
Proses tentang bagaimana proses konversi dari cdrserpong.txt ke bentuk cdrserpong_xy.txt
Input
:
cdrserpong.txt Output
:
cdrserpong_xy.txt
Tabel 3.4 Proses konversi ke bentuk Harimau Shapefile .shp, .shx. .dbf
No. Proses
:
3.0 Nama Proses
:
konversi ke bentuk Harimau Shapefile .shp, .shx. .dbf
Deskripsi
:
Proses tentang bagaimana proses konversi dari cdrserpong_xy.txt ke bentuk harimau shapefile
.shp, dbf, shx Input
:
cdrserpong_xy.txt Output
:
harimau shapefile .shp, dbf, shx
Tabel 3.5 Proses konversi dan integrasi ke dalam basis data spasial
No. Proses
:
4.0 Nama Proses
:
konversi dan integrasi ke dalam basis data spasial Deskripsi
:
Proses tentang bagaimana proses konversi dari harimau shapefile .shp, dbf, shx ke bentuk basis
data spasial harimau Input
:
Harimau shapefile .shp, dbf, shx Output
:
basis data spasial harimau
Tabel 3.6 Proses kompres file
No. Proses
:
5.0 Nama Proses
:
Kompres file Deskripsi
:
Proses mendeskripsikan tentang proses penyatuan data yang akan disimpan ke dalam 1 folder yang
kemudian akan di kompres dengan nama file sesuai dengan tanggal komputer pada saat proses konversi
dilakukan. Input
:
Product1.RAW, cdrserpong_xy.txt, harimau shapefile .shp, .dbf, .shx
Output
:
“tanggal komputer”.rar contoh: 2010-01-04-11-35.rar
Ketiga, yaitu membuat diagram detail DFD level 2. Diagram detail Merupakan penguraian dalam proses yang ada dalam Diagram nol. Diagram
yang paling rendah dan tidak dapat diuraikan lagi. Dalam DFD level 1, masih terdapat beberapa proses yang dapat diuraikan lagi, diantaranya adalah proses
konversi ke bentuk .txt2, proses konversi ke bentuk harimau .shp, .dbf, .shx, dan proses konversi ke dalam basis data spasial.
Berikut merupakan diagram detail proses-proses yang telah disebutkan di atas :
a. Diagram detail level 1 proses 2.0
Gambar 3.6 Diagram level 1 proses 2.0
Alur proses DFD level 1 proses 2.0 konversi ke bentuk cdrserpong_xy.txt
Tabel 3.7 Proses buat file cdrserpong_xy.txt
No. Proses
:
2.1 Nama Proses
:
buat file cdrserpong_xy.txt Deskripsi
:
Proses ini mendeskripsikan tentang proses awal dari konversi cdrserpong.txt ke cdrserpong_xy.txt
Input
:
cdrserpong.txt Output
:
cdrserpong_xy.txt kosong
Tabel 3.8 Proses filterisasi data rainrate dengan nilai -999 dan =7
No. Proses
:
2.2 Nama Proses
:
filterisasi data rainrate dengan nilai -999 dan =7 Deskripsi
:
Proses ini mendeskripsikan penyaringan data rainirate dengan nilai rainrate -999 dan =7,
Rainrate dengan nilai = -999 tersebut tidak mempunyai nilai informasi kosong. Dan nilai
rainrate dengan nilai = 7 dianggap tidak memenuhi nilai rainrate yang bisa di olah karena nilainya
terlalu kecil. Input
:
cdrserpong_xy.txt Output
cdrserpong_xy.txt nilai rainrate dengan nilai -999 dan =7 sudah tereliminasi.
Tabel 3.9 Proses tambah kolom, baris untuk tipe data dan keterangan waktu
No. Proses
:
2.3 Nama Proses
:
tambah kolom, baris untuk tipe data dan keterangan waktu
Deskripsi
:
Proses ini mendeskripsikan penambahan jumlah baris dan kolom guna menampung tipe data baru
dan keterangan waktu dengan format tahun, bulan, tanggal,jam hingga menit.
Input
:
cdrserpong_xy.txt nilai rainrate dengan nilai -999 dan =7 sudah tereliminasi.
Output cdrserpong_xy.txt sudah berdimensi waktu
a. Diagram detail level 1 proses 4.0
Gambar 3.7 Diagram level 2 proses 4.0
Alur proses DFD level 1 proses 4.0 integrasi dan konversi ke dalam basis data spasial
Tabel 3.10 Proses konversi ke cdserpong_xy.txt
No. Proses
:
4.1 Nama Proses
:
Proses konversi harimau shapefile Deskripsi
:
Proses tentang bagaimana proses konversi dari harimau shapefile .shp, dbf, shx ke bentuk basis
data spasial harimau. Input
:
Harimau shapefile .dbf, shp, shx Output
:
Basis data spasial harimau
Tabel 3.11
Proses hapus record tabel doppler_new No. Proses
:
4.2 Nama Proses
:
Proses hapus record tabel doppler_new Deskripsi
:
Proses ini mendeskripsikan bagaimana proses pengosongan tabel doppler_new sebelum akan diisi
oleh data terbaru hasil konversi dari harimau shapfile.
Input
:
Basis data spasial harimau Output
:
Basis data spasial harimau doppler_new : kosong
Tabel 3.12 Proses isi record tabel doppler_new.
No. Proses
:
4.3 Nama Proses
:
Proses isi record tabel doppler_new Deskripsi
:
Proses ini mendeskripsikan bagaimana pengisian data terbaru pada tabel doppler_new dari hasil
konversi harimau shapfile. Input
:
Basis data spasial harimau doppler_new : kosong Output
:
Basis data spasial harimau doppler_new : terisi data terbaru dan doppler_sum : Belum ada data terbaru
Tabel 3.13
Proses isi record tabel doppler_sum. No. Proses
:
4.3 Nama Proses
:
Proses isi record tabel doppler_sum Deskripsi
:
Proses ini mendeskripsikan bagaimana pengisian data terbaru pada tabel doppler_sum dari hasil
konversi harimau shapfile. Input
:
Basis data spasial harimau doppler_new : terisi data terbaru dan doppler_sum : Belum ada data terbaru
Output
:
Basis data spasial harimau doppler_new : terisi data terbaru dan doppler_sum : tambah data terbaru
1. Kamus Data
Kamus data berguna untuk mengetahui aliran data atau informasi apa saja yang terdapat pada saat analisis ataupun perancangan
sistem. Berikut adalah perancangan kamus data pada Sistem konversi otomatis radar Doppler :
Tabel 3.14 Kamus data Harimau
Raw image =product1.raw
{x+y+dbz+rainrate} Text file 1
=file cdrserpong.txt {x+y+dbz+rainrate}
Text file 2 =file cdrserpong_xy.txt
{lat + long + dbz + rainrate +thn+bln + tgl + jam + mnt}
shapefile =file harimau
{lat + long + dbz + rainrate +thn+bln + tgl + jam + mnt}
File sql =file harimau
{lat + long + dbz + rainrate +thn+bln + tgl + jam + mnt}
3.3.2.5 Implementasi
Tahapan ini merupakan tahapan lanjutan dari desain aplikasi sistem, dalam tahapan ini penulis mencoba menafsirkan atau menterjemahkan desain
aplikasi sistem kedalam bahasa pemrogrman yang dapat dimengerti oleh sistem komputer. Tahapan ini menjelaskan secara detail penggunaan sistem mulai dari
proses pemrograman hingga proses konversi, hingga terciptanya sebuah basis data spasial. Berikut tahap implementasi yang dilakukan :
1. Pembuatan folder yang dibutuhkan, sesuai dengan system konversi ini dengan konten-nya masing-masing mengenai
keterangan folder dan konten lebih jelasnya akan dibahas pada bab 4.
2. Installasi fgs-mapserver. 3. Installasi PostgreSQL dengan tambahan plug-in Postgis.
4. Installasi Gfortran. 5. Penempatan seluruh shell script pada path opt. Penjelasan
mengenai shell script akan dibahas pada bab 4. 6. Pembuatan file crontab baru untuk menjalankan system
konversi secara otomatis. 7. Pengaktifan file crontab dengan terminal.
3.3.3 Pengujian Sistem