Analisa Data Di Laboratorium .1 Identifikasi karakter morfologi

fisik yang meliputi pengukuran suhu udara dengan thermometer, pengukuran kelembaban udara dengan hygrometer, pengukuran pH tanah dengan soil tester, dan pengukuran curah hujan dengan mnggunakan manual rain gauge. 3.3.2 Di Laboratorium 3.3.2.1 Identifikasi karakter morfologi Spesimen hasil eksplorasi yang berasal dari lapangan dibawa ke laboratorium, diganti koran dan label gantungnya, disusun sedemikian rupa dan ditekan menggunakan sasak, kemudian dikeringkan menggunakan oven dengan temperatur ± 60 o C waktu pengeringan biasanya selama 3 hari. Spesimen yang telah kering kemudian diidentifikasi di Herbarium MEDANENSE MEDA Universitas Sumatera Utara dengan menggunakan buku identifikasi antara lain: a. ”Picther Plant Of Borneo” Philipps Lamb, 1996. b. ”Flora Malesiana, Nepenthaceae” Cheek Jebb, 2001. c. ”Nepenthes of Sumatera and Peninsular Malaysia” Clarke, 2001. d. ”A Field Guide to The Nepenthes of Sumatra” Hernawati Akhriadi, 2006. Ciri morfologi yang diamati adalah batang arah tumbuh batang, bentuk batang, permukaan batang, dan warna batang, daun bentuk daun, tangkai daun, pangkal daun, ibu tulang daun, tepi daun, dan ujung daun, kantung bentuk kantung, jenis kantung, sayap, bibir kantung, penutup kantung, taji, dan warna kantung dan perbungaan. Setelah itu dibuat kunci identifikasi.

3.3.2.2 Analisa Data

Menurut Indriyanto 2006, data yang dikumpulkan dianalisis untuk mendapatkan nilai Frekuensi Mutlak FM, Frekuensi Relatif FR, Kerapatan Mutlak KM, Kerapatan Relatif KR, Indeks Nilai Penting INP, Indeks Keanekaragaman H’, dan Indeks Keseragaman E. a. Kerapatan Kerapatan Mutlak KM = Jumlah individu suatu jenis Luas seluruh petak contoh Kerapatan Relatif KR = Kerapatan mutlak suatu jenis Jumlah total kerapatan mutlak seluruh jenis x 100 b. Frekuensi Frekuensi Mutlak F = Jumlah petak contoh yang ditempati suatu jenis Jumlah seluruh petak contoh Frekuensi Relatif FR = Frekuensi suatu jenis Frekuensi total seluruh jenis x 100 c. Indeks Nilai Penting Indeks Nilai penting INP = KR + FR d. Indeks Keanekaragaman Shannon-Wienner H’ Untuk mengetahui nilai keanekaragaman jenis Nepenthes dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: H’ = - ∑pi ln pi Dimana pi = �� � Keterangan : ni= jumlah individu suatu jenis N= jumlah total individu seluruh jenis Keterangan Nilai H’: NilaiH’:1 = Keanekaragaman rendah NilaiH’:1-3 = Keanekaragaman sedang NilaiH’:3 = Keanekaragaman tinggi Fachrul, 2012. e. Indeks KeseragamanEquitabilitas E Untuk mengetahui nilai keseragaman jenis Nepenthes dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: E = H’ H maks Keterangan: E = Indeks keseragaman H’ = Indeks keragaman Hmaks = Indeks keseragaman maksimum, sebesar Ln S S = Jumlah jenis Keterangan: 0E0,5 = Keseragaman rendah 0,5E1 = Keseragaman tinggi Krebs, 1985. f. Pola Distribusi Untuk melihat pola persebaran Nepenthes spp. ditentukan titik koordinat lokasi tempat tumbuh Nepenthes spp. Lampiran 5 dengan menggunakan GPS global positioning system dan diolah menggunakan program ArcView GIS 3.3.

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Keanekaragaman Jenis Nepenthes spp. di Kawasan Hutan Batang Toru

