Karakteristik Akseptor KB Di Kelurahan Setia Negara Pematangsiantar Tahun 2009

(1)

KARAKTERISTIK AKSEPTOR KB DI KELURAHAN

SETIA NEGARA PEMATANGSIANTAR

TAHUN 2009

SKRIPSI

Oleh :

NIM. 061000119

AYU JULY ARNITA SARAGIH

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2010


(2)

KARAKTERISTIK AKSEPTOR KB DI KELURAHAN

SETIA NEGARA PEMATANGSIANTAR

TAHUN 2009

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh :

NIM. 061000119

AYU JULY ARNITA SARAGIH

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2010


(3)

HALAMAN PENGESAHAN Skripsi dengan Judul

KARAKTERISTIK AKSEPTOR KB DI KELURAHAN SETIA NEGARA PEMATANGSIANTAR

TAHUN 2009

Yang dipersiapkan dan dipertahankan oleh:

NIM. 061000119

AYU JULY ARNITA SARAGIH

Telah Diuji dan Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Skripsi Pada Tanggal 07 Juni 2010 dan

Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima Tim Penguji

Ketua Penguji

drh. Rasmaliah, M.Kes NIP. 195908181985032002

Penguji I

drh. Hiswani, M. Kes NIP. 196501121994022001

Penguji II

Prof. dr. Nerseri Barus, MPH NIP. 194508171973022001

Penguji III

Drs. Jemadi, M.Kes NIP. 196404041992031005

Medan, Juli 2010

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara


(4)

ABSTRAK

Program KB Nasional merupakan salah satu program untuk meningkatkan kualitas penduduk dan mutu SDM. Akseptor di Kelurahan Setia Negara sebesar 66,24%. Alat kontrasepsi yang digunakan adalah pil (20,99%), suntik (13,50%), implant (10,58%), MOW (9,03%), IUD (8,03%), dan kondom (4,11%).

Untuk mengetahui karakteristik akseptor KB di Kelurahan Setia Negara Pematangsiantar tahun 2009, dilakukan penelitian deskriptif dengan desain case series dan dilanjutkan analisa statistik Chi-Square. Populasi adalah 726 data akseptor. Sampel adalah 258 data yang diambil dengan cara Simple Random Sampling.

Proporsi tertinggi akseptor berdasarkan sosiodemografi yaitu kelompok umur 47 – 49 tahun (15,1%), perempuan (93,8%), suku Jawa (66,7%), Islam (80,2%) , SLTA (42,6%), dan tidak bekerja (43,0%). Proporsi Jumlah anak > 2 (61,6%), jenis kelamin anak laki-laki dan perempuan (67,8%), pil KB (31,4%), ke klinik KB swasta (63,6%), dan KS II (59,3%).

Proporsi akseptor yang berumur ≥ 20 - < 35 tahun (81,4% vs 18,6% ; p = 0,000), akseptor perempuan (57,4% vs 42,6%; p = 0,001), akseptor yang mempunyai ≤ 2 anak (77,8% vs 22,2%; p = 0,000), akseptor yang mempunyai anak laki-laki saja, dan memiliki anak perempuan saja (64,9% vs 35,1%; 87,0% vs 13,0%; p = 0,000), dan akseptor ke klinik KB swasta (68,9% vs 31,1%; p = 0,000) secara bermakna lebih tinggi menggunakan kontrasepsi kurang efektif dibandingkan dengan kontrasepsi efektif. Sedangkan proporsi akseptor yang merupakan keluarga miskin secara bermakna lebih tinggi menggunakan kontrasepsi efektif dibandingkan dengan kontrasepsi kurang efektif (33,3% vs 66,7%; p = 0,000). Pendidikan (p = 0,184 ) dan pekerjaan (p = 0,231) akseptor menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan proporsi.

Proporsi akseptor perempuan lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki. Diharapkan agar kesertaan pria dalam ber-KB lebih ditingkatkan lagi.


(5)

ABSTRACT

National Family Planning Program is one of program to improve the quality of the population and quality of human resources. Acceptors in the Kelurahan Setia Negara Pematangsiantar is 66.24%. Contraceptive were used pills (20,99%), injection (13,50%), implant (10,58%), MOW (9,03%), IUD (8,03%) and condoms (4,11%).

To investigate the characteristics of family planning acceptors in the Kelurahan Setia Negara Pematangsiantar in 2009, conducted research with a descriptive case series design and statistical analysis followed by Chi-Square. The population was 726 acceptors data. 258 data samples are taken by Simple Random Sampling.

The highest proportion of acceptors based on sociodemographic age group 47-49 years old (15,1%), women (93,8%), Javanese (66,7%), Islam (80,2%), Senior High Schools (42,6% ), and unemployed (43,0%). Proportion of children> 2 (61,6%), sex complete children (67,8%), oral contraceptives (31,4%), to private family planning clinics (6,.6%), and KS II (59,3%).

The proportion of acceptors aged ≥ 20 - <35 years old (81,4% vs 18,6%; p = 0,000), acceptors are women (57,4% vs 42,6% ; p = 0,001), acceptor having ≤ 2 children (77,8% vs 22,2%; p = 0.000), acceptors who have only boys, and has only daughter (64,9% vs 35,1%; 87,0% vs 13,0%; p = 0,000), and acceptors to the private family planning clinic (68,9% vs 31,1%; p = 0,000) were significantly higher using less effective contraceptive compared with an effective contraceptive. While the proportion of acceptors who are poor families were significantly higher using effective contraception as compared with less effective contraception (33,3% vs 66,7%; p = 0,000). Education (p = 0,184) and occupation (p = 0,231) acceptors showed that there was no difference in the proportion.

The proportion of acceptors women were higher compared with men. The need for guidance to increase male contraception to use contraception.


(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP Nama : Ayu July Arnita Saragih Tempat/ Tanggal Lahir : Pematangsiantar, 16 Juli 1988 Agama : Islam

Status Perkawinan : Belum Menikah Anak ke : 1 dari 3 Bersaudara

Alamat Rumah : Jl. Setia Negara No. 3C Pematangsiantar HP : 085270080071

Riwayat Pendidikan :

2006-2010 : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara 2003-2006 : Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 2 Pematangsiantar

2000-2003 : Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) Negeri 2 Pematangsiantar 1994-2000 : Sekolah Dasar (SD) Negeri Nomor 124387 Pematangsiantar


(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, yang mana atas berkat dan rahmat-Nya, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Skripsi dengan judul : Karakteristik Akseptor KB Di Kelurahan Setia Negara Pematangsiantar Tahun 2009 ini merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi penulis untuk mendapatkan gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM) di Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Sumatera Utara (USU).

Tulisan ini penulis persembahkan kepada Ayahanda Arfan Saragih dan Ibunda Mulyani Aziz, sebuah hasil dari Ananda menjalani pendidikan 4 tahun di FKM USU. Terima kasih atas kesabaran serta dukungan yang terus Ananda terima selama ini.

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang mendalam kepada Ibu drh. Rasmaliah, M.Kes selaku Dosen Pembimbing I dan Ibu drh. Hiswani, M.Kes selaku Dosen Pembimbing II yang telah sabar membimbing dan mengarahkan penulis dalam proses penyusunan proposal hingga skripsi. Ibu Prof. dr. Nerseri Barus, MPH selaku Dosen Penguji I dan Bapak Drs. Jemadi, M.Kes selaku Dosen Penguji II yang telah memberikan masukan dan pengarahan kepada penulis dalam penulisan skripsi.

Pada kesempatan ini penulis juga ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Ibu dr. Ria Masniari Lubis, M.Si selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.


(8)

2. Bapak Prof. dr. Sori Muda Sarumpaet, MPH selaku Ketua Departemen Epidemiologi FKM USU.

3. Bapak dr. Mhd. Makmur Sinaga, MS selaku dosen pembimbing akademik. 4. Bapak Zainal Siahaan, S.E. selaku Kepala BKKBN Pematangsiantar beserta

staf yang telah memberikan izin penelitian. Serta Bapak Endang Prawira selaku Lurah Kelurahan Setia Negara Pematangsiantar beserta staf yang telah membantu dalam pelaksanaan penelitian.

5. Para Dosen dan Pegawai di lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

6. Seluruh keluarga besarku atas dukungan dan doanya. Adik-adikku tersayang, Indah dan Ikhsan harus tetap semangat untuk membahagiakan orang tua dan meraih cita-cita.

7. Teman-teman FKM Stambuk 2006, PBL, LKP, serta Peminatan Epidemiologi 2006. Khairul Umri yang banyak membantu dan memberikan dukungan dalam penyelesaian skripsi ini. Terima kasih atas semua warna-warni kehidupan dan menghabiskan waktu bersama dalam menggapai cita-cita serta memberikan motivasi dalam menjalankan pendidikan di FKM USU.

Penulis menyadari masih terdapat kesalahan dan kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Untuk itu, penulis mengharapkan saran dan kritikan yang bersifat membangun agar kedepannya bisa menjadi lebih baik. Semoga skripsi ini bermanfaat.

Medan, 03 Juni 20010 Penulis


(9)

DAFTAR ISI

Halaman Pengesahan ... i

Abstrak ... ii

Riwayat Hidup ... iv

Kata Pengantar ... v

Daftar Isi ... vii

Daftar Tabel ... x

Daftar Gambar ... xii

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 7

1.3. Tujuan Penelitian... 7

1.3.1. Tujuan Umum ... 7

1.3.2. Tujuan Khusus ... 7

1.4. Manfaat Penelitian ... 8

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Kontrasepsi ... 9

2.2. Pengertian Pasangan Usia Subur (PUS) ... 10

2.3. Pengertian Keluarga Berencana ... 11

2.4. Sejarah dan Perkembangan Keluarga Berencana ... 12

2.5. Tujuan Keluarga Berencana ... 15

2.6. Sasaran Keluarga Berencana... 16

2.6.1. Sasaran Langsung ... 16

2.6.2. Sasaran Tidak Langsung ... 16

2.7. Manfaat Keluarga Berencana ... 17

2.7.1. Manfaat Umum ... 17

2.7.2. Manfaat Khusus ... 18

2.8. Indikator Keluarga Berencana ... 19

2.9. Metode Kontrasepsi ... 19

2.9.1. Masa Menunda Kesuburan/Kehamilan ... 20

2.9.2. Masa Mengatur Kesuburan/Menjarangkan Kehamilan ... 21

2.9.3. Masa Mengakhiri Kesuburan/Tidak Hamil Lagi ... 22

2.10. Pembagian Metode Kontrasepsi ... 23

2.10.1. Metode Kontrasepsi Sederhana ... 23

2.10.2. Metode Kontrasepsi Efektif... 26

2.10.3. Metode Kontrasepsi Mantap (KONTAP) ... 40

2.11. Tempat Pelayanan Kontrasepsi ... 46

2.12. Keluarga Sejahtera ... 47


(10)

2.13.1. Distribusi Alat Kontrasepsi ... 49

2.13.2. Determinan Alat Kontrasepsi ... 51

BAB 3 KERANGKA KONSEP 3.1. Kerangka Konsep ... 56

3.2. Definisi Operasional ... 56

BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1. Jenis Penelitian ... 61

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 61

4.2.1. Lokasi Penelitian ... 61

4.2.2. Waktu Penelitian... 61

4.3. Populasi dan Sampel... 61

4.3.1. Populasi ... 61

4.3.2. Sampel ... 62

4.4. Teknik Pengambilan Sampel ... 62

4.5. Metode Pengumpulan Data ... 63

4.6. Teknik Analisa Data ... 63

BAB 5 HASIL PENELITIAN 5.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 64

