Evaluasi dampak usaha konveksi kelompok usaha bersama (kube) teluk amanah pada peningkatan aset anggotanya di kampung melayu Kabupaten Tengerang

(1)

PADA PENINGKATAN ASET ANGGOTANYA

DI KAMPUNG MELAYU KABUPATEN TANGERANG

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I)

Oleh:

Siti Dawiyah

NIM: 107054102467

PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(2)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I)

Oleh:

Siti Dawiyah

NIM. 107054102467

Pembimbing

Ismet Firdaus, M.Si

NIP. 150411196

PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(3)

Skripsi berjudul Evaluasi Dampak Usaha Konveksi Kelompok Usaha Bersama (KUBE) Teluk Amanah Pada Peningkatan Aset Anggotanya Di Kampung Melayu Kabupaten Tangerang telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Pada 20 Juni 2011. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Kesejahteraan Sosial Islam (S.Sos.I) pada Program Studi Kesejahteraan Sosial.

Jakarta, 20 Juni 2011

Sidang Munaqasyah

Ketua Merangkap Anggota, Sekretaris Merangkap Anggota,

Drs. Studi Rizal LK, MA Ahmad Zaky, M.Si

NIP. 19640428 199303 1 002 NIP.150411158

Penguji I Penguji II

Dr. Arief Subhan, MA Siti Napsiyah, MSW

NIP. 19660110 199303 1004 NIP. 19740101 200112 2003

Pembimbing

Ismet Firdaus, M.Si


(4)

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatuallah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya gunakan dalam

penulisan ini, telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatuallah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatuallah Jakarta.

Ciputat, 20 Juni 2011


(5)

i

ABSTRAK

Siti Dawiyah

Evaluasi Dampak Usaha Konveksi Kelompok Usaha Bersama (Kube) Teluk Amanah Pada Peningkatan Aset Anggotanya

Program KUBE sudah lama dan menjadi salah satu solusi pemerintah untuk keluarga miskin, keberhasilan program ini dapat dilihat pada beberapa KUBE yang bisa bertahan sampai saat ini. Untuk itu penelitian ini memfokuskan pada peningkatan aset anggota dan seberapa jauh program KUBE berdampak bagi anggotanya. Aset bukanlah sesuatu yang ada begitu saja atau ia bukanlah kepemilikan atas sesuatu. Lebih tepatnya aset merupakan hak atau klaim yang berhubungan dengan properti, baik nyata maupun tidak nyata. Aset memiliki dua tipe yaitu aset nyata dan aset tidak nyata.

Penelitian ini menggunakan analisis evaluasi, dampak program pada aset anggotanya. Berupa aset nyata dan aset tidak nyata sebelum dan setelah anggota mengikuti program KUBE Konveksi Teluk Amanah. Data yang di kumpulkan berupa kata-kata dan bukan angka-angka.

Dari hasil penelitian ini maka diperoleh data bahwa: Dampak Aset yang dirasakan dan dimiliki anggota KUBE Teluk Amanah menjadi dua kategori yaitu Aset yang nyata dan aset tidak nyata sebelum dan setelah anggota mengikuti program KUBE, pada kedua aset nyata dan tidak nyata memiliki hasil yang berbeda saat anggota sebelum menjadi anggota, anggota tidak memiliki beberapa aset nyata dan setelah anggota menjadi anggota anggota memiliki aset nyata seperti furniture, alat elektronik dan modal sosial. Dampak untuk jangka panjang anggota KUBE pada aset yaitu tidak lagi menganggur atau memiliki pekerjaan, dalam hal ini dapat dilihat dari penurunan pengangguran di Kampung Melayu Kabupaten Tangerang tahun 2008 mencapai 8,39%, pengangguran terus menurun hingga tahun 2010 sebesar 7,14%.


(6)

ii

KATA PENGANTAR

Segenap puji syukur hanya milik Allah SWT, tuhan seru sekalian alam. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan pada baginda Nabi Muhammad Saw yang sangat mencintai umatnya dan memandu mereka menuju jalan yang lurus.

Penulis merasakan bahwa penelitian ini takkan mungkin terwujud kalaulah tanpa dukungan dari berbagai pihak yang membantu penulis untuk menyelesaikan penelitian ini dengan baik, untuk itu penulis ingin berucap terima kasih kepada;

1. Kedua Orang Tua yang dengan tulus memberikan dukungan sepenuhnya, perhatian yang tiada henti dan setiap saat mendoakan penulis untuk dapat menyelesaikan penelitian ini dengan baik.

2. Bapak Dr. H. Arief Subhan. MA selaku Dekan Fakultas Ilmu dakwah dan Ilmu Komunikasi. Bapak Drs. Mahmud Jalal, M.A selaku pembantu Dekan bidang Administrasi umum, serta Drs. Studi Rizal LK. M.A selaku pembantu Dekan Bidang Kemahasiswaan.

3. Ibu Siti Napsiah, MSW selaku ketua jurusan Kesejahteraan Sosial. Bapak Ahmad Zaky, M.Si selaku sekertaris Jurusan Kesejahteraan Sosial.

4. Bapak Ismet Firdaus, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, masukan serta motivasi kepada peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Bapak dan Ibu dosen Jurusan kesejahteraan sosial yang telah mendidik penulis, memberikan wawasan dan bimbingan selama mengikuti perkuliahan di UIN Syarif Hidayatuallah Jakarta.


(7)

iii

6. Bapak Teteng Jumara Selaku kepala Dinas Sosial Kabupaten Tangerang yang telah memberikan penulis izin untuk melakukan penelitian.

7. Bapak Cahyadi Selaku pendamping, Bapak Oji dan Ibu Dewi selaku pengurus dan anggota KUBE Teluk Amanah yang telah berpartisipasi dan membantu dalam kelancaran penelitian ini.

8. Teman-teman seperjuangan Koy, Nisa, Lidya, Tati, Raisa, Najib, Ka Paiz dan Ka Keris yang saling memberikan semangat untuk menyelesaikan penelitian ini.

9. Sahabat dan teman-teman yaitu Uchie, Arin, Ayu, Nety, Wulan, Uul, Pipit, Ipit, dan Zaza yang selalu menemani dikelas.

10. Adik-adik tersayang, Selvia dan Syahdan yang selalu memberikan perhatian dan senyum semangat kepada penulis.

11.Teman setia yaitu Suharyanto yang selalu memberikan motivasi, yang dengan tulus dan sabar menasehati penulis hingga penelitian ini dapat diselesaikan.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat untuk pembaca pada umumnya dan penulis pada khususnya, terimaksih kepada berbagai pihak yang tidak bisa disebutkan satu-persatu.

Jakarta, 20 Juni 2011

Siti Dawiyah (107054102467)


(8)

iv

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Batasan Dan Perumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Manfaaat Penelitian ... 9

E. Tinjauan Pustaka ... 9

F. Sistematika Penulisan ... 11

BAB II LANDASAN TEORI A. Evaluasi Dampak 1. Definisi Evaluasi ... 13

2. Model-model Evaluasi ... 13

3. Tujuan Evaluasi ... 15

4. Indikator Evaluasi ... 15

B. Usaha Konveksi 1. Definisi Usaha Konveksi ... 15

2. Macam-macam Bentuk Usaha ... 16

C. Aset 1. Definisi Aset ... 17

2. Tipe Aset ... 18

D. Kelompok Usaha Bersama (KUBE) 1. Sejarah Singkat Program KUBE ... 22


(9)

v

5. Skema Pembentukan dan Pengembangan KUBE…... 26

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 28

B. Sifat Penelitian ... 29

C. Macam dan Sumber Data ... 29

D. Teknik Pengumpulan Data ... 30

E. Kriteria Subjek ... 32

F. Teknik Pemilihan Informan ... 33

G. Analisis Data ... 34

H. Teknik Keabsahan Data ... 35

I. Tempat dan Waktu Penelitian ... 36

BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS A. Temuan Data Lembaga 1. Sejarah Singkat KUBE Teluk Amanah ... 37