Blok Barat Berdasarkan penelitian yang dilakukan, ditemukan lima jenis Nepenthes pada lokasi penelitian. Kelima jenis ini ditemukan di dalam transek dan hanya satu jenis Nepenthes yang tidak ditemukan pada penjelajahan yang dilakukan di luar transek. Jenis-jenis tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.1. Tabel 4.1 Jenis-jenis Nepenthes spp. Kawasan Hutan Batang Toru Blok Barat No Jenis Lokasi Dalam transek Luar transek 1 Nepenthes albomarginata T. Lobb ex Lindl. + - 2 Nepenthes ampullaria Jack + + 3 Nepenthes gracilis Korth. + + 4 Nepenthes longifolia Nerz Wistuba + + 5 Nepenthes rafflesiana Jack + + Keterangan : + = ditemukan - = tidak ditemukan Dari Tabel 4.1 dapat dilihat bahwa kawasan Hutan Batang Toru blok barat memiliki kekayaan jenis Nepenthes sebesar 14 dari keseluruhan jenis 36 jenis Nepenthes yang ditemukan di Sumatera. Persentase ini cukup tinggi karena Nepenthes spp. memiliki persebaran yang sempit berbeda dengan kebanyakan jenis tumbuhan lainnya. Berdasarkan penjelajahan yang dilakukan di luar transek penelitian ditemukan empat jenis yang sama kecuali N. albomarginata. Hal ini diduga disebabkan oleh berbagai faktor yang mempengaruhi keberadaan jenis tersebut, misalnya penyebaran biji, serta berbagai faktor lingkungan seperti intensitas cahaya, pH tanah, kelembaban, suhu, dan curah hujan sehingga Nepenthes albomarginata hanya ditemukan di dalam transek penelitian. Hal ini menandakan satu jenis Nepenthes memiliki tingkat toleransi yang berbeda dengan jenis Nepenthes lainnya lainnya. Menurut Frazier 2000 daerah penyebaran utama dari Nepenthes spp. adalah regional Indonesia-Malaysia dan Filipina. Ketiga negara tersebut termasuk ke dalam kawasan Asia Tenggara yang ciri-ciri hutannya identik dengan hutan hujan tropis. Beberapa kawasan hutan hujan Indonesia memiliki keanekaragaman jenis Nepenthes yang tinggi, satu diantaranya yaitu Hutan Batang Toru Blok Barat. Hernawati dan Akhriadi 2006 menyatakan 31 jenis Nepenthes ditemukan di Sumatera. Hingga pada tahun 2009 ditemukan beberapa Nepenthes jenis baru diantaranya yaitu N. flava, N. jamban, N. lingulata, dan N. naga sehingga berdasarkan Akhriadi et al. 2009 di Sumatera terdapat 36 jenis Nepenthes. Clarke 1997, mengemukakan bahwa Sumatera merupakan tempat yang potensial bagi penemuan jenis-jenis baru. Ginting 2011 melaporkan 26 jenis Nepenthes dan 6 jenis hibrid alami yang tersebar pada 10 Kabupaten di Sumatera Utara. Akmalia 1999 berdasarkan hasil penelitiannya melaporkan 4 jenis Nepenthes spp. dijumpai di stasiun riset Suaq Balimbing yaitu, N. ampullaria, N. mirabilis, N. rafflesiana dan kemungkinan N. sanguinea. Selanjutnya Nasution 2005, melaporkan 5 jenis Nepenthes spp. dan 1 jenis hibrid dijumpai di hutan Tangkahan yaitu, N. densiflora, N. diatas, N. mikei, N. spectabilis, N. tobaica dan N. diatas x N. spectabilis. Puspitaningtiyas dan Wawangningrum 2007, melaporkan terdapat 6 jenis Nepenthes spp. di Suaka alam Sulasih Talang Sumatera Barat yaitu, N. bongso, N.gracilis, N. inermis, N. pectinata, N. spathulata, dan N. talangensis. Rosmaina dan Zulfahmi 2011, juga melaporkan terdapat 3 Jenis Nepenthes spp. dan 1 jenis hibrid di hutan rawa gambut UIN SUSKA Riau yaitu, N. ampullaria, N. gracilis, N. mirabilis, dan N. ampullaria x N. gracilis. Dari beberapa hasil penelitian tersebut dapat diketahui jumlah jenis Nepenthes spp. rata-rata 5 jenis pada suatu kawasan, hal ini menunjukkan bahwa Nepenthes spp. memiliki kriteria kondisi lingkungan tertentu sehingga penyebarannya sempit. Harianto 2008 menyatakan beberapa jenis organisme sangat menyukai kondisi lingkungan tertentu sehingga lingkungan yang sesuai dengan jenis tersebut akan banyak individu yang menghuninya begitu juga sebaliknya. Mulyanto et al. 2000 menambahkan Nepenthes berkembang biak diantaranya dengan biji. Biji Nepenthes memiliki bentuk seperti serbuk debu, sehingga dapat disebarkan oleh angin dan aliran air hujan pada lokasi yang sangat luas dan tumbuh terpencar-pencar. Tetapi tumbuhan ini hanya ditemukan pada kisaran yang sangat terbatas. Hal ini disebabkan karena biji memerlukan substrat yang sesuai untuk dapat tumbuh, khususnya kelembaban, pH tanah, dan suhu. Tanggapan biji terhadap faktor lingkungan ini tergantung jenisnya. Oleh karena itu pertumbuhan dan penyebarannya bersifat spatial, terbatas pada tempat-tempat tertentu dan jarang tumbuh dalam jumlah besar.

4.1.1 Persentase Perbandingan Jumlah Individu Nepenthes spp. di Kawasan