5.2. Proporsi Akseptor Berdasarkan Sosiodemografi ... 65

5.3. Proporsi Akseptor Berdasarkan Jumlah Anak ... 69

5.4. Proporsi Akseptor Berdasarkan Jenis Kelamin Anak ... 69

5.5. Proporsi Akseptor Berdasarkan Jenis Kontrasepsi... 70

5.6. Proporsi Akseptor Berdasarkan Tempat Pelayanan Kontrasepsi/KB ... 70

5.7. Proporsi Akseptor Berdasarkan Tingkatan Keluarga Sejahtera ... 71

5.8. Proporsi Jenis Kontrasepsi Berdasarkan Sosiodemografi ... 71

5.9. Proporsi Jenis Kontrasepsi Berdasarkan Jumlah Anak ... 75

5.10. Proporsi Jenis Kontrasepsi Berdasarkan Jenis Kelamin Anak ... 76

5.11. Proporsi Jenis Kontrasepsi Berdasarkan Tempat Pelayanan KB ... 76

5.12. Proporsi Jenis Kontrasepsi Berdasarkan Tingkatan Keluarga Sejahtera ... 77

BAB 6 PEMBAHASAN 6.1. Karakteristik Akseptor Berdasarkan Sosiodemografi ... 78

6.1.1. Umur Akseptor ... 78

6.1.2. Umur Suami Akseptor ... 79

6.1.3. Umur Istri Akseptor ... 81

6.1.4. Jenis Kelamin Akseptor ... 82

6.1.5. Suku Akseptor ... 83

6.1.6. Agama Akseptor ... 85

6.1.7. Pendidikan Akseptor ... 87


(11)

6.1.9. Pendidikan Istri Akseptor ... 89

6.1.10. Pekerjaan Akseptor... 90

6.1.11. Pekerjaan Suami Akseptor ... 91

6.1.12. Pekerjaan Istri Akseptor ... 93

6.2. Jumlah Anak ... 94

6.3. Jenis Kelamin Anak ... 95

6.4. Jenis Kontrasepsi ... 97

6.5. Tempat Pelayanan Kontrasepsi/KB... 98

6.6. Tingkatan Keluarga Sejahtera ... 100

6.7. Analisa Statistik ... 102

6.7.1. Jenis Kontrasepsi Berdasarkan Sosiodemografi ... 102

6.7.2. Jenis Kontrasepsi Berdasarkan Jumlah Anak ... 112

6.7.3. Jenis Kontrasepsi Berdasarkan Jenis Kelamin Anak ... 113

6.7.4. Jenis Kontrasepsi Berdasarkan Tempat Pelayanan KB ... 115

6.7.5. Jenis Kontrasepsi Berdasarkan Tingkatan Keluarga Sejahtera ... 117

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN 7.1. Kesimpulan ... 119

7.2. Saran ... 121

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

Lampiran 1 Table Random Number

Lampiran 2 Master Data Lampiran 3 Print Out SPSS

Lampiran 4 Surat Survei Pendahuluan Lampiran 5 Surat Penelitian


(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 5.1. Distribusi Pasangan Usia Subur Berdasarkan Kelompok Umur di Kelurahan Setia Negara Kecamatan Siantar

Sitalasari Pematangsiantar Tahun 2009 ... 65 Tabel 5.2. Distribusi Proporsi Akseptor Berdasarkan

Sosiodemografi di Kelurahan Setia Negara

Pematangsiantar Tahun 2009 ... 66 Tabel 5.3. Distribusi Proporsi Akseptor Berdasarkan Jumlah Anak

di Kelurahan Setia Negara Pematangsiantar Tahun 2009 ... 69 Tabel 5.4. Distribusi Proporsi Akseptor Berdasarkan Jenis Kelamin

Anak di Kelurahan Setia Negara Pematangsiantar Tahun

2009 ... 69 Tabel 5.5. Distribusi Proporsi Akseptor Berdasarkan Jenis

Kontrasepsi di Kelurahan Setia Negara Pematangsiantar

Tahun 2009 ... 70 Tabel 5.6. Distribusi Proporsi Akseptor Berdasarkan Tempat

Pelayanan Kontrasepsi/KB di Kelurahan Setia Negara

Pematangsiantar Tahun 2009 ... 70 Tabel 5.7. Distribusi Proporsi Akseptor Tingkatan Keluarga

Sejahtera di Kelurahan Setia Negara Pematangsiantar

Tahun 2009 ... 71 Tabel 5.8. Distribusi Proporsi Jenis Kontrasepsi Berdasarkan Umur

Akseptor di Kelurahan Setia Negara Pematangsiantar

Tahun 2009 ... 71 Tabel 5.9. Distribusi Proporsi Jenis Kontrasepsi Berdasarkan Umur

Suami Akseptor di Kelurahan Setia Negara

Pematangsiantar Tahun 2009 ... 72 Tabel 5.10. Distribusi Proporsi Jenis Kontrasepsi Berdasarkan Jenis

Kelamin Akseptor di Kelurahan Setia Negara

Pematangsiantar Tahun 2009 ... 72 Tabel 5.11. Distribusi Proporsi Jenis Kontrasepsi Berdasarkan

Pendidikan Akseptor di Kelurahan Setia Negara


(13)

Tabel 5.12. Distribusi Proporsi Jenis Kontrasepsi Berdasarkan Pendidikan Suami Akseptor di Kelurahan Setia Negara

Pematangsiantar Tahun 2009 ... 73 Tabel 5.13. Distribusi Proporsi Jenis Kontrasepsi Berdasarkan

Pekerjaan Akseptor di Kelurahan Setia Negara

Pematangsiantar Tahun 2009 ... 74 Tabel 5.14. Distribusi Proporsi Jenis Kontrasepsi Berdasarkan

Pekerjaan Suami Akseptor di Kelurahan Setia Negara

Pematangsiantar Tahun 2009 ... 75 Tabel 5.15. Distribusi Proporsi Jenis Kontrasepsi Berdasarkan

Jumlah Anak Akseptor di Kelurahan Setia Negara

Pematangsiantar Tahun 2009 ... 75 Tabel 5.16. Distribusi Proporsi Jenis Kontrasepsi Berdasarkan Jenis

Kelamin Anak Akseptor di Kelurahan Setia Negara

Pematangsiantar Tahun 2009 ... 76 Tabel 5.17. Distribusi Proporsi Jenis Kontrasepsi Berdasarkan

Tempat Pelayanan KB Akseptor di Kelurahan Setia

Negara Pematangsiantar Tahun 2009 ... 76 Tabel 5.18. Distribusi Proporsi Jenis Kontrasepsi Berdasarkan

Tingkatan Keluarga Sejahtera Akseptor di Kelurahan


(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 6.1. Distribusi Proporsi Akseptor Berdasarkan Umur Akseptor di Kelurahan Setia Negara Pematangsiantar Tahun 2009 ... 78 Gambar 6.2. Distribusi Proporsi Akseptor Berdasarkan Umur Suami Akseptor di

Kelurahan Setia Negara Pematangsiantar Tahun 2009 ... 80 Gambar 6.3. Distribusi Proporsi Akseptor Berdasarkan Umur Istri Akseptor di

Kelurahan Setia Negara Pematangsiantar Tahun 2009 ... 81 Gambar 6.4. Distribusi Proporsi Akseptor Berdasarkan Jenis Kelamin Akseptor di

Kelurahan Setia Negara Pematangsiantar Tahun 2009 ... 82 Gambar 6.5. Distribusi Proporsi Akseptor Berdasarkan Suku di Kelurahan Setia

Negara Pematangsiantar Tahun 2009 ... 84 Gambar 6.6. Distribusi Proporsi Akseptor Berdasarkan Agama di Kelurahan Setia

Negara Pematangsiantar Tahun 2009 ... 85 Gambar 6.7. Distribusi Proporsi Akseptor Berdasarkan Pendidikan di Kelurahan

Setia Negara Pematangsiantar Tahun 2009 ... 87 Gambar 6.8. Distribusi Proporsi Akseptor Berdasarkan Pendidikan Suami Akseptor

di Kelurahan Setia Negara Pematangsiantar Tahun 2009 ... 88 Gambar 6.9. Distribusi Proporsi Akseptor Berdasarkan Pendidikan Istri Akseptor

di Kelurahan Setia Negara Pematangsiantar Tahun 2009 ... 89 Gambar 6.10. Distribusi Proporsi Akseptor Berdasarkan Pekerjaan di Kelurahan

Setia Negara Pematangsiantar Tahun 2009 ... 90 Gambar 6.11. Distribusi Proporsi Akseptor Berdasarkan Pekerjaan Suami Akseptor

di Kelurahan Setia Negara Pematangsiantar Tahun 2009 ... 92 Gambar 6.12. Distribusi Proporsi Akseptor Berdasarkan Pekerjaan Istri Akseptor di

Kelurahan Setia Negara Pematangsiantar Tahun 2009 ... 93 Gambar 6.13. Distribusi Proporsi Akseptor Berdasarkan Jumlah Anak di Kelurahan

Setia Negara Pematangsiantar Tahun 2009 ... 94 Gambar 6.14. Distribusi Proporsi Akseptor Berdasarkan Jenis Kelamin Anak di


(15)

Gambar 6.15. Distribusi Proporsi Akseptor Berdasarkan Jenis Kontrasepsi di Kelurahan Setia Negara Pematangsiantar Tahun 2009 ... 97 Gambar 6.16. Distribusi Proporsi Akseptor Berdasarkan Tempat Pelayanan KB di

Kelurahan Setia Negara Pematangsiantar Tahun 2009 ... 99 Gambar 6.17. Distribusi Proporsi Akseptor Berdasarkan Tingkatan Keluarga

Sejahtera di Kelurahan Setia Negara Pematangsiantar Tahun 2009... 100 Gambar 6.18. Distribusi Proporsi Jenis Kontrasepsi Berdasarkan Umur Akseptor di

Kelurahan Setia Negara Pematangsiantar Tahun 2009 ... 102 Gambar 6.19. Distribusi Proporsi Jenis Kontrasepsi Berdasarkan Umur Suami

Akseptor di Kelurahan Setia Negara Pematangsiantar Tahun 2009 ... 104 Gambar 6.20. Distribusi Proporsi Jenis Kontrasepsi Berdasarkan Jenis Kelamin

Akseptor di Kelurahan Setia Negara Pematangsiantar Tahun 2009 ... 105 Gambar 6.21. Distribusi Proporsi Jenis Kontrasepsi Berdasarkan Pendidikan

Akseptor di Kelurahan Setia Negara Pematangsiantar Tahun 2009 ... 107 Gambar 6.22. Distribusi Proporsi Jenis Kontrasepsi Berdasarkan Pendidikan Suami

Akseptor di Kelurahan Setia Negara Pematangsiantar Tahun 2009 ... 108 Gambar 6.23. Distribusi Proporsi Jenis Kontrasepsi Berdasarkan Jenis Pekerjaan

Akseptor di Kelurahan Setia Negara Pematangsiantar Tahun 2009 ... 110 Gambar 6.24. Distribusi Proporsi Jenis Kontrasepsi Berdasarkan Jenis Pekerjaan

Suami Akseptor di Kelurahan Setia Negara Pematangsiantar Tahun 2009... 111 Gambar 6.25. Distribusi Proporsi Jenis Kontrasepsi Berdasarkan Jumlah Anak

Akseptor di Kelurahan Setia Negara Pematangsiantar Tahun 2009 ... 112 Gambar 6.26. Distribusi Proporsi Jenis Kontrasepsi Berdasarkan Jenis Kelamin

Anak Akseptor di Kelurahan Setia Negara Pematangsiantar Tahun 2009... 114 Gambar 6.27. Distribusi Proporsi Jenis Kontrasepsi Berdasarkan Tempat Pelayanan

KB Akseptor di Kelurahan Setia Negara Pematangsiantar Tahun 2009 .. 116 Gambar 6.28. Distribusi Proporsi Jenis Kontrasepsi Berdasarkan Tingkatan Keluarga

Sejahtera Akseptor di Kelurahan Setia Negara Pematangsiantar Tahun 2009... 117


(16)

ABSTRAK

Program KB Nasional merupakan salah satu program untuk meningkatkan kualitas penduduk dan mutu SDM. Akseptor di Kelurahan Setia Negara sebesar 66,24%. Alat kontrasepsi yang digunakan adalah pil (20,99%), suntik (13,50%), implant (10,58%), MOW (9,03%), IUD (8,03%), dan kondom (4,11%).

Untuk mengetahui karakteristik akseptor KB di Kelurahan Setia Negara Pematangsiantar tahun 2009, dilakukan penelitian deskriptif dengan desain case series dan dilanjutkan analisa statistik Chi-Square. Populasi adalah 726 data akseptor. Sampel adalah 258 data yang diambil dengan cara Simple Random Sampling.