2. Visi dan Misi ... 39

3. Tujuan KUBE ... 39

4. Pengelola Program KUBE Teluk Amanah ... 41

5. Struktur Anggota KUBE... 41

6. Pengelolaan KUBE ... 42

7. Prinsip Pengembangan KUBE ... 43

8. Aset yang Dimiliki KUBE Teluk Amanah ... 44

9. Kemitraan KUBE... 45

10.Sumber Dana ... 45

B. Tenemuan Lapangan 1. Profil Informan ... 46


(10)

vi

1. Aset-Aset Nyata yang Dimiliki Anggota KUBE ... 52 2. Aset-Aset Tidak Nyata yang Dimiliki

Anggota KUBE ... 58

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 66 B. Saran ... 67

DAFTAR PUSTAKA……….. ... 68


(11)

vii

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Skema Pembentukan dan Pengembangan KUBE 26

Tabel2. Kerangka dan Jumlah Informan 33

Tabel3. Aset yang Dimiliki KUBE Teluk Amanah Saat Ini 44

Tabel4. Aset-Aset Nyata yang Dimiliki Anggota Sebelum dan

Setelah Mengikuti Program KUBE 55

Tabel5. Aset-Aset Tidak Nyata yang Dimiliki Anggota Sebelum


(12)

1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kemiskinan merupakan masalah sosial yang senantiasa relevan untuk dikaji terus menerus, ini bukan saja karena masalah kemiskinan telah ada sejak lama dan masih hadir di tengah-tengah kita saat ini, melainkan pula karena kini gejalanya semakin meningkat sejalan dengan krisis multidimensional yang masih dihadapi oleh bangsa Indonesia.1

Seperti yang dirumuskan oleh Parsudi Suparlan kemiskinan sebagai suatu standar tingkat hidup yang rendah yaitu suatu tingkat kekurangan materi pada sejumlah atau segolongan orang dibandingkan dengan standar kehidupan yang umum berlaku dalam masyarakat yang bersangkutan. Sedangkan dalam literatur Islam miskin dibedakan dengan fakir menurut Ali Yafie membuat rumusan definisi miskin ialah yang memiliki harta benda atau pun mata pencaharian atau kedua-duanya, hanya menutupi seperdua atau lebih dari kebutuhan pokok. Sedangkan yang disebut fakir ialah mereka yang tidak memiliki sesuatu harta benda atau tidak mempunyai mata pencaharian tetap, atau mempunyai harta benda tetapi hanya menutupi kurang dari seperdua kebutuhan pokoknya.2

1

Edi Suharto, Membangun Masyarakat Pemberdayakan Rakyat, Kajian Strategis Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial. (Bandung: PT Refika Aditama. 2005), h. 131.

2

Ahmad Sanusi, Agama Di Tengah Kemiskinan Refleksi atas Pandangan Islam dan Kristen dalam Perspektif Kerjasama Antara Umat Beragama (Jakarta: PT Logos Wacana Ilmu. 1999), h. 13-14


(13)

Kemiskinan memuncak pada periode 1997-1999, setelah dalam kurung waktu 1976-1996 tingkat kemiskinan menurun secara spektakuler dari 40,1 persen menjadi 11,3 persen. Jumlah orang miskin kembali meningkat dengan tajam, terutama selama krisis ekonomi, penelitian yang dilakukan BPS, UNDP dan UNSFIR menunjukkan bahwa jumlah penduduk miskin pada priode 1996-1998, meningkat dengan tajam dari 22,5 juta jiwa menjadi 49,5 juta jiwa atau bertambah sebanyak 27,0 juta jiwa. Sementara itu, International Labour Organisation (ILO) memperkirakan jumlah orang miskin di Indonesia pada akhir tahun 1999 mencapai 129,6 juta atau sekitar 66,3 persen dari seluruh jumlah penduduk (BPS,1999).3

Kemiskinan di Kabupaten Tangerang tahun 2004 sebanyak 246.000 jiwa, tahun 2005 sebanyak 251.200 jiwa, tahun 2006 sebanyak 279.090 jiwa.4 Menurun di tahun 2007 sebanyak 159.226 jiwa. Tahun 2008 Keluarga miskin paling tinggi di Kecamatan Teluknaga 12.008 KK, Rajeg 11.017 KK, dan Kresek 8.892 KK.5 Pada tahun 2009 tercatat jumlah orang miskin sebanyak 348.268 jiwa.6

Pengangguran dan kemiskinan sangat berkaitan seperti yang didefinisikan Sahri Muhammad, fakir ialah yang tidak memiliki alat produksi dengan pendapatan per-harinya sangat rendah dan sengsara, tidak punya harta untuk

3

www.bps.go.id

4

Imal Istimal, “Kemiskinan Di Banten Harus Segera Diakhiri” artikel diakses pada tanggal 21 Juni 2011 dari http://akangimal.wordpress.com/category/artikel/

5

Tim Redaksi, “Kemiskinan di Banten Terus Meningkat” artikel diakses pada tanggal 15 april 2011 dari http://www.radarbanten.com/mod.php?mod=publisher&op=viewarticle&artid =235 63

6

Laporan Realisasi Kegiatan Pembangunan Bidang Urusan Sosial Tahun Anggaran 2009


(14)

memenuhi penghidupannya, termasuk penganggur yang tidak memiliki modal kecuali tenaganya, yang berarti memerlukan lapangan kerja.7

Pengangguran juga menjadi masalah sosial jika tingkat pengangguran tinggi, sumber daya menjadi terbuang percuma dan tingkat pendapatan masyarakat akan merosot. Situasi ini menimbulkan kelesuan ekonomi yang berpengaruh pula pada emosi masyarakat dan kehidupan keluarga sehari-hari.8 Menurut teori human capital kualitas sumber daya manusia selain ditentuka oleh kesehatan, juga ditentukan oleh pendidikan. Meskipun kesehatan telah mendapat perhatian dalam dekade belakangan ini, di banyak negara sedang berkembang seperti Indonesia, salah satu strategi yang telah lama diterapkan dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia adalah peningkatan pendidikan. Pendidikan dipandang tidak hanya dapat menambah pengetahuan tetapi dapat juga meningkatkan produktivitas.9

Dalam pengembangan sumber daya manusia termasuk di dalamnya adalah meningkatkan partisipasi manusia melalui perluasan kesempatan untuk mendapatkan penghasilan, peluang kerja, dan berusaha. Dapatlah dikatakan pengembangan sumber daya manusia mengandung pengertian upaya meningkatan keterlibatan manusia dalam proses pembangunan. Dengan demikian, manusia seharusnya diletakkan sebagai inti dalam pembangunan. Pembangunan harus bergerak disekitar manusia, bukan manusia di sekitar pembangunan.

7

Ahmad Sanusi, Agama Di Tengah Kemiskinan Refleksi atas Pandangan Islam dan Kristen dalam Perspektif Kerjasama Antara Umat Beragama (Jakarta: Logos Wacana Ilmu. 1999), h. 14

8“Dampak Pengangguran Terhadap Pembangunan Nasional Ekonomi Masyarakat”,

artikel diakses pada 11 mei 2011 dari http://requestartikel.com/dampak-pengangguran-terhadap-pembangunanasionalekonomi masyarakat-201011200.html

9

Tadjuddin Noer Effendi, Sumber daya Manusia Peluang Kerja dan Kemiskinan


(15)

Pembangunan harusnya berasal dari manusia, dilakukan oleh manusia, dan untuk kepentingan manusia.10

Pengangguran Tecatat 4,5 juta orang atau 5% pada tahun 1997 (menjelang krisis ekonomi), menjadi sekitar 6,5 juta orang atau 7% tahun 2000, dan menjadi 9,5 juta orang atau 9,5% tahun 2003. Demikian juga jumlah setengah pengangguran maningkat dari 29 juta orang pada 1997 menjadi sekitar 31 juta orang tahun 2000 dan tahun 2003.11 Penganggurang mengalami naik turun pada tahun 2004 sampai 2008 namun sempat meninggi pada tahun 2005 sebesar 11.2% dan menurun pada tahun 2008 mencapai 8,39%, pengangguran terus menurun hingga tahun 2010 sebesar 7,14%.12

Di Kabupaten Tangerang tercatat 45.639 angkatan kerja yang belum mendapatkan pekerjaan.13 Tahun 2009 tercatat kurang lebih pengangguran sebesar 160 ribu warga14 dan Angka pengangguran tahun 2010 mencapai 224.157 orang atau 12,46% dari total angkatan kerja sebanyak 1,8 juta orang. Hadi Hartono, anggota Badan Anggaran DPRD Kabupaten Tangerang, mengatakan angka itu lebih rendah dibandingkan dengan tahun lalu sebanyak 228.429 orang atau 13,28% dari total angkatan kerja.15

10

Ibid., h. 5

11

Prathama Rharjda dan Mandala Manurung, Pengantar Ilmu Ekonomi, 3th (Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. 2008), h. 382

12

www.bps.go.id

13

“Jumlah Pengangguran Terus Meningkat”, artikel diakses pada 11 mei 2011 dari

http://www.suarakarya-online.com/news.html?id=145967

14

Artikel diakses pada 11 mei 2011 dari http://www.disnakertransbanten.net/index.php? link=dtl&id=78

15

“Angka Pengangguran di Kabupaten Tangerang 12,46%”. artikel diakses pada 11 mei 2011 dari http://bataviase.co.id/node/454907


(16)

Diperlukan usaha produktif yang membutuhkan keterampilan untuk dapat mempertahankan hidup. Allah membekali manusia (Adam) dengan mengajarinya nama benda apa saja, pengetahuan yang kelak sangat bermanfaat baginya (Adam) saat diturunkan kebumi.16 Dan Allah telah menyediakan keperluan manusia dibumi. Allah berfirman:

“Dan sesungguhnya, kami telah menetapkan kamu dibumi dan disana kami sediakan (sumber) penghidupan untukmu, (tetapi) sedikit sekali

kamu bersyukur”. ( Al-A‟raf/7:10)

Ayat ini menegaskan sebagian dari sekian banyak karunia Allah yang telah dianugrahkan kepada hamba-Nya yaitu bahwa Dia telah menyediakan bumi ini untuk manusia tinggal dan berdiam diatasnya. Bebas berusaha dalam batas-batas yang telah digariskan, diberikan perlengkapan kehidupan.17

Didukung juga pada pasal 33 UUD 1945 merupakan dasar dari sistem demokrasi Indonesia yaitu:

“Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas

kekeluargaan”18

Untuk itu pemerintah mendukung usaha kesejahteraan sosial dengan dibuat program-program pro masyarakat. Untuk mewujudkan masyarakat sejahtera, adil, makmur dan merata baik materi maupun spiritual.19

16

Tafsir Al-quran Tematik. Kerja dan Tenaga kerjaan, (Lajnah pentashihan mushaf Al-Quran Badan Litbang dan Diklat Kementrian Agama RI. 2010). hl. 63

17

Ibid., h. 66

18

Anni Charani Sumantri, dkk., Naskah Akademik Peraturan Perundang-undangan Tentang Perlindungan Usaha Kecil (Jakarta. Badan Pembinaan Hukum Nasional Departemen Kehakiman RI. 97-98). hl. 12

19


(17)

Usaha kesejahteraan sosial merupaka usaha terencana dan terarah yang meliputi berbagai bentuk intervensi sosial dan pelayanan sosial untuk memenuhi kebutuhan manusia, mencegah dan mengatasi masalah sosial, serta memperkuat institusi-institusi sosial.20 Usaha kesejahteraan sosial itu sendiri, pada dasarnya merupakan suatu program ataupun kegiatan yang didesain secara kongkrit untuk menjawab masalah, kebutuhan masyarakat ataupun meningkatkan taraf hidup masyarakat. Usaha kesejahteraan dapat ditujukan pada individu, keluarga, kelompok-kelompok dalam komunitas, ataupun komonitas secara keseluruhan. 21

Salah satu program pro masyarakat yaitu Kelompok Usaha Bersama (KUBE) yang menjadi sarana untuk meningkatkan usaha ekonomi produktif, menyediakan sebagian kebutuhan yang diperlukan bagi keluarga fakir-miskin, menciptakan keharmonisan hubungan sosial antar warga, menyelesaikan masalah sosial yang dirasakan keluarga fakir-miskin, pengembangan diri dan sebagai wadah bebagai pengalaman antar anggota.22

Salah satu KUBE yang dapat terus bertahan adalah usaha Konveksi KUBE Teluk Amanah yang berada di Kampung Melayu Kabupaten Tangerang. KUBE Teluk Amanah juga berhasil memenuhi kriteria yaitu masuk dalam kategori KUBE maju. dan menjadi KUBE berprestasi di tingkat Propinsi Banten pada tahun 2011. Namun masih ada kekurangan karena KUBE belum bisa mandiri atau memproduksi sendiri. Disamping itu program ini berdampak pada kehidupan

20

Edi Suharto, Analisis Kebijakan Publik Panduan Praktis Mengkaji Masalah dan Kebijakan Sosial, edisi revisi (Bandung: CV. Alfabeta. 2005), h. 35

21

Isbandi Rukminto Adi. Ilmu Kesejahteraan Sosial Dan Pekerjaan Sosial. 2th (FISIP UI Press. 2005). h. 86

22

Panduan Umum Pengembangan Usaha Ekonomi Produktif Fakir Miskin Melalui Kelompok Usaha Bersama (KUBE) Dan Lembaga Keuangan Mikro (LKM). (Direktorat Bantuansosial Fakir Miskin, Direktorat Jendral Dan Jaminan Sosial Departemen Sosial Ri. 2004). hl. 49


(18)

anggota KUBE yaitu Anggota dapat hidup lebih produktif sehingga anggota mendapatkan penghasilan dan berfungsi dalam lingkungan keluarga dan sosial.

Keberadaan KUBE Teluk Amanah sudah tujuh tahun berdiri oleh karena itu anggota yang mengikuti program ini merasakan dan mendapatkan hasil yang nyata dan tidak nyata. Dengan dasar inilah penulis terdorong untuk melakukan penelitian dan kajian ilmiah dan sekaligus dijadikan sebagai pembahasan skripsi dengan judul: Evaluasi Dampak Usaha Konveksi Kelompok Usaha Bersama (KUBE) Teluk Amanah Pada Peningkatan Aset Anggotanya Di Kampung Melayu Kabupaten Tangerang.

B. Batasan Dan Perumusan Masalah

a. Batasan Masalah

Untuk menghindari pembahasan yang terlalu luas, maka penulis memfokuskan hanya pada Evaluasi Dampak Usaha Konveksi Kelompok Usaha Bersama (KUBE) Teluk Amanah Pada Peningkatan Aset Anggotanya Di Kampung Melayu Kabupaten Tangerang, pada periode 2009-2011.

b. Perumusan Masalah

Masalah yang akan peneliti lakukan yaitu bagaimanakah dampak program kelompok usaha bersama Teluk Amanah pada peningkatan aset anggotanya, adapun rincian pertanyaan adalah;


(19)

1. Bagaimanakah keadaan anggota setelah mengikuti program KUBE Teluk Amanah usaha konveksi dalam bentuk aset yang nyata (tangible asset)?

2. Bagaimanakah keadaan anggota setelah mengikuti program KUBE Teluk Amanah usaha konveksi dalam bentuk aset yang tidak nyata (intangible asset)?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian yang hendak dicapai dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui dan mendeskripsikan dampak kelompok usaha bersama Teluk Amanah pada peningkatan aset anggotanya. Adapun tujuan penelitian adalah;

1. Untuk mengetahui keadaan anggota setelah mengikuti program KUBE Teluk Amanah usaha konveksi dalam bentuk aset yang nyata (tangible asset).

2. Untuk mengetahui keadaan anggota setelah mengikuti program KUBE Teluk Amanah usaha konveksi dalam bentuk aset tidak nyata (intangible asset).


(20)

D. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Praktik

1. Untuk menambah wawasan bagi para pembaca umumnya dan bagi penulis khususnya dan dapat digunakan sebagai sarana atau wadah untuk mengembangkan wawasan.

2. Mengetahui masalah-masalah yang dihadapi masyarakat terutama masyarakat di Kampung Melayu Kabupaten Tangerang dan cara mereka menyelesaikan permasalahan dan sejauhmana keterlibatan bidang pendamping dan pegawai Dinas Sosial Kabupaten Tangerang.

b. Manfaat Akademis

1. Memberikan sumbangan pengetahuan mengenai program KUBE bidang konveksi yang dilakukan oleh Bidang Penanganan Korban Bencana dan Keluarga Miskin .

