3. Tujuan Evaluasi
a. Mengidentifikasi tingkat pencapaian tujuan.
b. Mengukur dampak langsung yang terjadi pada kelompok sasaran.
c. Mengetahui dan menganalisis konsekuensi-konsekuensi lain yang
mungkin terjadi di luar rencana externalities.
4
4. Indikator Evaluasi
Evaluasi memiliki sembilan indikator yaitu ketersediaan, relevensi, keterjangkauan, pemanfaatan, cakupan, kualitas, upaya, efiensi, dan dampak.
Indikator dampak indicators of impact lebih melihat apakah sesuatu yang kita lakukan benar-benar memberikan suatu perubahan di masyarakat. Misalnya,
apakah setelah dikembangkan layanan untuk mengatasi kemiskinan selama tiga tahun disuatu desa, maka angka penduduk yang berada dibawah garis kemiskinan
sudah menurun.
5
B. Usaha Konveksi
1. Definisi Usaha Konveksi
Dalam kamus besar bahasa Indonesia dapat dilihat arti usaha konveksi secara terpisah yaitu usaha yang artinya untuk memecahkan suatu maksud,
memecahkan persoalan, mencari jalan keluar dsb. dan konveksi adalah perusahaan pakaian jadi.
6
masyarakat 03. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. 2003, h. 189-190.
4
Ibid., h. 119.
5
Ibid., h. 191-194.
6
Kamus Besar bahasa Indonesia, catakan pertama departemen Pendidikan dan Kebudayaan Balai Pustaka. 1988. h. 459
2. Macam-Macam Bentuk Usaha
a. Usaha kecil adalah kegiatan ekonomi rakyat berskala kecil dan
memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp.200.000.000,- Dua ratus juta rupiah, tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, atau
memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp.1.000.000.000,- Satu milyar rupiah, milik warga negara Indonesia dan berdiri sendiri,
bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau bersertifikasi baik langsung maupun tidak
langsung dengan usaha menengah atau usaha besar, berbentuk usaha orang perorang, badan usaha yang tidak berbadan hukum, badan usaha
yang berbadan hukum termasuk koperasi. b.
Usaha kecil informal adalah usaha yang belum terdaftar, belum tercatat dan belum berbadan hukum, antara lain, petani penggarap, industri
rumah tangga, pedagang asongan, pedagang keliling, pedagang kaki lima, dan pemulung.
c. Usaha menengah dan besar adalah kegiatan ekonomi yang mempunyai
kriteria kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan lebih besar dari pada kekayaan bersih dan hasil penjualan tahunan usaha kecil.
7
7
Anni Charani Sumantri, dkk., Naskah Akademik Peraturan Perundang-undangan Tentang Perlindungan Usaha Kecil Jakarta. Badan Pembinaan Hukum Nasional Departemen
Kehakiman RI. 97-98. h. 10
C. Aset
1. Definisi Aset
Aset bukanlah sesuatu yang ada begitu saja atau ia bukanlah kepemilikan atas sesuatu. Lebih tepatnya aset merupakan hak atau klaim yang berhubungan
dengan properti, baik konkret maupun abstrak. Hak dan klaim ini dilindungi oleh adat, konvensi, atau hukum. Kemudian, kepemilikan pribadi adalah klaim sosial
seseorang untuk menggunakan, atau melarang orang lain menggunakan, menerima keuntungan dari hak-hak tertentu. Menurut R.H. Tawney:
Properti merupakan kategori yang paling ambigu. Ia melingkupi berbagai dimensi hak yang tidak dimiliki persamaan secara umum kecuali yang
diberlakukan oleh individu dan dilindungi oleh negara. Selain dari karakter formalnya, perbedaan mereka tidak begitu jelas sesuai dengan karakter
ekonomi, pada efek sosial dan justifikasi moral. Mereka mungkin bersifat kondisional seperti hak paten atau absolut seperti kepemilikan sewa tanah,
temporer dan dapat diakhiri seperti hak cipta atau permanen seperti hak milik tanah, komprehensif seperti kekuasaan daerah, terbataas seperti hak
sewa, personal seperti kepemilikan baju atau buku, atau tidak jelas seperti tambang emas dan perkebunan karet.