Proporsi tertinggi akseptor berdasarkan sosiodemografi yaitu kelompok umur 47 – 49 tahun (15,1%), perempuan (93,8%), suku Jawa (66,7%), Islam (80,2%) , SLTA (42,6%), dan tidak bekerja (43,0%). Proporsi Jumlah anak > 2 (61,6%), jenis kelamin anak laki-laki dan perempuan (67,8%), pil KB (31,4%), ke klinik KB swasta (63,6%), dan KS II (59,3%).

Proporsi akseptor yang berumur ≥ 20 - < 35 tahun (81,4% vs 18,6% ; p = 0,000), akseptor perempuan (57,4% vs 42,6%; p = 0,001), akseptor yang mempunyai ≤ 2 anak (77,8% vs 22,2%; p = 0,000), akseptor yang mempunyai anak laki-laki saja, dan memiliki anak perempuan saja (64,9% vs 35,1%; 87,0% vs 13,0%; p = 0,000), dan akseptor ke klinik KB swasta (68,9% vs 31,1%; p = 0,000) secara bermakna lebih tinggi menggunakan kontrasepsi kurang efektif dibandingkan dengan kontrasepsi efektif. Sedangkan proporsi akseptor yang merupakan keluarga miskin secara bermakna lebih tinggi menggunakan kontrasepsi efektif dibandingkan dengan kontrasepsi kurang efektif (33,3% vs 66,7%; p = 0,000). Pendidikan (p = 0,184 ) dan pekerjaan (p = 0,231) akseptor menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan proporsi.

Proporsi akseptor perempuan lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki. Diharapkan agar kesertaan pria dalam ber-KB lebih ditingkatkan lagi.


(17)

ABSTRACT

National Family Planning Program is one of program to improve the quality of the population and quality of human resources. Acceptors in the Kelurahan Setia Negara Pematangsiantar is 66.24%. Contraceptive were used pills (20,99%), injection (13,50%), implant (10,58%), MOW (9,03%), IUD (8,03%) and condoms (4,11%).

To investigate the characteristics of family planning acceptors in the Kelurahan Setia Negara Pematangsiantar in 2009, conducted research with a descriptive case series design and statistical analysis followed by Chi-Square. The population was 726 acceptors data. 258 data samples are taken by Simple Random Sampling.

The highest proportion of acceptors based on sociodemographic age group 47-49 years old (15,1%), women (93,8%), Javanese (66,7%), Islam (80,2%), Senior High Schools (42,6% ), and unemployed (43,0%). Proportion of children> 2 (61,6%), sex complete children (67,8%), oral contraceptives (31,4%), to private family planning clinics (6,.6%), and KS II (59,3%).

The proportion of acceptors aged ≥ 20 - <35 years old (81,4% vs 18,6%; p = 0,000), acceptors are women (57,4% vs 42,6% ; p = 0,001), acceptor having ≤ 2 children (77,8% vs 22,2%; p = 0.000), acceptors who have only boys, and has only daughter (64,9% vs 35,1%; 87,0% vs 13,0%; p = 0,000), and acceptors to the private family planning clinic (68,9% vs 31,1%; p = 0,000) were significantly higher using less effective contraceptive compared with an effective contraceptive. While the proportion of acceptors who are poor families were significantly higher using effective contraception as compared with less effective contraception (33,3% vs 66,7%; p = 0,000). Education (p = 0,184) and occupation (p = 0,231) acceptors showed that there was no difference in the proportion.

The proportion of acceptors women were higher compared with men. The need for guidance to increase male contraception to use contraception.


(18)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

Program Keluarga Berencana (KB) Nasional yang dicanangkan sejak tahun 1970, kemudian dikukuhkan dan diatur di dalam Undang-Undang Nomor 10 tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera, maka seluruh rakyat Indonesia mempunyai komitmen resmi untuk bersama-sama membangun Norma Keluarga Kecil yang Bahagia dan Sejahtera. Dalam era reformasi dewasa ini, Program KB Nasional masih tetap menjadi perhatian dan komitmen pemerintah, sehingga program ini masih tercantum dan diamanatkan pula dalam Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2005, tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2004-2009.1

Berbagai perubahan lingkungan strategis baik nasional, regional, maupun internasional, telah memberi pengaruh dalam pelaksanaan Program KB Nasional di Indonesia. Dalam menghadapi perubahan dan tantangan tersebut, telah dilakukan perubahan visi dan misi BKKBN (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional). Visi baru BKKBN adalah ”Seluruh Keluarga Ikut KB”, dengan misi “Mewujudkan Keluarga Kecil yang Bahagia dan Sejahtera”.2

Berdasarkan visi dan misi tersebut, Program KB Nasional mempunyai kontribusi penting. Hal ini dapat dilihat pada pelaksanaan Program Making

Pregnancy Safer (MPS) di Indonesia 2001-2010 bahwa setiap kehamilan harus

merupakan kehamilan yang diinginkan. Untuk mewujudkan pesan kunci tersebut, KB merupakan upaya pelayanan kesehatan preventif yang paling dasar dan utama.


(19)

Program KB di Indonesia diakui secara Nasional dan Internasional sebagai salah satu program yang telah berhasil menurunkan tingkat kelahiran yang nyata.3

Proyeksi penduduk telah dirumuskan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) dengan perkiraan penduduk Indonesia sekitar 273,65 juta jiwa pada tahun 2025. Laju pertumbuhan penduduk Indonesia tahun 1971-1980 adalah 2,30%, tahun 1980-1990 adalah 1,97%, tahun 1990-2000 sebesar 1,49% dan tahun 2000-2005 adalah 1,3%. Hal ini menujukkan adanya penurunan laju pertumbuhan penduduk Indonesia.4

Berdasarkan hasil survei, AKI (Angka Kematian Ibu) dan AKB (angka kematian bayi) terus menunjukkan penurunan, dari 307 per 100.000 kelahiran hidup (Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia/SDKI 2002-2003) menjadi 228 per 100.000 kelahiran hidup (SDKI 2007) untuk AKI, sedangkan untuk AKB dari 35 per 1000 kelahiran hidup (SDKI 2002-2003) menjadi 34 per 1000 kelahiran hidup (SDKI 2007).5

Risiko perempuan untuk mengalami kehamilan pada suatu negara dapat diukur melalui angka fertilitas total ( Total Fertility Rate /TFR). TFR mencapai 5,8 di Afrika, 2,9 di Asia, 3,1 di Amerika Latin dan Karibia, dan hanya 1,6 di negara-negara maju. Terdapat hubungan tidak langsung antara TFR dan AKI, karena bila seorang ibu tidak mengalami kehamilan, maka ia bebas dari risiko untuk mengalami kesakitan dan kematian akibat kehamilan/persalinan. Melalui penggunaan alat kontrasepsi, kematian ibu sebanyak 22% di Jordania, 22% di Filipina, 39% di Kolombia, 44% di Jamaika, 28% di mesir, 15% di Kenya, dan 6% di Nigeria dapat dicegah.6

Keluarga berencana merupakan salah satu intervensi kesehatan ibu dan anak yang diperkenalkan di Matlab, Bangladesh sejak tahun 1976 sebagai bagian dari


(20)

kegiatan untuk menurunkan kematian ibu dan bayi. Data yang dikumpulkan di daerah tersebut antara akhir tahun 1970-an dan akhir tahun 1980-an menunjukkan bahwa keluarga berencana dapat menyumbang penurunan jumlah kematian ibu sebesar 2% per tahun, terutama kematian karena aborsi. Pemakaian kontrasepsi meningkat dari 8% menjadi 48% selama kurun waktu tersebut. 7

Di Mexico City peningkatan penggunaan kontrasepsi sebesar 24% antara tahun 1987 - 1992 berkaitan dengan penurunan angka aborsi sebanyak 39%. Di Kazakstan, peningkatan pemakaian pil dan IUD (Intra Uterine Device) sebanyak 32% pada awal tahun 1990-an menghasilkan turunnya angka aborsi 15%.7

Pada tahun 2006 TFR di Amerika Serikat sebesar 2,1 per PUS. Data tahun 2000-2005 menunjukkan bahwa alat kontrasepsi yang digunakan adalah MOW/Medis Operatif Wanita (30,0%), MOP/Medis Operatif Pria (14,0%), pil/oral kontrasepsi (26,0%), kondom (18,0%), IUD (6,0%), serta suntik dan implant (6,0%).8

Angka kelahiran total Indonesia turun dari 5,61 per wanita pasangan usia subur (PUS) pada tahun 1971 menjadi 2,6 tahun 2002, dan tetap 2,6 tahun 2007.9 Penurunan TFR ini pada umumnya sebagai akibat dari meningkatnya pemakaian alat kontrasepsi (prevalensi) pada PUS. Penurunan TFR berakibat pada menurunnya laju pertumbuhan penduduk. Tingkat prevalensi kesertaan ber-KB dari seluruh PUS pada tahun 1971 kurang dari 5%, meningkat menjadi 26% tahun 1980, 48% tahun 1987, 57% tahun 1997, 60% tahun 2002 dan 60,3% pada tahun 2003. Sekitar 8,6% PUS yang sebenarnya tidak ingin anak atau menunda kehamilannya, tidak memakai kontrasepsi (unmet need) pada tahun 2003 (SDKI 2002 – 2003). Kecenderungan


(21)

meningkatnya angka prevalensi merupakan hasil dari peningkatan akses dan kualitas pelayanan KB, serta ketersediaan alat kontrasepsi.10,11

Namun demikian, partisipasi pria dalam ber-KB masih sangat rendah yaitu sekitar 1,3 persen (SDKI 2002-2003). Selain disebabkan oleh keterbatasan macam dan jenis alat kontrasepsi laki-laki, juga oleh keterbatasan pengetahuan mereka akan hak-hak dan kesehatan reproduksi serta kesetaraan dan keadilan gender. 10,11

Pada tahun 2003, jumlah PUS sebanyak 5.918.271 pasang. Dari jumlah ini sebanyak 11,72% (693.469 peserta) merupakan peserta KB baru dan sebanyak 77,80% (4.604.160 peserta) merupakan akseptor KB aktif. Menurut SDKI 2002 – 2003, kontrasepsi yang banyak digunakan adalah metode suntikan (49,1%), pil (23,3%), IUD/spiral (10,9%), implant (7,6%), MOW (6,5%), kondom (1,6%), dan MOP (0,7%).12

Hasil Mini Survei Peserta KB Aktif (MS-PA) tahun 2005 menunjukkan bahwa prevalensi peserta KB di Indonesia 66,2%. Alat/cara KB yang dominan dipakai adalah suntikan (34,0%) dan pil (17,0%) sedangkan yang lainnya, IUD (7,0%) , implant/susuk KB (4,0%), MOW (2,6%), MOP (0,3 %) dan kondom (0,6%). Angka prevalensi tinggi dicapai oleh propinsi Bali (77,0%), Bengkulu (76,0%), DIY (75,0%), Jambi (74,0%), dan Sulut (72,0%). Sedangkan angka prevalensi rendah ditempati oleh propinsi Papua (44,0%), NTT (47,0%) dan Maluku Utara (48,0%). Secara umum sumber pelayanan KB yang dominan adalah sumber pelayanan swasta (55,0%), sedangkan sumber pelayanan pemerintah (40,0%) dan sumber lainnya (4,8%).13,14


(22)

Pada tahun 2008, di Indonesia terdapat sekitar 38,9 juta PUS dimana sekitar 69,1% merupakan akseptor KB (26,9 juta PUS). PUS di pulau Jawa sebagai akseptor KB tertinggi dibanding pulau lainnya (72,9%). Propinsi yang persen PUS sebagai akseptor KB yang tertinggi adalah Bali (80%), sedangkan yang terendah adalah Papua (18%).15

Pada tahun 2008, di Pulau Sumatera terdapat 7,57 juta PUS dengan 64,5% (4,88 juta peserta KB aktif).15 Pada tahun 2008, di Provinsi Sumatera Utara terdapat 65,2% PUS yang menggunakan alat kontrasepsi, dengan proporsi 64,4% yang menggunakan cara modern. Alat kontrasepsi yang banyak digunakan adalah suntik (29,7%), pil (21,5%), MOW (4,3%), IUD/Spiral (3,7%), implant/susuk (2,8%), kondom (1,8%) dan MOP (0,2%).16 Berdasarkan prevalensi KB menurut Kabupaten Kota Provinsi Sumatera Utara tahun 2009, prevalensi KB Provinsi SUMUT sebesar 59,4% .17

Pada Desember 2009 di Kota Pematangsiantar, ada 34.183 PUS. Dari jumlah ini sebanyak 68,08% (23.272 akseptor) merupakan peserta KB aktif dengan kontrasepsi yang banyak digunakan adalah suntik KB (20,36%), pil (17,20%), MOW (9,36%), IUD (7,90%), Implant (7,53%), kondom (5,79%), dan MOP (0,02%). Sedangkan jumlah peserta KB baru sampai dengan bulan Desember sebanyak 7.322 akseptor (21,42%).18

Di Kecamatan Siantar Sitalasari, tahun 2009 tercatat sebanyak 3.940 PUS dengan peserta KB aktif 64,75% (2.551 peserta) dengan kontrasepsi yang banyak digunakan adalah pil (20,15%), suntik KB (19,62%), MOW (7,77%), IUD (7,46%), implant (6,73%), dan kondom (3,02%). Sedangkan peserta KB baru hanya 26,57%


(23)

(1.047 peserta). Berdasarkan laporan hasil pencapaian peserta KB aktif Desember 2009 di Kota Pematangsiantar, dari delapan kecamatan yang ada, Kecamatan Siantar Sitalasari (64,75%) merupakan salah satu kecamatan yang pencapaian peserta KB aktifnya terendah setelah Kecamatan Siantar Timur (60,35%).18

Dari data Petugas Lapangan KB/Penyuluh KB/Pengelola KB Kelurahan Setia Negara tahun 2009, tercatat sebanyak 1.096 PUS dengan peserta KB aktif 66,24% (726 peserta) dan 112 peserta KB baru (10,22%). Berdasarkan peserta KB aktif, kontrasepsi yang banyak digunakan adalah pil (20,99%), suntik KB (13,50%), implant (10,58%), MOW (9,03%), IUD (8,03%), dan kondom (4,11%).18 Berdasarkan laporan hasil pencapaian peserta KB aktif Desember 2009 di Kecamatan Siantar Sitalasari, dari lima kelurahan yang ada, Kelurahan Setia Negara (66,24%) merupakan salah satu kelurahan yang pencapaian peserta KB aktifnya tertinggi setelah Kelurahan Bah Kapul (67,98%). Dimana peserta KB lebih menyenangi MOW dibandingkan dengan IUD.18

Berdasarkan latar belakang diatas, maka perlu dilakukan penelitian tentang karakteristik akseptor KB di Kelurahan Setia Negara Pematangsiantar tahun 2009.


(24)

1.2. Perumusan Masalah

Belum diketahui karakteristik akseptor KB di Kelurahan Setia Negara Pematangsiantar tahun 2009.

1.3. Tujuan

1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui karakteristik akseptor KB di Kelurahan Setia Negara Pematangsiantar tahun 2009.

1.3.2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui distribusi proporsi akseptor KB berdasarkan sosiodemografi meliputi umur, jenis kelamin, suku, agama, pendidikan, dan pekerjaan.

b. Untuk mengetahui distribusi proporsi akseptor KB berdasarkan jumlah anak. c. Untuk mengetahui distribusi akseptor KB berdasarkan jenis kelamin anak. d. Untuk mengetahui distribusi proporsi akseptor KB berdasarkan jenis kontrasepsi. e. Untuk mengetahui distribusi akseptor KB berdasarkan tempat pelayanan

kontrasepsi/KB.

f. Untuk mengetahui distribusi proporsi akseptor KB berdasarkan tingkatan keluarga sejahtera.

g. Untuk mengetahui perbedaan proporsi jenis kontrasepsi berdasarkan sosiodemografi (umur, jenis kelamin, pendidikan dan pekerjaan) akseptor KB. h. Untuk mengetahui perbedaan proporsi jenis kontrasepsi berdasarkan jumlah anak


(25)

i. Untuk mengetahui perbedaan proporsi jenis kontrasepsi berdasarkan jenis kelamin anak akseptor KB.

j. Untuk mengetahui perbedaan proporsi jenis kontrasepsi berdasarkan tempat pelayanan kontrasepsi akseptor KB.

k. Untuk mengetahui perbedaan proporsi jenis kontrasepsi berdasarkan tingkatan keluarga sejahtera akseptor KB.

1.4. Manfaat

1.4.1. Sebagai bahan masukan bagi Kelurahan Setia Negara Pematangsiantar khususnya yang menangani Program KB.

1.4.2. Menambah wawasan dan pengetahuan peneliti dalam melakukan penelitian ilmiah dan sebagai referensi bagi penelitian selanjutnya khususnya mengenai alat kontrasepsi.


(26)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Kontrasepsi

Istilah kontrasepsi berasal dari kata kontra dan konsepsi. Kontra berarti “melawan” atau “mencegah”, sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur yang matang dengan sperma yang mengakibatkan kehamilan. Maksud dari kontrasepsi adalah menghindari/mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat adanya pertemuan antara sel telur yang matang dengan sel sperma.19

Kontrasepsi ideal harus memenuhi syarat-syarat antara lain dapat dipercaya, tidak menimbulkan efek yang mengganggu kesehatan, daya kerjanya dapat diatur menurut kebutuhan, tidak menimbulkan gangguan sewaktu melakukan koitus, tidak memerlukan motivasi terus menerus, mudah pelaksanaannya, murah harganya sehingga dapat dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat, dan dapat diterima penggunaannya oleh pasangan yang bersangkutan.4

Kontrasepsi dapat reversible (kembali) atau permanen (tetap). Kontrasepsi yang reversible adalah metode kontrasepsi yang dapat dihentikan setiap saat tanpa efek lama di dalam mengembalikan kesuburan atau kemampuan untuk mempunyai anak lagi. Kontrasepsi permanen adalah kontrasepsi yang tidak dapat mengembalikan kesuburan dikarenakan melibatkan tindakan operasi.19

Ada dua pembagian cara kontrasepsi, yaitu :19

1) Cara kontrasepsi sederhana, terbagi lagi atas kontrasepsi tanpa alat dan kontrasepsi dengan alat/obat. Kontrasepsi sederhana tanpa alat dapat dilakukan dengan senggama terputus dan pantang berkala. Sedangkan kontrasepsi dengan


(27)

alat/obat dapat dilakukan dengan menggunakan kondom, diafragma atau cup,

cream, jelly, atau tablet berbusa (vaginal tablet).

2) Cara kontrasepsi modern/metode efektif. Cara kontrasepsi ini dibedakan atas kontrasepsi tidak permanen dan kontrasepsi permanen. Kontrasepsi tidak permanen dapat dilakukan dengan pil, Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR), suntikan, dan norplant. Sedangkan cara kontrasepsi permanen dapat dilakukan dengan matoda mantap, yaitu dengan operasi tubektomi (sterilisasi pada wanita), dan vasektomi (sterilisasi pada pria).

2.2. Pengertian Pasangan Usia Subur (PUS)

Pasangan Usia Subur (PUS) adalah pasangan suami istri yang terikat dalam perkawinan yang sah, yang istrinya berumur antara 15 sampai dengan 49 tahun, dan secara operasional termasuk pula pasangan suami istri yang istrinya berumur kurang dari 15 tahun dan telah haid atau istri berumur lebih dari 50 tahun tetapi masih haid.1

Berdasarkan maksud dan tujuan kontrasepsi, maka yang membutuhkan kontrasepsi adalah pasangan usia subur (PUS) yang aktif melakukan hubungan seks dan kedua-duanya memiliki kesuburan normal namun tidak menghendaki kehamilan.19

PUS yang menggunakan alat kontrasepsi disebut peserta/akseptor KB. Peserta KB adalah PUS yang sedang menggunakan salah satu metode kontrasepsi. Sedangkan peserta KB aktif adalah peserta KB yang sedang menggunakan salah satu metode kontrasepsi secara terus-menerus tanpa diselingi kehamilan. Adapula yang disebut peserta KB baru yaitu PUS yang baru pertama kali menggunakan alat/cara


(28)

kontrasepsi dan atau PUS yang kembali menggunakan metode kontrasepsi setelah melahirkan/keguguran.2

2.3. Pengertian Keluarga Berencana

Menurut WHO (World Health Organization) keluarga berencana adalah tindakan yang membantu pasangan suami istri untuk menghindari kehamilan yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang memang sangat diinginkan, mengatur interval diantara kehamilan, mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami istri serta menentukan jumlah anak dalam keluarga.20

Keluarga berencana tidak hanya berarti membatasi jumlah anak, misalnya hanya sampai dua anak saja. Keluarga berencana berarti mengatur waktu kelahiran, perbedaan umur antara anak-anak, mendidik anak, dan peningkatan kebahagiaan suami-istri.21

Menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1992, tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera, Keluarga Berencana didefenisikan sebagai upaya peningkatan kepedulian dan peran serta mesyarakat, melalui pendewasaan umur perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga, untuk mewujudkan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera. 21

Secara umum KB dapat diartikan sebagai suatu usaha yang mengatur banyaknya kehamilan sedemikian rupa sehingga berdampak positif bagi ibu, bayi, ayah serta keluarganya yang bersangkutan tidak akan menimbulkan kerugian sebagai akibat langsung dari kehamilan tersebut. Diharapkan dengan adanya perencanaan


(29)

keluarga yang matang maka kehamilan merupakan suatu hal yang memang sangat diharapkan sehingga akan terhindar dari perbuatan untuk mengakhiri kehamilan dengan aborsi.22

Dalam pengertian sempitnya (secara khusus) keluarga berencana dalam kehidupan sehari-hari berkisar pada pencegahan konsepsi atau pencegahan terjadinya pembuahan atau mencegah pertemuan antara sel mani dari laki-laki dan sel telur dari wanita sekitar persetubuhan.22

2.4. Sejarah dan Perkembangan Keluarga Berencana

Masalah keluarga berencana dapat disoroti oleh etika individual, etika sosial, dan etika seksual.21 Gerakan KB bermula dari kepeloporan beberapa tokoh di dalam dan luar negeri. Pada awal abad ke-19, di Inggris, upaya keluarga berencana mula-mula timbul atas prakarsa sekelompok orang yang menaruh perhatian pada masalah kesehatan ibu. Maria Stopes (1880-1950) menganjurkan pengaturan kehamilan di kalangan kaum buruh di Inggris. Di Amerika Serikat dikenal Margareth Sanger (1883-1966) yang dengan Program Birth Control-nya merupakan pelopor Keluarga Berencana Modern.23

Pada 1917 didirikan National Birth Control League dan pada November 1921 diadakan American National Birth Control Conference I. Salah satu hasil konferensi tersebut adalah pendirian American Birth Control League dengan Margareth Sanger sebagai ketuanya. Pada tahun 1948, Margareth Sanger ikut mempelopori pembentukan International Committee on Planned Paranthood yang dalam konferensinya di New Delhi pada 1952 meresmikan berdirinya International Planned


(30)

Parenthood Federation (IPPF). Sejak saat itu berdirilah perkumpulan – perkumpulan

Keluarga Berencana di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. 23

Pelopor KB di Indonesia adalah Dr. Sulianti Saroso pada tahun 1952 yang menganjurkan para ibu untuk membatasi kelahiran, karena Angka Kelahiran Bayi sangat tinggi. Pada tanggal 23 Desember 1957 Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) diresmikan oleh dr. R. Soeharto sebagai ketua. Beliau memperjuangkan terwujudnya keluarga sejahtera melalui 3 macam usaha yaitu mengatur kehamilan/menjarangkan kehamilan, mengobati kemandulan, dan memberi nasehat perkawinan. 20

Pada Februari 1967 telah dilaksanakan Kongres pertama PKBI yang mengharapkan agar program KB dicanangkan sebagai program pemerintah. Pada November 1968 berdirilah Lembaga Keluarga Berencana Nasional (LKBN) yang diawasi dan dibimbing oleh Menteri Negara Kesejahteraan Rakyat, merupakan kristalisasi dan kesungguhan pemerintah dalam kebijaksanaan. Tahun 1970 pengelolaan program KB dikelola oleh suatu badan independent, yaitu Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), menggantikan LKBN, yang pertanggungjawabannya langsung kepada Presiden RI.23