2. Memberikan sumbangan pengetahuan bagi kompetensi perspektif pekerja sosial.

E. Tinjauan Pustaka

Sebelum melakukan penelitian lebih lanjut penulis melakukan suatu tinjauan pustaka, sebagai langkah awal dalam penyusunan skripsi yang akan


(21)

penulis susun agar terhindar dari kesamaan judul dengan skripsi-skripsi sebelumnya. Setelah melakukan suatu kajian kepustakaan, beberapa judul lainnya;

Sebelum melakukan penelitian lebih lanjut penulis melakukan suatu tijauan pustaka, sebagai lengkah awal dalam penyusunan skripsi yang akan penulis susun agar terhindar dari kesamaan judul dengan skripsi-skripsi sebelumnya. Setelah melakukan suatu kajian kepustakaan, beberapa judul lainnya;

1. Skripsi yang berjudul: “Evaluasi Program Bina Ekonomi Untuk

Pengembangan Usaha Kecil Oleh Program Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (PPMK) Di kelurahan Manggarai Selatan”.

Ditulis oleh Lilis Herawati jurusan pengembangan masyarakat islam universitas islam negeri, persamaan pada judul ini terdapat pada subjek penelitian yaitu evaluasi, namun objek dari penelitiannya berbeda yaitu usaha kecil yang dilakukan dalam program pemberdayaan masyarakat kelurahan, dan yang menjadi tempat penelitiannya pun berbeda yaitu di kelurahan Manggarai Selatan sedangkan penulis melakukan penelitian di Kampung Melayu Kabupaten Tangerang.

2. Skripsi yang berjudul: “Pemanfaatan Fasilitas Pemerintah Oleh Pengusaha Industri Kecil Konveksi Di Kelurahan Cipulir”.

Ditulis oleh Halim Sabri jurusan Kesejahteraan Sosial Universitas Indonesia pada tahun 1988, persamaan pada judul ini terdapat pada objek penelitian yaitu berkanaan dengan konveksi namun subjek penelitian berbeda yaitu pemanfaatan fasilitas pemerintah sedangkan subjek penulis yaitu evaluasi dampak.


(22)

F. Sistematika Penulisan

Untuk menggambarkan dan menguraikan secara jelas mengenai hal-hal yang terkandung dalam skripsi ini, maka penulis membagi sistematika penyusunannya ke dalam dua bab dan masing-masing bab dibagi ke dalam sub-sub bab, dengan perincian sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan

Latar Belakang, Pembatasan, Perumusan Masalah, Tujuan penelitian, Manfaat Penelitian, Tinajuan Pustaka, dan Sistematika Penelitian.

Bab II Landasan Teori

Pengertian evaluasi, Pengertian Usaha Konveksi, Pengertian Aset, dan Penjelasan Program Kelompok Usaha Bersama (KUBE).

Bab III Metodologi Penelitian

Metode Penelitian, Sifat Penelitian, Macam Dan Sumber Data, Teknik Pengumpulan Data, Kriteria Subjek, Tekik Pemilihan Informan, Analisis Data, Teknik Keabsahan Data, Tempat dan Waktu Penelitian.

Bab IV Dampak Usaha Konveksi Program Kelompok Usaha Bersama (KUBE) Teluk Amanah Pada Peningkatan Aset Anggotanya.

A. Gambaran Umum Objek Penelitian. Sejarah dan Latar Berdirinya Kelompok Usaha Bersama (KUBE) Bidang


(23)

Konveksi, Visi, Misi Dan Tujuan Kelompok Usaha Bersama (KUBE) Bidang Konveksi, Steruktur Organisasi Kelompok Usaha Bersama (KUBE) Bidang Konveksi, Sarana Dan Prasarana Kelompok Usaha Bersama (KUBE) Bidang Konveksi dan Sumberdana.

B. Tenemuan dan Pembahasan, Serta Hasil Analisis Data Mengenai evaluasi dampak usaha konveksi kelompok Usaha Bersama (KUBE) Teluk Amanah pada peningkatan aset anggotanya.

Bab V Penutup


(24)

13

LANDASAN TEORI

A. Evaluasi Dampak 1. Definisi Evaluasi

Evaluasi yaitu yang buruk adalah buruk dan yang baik adalah baik, dan itu adalah tugas evaluator untuk menentukan.1 dan evaluasi memiliki empat langkah yaitu;

a. Pembentukan sumber data,

b. Pengumpulan data pada hasil program,

c. Membandingkan hasil program dengan hasil yang sudah ada dan d. Membantu keputusan kebijakan dan menejemen2.

2. Model-Model Evaluasi

a. Evaluasi input memfokuskan pada berbagai unsur yang masuk dalam suatu pelaksanaan suatu program. Tiga unsur (variabel) utama yang terkait dengan evaluasi input adalah klien, staf dan program. Variabel klien meliputi karakteristik demografi klien, seperti: susunan (konstelasi) keluarga dan berapa anggota yang ditanggung. Variabel staf meliputi aspek demografi dari staf, seperti: latar belakang pendidikan staf, dan pengalaman staf. Sedangkan variabel program meliputi aspek tertentu, seperti: lama waktu layanan diberikan, dan

1

Shadish, William R. foundations of Program Evaluation : theories of practice

(America. United States of America. 1991), h. 74

2


(25)

sumber-sumber rujukan yang tersedia. Dalam kaitan dengan evaluasi input program, ada empat kriteria yang dapat dikaji, baik sendiri-sendiri maupun secara keseluruhan. Kriteria tersebut adalah: (1) tujuan dan objektif; (2) penilaian terhadap kebutuhan komunitas; (3) standar dari suatu „praktek yang terbaik‟; dan (4) biaya per unit layanan.

b. Evaluasi proses memfokuskan diri pada aktivitas program yang

melibatkan interaksi langsung antara klien dengan staf „terdepan‟ (line

staff) yang merupakan pusat dari pencapaian tujuan (objektif) program. Tipe evaluasi ini diawali dengan analisis dari sistem pemberian layanan dari suatu program. Dalam upaya mengkaji nilai komponen pemberian layanan, hasil analisis harus dikaji berdasarkan kriteria yang relevan lembaga, tujuan proses (prosesgoals) dan kepuasan klien. c. Evaluasi hasil diarahkan pada evaluasi keseluruhan dampak (overall impact) dari suatu program terhadap penerima layanan (recipients). Pertanyaan utama yang muncul dalam evaluasi ini adalah: bila suatu program telah berhasil mencapai tujuannya, bagaimana penerima layanan akan menjadi berbeda setelah ia menerima layanan tersebut? Berdasarkan pertanyaan ini seorang evaluator akan mengkontruksikan kriteria keberhasilan dari suatu program. Kriteria keberhasilan ini akan dapat dikembangkan sesuai dengan kemajuan suatu program (berorientasi pada program = program oriented) ataupun pada terjadinya prubahan prilaku dari klien (berorientasi pada klien = client oriented).3

3

Isbandi rukminto adi, Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat Dan Intervensi (Pengantar Pada Pemikiran Dan Pendekatan Praktis) edisi revisi 2003 seri pemberdayaan


(26)

3. Tujuan Evaluasi

a. Mengidentifikasi tingkat pencapaian tujuan.

b. Mengukur dampak langsung yang terjadi pada kelompok sasaran. c. Mengetahui dan menganalisis konsekuensi-konsekuensi lain yang

mungkin terjadi di luar rencana (externalities).4

4. Indikator Evaluasi

Evaluasi memiliki sembilan indikator yaitu ketersediaan, relevensi, keterjangkauan, pemanfaatan, cakupan, kualitas, upaya, efiensi, dan dampak. Indikator dampak (indicators of impact) lebih melihat apakah sesuatu yang kita lakukan benar-benar memberikan suatu perubahan di masyarakat. Misalnya, apakah setelah dikembangkan layanan untuk mengatasi kemiskinan selama tiga tahun disuatu desa, maka angka penduduk yang berada dibawah garis kemiskinan sudah menurun.5

B. Usaha Konveksi

1. Definisi Usaha Konveksi

Dalam kamus besar bahasa Indonesia dapat dilihat arti usaha konveksi secara terpisah yaitu usaha yang artinya untuk memecahkan suatu maksud, memecahkan persoalan, mencari jalan keluar dsb. dan konveksi adalah perusahaan pakaian jadi.6

masyarakat 03. (Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. 2003), h. 189-190.

4

Ibid., h. 119.

5

Ibid., h. 191-194.

6

Kamus Besar bahasa Indonesia, catakan pertama (departemen Pendidikan dan Kebudayaan Balai Pustaka. 1988). h. 459


(27)

2. Macam-Macam Bentuk Usaha

a. Usaha kecil adalah kegiatan ekonomi rakyat berskala kecil dan memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp.200.000.000,- (Dua ratus juta rupiah), tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, atau memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp.1.000.000.000,- (Satu milyar rupiah), milik warga negara Indonesia dan berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau bersertifikasi baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha menengah atau usaha besar, berbentuk usaha orang perorang, badan usaha yang tidak berbadan hukum, badan usaha yang berbadan hukum termasuk koperasi.

b. Usaha kecil informal adalah usaha yang belum terdaftar, belum tercatat dan belum berbadan hukum, antara lain, petani penggarap, industri rumah tangga, pedagang asongan, pedagang keliling, pedagang kaki lima, dan pemulung.

c. Usaha menengah dan besar adalah kegiatan ekonomi yang mempunyai kriteria kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan lebih besar dari pada kekayaan bersih dan hasil penjualan tahunan usaha kecil.7

7

Anni Charani Sumantri, dkk., Naskah Akademik Peraturan Perundang-undangan Tentang Perlindungan Usaha Kecil (Jakarta. Badan Pembinaan Hukum Nasional Departemen Kehakiman RI. 97-98). h. 10


(28)

C. Aset

1. Definisi Aset

Aset bukanlah sesuatu yang ada begitu saja atau ia bukanlah kepemilikan atas sesuatu. Lebih tepatnya aset merupakan hak atau klaim yang berhubungan dengan properti, baik konkret maupun abstrak. Hak dan klaim ini dilindungi oleh adat, konvensi, atau hukum. Kemudian, kepemilikan pribadi adalah klaim sosial seseorang untuk menggunakan, atau melarang orang lain menggunakan, menerima keuntungan dari hak-hak tertentu. Menurut R.H. Tawney:

Properti merupakan kategori yang paling ambigu. Ia melingkupi berbagai dimensi hak yang tidak dimiliki persamaan secara umum kecuali yang diberlakukan oleh individu dan dilindungi oleh negara. Selain dari karakter formalnya, perbedaan mereka tidak begitu jelas sesuai dengan karakter ekonomi, pada efek sosial dan justifikasi moral. Mereka mungkin bersifat kondisional seperti hak paten atau absolut seperti kepemilikan sewa tanah, temporer dan dapat diakhiri seperti hak cipta atau permanen seperti hak milik tanah, komprehensif seperti kekuasaan daerah, terbataas seperti hak sewa, personal seperti kepemilikan baju atau buku, atau tidak jelas seperti tambang emas dan perkebunan karet.

Aset terdiri dari modal investasi yang pada gilirannya akan menghasilkan laju pemasukan di masa depan. Keuntungan aset ini sangat bergantung pada investasi yang sukses. Uang yang disimpan dibalik bantal tentu saja tidak melakukan ini. Modal bukan hanya berarti uang, tetapi uang yang bergerak. Kapital merupakan uang yang terus berputar dan membentuk suatu produksi dan kembali menjadi uang. Dengan kata lain, kapitalisme merupakan sebuah proses. Istilah bahasa spanyol untuk aset adalah aktiva (activosi), yang memiliki arti dari kata itu sendiri.

Secara konsep, ada beberapa cara untuk membagi aset. Aset dapat dibagi menjadi individu versus sosial atau kecil versus besar atau dikotomi lainnya.


(29)

Untuk pembahasan kali ini, aset dibagi dengan nyata (tangible) dan tidak nyata (intangible). Masing-masing tipe aset tersebut dapat dikategorisasikan (dalam semua hal kategori, yang bisa diperdebatkan) sebagai sesuatu yang nyata maupun yang tidak nyata. Kemudian, masing-masing tipe aset ini dapat dipandang sebagai sesuatu yang mampu menghasilkan bentuk khusus pemasukan atau pendapatan.8

2. Tipe Aset

Menurut michael sherraden aset memiliki dua tipe yaitu aset nyata (Tangible Asset) dan aset tidak nyata (intangible Asset).

a. Aset yang Nyata (Tangible Asset)

Aset yang nyata adalah sesuatu yang sah dimiliki termasuk didalam properti fisik sebagai hak milik dan berfungsi sama seperti properti fisik. Ini dapat dibagi menjadi delapan kategori umum, yaitu sebagai berikut;

1. Tabungan uang yang pemasukkannya dalam bentuk bunga. Kategori ini termasuk semua dana tunai, rekening tabungan, rekening cek dan semua instrumen pasar keuangan.

2. Saham, surat tanggungan dan semua bentuk jaminan finansial yang bentuk pemasukannya seperti saham, bunga, dan atau keuntungan modal atau keruggiannya. Kepemilikan saham pada dunia bisnis sekarang ini lebih pada sebuah bentuk peminjaman bukan kepemilikan karena bagi kebanyakan pemegang saham (shareholders), tidak

8

Michael sherraden, Aset Untuk Orang Miskin Persepektif Baru Usaha Mengentaskan Kemiskinan (jakarta: pt rajagrafindopersada, 2006). h. 134-135


(30)

benar memiliki kekuatan dalam membuatan keputusan-perusahaan modern dijalankan oleh para manajer yang tidak memiliki tanggung jawab sebagaimana “pemilik asli”. Oleh karena itu, saham lebih mirip dengan surat obligasi. Intinya, semua bentuk jaminan ini dapat dipandang sebagai klaim sebagai properti pribadi (swasta) atau perusahaan umum.

3. Properti nyata, seperti bangunan atau tanah, dengan pemasukan dalam bentukpembayaran sewa beserta keuntungan (juga kerugian). Untuk sebagian orang, aset kunci dalam kategori ini adalah kesetaraan (equity) antara pemilik dan penyewa rumah.

4. Aset-aset “berat” selain real esttate, dengan pemasukan dalam bentuk keuntungan modal (juga kerugiannya). Pada kategori ini aset yang tidak berbunga seperti metal berharga, perhiasaan, furnitur, dan semua koleksi lain.

5. Mesin, alat-alat dan komponan produksi nyata lainnya, dengan bentuk keuntungan penjualan dari produk yang dihasilkan (juga kerugiannya).

Kategori ini merupakan kategori yang paling dekat dengan “kapital” dalam bentuk produksi dan aset ini langsung memiliki oleh sebagian kebil saja dari penduduk, walaupun banyak juga orang yang tidak secara langsung berpartisipasi lewat kepemilikan saham, biasanya lewat dana pensiun.

6. Barang keluarga yang kuat dan tahan lama, dengan keuntungan lewat meningkatnya efisiensi tugas keluarga. Dalam beberapa hal, ini memiliki sifat yang sama dengan mesin pada sektor bisnis keduanya


(31)

membutuhkan modal dan keduanya dimaksudkan untuk meningkatkan efisiensi dan keduanya memiliki kegunaan yang jelas.

7. Sumber alam, seperti perkebunan, minyak, mineral dan kayu hutan dengan keuntungan penjualan panen atau komoditas yang diambil (juga kerugiannya). Sebelum revolusi industri terjadi, bagian terbesar kekayaan negara berasal dari sektor ini dan akhirnya secara luas dibagikan. Tanah dan sumber alam kini tidak sebesar sebelumnya. 8. Hak cipta dan hak paten dengan keuntungan dalam bentuk royalti dan

biaya penggunaan lainnya. Kategori yang lebih bersifat intelektual ini mungkin dapat dimaksudkan dalam kategori aset nyata karena hak cipta dan hak paten dilindungi secara aksplisit oleh hukum legal.9

b. Aset Tidak Nyata (Intangible Asset)

Aset tidak nyata lebih bersifat tidak pasti, tidak secara legal diatur dan sering kali diatur secara tidak jelas oleh karakter individu atau hubungan sosial dan ekonomi. Paling tidak terdapat enam kategori bentuk asettidak nyata. Yaitu sebagai berikut:

1. Akses pada kredit (kapital yang dimiliki oleh orang lain) dengan keuntungan tergantung dari penggunaan kredit tersebut (layaknya dalam investasi). Akses pada kredit ini tidak bisa secara persis didefinisikan, tetapi tentu saja hal ini tidak dibagi rata kepada semua orang. Hal ini sebagai besar terkait dengan kepemilikan dari bentuk lain aset.

