TINJAUAN PUSTAKA A. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. KESIMPULAN DAN SARAN A. Pendahuluan

1 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah B. Perumusan Masalah C. Tujuan Penelitian D. Manfaat Penelitian E. Metodologi Penelitian F. Sistematika Penulisan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.

Peranan 1. Pengertian Peranan 2. Tinjauan Sosiologis Tentang Peranan B. Pekerja Sosial dan Peranan Pekerja Sosial dalam Konteks Wanita Tuna Susila WTS C. Kesejahteraan Sosial 1. Pengertian Kesejahteraan Sosial

2. Karakteristik Kesejahteraan Sosial

3. Ruang Lingkup Kesejahteraan Sosial

D. Wanita Tuna Susila WTS 1. Pengertian Wanita Tuna Susila 2. Latar Belakang Timbulnya Wanita Tuna Susila 3. Bentuk - bentuk dan Dampak Terhadap Wanita Tuna Susila dan Permasalahannya 4. Pandangan Islam Terhadap Wanita Tuna Susila 5. Penertiban tentang Wanita tuna susila di Indonesia

BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A.

Sejarah Singkat Berdirinya Lembaga B. Visi dan Misi C. Pendekatan yang Digunakan D. Program Pelayanan Kesejahteraan Sosial dan Jenis Kegiatan E. Struktur Organisasi Panti Sosial Bina Harapan Mulia F. PersonilTenaga Pelaksana G. Jumlah Wanita yang Menjalani Program Rehabilitasi H. Kerja Sama Antar Lembaga BAB IV HASIL PENELITIAN A. Peranan Pekerja Sosial dalam Peningkatan Kesejahteraan Sosial Wanita Tuna Susila B. Harapan Wanita Tuna Susila terhadap Pekerja Sosial dalam Program Peningkatan Kesejahteraan Sosial serta rencana Pasca Rehabilitasi di Panti Sosial Bina Harapan Mulya C. Analisa Data Penelitian

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A.

Kesimpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Wanita Tuna Susila Prositusi termasuk salah satu penyakit masyarakat karena banyak wanita melakukan perbuatan tersebut sebagai mata pencaharian yaitu menerima bayaran terhadap layanan hubungan badan yang diberikannya kepada langganannya. 1 Dewasa ini tampaknya Prositusi marak dilakukan di kota-kota besar pada hiburan malam seperti bar, pojok kota, warung – warung kecil, losmen, hotel café dan tempat-tempat yang menyediakan penjaja cinta, dan mereka ini dikenal dengan istilah Pekerja Seks Komersial PSK. Masalah Wanita tuna Susila Prostitusi sudah ada sebelum Islam datang pada abad ke tujuh masehi. Dan hingga sekarang pelacuran terdapat pada masyarakat tingkat rendah sampai ke tingkat tinggi dengan berbagai macam cara, mulai daripinggir jalan sampai ke hotel berbintang. Kenyataan sosial ini diakibatkan antara lain oleh keadaan ekonomi, pergaulan dan pengaruh budaya asing terhadap kehidupan di Indonesia, peranan agama kurang di indahkan, karena jiwa mereka yang kosong terhadap keyakinan agama yang dianutnya. 1 Kartini Kartono, Patologi Sosial Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2001, Cet VII, h. 182 Ajaran agama membimbing penganutnya kepada kehidupan yang patuh kepada Tuhan Yang Maha Esa, melakukan kebajikan serta mempunyai akhlak karimah. Seseorang yang mengetahui dan memahami secara luas ajaran-ajaran agama yang dianutnya dan menjalankannya, tentu ia menjadi manusia yang berakhlak terpuji, terhindar dari berbagai perbuatan kemungkaran dan kemaksiatan. Hanya kondisi lingkungan yang tidak baik dapat membelokkan manusia kepada jalan kesesatan yang mengarah kepada prilaku yang tidak baik. Pelacuran merupakan masalah sosial yang paling kuno dan telah dikenal atau diketahui sejak adanya peradaban manusia. Pelacuran seperti tersebut ternyata masih tetap menjadi masalah social yang hampir selalu diwarnai kehidupan masyarakat modern dewasa ini. Oleh karenanya banyak pandangan pesimis yang mengemukakan bahwa masalah pelacuran ini sulit untuk diberantas atau ditiadakan, meskipun semua agama dan norma masyarakat melarang perbuatan a-susila tersebut. Masalah pelacuran selalu dihubungkan dengan eksistensi wanita, meskipun praktek pelacuran melibatkan baik wanita maupun pria. Masalah ini lebih menempatkan wanita sebagai obyek dari pada sebagai subyek. Wanita sebagai obyek pemuas nafsu kaum pria, sekaligus sebagai obyek bisnis segolongan orang yang memanfaatkan wanita pelacur sebagai sarana mencari keuntungan dan kekayaan pribadi. Wanita sebagai subyek pelaku memanfaatkan dunia pelacuran sebagai lahan pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan diri dan keluarga. Di Indonesia pelacuran dianggap sebagi suatu masalah social, karena di samping merendahkan harkat dan martabat wanita juga dapat memberikan dampak yang luas terhadap kehidupan bangsa dan negara antara lain gangguan ketertiban, keamanan dan mempengaruhi serta membahayakan kehidupan generasi muda. Menurut cacatan pada Direktorat Tuna Sosial, Direktorat Jendral Bina Rehabilitasi Sosial, pada tahun 1990 tercatat sekitar 48.931 orang wanita tuna susila WTS. Jumlah tersebut masih jauh dari perkiraan karena pendtaan dilakukan terbatas pada mereka yang ada di lokalisasi yang biasanya dihuni oleh WTS “kelas bawah”. Pendataan tersebut belum mencakup “kelas menengah” dan apalagi “kelas atas”, mengingat dua kelompok tersebut sulit untuk didata. 2 Sementara itu menurut catatan yang ada selama Repelita IV, wanita tuna susila yang telah mendapatkan pelayanan rehabilitasi sosial oleh pemerintah Departemen Sosial baru sekitar 5.040 orang atau rata-trata 1.260 orang setiap tahun. Sehingga untuk merehabilitasi 48.931 orang WTS diperlukan waktu kira-kira 36 tahun, dengan asumsi bahwa jumlah WTS tidak bertambah dan upaya penanganannya sama seperti yang dilakukan sekarang. Upaya penanganan masalah wanita tuna susila tersebut dilakukan oleh pemerintah antara lain melalui pelayanan rehabilitasi sosial dalam panti yang jumlahnya mancapai 23 buah dan tersebar pada 27 propinsi di Indonesia. Pelayanan rehabilitasi sosial melalui panti dilakukan dengan menggunakan pendekatan profesi pekerjaan sosial, melalui empat kegiatan yakni: rehabilitasi sosial, bimbingan sosial dan ketrampilan, resosialisasi, dan bimbingan lanjut. Keberhasilan pelayanan dalam panti antara lain ditentukan oleh tenaga pelaksana, system rehabilitasi, dan kurikulum 2 Laporan Hasil Penalitian Badan Litbang Sosial, Maret 1993. latihan serta sarana lembaga pelayanan. Selain ditentukan oleh lembaga pelayanan juga banyak dipengaruhi oleh sasaran garapan penerima pelayanan yang dalam hal ini adalah WTS. Dari penerima pelayanan factor yang mempengaruhi proses rehabilitasi antara lain adalah kondisi atau karakteristik WTS klien, harapan- harapannya, dan kebutukan dasarnya sebagai penerima pelayanan. 3 Dari beberapa kasus yang ada banyak ditemukan eks penerima pelayanan WTS yang kembali lagi ke dunia pelacuran dengan berbagai alasan, antara lain kebutuhan ekonomi yang mendesak, tidak dapat memanfaatkan ketrampilan yang telah diperoleh melalui panti, dan kurangnya penerimaan masyarakat. Diantara mereka ada beberapa yang terjaring kembali oleh Tim Penertiban dan masuk kembali kedalam panti rehabilitasi. Banyak faktor yang mungkin menyebabkan adanya kasus- kasus tersebut, antara lain Peranan Pekerja Sosial dalam merehabilitasi belum sesuai dengan harapan dan belum menjawab kebutuhan penerima pelayanan WTS klien.

B. Perumusan Masalah

Atas dasar pemikiran di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian serta pengkajian tentang bagaimana Peranan Pekerja sosial dalam Program Peningkatan Kesejahteraan Sosial Wanita Tuna Susila di Panti Sosial Bina Harapan Mulia, Yang sekaligus menjadi judul Skripsi. Berdasarkan kenyataan dan asumsi tersebut diatas, guna memperbaiki atau meningkatkan Peranan Pekerja Sosial dalam merehabilitasi khususnya melalui panti 3 Ibid, dirasa perlu adanya upaya pengumpulan data, fakta atau informasi yang relevan melalui kegiatan penelitian. Salah satu informasi yang penting adalah tentang Peranan Pekerja Sosial dalam Program Peningkatan Kesejahteraan Sosial Wanita Tuna Susila di Panti Sosial. Diharapkan melalui kegiatan penelitian ini diperoleh data dan informasi yang akurat sebagai bahan untuk mengajukan saran atau rekomendasi bagi perbaikan atau peningkatan Pekerja Sosial dimaksud. Berdasarkan berbagai hal tersebut diatas, maka penelitian ini mendasarkan pada beberapa pertanyaan sebagai berikut: 1. Bagaimana Peran Pekerja Sosial dalam Program Peningkatan Kesejahteraan Sosial Wanita Tuna Susila Di Panti Sosial Bina Harapan Mulia ? 2. Bagaimana harapan Wanita Tuna Susila WTS terhadap Pekerja Sosial dalam Program Peningkatan kesejahteraan Sosial di Panti Sosial Bina Harapan Mulia? 3. Apa rencana Wanita Tuna Susila WTS tentang pasca rehabilitasi sosial melalui Panti Sosial Bina Harapan Mulia. 4. Apa faktor penghambat dan pendukung dalam Program Peningkatan Kesejahteraan Sosial di Panti Sosial Bina Harapan Mulia?

C. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini, antara lain adalah sebagai berikut : 1. Untuk mendeskripsikan Peran Pekerja Sosial dalam Program Peningkatan Kesejahteraan Sosial Wanita Tuna Susila yang dilaksanakan oleh Panti Sosial Bina Harapan Mulia. 2. Untuk mengetahui harapan serta kebutuhan Wanita Tuna Susila terhadap Peran Pekerja Sosial dalam Program Peningkatan Kesejahteraan Sosial. 3. Mengetahui Rencana Wanita Tuna Susila tentang Pasca rehabilitasi Sosial 4. Untuk mengetahui faktor penghambat dan pendukung dalam Program Peningkatan Kesejahteraan Sosial Wanita Tuna Susila di Panti Sosial Bina Karya Wanita Harapan Mulia.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian yang penulis lakukan ini diharapkan akan memberi manfaat bagi pihak-pihak terkait.

1. Manfaat Akademik

a. Secara teoritis hasil penelitian diharapkan dapat memberikan kontribusi pemikiran dalam rangka kajian akademis mengenai wanita tuna susila, khususnya dibidang Pengembangan Masyarakat Islam. b. Secara praktis hasil penelitian yang berisi informasi aktual dan faktual ini selain diharapkan dapat dijadikan penambah hasanah perpustakaan. 2. Manfaat Praktis. a. Memberi masukan bagi para pekerja sosial dalam menjalankan peranannya di Pusat Rehabilitasi Sosial Bina Karya Wanita Harapan Mulia.

b. Memberi masukan pada lembaga-lembaga dalam mengimplementasikan

kebijakan sehingga tercipta iklim yang kondusif bagi Pekerja Sosial untuk menjalankan peranannya secara efektif dan efisien.

E. Metodologi Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif, dengan maksud untuk menggambarkan Peran Pekerja Sosial dalam Program Peningkatan Kesejahteraan Sosial serta harapan dan rencana pasca rehabilitasi. Penelitian ini menggunakan dua macam data, Yakni data Primer dan data Sekunder. Data Primer diperoleh melalui wawancara langsung dengan responden atau informan di lapangan. Data Sekunder diperoleh dari catatan-catatan yang berkaitan dengan orang-orang dan perilaku yang diamati.

2. Tekhnik Pengumpulan Data.

Study lapangan Field Reseach, yaitu penelitian lapangan dengan tekhnik pengumpulan data dengan cara: a. Study dokumentasi Yaitu dengan membaca literatur-literaturdokumentasi tertulis baik yang ada di lembaga tempat penelitian maupun yang ada di luar guna melengkapi informasi yang dapat di jadikan bahan untuk merumuskan konsep-konsep atau untuk menyusun kerangka pemikiran yang relevan dengan penelitian ini. b. Wawancara Yaitu dengan melakukan wawancara mendalam kepada pihak-pihak terkait dengan masalah penelitian ini. Pihak-pihak yang dimaksud adalah Para Pekerja Sosial Fungsional, para Pejabat Struktural, Koordinator Pekerja Sosial maupun beberapa Wanita Tuna Susila yang sedang menjalani program rehabilitasi di Pusat Rehabilitasi Sosial Bina Harapan Mulya Kedoya Jakarta Barat. c. Observasi Yaitu pengamatan ini dilakukan dengan cara melihat langsung ke lokasi penelitian dengan melihat aktivitas, situasi dan kondisi masyarakat yang peneliti amati.

E. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan penulisan skripsi ini, maka penulis membuat sistematika penulisan dalam beberapa bab, yaitu:

Bab I Pendahuluan

A. Latar Belakang Masalah. B. Perumusan Masalah. C. Tujuan Penelitian. D. Manfaat Penelitian. E. Metode Penelitian. F. Sistematika Penulisan. Bab II Tinjauan Pustaka A. Peranan B. Pekerja Sosial dan Peranan Pekerja Sosial dalam Konteks WTS C. Program Kesejahteraan Sosial D. Wanita Tuna Susila WTS Bab III Gambaran Umum Lokasi Penelitian A. Sejarah Singkat Berdirinya Lembaga B. Visi dan Misi C. Pendekatan Yang Digunakan D. Program Kesejahteraan dan Jenis Kegiatan. E. Struktur Organisasi Panti Sosial Bina Harapan Mulya. F. PersonilTenaga Pelaksana G. Jumlah Wanita yang menjalani Program Rehabilitasi H. Kerja sama antar Lembaga Bab IV Hasil Penelitian A. Peranan Pekerja Sosial dalam Program Peningkatan Kesejahteraan Sosial bagi Wanita Tuna Susila B. Harapan Wanita Tuna Susila terhadap Pekerja Sosial dalam Program Peningkatan Kesejahteraan Sosial serta Rencana Pasca Rehabilitasi di Panti Sosial Bina Harapan Mulya. C. Analisa Data Penelitian

Bab V Kesimpulan dan Saran