Program KB di Indonesia mengalami perkembangan pesat, ditinjau dari sudut tujuan, ruang lingkup geografi, pendekatan, cara operasional, dan dampaknya terhadap pencegahan kelahiran. Sejak Pelita III dampak demografis dari Program KB memperhatikan target penurunan tingkat kelahiran kasar, yaitu dengan menetapkan target penurunan 50% dari 44 tahun 1971 menjadi 22 pada tahun 1990. Sedangkan pada Pelita V Program KB Nasional mencanangkan gerakan KB Nasional, yaitu


(31)

gerakan masyarakat yang menghimpun dan mengajak segenap potensi masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam melembagakan dan membudayakan Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera.23

Tahap selanjutnya program KB menjadi Gerakan KB yang ditujukan terutama untuk meningkatkan kualitas sumber daya manumur dilandasi oleh Undang-Undang No.10 tahun 1992 tentang kependudukan dan keluarga sejahtera. Ini berarti bahwa tahapan yang akan dilaksanakan merupakan tahap pembinaan yang semakin teknis dalam mewujudkan keluarga sejahtera dan berkualitas. 20

Pada tanggal 29 Juni 1994 Presiden Soeharto mencanangkan gerakan pembangunan keluarga sejahtera yang merupakan upaya untuk meningkatkan kualitas dan ketahanan masing-masing keluarga. Pelayanan yang diberikan dan strategi yang digunakan selalu berupaya memuaskan pelanggan sehingga sekarang program KB bukan semata-mata kepentingan pemerintah melainkan sudah menjadi kebutuhan masyarakat. Masyarakat dan calon akseptor sudah lebih memahami keuntungan dan manfaat penggunaan kontrasepsi. Sistem pelayanan yang diterapkan sekarang adalah sistem cafeteria dimana masyarakat sudah mampu memilih sendiri cara kontrasepsi apa yang terbaik dan cocok untuknya. Petugas kesehatan memberikan KIE (Keluarga Informasi Edukasi) atau konseling dan pengambil keputusan adalah pasangan suami istri.20


(32)

2.5. Tujuan Keluarga Berencana20

Gerakan KB dan pelayanan kontrasepsi memiliki tujuan :

1) Tujuan demografi yaitu mencegah terjadinya ledakan penduduk dengan menekan laju pertumbuhan penduduk (LPP) dan hal ini tentunya akan diikuti dengan menurunkan angka kelahiran atau TFR (Total Fertility Rate) dari 2,87 menjadi 2,0 per wanita pada tahun 2015. Pertambahan penduduk yang tidak terkendalikan akan mengakibatkan kesengsaraan dan menurunkan sumber daya alam serta banyaknya kerusakan yang ditimbulkan dan kesenjangan penyediaan bahan pangan dibandingkan jumlah penduduk.

2) Mengatur kehamilan dengan menunda perkawinan, menunda kehamilan anak pertama dan menjarangkan kehamilan setelah kelahiran anak pertama serta menghentikan kehamilan bila dirasakan anak telah cukup.

3) Mengobati kemandulan atau infertilitas bagi pasangan yang telah menikah lebih dari satu tahun tetapi belum juga mempunyai keturunan, hal ini memungkinkan untuk tercapainya keluarga bahagia.

4) Married Conseling atau nasehat perkawinan bagi remaja atau pasangan yang akan

menikah dengan harapan bahwa pasangan akan mempunyai pengetahuan dan pemahaman yang cukup tinggi dalam membentuk keluarga yang bahagia dan berkualitas.

5) Tujuan akhir KB adalah tercapainya norma keluarga kecil bahagia dan sejahtera serta membentuk keluarga berkualitas. Keluarga berkualitas artinya suatu keluarga yang harmonis, sehat, tercukupi sandang, pangan, papan, pendidikan dan produktif dari segi ekonomi.


(33)

2.6. Sasaran Keluarga Berencana 2.6.1. Sasaran Langsung

Adapun sasaran langsung dari Program KB adalah Pasangan Umur Subur (PUS) yaitu pasangan yang wanitanya berumur antara 15 – 49 tahun, karena kelompok ini merupakan pasangan yang aktif melakukan hubungan seksual dan setiap kegiatan seksual dapat mengakibatkan kehamilan. PUS diharapkan secara bertahap menjadi peserta KB yang aktif lestari sehingga memberikan efek langsung penurunan fertilisasi.20

2.6.2. Sasaran Tidak Langsung20

1) Kelompok remaja umur 15 – 19 tahun, remaja ini memang bukan merupakan target untuk menggunakan alat kontrasepsi secara langsung tetapi merupakan kelompok yang beresiko untuk melakukan hubungan seksual akibat telah berfungsinya alat-alat reproduksinya. Sehingga program KB disini lebih berupaya promotif dan preventif untuk mencegah terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan serta kejadian aborsi.

2) Organisasi-organisasi, lembaga kemasyarakatan serta instansi pemerintah maupun swasta serta tokoh masyarakat dan pemuka agama yang diharapkan dapat memberikan dukungan dalam melembagakan NKKBS.


(34)

2.7. Manfaat KB 2.7.1. Manfaat Umum24 a. Untuk Istri

Ada beberapa manfaat ber-KB bagi istri diantaranya istri lebih sehat, lebih cantik, lebih awet muda, lebih mesra dengan suami, lebih mempunyai waktu untuk mendidik, mengasuh, dan memberikan perhatian pada anak, serta memperkecil jam kerja produktif karena hamil atau melahirkan.

b. Untuk Suami

Sedangkan manfaat ber-KB bagi suami dapat membuat beban keluarga menjadi lebih ringan (beban pikiran, tanggung jawab, biaya), hubungan suami istri selalu terpenuhi, serta dapat memperhatikan dan mendidik anak menjadi lebih baik. c. Untuk Anak

Manfaat bagi anak yang orang tuanya ber-KB dapat memperoleh perhatian dan kasih sayang dari orang tua yang cukup, dan kesempatan pendidikan yang lebih baik serta kesehatannya.

d. Untuk Keluarga

Bagi keluarga sendiri manfaat KB diantaranya dapat memperkecil biaya santunan untuk melahirkan, bisa menabung, banyak waktu luang, bekerja lebih baik karena tidak banyak masalah, pendapatan bisa diatur untuk mencukupi kebutuhan rumah tangga, serta keluarga lebih sehat, sejahtera, dan bahagia.


(35)

2.7.2. Manfaat Khusus24

a. Untuk yang berumur dibawah 30 tahun dapat menciptakan keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera.

b. Untuk yang berumur diatas 30 tahun (jumlah anak lebih dari 4) menyelamatkan dari kematian karena resiko melahirkan.

Perencanaan keluarga yang baik akan mencegah bahaya yang berkaitan dengan kehamilan sebagai berikut :25

1) Terlalu muda. Wanita dibawah umur 17 tahun lebih sering mengalami kematian persalinan dan tubuh belum cukup matang untuk melahirkan. Bayi-bayi mereka lebih sering meninggal sebelum mencapai umur 1 tahun.

2) Terlalu tua. Wanita umur subur yang sudah tua akan mengalami bahaya, terutama bila mereka mempunyai masalah kesehatan lain atau sudah terlalu banyak melahirkan.

3) Terlalu dekat. Tubuh wanita memerlukan waktu untuk memulihkan tenaga dan kekuatan diantara kehamilan.

4) Terlalu banyak. Seorang wanita dengan anak lebih dari 4 akan lebih sering mengalami kematian karena perdarahan setelah persalinan dan penyebab lainnya.


(36)

2.8. Indikator Keluarga Berencana

Indikator KB yang umum dipakai adalah :26

1) Pernah Pakai KB (Ever Users) yaitu PUS yang pernah memakai alat/cara KB. 2) Angka Prevalensi Kontrasepsi (Contraceptive Prevalence Rate/CPR) yaitu angka

yang menunjukkan berapa banyaknya PUS yang sedang memakai kontrasepsi pada saat pencacahan dibandingkan dengan seluruh PUS.

3) Kontraseptif Mix yaitu banyaknya PUS yang memakai alat/cara KB tertentu per 100 pasangan umur subur (PUS).

2.9. Metode Kontrasepsi

Metode kontrasepsi adalah suatu cara yang digunakan untuk mencegah/menghindari terjadinya kehamilan. Tidak ada satupun metode kontrasepsi yang aman dan efektif bagi semua klien, kerena masing-masing mempunyai kesesuaian dan kecocokan individual bagi setiap klien.3

Faktor yang mempengaruhi pemilihan suatu metode kontrasepsi adalah efektivitas, keamanan, frekuensi pemakaian dan efek samping, serta kemauan dan kemampuan untuk melakukan kontrasepsi secara teratur dan benar. Selain hal tersebut, pertimbangan kontrasepsi juga didasarkan atas biaya serta peran dari agama dan kultur budaya mengenai kontrasepsi tersebut. Faktor lainnya adalah frekuensi


(37)

bersenggama, kemudahan untuk kembali hamil lagi, efek samping ke laktasi, dan efek dari kontrasepsi tersebut di masa depan.3

Metode kontrasepsi bekerja dengan dasar mencegah sperma laki-laki mencapai dan membuahi telur wanita (fertilisasi) atau mencegah telur yang sudah dibuahi untuk berimplantasi (melekat) dan berkembang di dalam rahim. Kontrasepsi .dapat reversible (kembali) atau permanen (tetap).22

Metode kontrasepsi dapat digunakan oleh pasangan umur subur secara rasional berdasarkan fase-fase kebutuhan seperti berikut ini :

Masa Menunda Kesuburan/Kehamilan27

Sebaiknya istri menunda kehamilan pertama sampai berumur 20 tahun.

1) Ciri-ciri kontrasepsi yang diperlukan adalah kembalinya kesuburan yang tinggi/reversibilitas yang tinggi. Artinya kembalinya kesuburan dapat terjamin hampir 100%. Hak ini penting karena pada masa ini akseptor belum mempunyai anak. Selain itu efektivitasnya juga tinggi. Artinya tingkat terjadinya kegagalan pada pemakaian alat kontrasepsi kecil. Hal ini penting karena kegagalan penggunaan alat kontrasepsi dapat menyebabkan kegagalan program dan akan menyebabkan terjadinya kehamilan dengan resiko tinggi.

2) Kontrasepsi yang cocok berdasarkan prioritas urutan kontrasepsi yang disarankan adalah Pil KB, Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) , Cara sederhana, Implant/AKBK (Alat Kontrasepsi Bawah Kulit), dan Suntikan .

3) Alasan : umur dibawah 20 tahun adalah umur sebaiknya tidak mempunyai anak dulu karena berbagai alasan dan secara psikologis masih belum matang. Prioritas penggunaan kontrasepsi pil oral, karena reversibilitasnya tinggi. Sedangkan


(38)

penggunaan kondom kurang menguntungkan, karena pasangan muda masih sering bersenggama (frekuensi tinggi), sehingga tingkat kegagalan tinggi. Penggunaan AKDR bagi yang belum mempunyai anak pada masa ini merupakan pilihan terakhir, terlebih bagi calon peserta dengan kontraindikasi terhadap pil oral.

Masa Mengatur Kesuburan/ Menjarangkan Kelahiran3

Umur terbaik bagi ibu untuk melahirkan adalah umur antara 20 – 35 tahun. 1) Ciri-ciri kontrasepsi yang diperlukan adalah efektivitas dan reversibilitas cukup

tinggi karena akseptor masih mengharapkan punya anak lagi, dapat dipakai 3–4 tahun sesuai dengan jarak kelahiran yang direncanakan, dan tidak menghambat produksi ASI, karena ASI adalah makanan yang terbaik untuk bayi sampai umur 2 tahun dan akan mempengaruhi angka kesakitan dan kematian anak.

2) Keluarga perlu mengadakan konsultasi ke tenaga kesehatan dalam memilih metode kontrasepsi yang paling sesuai dengan kondisi suami istri. Prioritas urutan penggunaan alat kontrasepsi yang disarankan menurut kondisi dan kebaikannya. Pada umur 20 tahun disarankan menggunakan AKDR, Suntikan KB, Pil Mini KB, Pil KB, Implant, dan cara sederhana. Sedangkan pada umur 35 tahun urutan prioritas kontrasepsi adalah AKDR, Suntikan KB, Pil Mini KB, Pil KB, Implant, cara sederhana, dan kontap.

3) Alasan : umur antara 20 – 35 tahun merupakan umur yang terbaik untuk mengandung dan melahirkan. Segera setelah anak pertama lahir, maka dianjurkan untuk memakai AKDR sebagai pilihan utama. Kegagalan yang menyebabkan


(39)

kehamilan cukup tinggi, namun disini tidak/kurang berbahaya karena yang bersangkutan berada pada umur mengandung dan melahirkan yang baik.

Masa Mengakhiri Kesuburan/ Tidak Hamil Lagi3,21

Pada umumnya setelah keluarga mempunyai 2 anak dan umur istri telah melebihi 35 tahun sebaiknya tidak hamil lagi.

1) Ciri-ciri kontrasepsi yang diperlukan berupa efektivitas sangat tinggi. Kegagalan menyebabkan terjadinya kehamilan dengan resiko tinggi dan akseptor tidak mengharapkan punya anak lagi. Dapat dipakai untuk jangka panjang, dan sebaiknya tidak dapat menambah kemungkinan terjadinya kelainan/penyakit. 2) Kontrasepsi yang cocok, urutan kontrasepsi yang disarankan antara lain

KONTAP, AKDR, Implant, Suntik KB, cara sederhana, dan Pil KB.

3) Hal ini dikarenakan ibu-ibu dengan umur diatas 35 tahun dianjurkan untuk tidak hamil/tidak punya anak lagi, karena alasan medis dan alasan lainnya. Pilihan utama adalah kontrasepsi mantap. Susuk KB dan AKDR merupakan pilihan berikutnya apabila belum bersedia menggunakan kontap. Dalam kondisi darurat, maka kontap cocok dipakai dan relatif lebih baik dibandingkan dengan susuk KB, AKDR maupun suntikan dalam arti mengakhiri kesuburan. Pil kurang dianjurkan karena umur ibu yang relatif tua mempunyai kemungkinan meningkatkan penyakit-penyakit yang sudah ada, kegagalan pemakaian tinggi, dan banyaknya efek samping dan kontraindikasi pemakaian estrogen pada umur yang relatif meningkat.


(40)

Ada beberapa pandangan yang membedakan jenis-jenis metode kontrasepsi sehingga para pengguna dan tenaga kesehatan dapat mengetahui kontrasepsi secara baik. Pengelompokan lain, adalah :

1) Cara alamiah, meliput i metode senggama terputus dan metode kalender. 2) Cara sederhana, terdiri dari penggunaan kondom, jelly, diafragma, spermisida. 3) Alat kontrasepsi hormonal, yakni: pil, suntikan dan implant.

4) Alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) atau Intra Uterine Device (IUD) yang dikenal dalam beberapa jenis desain, seperti spiral (lippes loop), Cu T, Cu 7, multiload.

5) Kontrasepsi mantap, yakni tubektomi untuk wanita dan vasektomi untuk laki-laki. Sering juga digunakan pengelompokan menjadi metode kontrasepsi sederhana, metode kontrasepsi efektif, dan metode kontrasepsi mantap.20

2.10. Pembagian Metode Kontrasepsi 2.10.1. Metode Kontrasepsi Sederhana

Metode kontrasepsi sederhana meliputi kondom, Coitus Interuptus, KB Alami (metode kalender, suhu basal, dan lender serviks), diafragma, dan kontrasepsi kimiawi/spermicide (tablet vagina, kream dan jelly, aerosol/busa, dan tissu vagina/intravag). Pada metode kontrasepsi sederhana akan dijelaskan mengenai kondom sebagai berikut. 20


(41)

a. Kondom

Kondom merupakan selubung/sarung karet tipis yang dipasang pada penis sebagai tempat penampungan cairan sperma yang dikeluarkan pria pada saat senggama sehingga tidak tercurah pada vagina. Bentuknya ada 2 macam, yaitu polos dan berputing. 20

Kondom cukup efektif bila digunakan secara tepat dan benar secara konsisten pada setiap kali berhubungan seksual. Secara ilmiah angka kegagalan kondom yaitu 2 – 12 per 100 perempuan per tahun.3 Tingkat keberhasilannya (efektifitas) 80 – 95%.24 a.1. Jenis/tipe Kondom20

1) Sebagian besar kondom terbuat dari karet lateks halus dan berbentuk silinder bulat, umumnya panjang 15 – 20 cm, tebal 0,03 – 0,08 mm, garis tengah sekitar 3,0 – 3,5 cm, dengan satu ujung buntu yang polos atau berpentil dan dipangkal yang terbuka bertepi bulat. Namun untuk sekarang telah tersedia dalam ukuran yang lebih besar atau lebih kecil dari standard.

2) Sebagai usaha untuk meningkatkan akseptabilitas, telah diperkenalkan variasi kondom yang berpelumas, mengandung spermatiside, berwarna, memiliki rasa, dan beraroma.

3) Tersedia kondom anti alergi, yang terbuat dari karet lateks dengan rendah residu dan tidak dipralubrikasi.

4) Kondom yang lebih tebal dan melebihi standard, dipasarkan terutama untuk hubungan intim per-anus pada pria homoseks untuk memberikan perlindungan tambahan terhadap penularan HIV/AIDS. Standard kondom dilihat dari ketebalannya. Pada umumnya standard ketebalannya adalah 0,02 mm.


(42)

a.2. Cara Kerja

Kondom menghalangi terjadinya pertemuan sperma dan sel telur dengan cara mengemas sperma di ujung selubung karet yang dipasang pada penis sehingga sperma tersebut tidak tercurah ke dalam saluran reproduksi wanita. Selain itu, Kondom satu-satunya alat kontrasepsi yang mencegah penularan mikroorganisme (IMS termasuk HBV dan HIV/AIDS) dari satu pasangan ke pasangan yang lain.20 a.3. Keuntungan

Keuntungan menggunakan kondom diantaranya murah, mudah didapat dan dapat dibeli secara umum, tidak ada persyaratan untuk berkonsultasi dengan tenaga kesehatan/tidak perlu resep dokter, tidak memerlukan pengawasan khusus dari tenaga kesehatan, mudah cara pemakaiannya dan dapat dipakai sendiri, serta tidak mengurangi kenikmatan bersenggama. 20

a.4. Kekurangan

Kekurangan dari penggunaan kondom diantaranya kurang praktis karena harus dipakai setiap kali akan melakukan hubungan seksual, harus selalu ada persediaan, sedikit mengganggu, selalu harus memakai kondom yang baru, kadang-kadang ada yang tidak tahan (alergi) terhadap karetnya, tingkat kegagalan cukup tinggi, dan dapat sobek bila memasukkannya tergesa-gesa.20

a.5. Indikasi

Semua pasangan usia subur yang ingin berhubungan seksual dan belum menginginkan kehamilan, dan pria yang ingin berpartisipasi dalam program KB.3


(43)

a.6. Kontraindikasi

Kondom tidak menunjukkan adanya kontraindikasi medis yang mutlak. Kontraindikasinya bila secara psikologis pasangan tidak dapat menerima kondom, Malformasi penis, salah satu dari pasangan alergi terhadap karet lateks, dan pasangan yang tingkat pendidikannya rendah.3

a.7. Efek Samping

Kecewa karena gagal/bocor dan alergi namun jarang terjadi. Hal ini dapat diatasi dengan mengganti kondom berkualitas yang lebih baik jika bocor, anjurkan cara pemakaian yang benar, dan ganti metode kontrasepsi yang lain.3

2.10.2. Metode Kontrasepsi Efektif

Metode Kontrasepsi Efektif adalah metode yang dalam penggunaannya mempunyai efektifitas atau tingkat kelangsungan pemakaian tinggi serta angka kegagalan rendah bila dibandingkan dengan metode kontrasepsi sederhana. Metode ini terdiri dari pil KB, suntik KB, AKBK, dan AKDR.20

a. Pil KB

Pil KB adalah suatu cara kontrasepsi untuk wanita yang berbentuk pil atau tablet di dalam strip yang berisi gabungan hormon estrogen dan progesteron atau yang hanya terdiri dari hormon progesterone saja. Efektifitas pemakaian pil sangat tinggi tetapi ini tergantung pada disiplin pemakai. Kegagalan teoritis lebih dari 0,35%, tetapi dalam praktek berkisar 1-8% untuk pil kombinasi, 3-10% untuk mini pil.20


(44)

a.1. Jenis Pil KB20

1) Monofasik : pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormon aktif

estrogen/progestin (E/P) dalam dosis yang sama, dengan 7 tablet tanpa hormon aktif.

2) Bifasik : pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormon aktif

estrogen/progestin (E/P) dengan dua dosis yang berbeda, dengan 7 tablet tanpa hormon aktif.

3) Trifasik : pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormon aktif

estrogen/progestin (E/P) dengan tiga dosis yang berbeda, dengan 7 tablet tanpa hormon aktif.

a.2. Jenis Tablet Menurut Dosis20

1) Tablet dosis tinggi (High Dose) : Berisi 50 mcg

High Dose adalah tablet yang mengandung estrogen 50-150mcg dan progesteron

1-10 mg. Yang termasuk jenis ini adalah Tablet KB Noriday (dari Population

Council) dan Tablet KB Ovostat (PT Organon).

2) Pil dosis rendah (Low Dose) : Berisi 30 mcg

Low Dose adalah pil yang mengandung 30-50 mcg estrogen dan kurang dari 1 mg

progesteron. Yang termasuk jenis ini adalah Pil KB Microgynon 30 (PT Schering) atau kimia farma Lisensi Schering dan Pil KB Marvelon (PT Organon).

3) Pil Mini

Pil Mini adalah pil yang mengandung hormon progesteron kurang dari 1 mg. Yang termasuk jenis ini adalah Pil KB Exluton.


(45)

a.3. Jumlah Tablet

Jumlah tablet pada setiap strip bervariasi, yaitu 28 tablet dan 21 tablet. Pada strip yang berisi 28 tablet terdiri dari 21 tablet yang mengandung hormon estrogen dan progesteron, serta 7 tablet yang mengandung vitamin. Pada strip yang berisi 21 tablet, kesemuanya mengandung hormon estrogen dan progesteron.20

a.4. Cara Kerja Pil Kontrasepsi24

1) Menekan ovulasi yang akan mencegah lepasnya sel telur wanita dari indung telur. 2) Mengendalikan lendir mulut rahim menjadi lebih kental sehingga sperma sukar

dapat masuk ke dalam rahim. 3) Menipiskan lapisan endometrium. a.5. Keuntungan

Keuntungan penggunaan pil KB adalah reversibilitasnya tinggi, mudah menggunakannya, mengurangi rasa sakit pada waktu menstruasi, mencegah anemia defisiensi zat besi, mengurangi kemungkinan infeksi panggul dan kehamilan ektopik, mengurangi resiko kanker ovarium, cocok sekali digunakan untuk menunda kehamilan pertama dari PUS muda, tidak mempengaruhi produksi ASI pada pil yang mengandung progesteron antara lain exluton/mini pil, dan tidak mengganggu hubungan seksual.3

a.6. Kekurangan

Disamping keuntungan yang ada, pil mempunyai beberapa kekurangan antara lain memerlukan disiplin dari pemakai, harga pil relatif lebih mahal, dapat mengurangi ASI pada pil yang mengandung estrogen, dapat meningkatkan resiko infeksi klamidia, nyeri payudara, amenorea, kenaikan berat badan, perubahan emosi,


(46)

berhenti haid, mual, dapat meningkatkan tekanan darah, dan tidak dianjurkan pada wanita yang berumur diatas 30 tahun karena akan mempengaruhi keseimbangan metabolisme tubuh.24

a.7. Indikasi

Indikasi penggunaan pil adalah siklus haid tidak teratur, umur subur, telah mempunyai anak atau yang belum mempunyai anak, anemia karena haid yang berlebihan, nyeri haid yang hebat, wanita yang menginginkan kontrasepsi oral dengan keefektifan yang tinggi, riwayat hamil ektopik dan riwayat keluarga yang menderita kanker ovarium.3

a.8. Kontraindikasi

Adapun kontraindikasi pil adalah menyusui kecuali pil mini, pernah sakit jantung, tumor/keganasan, kelainan jantung, varises dan darah tinggi/hipertensi (> 160/90 mmHg), perdarahan pervagina, migraine, penyakit Hepatitis, wanita yang berumur > 40 tahun, dan perokok berat (> 15 batang per hari) yang berumur > 35 tahun.28

a.9. Efek Samping

Adapun efek samping yang dirasakan berupa perdarahan pervagina/Spotting, tekanan darah meningkat, perubahan berat badan, kloasmatromboemboli, air susu berkurang, rambut rontok, varises, perubahan libido, depresi, pusing dan sakit kepala.28


(47)

b. Suntikan KB20

Terdapat dua jenis kontrasepsi hormon suntikan KB. Jenis yang beredar di Indonesia adalah :

1) Yang hanya mengandung hormon progesteron yaitu Depo Provero 150 mg, Depo Progestin 150 mg, Depo Geston 150 mg, dan Noristerat 200 mg.

2) Yang mengandung 25 mg Medroxy progesteron acetat dan 5 mg estradiol cypionate yaitu Cyclofem.

Efektifitas suntik KB sangat tinggi, kegagalan kurang dari 1%. b.1. Cara Kerja Suntik KB20

1) Mencegah lepasnya sel telur dari indung telur wanita.

2) Mengentalkan lendir mulut rahim sehingga menghambat spermatozoa (sel mani) masuk ke dalam rahim.

3) Menipiskan endometrium sehingga tidak siap untuk kehamilan. 4) Kecepatan transport ovum melalui tuba berubah.

b.2. Keuntungan

Keuntungan penggunaan suntik KB adalah praktis, efektif dan aman, jangka panjang, tidak mempengaruhi ASI, cocok digunakan untuk ibu menyusui, dapat menurunkan kemungkinan anemia, resiko terhadap kesehatan kecil, tidak berpengaruh pada hubungan suami istri, tidak diperlukan pemeriksaan dalam, efek samping sangat kecil, dan klien tidak perlu menyimpan obat suntik.28

b.3. Kekurangan

Beberapa kekurangan pada KB suntik adalah sering menimbulkan perdarahan yang tidak teratur (spotting, breakthrough bleeding), dapat menimbulkan


(48)

amenorea, ketidakpraktisannya, karena harus melalui suntikan sehingga

kemungkinan tertular penyakit lain seperti Hepatitis B dan HIV ada, dan gangguan perdarahan.28

b.4. Indikasi

KB suntik cocok dipergunakan pada ibu-ibu yang baru saja bersalin dan menyusukan anak, ibu-ibu yang sudah cukup mempunyai anak, dan tidak dianjurkan untuk ibu-ibu yang belum mempunyai anak atau baru mempunyai 1 anak.28

b.5. Kontraindikasi

Kontraindikasi pemakaian KB suntik antara lain tersangka hamil, perdarahan akibat kelainan ginekologi yang tidak diketahui penyebabnya, adanya tanda-tanda tumor/keganasan, dan adanya riwayat penyakit jantung, hati, tekanan darah tinggi, kencing manis (penyakit metabolisme), paru berat.28

b.6. Efek Samping

Adapun efek samping yang dirasakan akseptor KB suntik adalah gangguan haid, depresi, keputihan, jerawat, perubahan libido, perubahan berat badan, sakit kepala, hematoma, serta infeksi dan abses (karena jarum suntik yang tidak bersih dari hama/ steril.20

c. Alat Kontrasepsi Bawah Kulit (AKBK/IMPLANT)

Alat Kontrasepsi Bawah Kulit (AKBK) atau Implant adalah alat kontrasepsi yang disusupkan di bawah kulit. Preparat yang terdapat saat ini adalah implant dengan nama dagang “NORPLANT”. Di Indonesia, implant diperkenalkan dengan nama KB susuk.20


(49)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa setelah pemasangan implant terdapat peningkatan kadar Levonorgestrel (LNG) pada darah tepi dengan cepat, mencapai 3,0 – 4,5 nmol/L setelah 24 jam, suatu kadar progestin yang mampu menekan ovulasi. Angka kegagalan kumulatif dalam tahun pertama kurang dari 1 per 100 wanita dan tetap rendah sampai 5 tahun, yakni kira-kira 3 per 100 wanita.20

c.1. Jenis20

1) Norplant. Terdiri dari 6 batang silastik lembut berongga dengan panjang 3,4 cm, dengan diameter 2,4 mm, yang diisi dengan 36 mg levonorgestrel dan lama kerjanya 5 tahun.

2) Implanon. Terdiri dari satu batang putih lentur dengan panjang kira-kira 40 mm, dan diameter 2 mm, yang diisi dengan 68 mg 3-keto-desogestrel dan lama kerjanya 3 tahun.

3) Jadena dan Indoplant. Terdiri dari 2 batang yang diisi dengan 75 mg levonorgestrel dengan lama kerja 3 tahun . Keuntungan utama dari Jadena ada;lah pemasangannya lebih mudah dibandingkan Norplant.

c.2. Cara Kerja28

1) Membuat lendir serviks lebih kental sehingga mengganggu penetrasi spermatozoa untuk masuk lebih dalam lagi.

2) Mengganggu motilitas tuba sehingga transport sperma mau pun telur terganggu. 3) Mengganggu kapasitasi spermatozoa sehingga kemampuan membuahi menurun. 4) Mengganggu pemasakan endometrium sehingga mengganggu implantasi telur


(50)

5) Mengganggu keseimbangan hormon estrogen, progesterone, dan gonadotropin, sehingga menghambat ovulasi.

c.3. Keuntungan

Keuntungan pemakaian implant adalah tidak menekan produksi ASI/ tidak mengganggu laktasi, praktis, efektif, tidak ada faktor lupa, masa pakai jangka panjang (5 tahun), membantu mencegah anemia, khasiat kontrasepsi susuk berakhir segera setelah pengangkatan implant (reversibilitasnya tinggi), pemasangannya relatif mudah, keefektifannya yang sangat tinggi (one year pregnancy rate-nya 0,2 – 0,5 per 100 wanita) sehingga continuation rate-nya tinggi, dengan cepat dapat menekan ovulasi, tidak mengganggu hubungan seks, dan tidak memberikan efek samping estrogen.28

c.4. Kekurangan

Kerugiannya adalah implant harus dipasang dan diangkat oleh petugas kesehatan yang terlatih, lebih mahal dari pada pil KB atau suntikan dan cara KB jangka pendek lainnya, sering mengubah pola haid, wanita tidak dapat menghentikan pemakaiannya sendiri, beberapa wanita mungkin enggan menggunakan cara yang belum dikenalnya, susuk mungkin dapat terlihat dibawah kulit.3

c.5. Indikasi

Implant diberikan kepada wanita-wanita yang ingin memakai kontrasepsi untuk jangka waktu yang lama tetapi tidak bersedia menjalani kontap atau menggunakan AKDR, dan wanita-wanita yang tidak boleh menggunakan pil KB yang mengandung estrogen.3


(51)

c.6. Kontraindikasi

Kontraindikasi pemakaian implant adalah hamil atau disangka hamil, penderita penyakit hati, penyakit jantung (kelainan kardiovaskuler), kelainan haid, darah tinggi, diabetes melitus, perdarahan melalui vagina yang tidak diketahui sebabnya, tumor/keganasan, kanker payudara, kelainan jiwa (psikosis, neurosis), varikosis, dan riwayat kehamilan ektopik.29

c.7. Waktu Pemasangan dan Pengangkatan/Ekstraksi

Waktu yang paling baik untuk pemasangan Norplant adalah sewaktu haid berlangsung atau masa pra-ovulasi dari siklus haid sehingga adanya kehamilan dapat disingkirkan. Keenam kapsul yang masing-masing mengandung 36 mg levonorgestrel ditanamkan pada lengan kiri atas (atau lengan kanan atas akseptor yang kidal) lebih kurang 6 – 10 cm dari lipatan siku.28

Pengangkatan implant dilakukan atas indikasi merupakan permintaan akseptor (umpama ingin hamil lagi), timbulnya efek samping yang sangat mengganggu dan tidak dapat diatasi dengan pengobatan biasa, sudah habis masa pakainya, dan terjadi kehamilan.28

c.8. Efek Samping

Adapun efek samping yang dirasakan pada penggunaan kontrasepsi Implant dapat berupa gangguan haid (amenorrhea dan methrorhagie), depresi, keputihan, mual-mual, anoreksi, sakit kepala, jerawat, perubahan libido, perubahan berat badan, hematoma, dan infeksi.29


(52)

d. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim/Intra Uterine Device (AKDR/IUD)

IUD (Intra Uterine Device) atau Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) adalah alat kontrasepsi yang dimasukkan kedalam rahim yang bentuknya bermacam-macam, terdiri dari plastik (polyethylene). Bentuk yang umum dan mungkin banyak dikenal oleh masyarakat adalah bentuk spiral. Sebelum dipasang, kesehatan ibu harus diperiksa dahulu untuk memastikan kecocokannya (Subrata, 2000:33).30

AKDR bagi banyak kaum wanita merupakan alat kontrasepsi yang terbaik. Alat ini sangat efektif dan tidak perlu diingat setiap hari seperti halnya pil (Maryani, 2002).30 Sebagai kontrasepsi, AKDR tipe T efektifitasnya sangat tinggi yaitu berkisar antara 0,6 – 0,8 kehamilan per 100 perempuan dalam 1 tahun pertama (1 kegagalan dalam 125 – 170 kehamilan). Sedangkan AKDR dengan progesteron antara 0,5 – 1 kehamilan per 100 perempuan pada tahun pertama penggunaan.20

d.1. Jenis-jenis IUD di Indonesia31

1) Copper-T adalah IUD berbentuk T, terbuat dari bahan polyethelene dimana pada

bagian vertikalnya diberi lilitan kawat tembaga halus. Lilitan kawat tembaga halus ini mempunyai efek antifertilisasi (anti pembuahan) yang cukup baik. IUD bentuk T yang baru ini melepaskan lenovorgestrel dengan konsentrasi yang rendah selama minimal 5 tahun. Dari hasil penelitian menunjukkan efektivitas yang tinggi dalam mencegah kehamilan yang tidak direncanakan maupun perdarahan menstruasi. Kerugian metode ini adalah tambahan terjadinya efek samping hormonal dan amenorhea.

2) Copper-7 adalah IUD ini berbentuk angka 7 dengan maksud untuk memudahkan


(53)

ditambahkan gulungan kawat tembaga (Cu) yang mempunyai luas permukaan 200 mm2, fungsinya sama seperti halnya lilitan tembaga halus pada jenis

Copper-T.

3) Multi Load adalah IUD ini terbuat dari dari plastik (polyethelene) dengan dua

tangan kiri dan kanan berbentuk sayap yang fleksibel. Panjangnya dari ujung atas ke bawah 3,6 cm. Batangnya diberi gulungan kawat tembaga dengan luas permukaan 250 mm2 atau 375 mm2 untuk menambah efektivitas. Ada 3 ukuran

multi load, yaitu standar, small (kecil), dan mini.

4) Lippes Loop adalah IUD ini terbuat dari bahan polyethelene, bentuknya seperti

spiral atau huruf S bersambung. Untuk memudahkan kontrol, dipasang benang pada ekornya. Lippes Loop terdiri dari 4 jenis yang berbeda menurut ukuran panjang bagian atasnya. Tipe A berukuran 25 mm (benang biru), tipe B 27,5 mm 9 (benang hitam), tipe C berukuran 30 mm (benang kuning), dan 30 mm (tebal, benang putih) untuk tipe D. Lippes Loop mempunyai angka kegagalan yang rendah. Keuntungan lain dari pemakaian spiral jenis ini ialah bila terjadi perforasi jarang menyebabkan luka atau penyumbatan usus, sebab terbuat dari bahan plastik. Yang banyak dipergunakan dalam program KB masional adalah IUD jenis ini (Askep kesehatan, 2008).

d.2. Cara Kerja IUD30

1) Menghambat kemampuan sperma masuk ke tuba falopi.


(54)

3) IUD bekerja terutama mencegah sperma dan ovum bertemu, walaupun IUD membuat sperma sulit masuk ke dalam alat reproduksi perempuan dan mengurangi kemampuan sperma untuk fertilisasi.

4) Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus.

