BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Di kalangan umat Islam, wakaf yang sangat populer adalah masih terbatas pada persoalan tanah dan bangunan yang diperuntukkan untuk tempat
ibadah dan pendidikan serta belakangan baru ada wakaf yang terbentuk tunai atau wakaf benda bergerak yang manfaatnya untuk kepentingan pendidikan, riset,
rumah sakit, pemberdayaan ekonomi lemah dan lain-lainnya. Wakaf uang bagi umat Islam Indonesia memang masih relative baru. Hal ini biasa dilihat dari
peraturan yang melandasinya. Majelis Ulama Indonesia baru memberikan fatwanya pada pertengahan Mei 2002. Di Indonesia sudah ada beberapa lembaga
yang telah melaksanakan wakaf uang, minimal dalam tataran pelaksanaan wakaf dalam bentuk uang, seperti PB Mathla’ul Anwal dengan “Dana Firdaus”, Tabung
wakaf dari dompet Dhuafa Republika, Bank Muamalat Indonesia dengan institusi barunya “Baitul Mal Muamalat”. Pemerintahan Kota Bekasi dan Universitas
Indonesia. Walaupun dalam pelaksanaannya, pengelolaan wakaf uang masih belum maksimal, sehingga sampai saat ini belum dirasakan secara nyata oleh
masyarakat banyak. Tapi, paling tidak upaya untuk memberdayakan wakaf uang sudah mulai digiatkan dengan segala keterbatasannya.
1
1
Departement Agama RI, Strategi Pengembangan Wakaf Tunai Di Indonesia, Jakarta:Direktorat Pemberdayaan Wakaf Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat Islam, 2007
hal 8.
1
2
Secara Ekonomi, wakaf uang sangat potensial untuk dikembangkan di Indonesia, karena dengan model wakaf ini daya jangkau mobilisasinya akan jauh
lebih merata kepada sebagian anggota masyarakat dibandingkan dengan model wakaf-wakaf tradisional-konvensional yaitu dalam bentuk harta fisik yang
biasanya dilakukan oleh keluarga yang terbilang relatife mampu. Munculnya bank-bank syariah, khususnya yang dimotori oleh bank-bank konvensional
dihampir pelosok tanah air memberikan angin besar dan optimisme tinggi bagi umat Islam, termasuk didalamnya pengelolaan harta atau dana wakaf secara
produktif. Untuk harta wakaf yang berbentuk harta tak bergerak seperti tanah dan bangunan, pihak bank syariah biasa menjadikannya sebagai agunan atau jaminan
peminjam sejumlah dana dalam rangka pengembangan harta wakaf yang lain. Sedangkan dalam bentuk tunai atau uang, pihak bank langsung bisa mengelola,
mengembangkan dan menyalurkan harta wakaf yang dipercayakan kepada bank syariah.
2
Dalam pengelolaan harta produktif, pihak yang paling berperan untuk berhasil atau tidaknya pemanfaatan harta wakaf, yaitu seseorang atau sekelompok
orang dan badan hukum yang diserahi tugas oleh wakif atau orang yang mewakafkan hartanya untuk mengelola wakaf. Walaupun dalam kitab-kitab Fiqih
Ulama tidak mencantumkan nadzir wakaf sebagai salah satu rukun wakaf, karena wakaf merupakan ibadah terbaru atau pemberian yang bersifat sunnah. Namun
2
Depatermen Agama RI, Strategi Pengembangan Wakaf Tunai Di Indonesia, hal.9.
3
demikian, setelah memperhatikan tujuan wakaf yang ingin melestarikan manfaat dari hasil wakaf, maka keberadaan Nadzir professional sangat dibutuhkan, bahkan
menempati peran sentral. Sebab dipundak nadzirlah tanggung jawab dan kewajiban memelihara, menjaga dan mengembangkan wakaf serta menyalurkan
hasil atau manfaat dari wakaf kepada sasaran wakaf.
3
Berkaitan dengan Latar Belakang Masalah diatas, penulis tertarik
menulis skripsi dengan judul “Strategi Pengelolaan Wakaf Uang Secara Produktif Pada Baitul Mâl Muamalat.”
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah