Gas Karbon Monoksida CO

temperatur permukaan bumi berada pada temperatur normal sekitar 30°C. Pada tahun 1850 Tyndall menemukan bahwa tipe-tipe gas yang menjebak panas tersebut terutama adalah gas karbon dioksida CO 2 dan uap airdan molekul-molekul tersebut yang akhirnya dinamai gas rumah kaca. Walaupun penyebab pemanasan global adalah gas CO 2 dan uap air tetapi gas CO juga dapat menimbulkan meningkatnya kadar gas CO 2 di udara , gas CO segera teroksidasi di udara membentuk gas CO 2 . Meningkatnya suhu permukaan bumi sebagai akibat dari pemanasan global akan menimbulkan adanya perubahan iklim yang sangat ekstrim di bumi. Hal ini dapat mengakibatkan terganggunya hutan dan ekosistim lainnya sehingga mengurangi kemampuan untuk menyerap karbon dioksida di atmosfer. Pemanasan global mengakibatkan mencairnya gunung-gunung es di daerah kutub yang dapat menimbulkan naiknya suhu permukaan laut.

2.2. Gas Karbon Monoksida CO

Gas karbon monoksida dengan rumus kimia CO merupakan gas yang tidak terlihat dan tak berbau.Memiliki Massa Rumus = 28,01; Densitas= 0,96702; Massa dalam 1 L= 1,2502g; Volume Molar= 22,397L dan Temperatur kritis= -136 C. Gas Karbon monoksida CO, dihasilkan dari pembakaran yang tidak sempurna dari bahan bakar yang mengandung karbon dan oleh pembakaran pada tekanan dan suhu tinggi yang terjadi pada mesin kenderaan bermotor. Dari beberapa jenis merek mobil yang beredar di Indonesia, menurut Nugroho 1996 mempunyai gas buang CO yang berbeda- beda. Emisi gas CO dari gas buang tersebut masih berada di atas angka Universitas Sumatera Utara sekitar 4 sesuai yang direkomendasikan Pemerintah Indonesia. Menurut laporan Badan Proteksi Lingkungan Amerika tahun 1990, bahan bakar bensin mengeluarkan gas buang CO paling besar bila dibandingkan solar dan gas BBG.Untuk setiap giga joule,energi yang dihasilkan bensin mengeluarkanCO = 10.400 g, solar = 340 g dan BBG hanya sebesar 4 g. Tingkat kandungan CO diatmosfer berkolerasi positif dengan padatnya lalu lintas. Pada jam-jam sibuk di daerah perkotaan konsentrasi gas CO bisa mencapai 50 ppm sampai 100 ppm. Karbon monoksida dapat mengikat haemoglobin menghasilkan karboksi haemoglobin dengan persamaan reaksi sebagai berikut : Hb + CO Æ HbCO Pengaruh dari reduksi ini mengakibatkan kapasitas darah mengangkut oksigen menurun. Kenaikan gas CO di udara mengakibatkan menurunnya sistem saraf sentral, perubahan fungsi jantung dan paru-paru, mengantuk, koma, sesak nafas dan paling membahayakan dapat menimbulkan kematian. WHO telah membuktikan bahwa karbon monoksida dapat mengakibatkan kecilnya berat badan ,meningkatnya kematian bayi dan kerusakan otak, bergantung pada konsentrasi polutan di udara. Pengaruh menghirup gas CO dala jangka panjang diperlihatkan pada tabel berikut ini: Universitas Sumatera Utara Tabel 2.2. Pengaruh menghirup Gas CO di dalam tubuh Kadar CO di udarappm Perkiraan kadar COHb Pengaruh terhadap kesehatan manusia 10 2 Tidak konsisten dalam penilaian dan pendapat 100 15 Sakit kepala, pusing dan selalu khawatir 250 32 Hilang kesadaran 750 60 Meninggal dunia setelah beberapa jam 1000 66 Segera meninggal dunia Sumber: Crosby, 1988 Karena sumber utama gas karbon monoksida CO adalah berasal dari hasil buangan pembakaran bahan bakar kendaraan bermotor, maka untuk mengurangi bahan pencemaran itu, perlu kiranya pengendara kendaraan bermotor memperhatikan beberapa aspek sebagai berikut: • Pada pemanasan kendaraan mobil Periode pemanasan adalah sejak dari mesin dihidupkan dalam keadaan dingin sampai air pendingin mencapai temperatur kerjanya yang normal yaitu 70°C- 80°C. Dalam keadaan dingin, bensin tidak dapat menyerap dengan sempurna sehingga campuran menjadi gemuk dan pembakaran menghasilkan CO dan HC yang banyak. • Idling Selama idling, temperatur di ruang bakar rendah, dengan demikian bensin belum sempurna menjadi uap. Jika tidak dilakukan suplai bensin tambahan Universitas Sumatera Utara agar menjadi gemuk akan menyebabkan pembakaran tidak stabil. Umumnya, dalam hal ini ekstra tambahan bensin menyebabkan perbandingan bahan bakar-udara akan menjadi kaya. Konsentrasi CO dan HC kemudian akan meningkat disebabkan pembakaran yang tidak selesai, sedang konsentrasi NOx berkurang sampai nol disebabkan menurunnya suhu pembakaran. • Saat kendaraan berjalan beban kecil Pada putaran rendah, perbandingan udara-bahan bakar akan berupa perbandingan teoritis untuk bensin atau sedikit lebih kurus daripada perbandingan tersebut. Akibatnya gas CO dan hidrokarbon yang dihasilkan rendah. • Kecepatan tinggi atau beban besar Pada saat pedal akselerator ditekan, mesin menerima beban berat. Campuran udara-bahan bakar intake naik sehinga perbandingan campuran udara-bahan bakar menjadi gemuk. Akibatnya konsentrasi CO dan hidrokarbon menjadi tinggi. • Perlambatan Pada saat kendaraan mobil berjalan lambat, mengakibatkan kecepatan mesin tinggi dan vakum di dalam ruang bakar serta intake manivold menjadi kuat. Kevakuman ini menurunkan kecepatan rambatan api dan menyebabkan api padam sebelum merambat ke seluruh ruang bakar. Disamping itu, kevakuman yang kuat menyebabkan bahan bakar yang menempel pada dinding manivold Universitas Sumatera Utara menyerap dengan cepat dan membuat campuran menjadi terlalu gemuk. Ini akan mengakibatkan meningkatnya konsentrasi CO dan hidrokarbon tapi juga memperendah suhu pembakaran. • Dengan mempelajari aspek-aspek diatas maka dapat dilakukan pengurangan CO di udara. Cara lain yang dapat dilakukan dengan memperbaiki teknologi dalam mesin kendaraan bermotor sehingga rasi perbandingan udara dengan minyak tinggi, misalnya pada perbandingan 16:1 maka mesin kendaraan bermotor akan bebas dari buangan gas CO. Cara lain adalah menggunakan reaktor kalatis dalam knalpot kendaraan bermotor yang dapat mengurangi kadar CO karena gas CO dengan udara katalis menjadi gas CO 2 yang relatif kurang berbahaya dibanding gas CO. Dalam proses katalis, udara masuk kedalam kenalpot dalam jumlah berlebih pada saat bersamaan campuran gas buangan dengan udara dilewatkan kedalam katalis sehingga gas CO diubah menjadi gas CO 2.

2.3. Bahan Bakar Bensin