Tiga faktor yang perlu diperhatikan dalam usaha meningkatkan penggunaan dan memperbaiki kerja IUD adalah waktu/saat pemasangan, teknik khusus yang digunakan untuk mendapat keyakinan bahwa letak IUD sudah benar dalam uterus, dan peranan tenaga paramedik.

d.3. Keuntungan

Keuntungan penggunaan IUD diantaranya karena praktis, ekonomis, mudah dikontrol, aman untuk jangka panjang, dan kembalinya masa kesuburan cukup tinggi, efektifitasnya tinggi, IUD (AKDR) dapat efektif segera setelah pemasangan, metode jangka panjang (10 tahun proteksi dari CuT-380A dan tidak perlu diganti), tidak mempengaruhi hubungan seksual, meningkatkan kenyamanan seksual karena tidak perlu takut untuk hamil, tidak ada efek samping hormonal dengan Cu AKDR (CuT-380A), tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI, dapat dipasang segera setelah melahirkan atau sesudah abortus (apabila tidak terjadi infeksi), dapat digunakan sampai menopause (1 tahun lebih setelah haid terakhir), tidak ada interaksi dengan obat-obat, dan membantu mencegah kehamilan ektopik.3,32

d.4. Kekurangan

Salah satu kekurangan IUD adalah tidak mencegah IMS termasuk HIV / AIDS. Selain itu, rasa takut selama pemasangan, sedikit nyeri dan perdarahan/spotting terjadi segera setelah pemasangan, klien tidak dapat melepas


(55)

IUD sendiri, mungkin IUD keluar dari uterus tanpa diketahui, tidak mencegah terjadinya kehamilan ektopik, perempuan harus memeriksa posisi benang IUD dari waktu ke waktu. Untuk melakukan ini perempuan harus memasukkan jarinya ke dalam vagina, sebagian perempuan tidak mau melakukan ini.3,32

d.5. Indikasi

IUD merupakan cara KB efektif terpilih yang sangat diprioritaskan pemakaiannya pada ibu dalam fase menjarangkan kehamilan dan mengakhiri kesuburan serta menunda kehamilan. Selain itu IUD juga diberikan kepada wanita yang menginginkan kontrasepsi efektif yang berjangka panjang tetapi belum menginginkan atau masih takut menggunakan metode sterilisasi, wanita yang tidak ingin repot minum pil setiap hari atau mempunyai kontraindikasi pil, wanita yang sedang menyusui, dan wanita di atas 35 tahun apalagi perokok.27

d.6. Kontraindikasi

Terdapat sekelompok wanita yang tidak diperkenankan memakai IUD karena mempunyai kelainan atau penyakit yang menjadi kontraindikasi untuk pemasangan alat kontrasepsi IUD yaitu perdarahan pervaginam yang tidak diketahui sebabnya, tumor kandung, tersangka hamil, radang panggul akut, riwayat kehamilan ektopik, anemia berat, metroragia, riwayat radang panggul, dan kelainan bawaan rahim.29,30

d.7. Efek Samping

Efek samping yang umum terjadi berupa perubahan siklus haid, haid lebih lama dan banyak, perdarahan (spotting) antarmenstruasi, keputihan dan rasa nyeri di perut, serta saat haid lebih sakit, ekspulsi , infeksi dan translokasi.24


(1)

Pendidikan suami PUS * Jenis alat kontrasepsi

Crosstab

29 21 50

58,0% 42,0% 100,0%

103 60 163

63,2% 36,8% 100,0%

7 22 29

24,1% 75,9% 100,0%

139 103 242

57,4% 42,6% 100,0%

Count

% within Pendidikan suami PUS

Count

% within Pendidikan suami PUS

Count

% within Pendidikan suami PUS

Count

% within Pendidikan suami PUS

Pendidikan rendah

Pendidikan menengah

Pendidikan tinggi Pendidikan

suami PUS

Total

Kontraseps i Kurang efektif

Kontraseps i efektif Jenis alat kontrasepsi

Total

Ch i-Sq uare Te sts

15,367a 2 ,000

15,537 2 ,000

5,213 1 ,022

242 Pearson Chi-S quare

Lik elihood Rati o Linear-by-Linear As soc iation N of V alid Cases

Value df

As ymp. Si g. (2-sided)

0 c ells (,0% ) have expected count less than 5. The mi nimum expected count is 12, 34.

a.

Jenis pekerjaan suami * Jenis alat kontrasepsi

Crosstab

28 26 54

51,9% 48,1% 100,0%

62 25 87

71,3% 28,7% 100,0%

21 30 51

41,2% 58,8% 100,0%

6 8 14

42,9% 57,1% 100,0%

22 14 36

61,1% 38,9% 100,0%

139 103 242

57,4% 42,6% 100,0%

Count

% withi n Jenis pekerjaan s uam i Count

% withi n Jenis pekerjaan s uam i Count

% withi n Jenis pekerjaan s uam i Count

% withi n Jenis pekerjaan s uam i Count

% withi n Jenis pekerjaan s uam i Count

% withi n Jenis pekerjaan s uam i pegawai negeri sipil

(PNS/TNI/POLRI) Pegawai swasta

Wi raswasta

Petani

Lain-lain Jenis

pekerjaan suami

Total

Kontras eps i Kurang efektif

Kontras eps i efektif Jenis alat kontrasepsi


(2)

14,425a 4 ,006

14,623 4 ,006

,288 1 ,592

242 Pearson Chi-S quare

Lik elihood Rati o Linear-by-Linear As soc iation N of V alid Cases

Value df

As ymp. Si g. (2-sided)

0 c ells (,0% ) have expected count less than 5. The mi nimum expected count is 5,96.

a.

Crosstabs

Case Processing Summary

258

100,0%

0

,0%

258

100,0%

258

100,0%

0

,0%

258

100,0%

258

100,0%

0

,0%

258

100,0%

258

100,0%

0

,0%

258

100,0%

Jumlah anak PUS *

Jenis alat kontrasepsi

jenis kelam in anak

akseptor * Jenis alat

kontras eps i

Tempat mendapatkan

layanan KB * Jenis alat

kontras eps i

Tingkatan Keluarga

Sejahtera * Jenis alat

kontras eps i

N

Percent

N

Percent

N

Percent

Valid

Missing

Total

Cases

Jumlah anak PUS * Jenis alat kontrasepsi

Crosstab

77

22

99

77,8%

22,2%

100,0%

78

81

159

49,1%

50,9%

100,0%

155

103

258

60,1%

39,9%

100,0%

Count

% within Jumlah

anak P US

Count

% within Jumlah

anak P US

Count

% within Jumlah

anak P US

<= 2

> 2

Jumlah anak

PUS

Total

Kontraseps i

Kurang efektif

Kontraseps i

efektif

Jenis alat k ontrasepsi


(3)

Chi-Square Tests

20,984

b

1

,000

19,804

1

,000

21,865

1

,000

,000

,000

20,903

1

,000

258

Pearson Chi-Square

Continuity Correction

a

Likelihood Ratio

Fis her's Exact Test

Linear-by-Linear

As sociation

N of Valid Cases

Value

df

As ymp. Sig.

(2-sided)

Exact Sig.

(2-sided)

Exact Sig.

(1-sided)

Computed only for a 2x2 table

a.

0 cells (,0%) have expected count less than 5. The m inim um expected count is

39,52.

b.

jenis kelamin anak akseptor * Jenis alat kontrasepsi

Crosstab

91

84

175

52,0%

48,0%

100,0%

24

13

37

64,9%

35,1%

100,0%

40

6

46

87,0%

13,0%

100,0%

155

103

258

60,1%

39,9%

100,0%

Count

% within jenis kelamin

anak akseptor

Count

% within jenis kelamin

anak akseptor

Count

% within jenis kelamin

anak akseptor

Count

% within jenis kelamin

anak akseptor

Lengkap

Laki-laki saja

Perempuan saja

jenis kelamin

anak akseptor

Total

Kontras eps i

Kurang efektif

Kontras eps i

efektif

Jenis alat kontrasepsi

Total

Chi-Square Te sts

18,971

a

2

,000

21,194

2

,000

18,636

1

,000

258

Pearson Chi-S quare

Lik elihood Ratio

Linear-by-Linear

As soc iation

N of V alid Cases

Value

df

As ymp. Sig.

(2-sided)

0 c ells (,0% ) have expected count less than 5. The

minimum expected count is 14, 77.


(4)

Crosstab

42 52 94

44,7% 55,3% 100,0%

113 51 164

68,9% 31,1% 100,0%

155 103 258

60,1% 39,9% 100,0%

Count

% within Tempat

mendapatkan layanan KB Count

% within Tempat

mendapatkan layanan KB Count

% within Tempat

mendapatkan layanan KB Klinik KB Pemerintah

Klinik KB Swasta Tempat mendapatkan

layanan KB

Total

Kontraseps i Kurang efektif

Kontraseps i efektif Jenis alat kontrasepsi

Total

Chi-Square Tests

14,616

b

1

,000

13,624

1

,000

14,545

1

,000

,000

,000

14,559

1

,000

258

Pearson Chi-Square

Continuity Correction

a

Likelihood Ratio

Fis her's Exact Test

Linear-by-Linear

As sociation

N of Valid Cases

Value

df

As ymp. Sig.

(2-sided)

Exact Sig.

(2-sided)

Exact Sig.

(1-sided)

Computed only for a 2x2 table

a.

0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is

37,53.

b.

Tingkatan Keluarga Sejahtera * Jenis alat kontrasepsi

Crosstab

6

12

18

33,3%

66,7%

100,0%

149

91

240

62,1%

37,9%

100,0%

155

103

258

60,1%

39,9%

100,0%

Count

% within Tingkatan

Keluarga S ejahtera

Count

% within Tingkatan

Keluarga S ejahtera

Count

% within Tingkatan

Keluarga S ejahtera

Keluarga Miskin

Tidak K eluarga Mis kin

Tingkatan K eluarga

Sejaht era

Total

Kontraseps i

Kurang efektif

Kontraseps i

efektif

Jenis alat k ontrasepsi


(5)

Chi-Square Tests

5,770b 1 ,016

4,634 1 ,031

5,642 1 ,018

,023 ,017

5,748 1 ,017

258 Pearson Chi-Square

Continuity Correctiona Likelihood Ratio Fis her's Exact Test Linear-by-Linear As soci ation N of Valid Cases

Value df

As ymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Computed only for a 2x2 table a.

0 cells (,0%) have expected count less than 5. The m inim um expected count is 7,19.

b.

Frequencies

Statistics

Umur akseptor

258

0

20

49

Valid

Missing

N

Minimum

Maximum

Frequencies

Statistics

Jumlah anak P US

258

0

2,94

1

8

Valid

Missing

N

Mean

Minim um

Maxim um

Jumlah anak PUS

36

14,0

14,0

14,0

63

24,4

24,4

38,4

84

32,6

32,6

70,9

43

16,7

16,7

87,6

24

9,3

9,3

96,9

4

1,6

1,6

98,4

3

1,2

1,2

99,6

1

,4

,4

100,0

258

100,0

100,0

1

2

3

4

5

6

7

8

Total

Valid

Frequency

Percent

Valid Percent

Cumulative

Percent


(6)

Statistics

Um ur suam i P US

242

0

41,00

22

59

Valid

Missing

N

Median

Minim um

Maxim um

Umur suami PUS

1 ,4 ,4 ,4

2 ,8 ,8 1,2

3 1,2 1,2 2,5

5 2,1 2,1 4,5

3 1,2 1,2 5,8

3 1,2 1,2 7,0

2 ,8 ,8 7,9

4 1,7 1,7 9,5

5 2,1 2,1 11,6

7 2,9 2,9 14,5

6 2,5 2,5 16,9

7 2,9 2,9 19,8

10 4,1 4,1 24,0

11 4,5 4,5 28,5

9 3,7 3,7 32,2

9 3,7 3,7 36,0

9 3,7 3,7 39,7

7 2,9 2,9 42,6

17 7,0 7,0 49,6

9 3,7 3,7 53,3

5 2,1 2,1 55,4

5 2,1 2,1 57,4

5 2,1 2,1 59,5

9 3,7 3,7 63,2

4 1,7 1,7 64,9

12 5,0 5,0 69,8

13 5,4 5,4 75,2

11 4,5 4,5 79,8

12 5,0 5,0 84,7

4 1,7 1,7 86,4

5 2,1 2,1 88,4

4 1,7 1,7 90,1

8 3,3 3,3 93,4

5 2,1 2,1 95,5

3 1,2 1,2 96,7

2 ,8 ,8 97,5

22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumul ative Percent