9


(32)

2. Manusia (human capital), yang secara umum memiliki inteligensia, latarbelakang pendidikan, pengalaman kerja, pengetahuan, keterampilan dan kesehatan, dan juga energi, visi, harapan, dan imaginasi, dengan bentuk pemasukannya adalah gaji dan kompensasi lainnya setelah melakukan pekerjaan, layanan, dan ide. Pengakuan akan sumberdaya manusia ini sebagai kekayaan sebuah negara bukanlah hal yang baru. Ini merupakan tema umum diantara para ahli ekonomi perniagaan.

3. Modal budaya (cultural capital), dalam bentuk pengetahuan dari subjek yang secara kultural signifikan, kemampuan untuk menghadapi situasi sosial dan birokrasi formal, termasuk kosa kata, aksen, cara pakaian, penampilan dengan bentuk keuntungan mendapatkan penerimaan dari pola asosiasi.

4. Modal sosial informal (informal sosial capital) dalam bentuk keluarga, koneksi yang kadang disebut dengan „jaringan sosial‟ dengan bentuk keuntungan dukungan material, dukungan emosional, informasi dan akses yang lebih mudah pada pekerjaan, kredit, perumahan dan tipe aset lainnya.

5. Modal sosial formal, atau modal organisasi yang artinya adalah struktur atau teknik organisasi formal yang berlaku pada modal nyata, penanamannya dalam bentuk peningkatan efisiensi keuntungan.

6. Modal politisi dengan bentuk partisipasi, kekuatang dan pengaruh dengan keuntungan peraturan dan keputusan yang menguntungkan serta diinginkan pada level pemerintahan negara juga lokal.


(33)

D. Kelompok Usaha Bersama (KUBE) 1. Sejarah Singkat Program KUBE

Sejak tahun 1970-an pemerintah menggulirkan program penanggulangan kemiskinan melalui Rencana Pembangunan Lima Tahun (Repelita) khususnya Repelita I-IV melalui program sektor dan regional. Keberadaan lembaga koordinasi penanggulangan kemiskinan yang bersifat sektoral seperti Kelompok Usaha Bersama atau KUBE dari Kementerian Sosial yang dulu bernama Departemen Sosial, KUBE dimulai sejak tahun 1982. Tahun 2006 Pemerintah Pusat melalui Kementerian Sosial mencoba menyempurnakan pendekatan penyelenggaraan Program Kelompok Usaha Bersama (KUBE).10

Jika pada tahun 2005, penyaluran bantuan kepada KUBE bersifat nature, melalui perantara, top down, terpusat dan tanpa pendampingan, maka mulai tahun 2006 sudah dilakukan perubahan dan penyempurnaan ditahun 2007 perubahan nyata dilakukan langsung kepada KUBE dan melalui mekanisme perbankan dan melalui mekanisme perbankan (bekerjasama dengan PT BRI Tbk). Bantuan tidak lagi bersifat natural yang harus disediakan oleh pemerintah pusat melalui pihak ketiga naum disediakan sendiri oleh anggota KUBE.11

10

Oetami Dewi, “KUBE (Kelompok Usaha Bersama) Sebagai Model Untuk

Pengembangan Pemberdayaan Masyarakat” artikel diakses pada tanggal 23 Juni 2011 dari http://inspirasitabloid.wordpress.com/2010/07/27/kube-kelompok-usaha-bersama-sebagai-model-untuk-pengembangan-pemberdayaan-masyarakat/

11


(34)

2. Dasar Hukum

KUBE dibentuk berdasarkan hukum yaitu;

a. Undang-Undang Dasar Tahun 1945 pasal 33 dan 34.

b. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1974 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Kesejahteraan Sosial.

c. Peraturan Pemerintah RI Nomor 42 tahun 1981 tentang Pelayanan Kesejahteraan Sosial bagi Fakir Miskin.

d. Keputusan Menteri Sosial RI Nomor 84/HUK/1997 tentang Pelaksanaan Pemberian Bantuan Sosial Bagi Keluarga Fakir Miskin.

e. Keputusan Menteri Sosial RI Nomor 19/HUK/1998 tentang Pelayanan Pemberian Kesejahteraan Sosial Bagi Fakir Miskin yang Diselenggarakan oleh Masyrakat.

f. Keputusan bersama Menteri Koperasi, Pengusaha Kecil dan Menengah, dan Menteri Sosial Nomor 05/SKB/M/V/1999 dan Nomor 45/HUK/1999 tentang Pembinaan dan Pengembangan KUBE melalui Pembentukan Koperasi.12

12

Herry Hikmah, ed., Panduan Operasional Program Pemberdayaan Fakir Miskin di Wilayah KUBE Rintisan Pusat (Departemen Sosial RI, 2005), h. 4.


(35)

3. Definisi KUBE

Berdasarkan Pedoman Penumbuhan dan Pengembangan Kelompok Usaha bersama (KUBE) Departemen Sosial Republik Indonesia memberi pengertian KUBE adalah:

a. Kelompok Usaha Bersama (KUBE) adalah kelompok warga atau keluarga binaan sosial yang dibentuk oleh warga atau keluarga binaan sosial yang telah dibina melalui proses kegiatan PROKESOS (program kesejahteraan sosial) untuk melaksanakan kegiatan kesejahteraan sosial dan usaha ekonomi dalam semangat kebersamaan sebagai sarana untuk meningkatkan taraf kesejahteraan sosialnya.

b. KUBE merupakan metode pendekatan yang terintegrasi dan keseluruhan proses PROKESOS dalam rangka MPMK (memajukan permasalahan kemiskinan).

c. KUBE tidak dimaksudkan untuk menggantikan keseluruhan prosedur baku PROKESOS kecuali untuk Program Bantuan Kesejahteraan Sosial Fakir Miskin yang mencakup keseluruhan proses. Pembentukan KUBE dimulai dengan proses pembentukan kelompok sebagai hasil bimbingan sosial, pelatihan ketrampilan berusaha, bantuan stimulans dan pendampingan.

d. Kelompok Usaha Bersama (KUBE), yaitu wadah yang menghimpun dan mengelola keluarga binaan sosial yang telah mendapatkan bantuan sarana


(36)

usaha dari pemerintah sebagai usaha untuk meningkatkan kesejahteraan atau kehidupannya.13

4. Tujuan KUBE

a. Meningkatkan kemampuan anggota kelompok KUBE dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidup sehari-hari, ditandai dengan, meningkatkan pendapatan keluarga, meningkatkanya kualitas pangan, sandang, papan, kesehatan, tingkat pendidikan, dapat melaksanakan kegiatan keagamaan, dan meningkatkanya pemenuhan kebutuhan –kebutuhan sosial lainnya. b. Meningkatkan kemampuan anggota kelompok KUBE dalam mengatasi

masalah-masalah yang mungkin terjadi dalam keluarganya maupun dengan lingkungan sosialnya, ditandai dengan adanya kebersamaan dan kesepakatan dalam pengambilan keputusan didalam keluarga, dalam lingkungan sosial , adanya penerimaan terhadap perbedaan pendapat yang mungkin timbul diantara keluarga dan lingkungan, semakin minimnya perselisihan yang mungkintimbul antara suami dan istri atau antara orang tua dan anak dan lain-lain.

c. Meningkatkan kemampuan anggota kelompok KUBE dalam menampilkan peranan-peranan sosialnya, baik dalam keluarga maupun lingkungan sosialnya, ditandai dengan semakin meningkatnya keperdulian dan rasa tanggung jawab dan keikut sertaan anggota dalam usahah-usaha kesejahteraan sosial lingkungannya, semakin terbukanya pilihan bagi para anggota kelompok dalam pengembangan usaha yang lebih

13

Kelompok Usaha bersama (KUBE) artikel diakses pada tanggal 24 juni 2011 dari http://suryanto.blog.unair.ac.id/files/2010/01/kubepdf.pdf


(37)

menguntungkan, terbukanya kesempatan memanfaatkan sumber dan potensi kesejahteraan sosial yang tersedia dalam lingkungannya.14

5. Skema Pembentukan Dan Pengembangan KUBE

Tabel 1

Persiapan Pelaksanaan Peng. Usaha Kemitraan Monev

Orientasi & observasi Registrasi &

identifikasi Perencanaan program pelaksanaan Penyuluhan sosial umum

Seleksi calon KBS

Pembentukan pra-klp & klp Penentuan jenis usaha Pelatihan pendampingan Pel. Bimbingan pengembangan usaha Pemberian bantuan pengembangan usaha Pendampingan Evaluasi Inventarisasi sumber (SDA,SDE,S DS, & SDM) membuat kesepakatan Pelaksanaan kemitraan usaha Bimbingan kemitraan usaha Supervis Monitorin g Evaluasi Pelaporan 14


(38)

Bimbingan pengenalan masalah Bimbingan motivasi Evaluasi persiapan Keterampilan anggota KUBE Pemberian jaminan hidup Bantuan stimulant permodalan Pendampinga n evaluasi

 Perluasan jaringan kemitraan usaha Evaluasi Oleh: Aparat desa, pendamping, pembina fungsional instansi terkait. Oleh: Aparat desa, pendamping, pembina fungsional instansi terkait. Oleh: Pendamping, Pembina Fungsional. Oleh: Pendamping, Pembina Fungsional. Oleh: Pendamping, Pembina Fungsional. 15

Dari skema diatas dapat dijelaskan yaitu:

a. Tahap persiapan adalah terdiri dari orientasi dan observasi, registrasi, dan identifikasi, perencanaan program pelaksanaan, penyuluhan sosial umum, bimbingan pengenalan masalah, bimbingan motivasi, dan evaluasi persiapan (oleh aparat desa, petugas pendamping, pembimbing fungsional)

b. Tahap pelaksanaan meliputi seleksi calon keluarga binaan sosial (KBS),pembentukan pra-kelompok dan kelompok, pemilihan/penentuan jenis usaha, pelatihan pendamping, pelatihan keterampilan anggota KUBE pemberian bantuan permakanan atau santunan/jaminan hidup,

15


(39)

bantuan stimulant permodalan, pendampingan evaluasi (oleh:aparat desa, petugas pendamping, pembina, iinstansi terkait)

c. Tahap pengembangan usaha meliputi bimbingan pengembangana usaha meliputi bimbingan pengembangan usaha, bantuan pengembangan usaha, pendampingan dan evaluasi (oleh: petugas pendamping, petugas pembina fungsional)

d. Tahap kemitraan usaha meliputi interventarisasisumber-sumber yang ada, membuat kesepakatan-kesepakatan, pelaksanaan kemitraan usaha, bimbngan kemitraan usaha, perluasan jaringan kemitraan usaha, dan evaluasi.

e. Tahap monitoring dan evaluasi meliputi pengendalian dan monitoring proses pelaksaan yang sedang berjalan serta evaluasi terhadap keberhasilan yang sudah dicapai (oleh: petugas pendamping dan pembina fungsional).16

16


(40)

28

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah menggunakan penelitian kualitatif. Jenis penelitian ini yaitu evaluasi. Menurut Bogdan dan Taylor, metodelogi kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku dapat diamati pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu tersebut secara utuh.1

Sedangkan menurut Nawawi pendekatan kualitatif dapat diartikan sebagai rangkaian kegiatan atau proses menjaring informasi, dari kondisi sewajarnya dalam kehidupan suatu objek, dihubungkan dengan pemecahan suatu masalah, baik dari sudut pandang teoritis maupun praktis.

Penelitian kualitatif dimulai dengan mengumpulkan informasi. Penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis

1

lexy J Moleong, Metodelogi penelitian kualitatif (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1991). h. 3


(41)

data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi.2

B. Sifat Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif yaitu data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka. Hal itu disebabkan oleh adanya penerapan metode kualitatif. Data tersebut mungkin berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan, foto, dan dokumen resmi lainnya. Pada penulisan laporan demikian, peneliti menganalisis data yang sangat kaya tersebut dan sejauh mungkin dalam bentuk aslinya.3

C. Macam dan Sumber Data

Data yang dikumpulkan berupa kata-kata gambaran dan bukan angka-angka. Laporan penelitian akan diberi kutipan-kutipan data untuk memberikan gambaran penyajian laporan tersebut. Data tersebut berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan, catatan atau memo dan dokumentasi resmi lainnya.

2

Sugiono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R &D (Bandung; Alfabeta Bandung. 2008), hl. 9.

3


(42)

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data, penulis menggap teknik yang penulis lakukan adalah teknik pengumpulan data kualitatif, yaitu berupa pengumpulan data dalam bentuk kata, kalimat, pernyataan dan gambar.

Dimana dalam pelaksanaannya penulis melakukan teknik pengumpulan data melalui:

a. Wawancara

Wawancara atau intervansi adalah percakapan atau Tanya jawab yang diuraikan untuk tujuan tertentu. Dalam hal ini pertanyaan yang diajukan kepada responden untuk memperoleh data. Deddy mulyana menjelaskan wawancara adalah bentuk komunikasi antara dua orang melibatkan seseorang yang ingin memperoleh informasi dari seseorang lainnya. dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan dari seseorang lainnya, dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan berdasarkan tujuan tertentu.4

Wawancara merupakan salah satu cara untuk memperoleh data melalui informasi yang didengarnya dengan panca indra pendengaran, yang sebelumnya ditanyakan terlebih dahulu kepada responden. Hasil wawancara tersebut harus di

cross-chek dan diadakan triangulasi sehingga akan diketahui jika ada perbedaan yang sangat besar terjadi.5

4

Deddy Mulyana, metodologi penelitian kualitatif paradigma baru ilmu komunikasi dan ilmu sosial lainnya, 2th .(Bandung; Remeja Rosdakarya , 2002) h, 120.

5

Nurul Hidayati, Metodologi penelitian DakwahDengan Pendekatan Kualitatif (Jakarta: UIN JAKARTA PRESS. 2006), h.39.


(43)

wawancara ini menjadi sumber data utama dengan tekhnik mencatat hasil tanya jawab dengan informan. Dicatat melalui catatan tertulis atau melalui perekaman audio tapes, wawancara dilakukan di rumah informan dan di KUBE Teluk Amanah. Wawancara yang dilakukan adalah wawancara terbuka.

b. Dokumentasi

Dokumentasi adalah setiap bahan tertulis maupun gambar. hal ini digunakan untuk memperoleh data yang tidak diperoleh dengan cara interview

atau observasi, tetapi hanya diperoleh dengan melakukan penelusuran data dengan menelaah buku, jurnal, internet dan sumber lain yang berkaitan dengan program pemberdayaan keluarga miskin melalui program kelompok usaha bersama yang dilakukan Dikampung Melayu Kebupaten Tangerang.

Teknik dokumentasi dilakukan dengan mengumpulkan dokumen resmi dan dokumen pribadi. Dokumen resmi yaitu dokumen yang berisi bahan-bahan informasi yang dihasilkan oleh lembaga sosial, dokumen ini juga di sebut dokumen resmi eksternal. Dan dokumen pribadi yaitu catatan atau karangan seseorang secara tertulis tentang tindakan, pengalaman dan kepercayaannya.6 Data ini dikumpulkan dan di pilih yang akan dipakai menjadi bahan penelitian.

c. Pengamatan

Pengamatan merupakan metode pertama yang digunakan dalam melakukan penelitian ilmiah, pengamatan berarti pencacatan sistematik terhadap

6


(44)

fenomena-fenomena yang diselidiki.7 Oleh karena itu, peneliti melakukan pengamatan secara tidak langsung.

Teknik pengamatan dengan mengamati sendiri atau mengalami secara langsung pristiwanya. Kemudian mencatat perilaku yang terjadi pada keadaan sebenarnya, pengamat sebagai pemeranserta sehingga data yang didapat dengan mudah diperoleh dikarenakan informan sudah mengetahui pengamatan yang dilakukan pengamat.

d. Teknik Penulisan

Penulisan skripsi ini dilakukan sesuai dengan buku “pedoman penulisan karya ilmiah skripsi, tesis, dan disertasi”, yang diterbitkan oleh UIN Jakarta press Tahun 2007.

