tingkat kepuasaan rendah. Data yang diperoleh menunjukkan bahwa orang 47 akseptor yang memiliki tingkat kepuasan tinggi, 52 akseptor yang memiliki tingkat
kepuasan sedang dan 1 akseptor yang memiliki tingkat kepuasan rendah terhadap pelayanan KB di klinik bersalin N. Tambunan Medan.
Distribusi frekuensi dan persentase kepuasan akseptor KB dalam pelayanan KB di Klinik Bersalin N.Tambunan Medan dapat dilihat pada Tabel 5.3 sebagai
berikut: Tabel 5.3
Distribusi Frekuensi dan Persentase Kepuasan Akseptor KB terhadap Pelayanan KB di klinik bersalin N. Tambunan Medan n=73.
Karakteristik Frekuensi
Persentase
Tingkat kepuasan tinggi 34
47 Tingkat kepuasan sedang
38 52
Tingkat kepuasan rendah 1
1 Jumlah
73 100
B. Pembahasan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas tingkat kepuasan akseptor KB dalam pelayanan KB adalah sedang 52. Hal ini sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Harianto 2005, yang hasilnya menyatakan bahwa tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan keluarga berencana rumah sakit Budhi Asih Jakarta pada
tingkat sedang 70. Ada juga penelitian yang dilakukan oleh Anjar 2008 tentang
Universitas Sumatera Utara
kualitas pelayanan KB terhadap kepuasan pasien puskesmas Depok di Sleman yang hasil penelitiannya menunjukkan rata-rata tingkat kepuasan dalam kategori sedang. Namun
berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Tatok 2001 tentang kualitas pelayanan KB oleh bidan desa dengan tingkat kepuasan akseptor KB mandiri di kecamatan
Cangkringan kabupaten Sleman yang hasil penelitiannya menyatakan bahwa tingkat kepuasan akseptor tinggi. Meskipun demikian tingkat kepuasan pada setiap individu
berbeda dan bervariasi Menurut Oliver dalam Supranto, 2001 mendefenisikan kepuasan sebagai
tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja atau hasil yang dirasakan dengan harapannya, tingkat kepuasan merupakan fungsi dari perbedaan antara kinerja
yang dirasakan dengan harapan. Apabila kinerja dibawah harapan maka pelanggan akan sangat kecewa dan bila kinerja sesuai dengan harapan maka pelanggan akan sangat puas.
Berdasarkan aspek kenyataan, hasil penelitian menunjukkan bahwa 43,8 akseptor puas dengan kondisi yang menyatakan bahwa ruangan nyaman, alat yang
ada lengkap, obat atau alat kontrasepsi masih dalam keadaan bersegel, semua alat bersih, bidan mencuci tangan dan memakai sarung tangan dan tidak ada akseptor
yang menyatakan sangat tidak puas. Hal ini sesuai pendapat Harianto 2005 yang menyatakan bahwa sarana dan fasilitas fisik yang dapat langsung dirasakan oleh
pelanggan dalam pelayanan seperti kecukupan tempat duduk di ruang tunggu, kenyamanan ruang tunggu dan penampilan fisik petugas yang melayani termasuk
menjamin mutu pelayanan. Kemudian aspek kehandalan, hasil penelitian menunjukkan bahwa 46,6
akseptor puas dengan kondisi yang menyatakan bahwa bidan langsung melayani, bidan cepat memberikan pelayanan sesuai kebutuhan, bidan terampil, pelayanan
Universitas Sumatera Utara
yang diberikan bidan memuaskan dan pelayanan yang diberikan oleh bidan diterapkan dengan baik, tetapi 1,4 akseptor menyatakan sangat tidak puas. Namun
hal ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Diah 2007 tentang tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan keluarga berencana di poli klinik KB di
RSUD Wonosari Gunung Kidul yang hasil penelitiannya meemukankan bahwa kepuasan pasien terhadap pelayanan antenatal dalam kategori sangat puas 74,
hal ini memberikan indikasi bahwa kemampuan petugas kesehatan merupakan faktor utama untuk menentukan seseorang itu puas atau tidak puas terhadap
pelayanan yang diberikan. Selanjutnya pada aspek ketanggapan, hasil penelitian menunjukkan bahwa