Aset terdiri dari modal investasi yang pada gilirannya akan menghasilkan laju pemasukan di masa depan. Keuntungan aset ini sangat bergantung pada
investasi yang sukses. Uang yang disimpan dibalik bantal tentu saja tidak melakukan ini. Modal bukan hanya berarti uang, tetapi uang yang bergerak.
Kapital merupakan uang yang terus berputar dan membentuk suatu produksi dan kembali menjadi uang. Dengan kata lain, kapitalisme merupakan sebuah proses.
Istilah bahasa spanyol untuk aset adalah aktiva activosi, yang memiliki arti dari kata itu sendiri.
Secara konsep, ada beberapa cara untuk membagi aset. Aset dapat dibagi menjadi individu versus sosial atau kecil versus besar atau dikotomi lainnya.
Untuk pembahasan kali ini, aset dibagi dengan nyata tangible dan tidak nyata intangible. Masing-masing tipe aset tersebut dapat dikategorisasikan dalam
semua hal kategori, yang bisa diperdebatkan sebagai sesuatu yang nyata maupun yang tidak nyata. Kemudian, masing-masing tipe aset ini dapat dipandang sebagai
sesuatu yang mampu menghasilkan bentuk khusus pemasukan atau pendapatan.
8
2. Tipe Aset
Menurut michael sherraden aset memiliki dua tipe yaitu aset nyata Tangible Asset dan aset tidak nyata intangible Asset.
a. Aset yang Nyata Tangible Asset
Aset yang nyata adalah sesuatu yang sah dimiliki termasuk didalam properti fisik sebagai hak milik dan berfungsi sama seperti
properti fisik. Ini dapat dibagi menjadi delapan kategori umum, yaitu sebagai berikut;
1. Tabungan uang yang pemasukkannya dalam bentuk bunga. Kategori ini
termasuk semua dana tunai, rekening tabungan, rekening cek dan semua instrumen pasar keuangan.
2. Saham, surat tanggungan dan semua bentuk jaminan finansial yang
bentuk pemasukannya seperti saham, bunga, dan atau keuntungan modal atau keruggiannya. Kepemilikan saham pada dunia bisnis
sekarang ini lebih pada sebuah bentuk peminjaman bukan kepemilikan karena bagi kebanyakan pemegang saham shareholders, tidak benar-
8
Michael sherraden, Aset Untuk Orang Miskin Persepektif Baru Usaha Mengentaskan Kemiskinan jakarta: pt rajagrafindopersada, 2006. h. 134-135
benar memiliki kekuatan dalam membuatan keputusan-perusahaan modern dijalankan oleh para manajer yang tidak memiliki tanggung
jawab sebagaimana “pemilik asli”. Oleh karena itu, saham lebih mirip dengan surat obligasi. Intinya, semua bentuk jaminan ini dapat
dipandang sebagai klaim sebagai properti pribadi swasta atau perusahaan umum.
3. Properti nyata, seperti bangunan atau tanah, dengan pemasukan dalam
bentukpembayaran sewa beserta keuntungan juga kerugian. Untuk sebagian orang, aset kunci dalam kategori ini adalah kesetaraan equity
antara pemilik dan penyewa rumah. 4.
Aset-aset “berat” selain real esttate, dengan pemasukan dalam bentuk keuntungan modal juga kerugiannya. Pada kategori ini aset yang tidak
berbunga seperti metal berharga, perhiasaan, furnitur, dan semua koleksi lain.