37 akseptor puas dengan kondisi yang menyatakan bahwa bidan tanggap dengan keluhan yang timbul, bidan menyelesaikan masalah, bidan memberi saran dan
nasehat, bidan mampu menjawab semua pertanyaan dan bidan langsung memberitahu pelayanan yang akan diberikan dan tidak ada akseptor yang
menyatakan sangat tidak puas. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Gatushanti 2003 menunjukkan bahwa responden menyatakan puas 25,93, menurut
pendapatnya bahwa kecepatan petugas kesehatan pada saat pasien membutuhkan, pemberian informasi kepada pasien dengan jelas dan mudah dipahami, kemampuan
petugas kesehatan dalam menyelesaikan keluhan atau masalah pasien berhubungan langsung dengan mutu pelayanan yang diberikan dan sesuai dengan yang
diharapkan. Lebih lanjut aspek jaminan, hasil penelitian menunjukkan bahwa 50,7
akseptor puas dengan kondisi yang menyatakan bahwa kerahasiaan dan privasi sangat dijaga oleh bidan, pelayanan yang diberikan sesuai dengan kebutuhan,
Universitas Sumatera Utara
akseptor percaya dengan pelayanan yang diberikan, harga terjangkau, bidan menjamin rasa aman dan nyaman dan tidak ada akseptor yang menyatakan sangat
tidak puas. Gatushanti 2003 dalam penelitiannya tentang tingkat kepuasan pasien terhadap kualitas pelayanan jasa pada Rumah Sakit Islam Surakarta menunjukkan bahwa
persepsi kualitas fungsional yang terdiri atas sikap ramah, kepedulian, kejujuran, jaminan keamanan, kepercayaan dan rasa nyaman yang diberikan kepada klien memiliki
pengaruh terhadap kepuasan klien terhadap pelayanan yang diberikan. Demikian juga pada aspek konseling, hasil penelitian menunjukkan bahwa
36,7 akseptor puas dengan kondisi yang menyatakan bahwa bidan ramah dan sopan saat berkomunikasi serta mendengarkan keluhan dengan baik, penjelasan
yang disampaikan sesuai kebutuhan dan mudah dimengerti, bidan menjelaskan berbagai metode kontrasepsi yang ingin dipakai dan mengganti metode kontrasepsi,
bidan menjelaskan efek samping dan cara pemakaian. Namun 1,4 akseptor menyatakan sangat tidak puas pada aspek konseling. Hal ini sesusi dengan
penelitian Nurul 2002 yang menunjukkan bahwa salah satu faktor penurunan pemakaian KB di masyarakat adalah faktor program yang berkaitan dengan KIE
yang meliputi konseling, sumber informasi, kejelasan KIE dan pelayanan kontrasepsi. Dalam penelitiannya tentang hubungan komunikasi, informasi, edukasi
dan pelayanan kontrasepsi dengan kepuasan pelayanan kontrasepsi di kelurahan Karanganyar kabupaten Kebumen.
Universitas Sumatera Utara
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Penelitian ini menunjukkan bahwa kepuasan akseptor KB dalam pelayanan KB
di klinik bersalin N. Tambunan Medan, mayoritas tingkat kepuasan akseptor pada kategori sedang. Jika dilihat dari 5 aspek pelayanan KB, 43,8 akseptor puas
dengan pernyataan yang ada pada aspek kenyataan, 46,6 akseptor puas pada aspek kehandalan, 37 akseptor puas pada aspek ketanggapan, 50,7 akseptor puas pada
aspek jaminan, dan 39,7 akseptor puas pada aspek konseling. Namun dari kelima aspek tersebut, masih ada aspek yang perlu ditingkatkan
pada aspek kehandalan, yaitu bidan harus segera melayani, cepat memberikan pelayanan sesuai kebutuhan, harus lebih terampil, pelayanan yang diberikan lebih
memuaskan dan pelayanan yang diberikan oleh bidan diterapkan dengan baik serta pada aspek konseling yaitu bidan harus lebih ramah dan sopan saat berkomunikasi
serta mendengarkan keluhan dengan baik, penjelasan yang disampaikan seharusnya sesuai dengan kebutuhan dan mudah dimengerti, bidan harus menjelaskan berbagai
metode kontrasepsi yang ingin dipakai dan mengganti metode kontrasepsi, serta menjelaskan efek samping dan cara pemakaian.
Universitas Sumatera Utara