5. Mesin, alat-alat dan komponan produksi nyata lainnya, dengan bentuk
keuntungan penjualan dari produk yang dihasilkan juga kerugiannya. Kategori ini merupakan kategori yang paling dekat dengan “kapital”
dalam bentuk produksi dan aset ini langsung memiliki oleh sebagian kebil saja dari penduduk, walaupun banyak juga orang yang tidak secara
langsung berpartisipasi lewat kepemilikan saham, biasanya lewat dana pensiun.
6. Barang keluarga yang kuat dan tahan lama, dengan keuntungan lewat
meningkatnya efisiensi tugas keluarga. Dalam beberapa hal, ini memiliki sifat yang sama dengan mesin pada sektor bisnis keduanya
membutuhkan modal dan keduanya dimaksudkan untuk meningkatkan efisiensi dan keduanya memiliki kegunaan yang jelas.
7. Sumber alam, seperti perkebunan, minyak, mineral dan kayu hutan
dengan keuntungan penjualan panen atau komoditas yang diambil juga kerugiannya. Sebelum revolusi industri terjadi, bagian terbesar
kekayaan negara berasal dari sektor ini dan akhirnya secara luas dibagikan. Tanah dan sumber alam kini tidak sebesar sebelumnya.
8. Hak cipta dan hak paten dengan keuntungan dalam bentuk royalti dan
biaya penggunaan lainnya. Kategori yang lebih bersifat intelektual ini mungkin dapat dimaksudkan dalam kategori aset nyata karena hak cipta
dan hak paten dilindungi secara aksplisit oleh hukum legal.
9
b. Aset Tidak Nyata Intangible Asset
Aset tidak nyata lebih bersifat tidak pasti, tidak secara legal diatur dan sering kali diatur secara tidak jelas oleh karakter individu atau hubungan sosial
dan ekonomi. Paling tidak terdapat enam kategori bentuk asettidak nyata. Yaitu sebagai berikut:
1. Akses pada kredit kapital yang dimiliki oleh orang lain dengan
keuntungan tergantung dari penggunaan kredit tersebut layaknya dalam investasi. Akses pada kredit ini tidak bisa secara persis
didefinisikan, tetapi tentu saja hal ini tidak dibagi rata kepada semua orang. Hal ini sebagai besar terkait dengan kepemilikan dari bentuk lain
aset.
9
Ibid., h. 135-136
2. Manusia human capital, yang secara umum memiliki inteligensia,
latarbelakang pendidikan,
pengalaman kerja,
pengetahuan, keterampilan dan kesehatan, dan juga energi, visi, harapan, dan
imaginasi, dengan bentuk pemasukannya adalah gaji dan kompensasi lainnya setelah melakukan pekerjaan, layanan, dan ide. Pengakuan akan
sumberdaya manusia ini sebagai kekayaan sebuah negara bukanlah hal yang baru. Ini merupakan tema umum diantara para ahli ekonomi
perniagaan. 3.
Modal budaya cultural capital, dalam bentuk pengetahuan dari subjek yang secara kultural signifikan, kemampuan untuk menghadapi situasi
sosial dan birokrasi formal, termasuk kosa kata, aksen, cara pakaian, penampilan dengan bentuk keuntungan mendapatkan penerimaan dari
pola asosiasi. 4.
Modal sosial informal informal sosial capital dalam bentuk keluarga, koneksi yang kadang disebut dengan „jaringan sosial‟ dengan bentuk
keuntungan dukungan material, dukungan emosional, informasi dan akses yang lebih mudah pada pekerjaan, kredit, perumahan dan tipe aset
lainnya. 5.
Modal sosial formal, atau modal organisasi yang artinya adalah struktur atau teknik organisasi formal yang berlaku pada modal nyata,
penanamannya dalam bentuk peningkatan efisiensi keuntungan. 6.
Modal politisi dengan bentuk partisipasi, kekuatang dan pengaruh dengan keuntungan peraturan dan keputusan yang menguntungkan serta
diinginkan pada level pemerintahan negara juga lokal.
D. Kelompok Usaha Bersama KUBE