E. Kriteria Subjek

Dalam penelitian ini pemilihan subyek yang dilakukan atas dasar informasi yang hendak dicari. Karakteristik dalam penelitian ini adalah masyarakat kampung melayu yang mengikuti program KUBE Usaha Konveksi Teluk Amanah.

7


(45)

F. Teknik Pemilihan Informan

Informan adalah orang yang diminta informasinya tentang subjek yang akan diteliti. Berbeda dengan subjek penelitian yaitu orang yang diminta informasinya tentang objek yang akan diteliti. Informasi ini terdiri dari orang-orang dekat yang sering berinteraksi dengan subjek penelitian yang dianggap mengetahui banyak tentang subjek yang diteliti.8 Pemilihan informan dengan sampel bertujuan (purporsive sampel) sampel dipilih dan ditentukan atas dasar fokus penelitian. Informan kunci yaitu anggota KUBE Teluk Amanah yang sudah mengikuti program KUBE selama du tahun atau lebih dari dua tahun.

Tabel 2

Kerangka Dan Jumlah Informan

NO Informasi Yang Dicari Informan Jumlah

1

Sejarah terbentuknya KUBE, dan tahapan pembentukan KUBE

Pendamping KUBE,

Tenaga Kesejahteraaan

Sosial Kecamatan

(TKSK)

1 Orang

2

Sejarah KUBE, program apa saja yang ada di

KUBE, struktur

organisasi KUBE, dan jumlah anggota KUBE.

Pengurus KUBE 2 Orang

8


(46)

3

Latar belakang anggota mengikuti program KUBE, dampak atau manfaat yang didapat oleh anggota KUBE.

Anggota KUBE 4 Orang

G. Analisis Data

a. Penulis mengamati seluruh data dan hasil wawancara secara detail dan melakukan berulang-ulang dari awal dan selama proses ini berlangsung, data yang penulis kumpulkan kemudian penulis rangkum data terhimpun dan menyeleksi sesuai dengan konsep penelitian

b. Selanjutnya penulis menyusun dalam catatan lapangan, kemudian diringkas, dirangkum dipilah-pilah hal-hal yang penting dan pokok dan disusun secara sistematis dengan mengacu kepada perumusan masalah dan tinjauaan teoritis yang berkaitan dengan penelitian ini.

Dalam menganalisa penulis menggunakan analisa deskriptif, mendeskriptifkan hasil temuan secara sistematis, factual, akurat yang disertai petikan wawancara.

Penulisan menganalisa secara kualitatif data-data kualitatif dari hasil wawancara mendalam yang berupa kalimat-kalimat atau pertanyaan pendapat tersebut dianalisa untuk mengetahui makna yang terkandung


(47)

didalamnya, untuk mengetahui makna yang terkandung didalamnya, untuk memahami keterlibatan dengan permasalahan yang diteliti.

H. Teknik Keabsahan Data

Keabsahan data merupakan konsep penting yang diperlukan baharui dari konsep kesahihan (validitas) dan keandalan (Ireabilitas) menurut versi positivisme dan sesuaikan dengan tuntutan pengetahuan, kriteria dan paradigmanya sendiri. Teknik yang digunakan yaitu triangulasi, triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data memanfaatkan sesuatu yang lain. Di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai perbanding terhadap data itu. teknik ini menggunakan pemeriksaan melalui sumber lainnya. Denzin (1978) membedakan empat macam triangulasi sebagai teknik pemeriksaan yang di pakai dalam penelitian ini memanfaatkan penggunaan sumber dan metode.9

Kepastian dengan teknik pemeriksaan audit, kepastian auditor dalam hal ini ialah objektif atau tidak tergantung pada persetujuan beberapa orang terhadap pandangan pendapat dan penemuan seseorang. Dapatlah dikatakan bahwa pengalaman seseorang orang adalah subjektif, sedangkan jika disepakati oleh beberapa orang barulah dapat dikatakan objektif.

9


(48)

I. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kampung Melayu Kecamatan Teluknaga, Jl. Raya Tanjung Pasir Kabupaten Tangerang. Waktu penelitian dilakukan sejak bulan Maret 2011, efektif waktu pelaksanaannya pada bulan April 2011 sampai Juni 2011.


(49)

37

TEMUAN DAN ANALISIS

A. TEMUAN DATA LEMBAGA

1. Sejarah Singkat KUBE Teluk Amanah

Pemutusan hubungan kerja (PHK) yang terjadi diberbagai provinsi pada tahun 2004 telah berdampak pada kesejahteraan masyarakat dengan tidak adanya pekerjaan, masyarakat tidak mempunyai penghasilan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, terlebih lagi telah terjadi krisis global pada tahun 2009 membuat Pertumbuhan ekonomi menjadi semakin memburuk. Tak terkecuali masyarakat di kampung melayu tidak sedikit yang menjadi korban PHK, hal inilah yang mendasari terbentuknya Kelompok Usaha Bersama (KUBE) Teluk Amanah, pada bulan juli tahun 2004 dalam bidang usaha konveksi di Kampung Melayu. Dengan beranggotakan sepuluh orang. 1

“Awalnya di daerah itu banyak yang di PHK kebetulan juga dapet

bantuan dari Departemen Sosial pada tahun 2009 PHK besar-besaran, bantuan dari Departemmen Sosial, mesin jahit X-pit sepuluh unit jadi dari situ awalnya, kita sosialisasikan kepada warga dikampung itu.untuk

warga yang menjadi Korban PHK.”2

Awal terbentuk KUBE Teluk Amanah, mendapatkan informasi dari rekan-rekan LSM akan ada bantuan mesin jahit Tempat produksi pada awalnya bukan disini tapi di desa Pangkalan tahun 2004 namun dikarenakan tempat yang

1

Wawancara pribadi dengan pendamping KUBE Teluk Amanah Pak cahyadi, Kabupaten Tangerang, 6 mei 2011. (terlampir)

2


(50)

tidak memadai tempatnya pun dipindahkan disalah satu rumah anggota KUBE di Kampung Melayu sampai sekarang. Dengan satu lantai namun perkembangan KUBE yang terus meningkat lantai bangunan ditambah sehingga menjadi dua lantai dan dapat menampung anggota yang baru. Di lantai satu terdapat 10 mesin dan di lantai dua mempunyai 6 mesin. Pada awal terbentuk Anggota KUBE mendapatkan pelatihan menjahit pada saat ini KUBE Teluk Amanah dapat bersaing dengan usaha konveksi yang lain dan dapat menyamakan mutu.

KUBE Teluk Amanah memiliki sistem kekeluargaan yang baik sehingga membuat anggota tetap di KUBE Teluk Amanah, pada awal pengembangan KUBE ini pernah membuat program kursus menjahit dengan bebas biaya. Namun dikarenakan anggota sudah banyak dan sudah mulai banyak pesanan tidak dapt menerima kursus menjahit lagi. Anak kursus di KUBE Teluk Amanah sudah bisa menjahit dan mampu bekerja dipabrik.

Pada tahun 2004 KUBE Teluk Amanah mendapatkan bantuan dari Departemen Sosial yaitu pemberdayaan sarana pendukung produksi beberapa mesin jahit yaitu; mesin Jahit X-pit 10 unit dan 1 unit mesin obras.3

3

Wawancara pribadi dengan pengurus KUBE Teluk Amanah Yoji Kristiani, Kebupaten Tangerang, 27 oktober 2010.


(51)

2. Visi dan Misi KUBE Teluk Amanah

a. Visi KUBE Teluk Amanah

Menumbuhkan semangat wirausaha bagi pelaku usaha bersama dapat terciptanya nilai kebersamaan dalam mensejahterakan keluarga dan mengurangi penganguran.

b. Misi KUBE Teluk Amanah

 Meningkatkan pendapatan masyarakat dan daya belinya sehingga dapat mensejahterakan kehidupannya.

 Mewujudkan kemandirian usaha sosial dalam meningkatkan ekonomi keluarga.

 Memberikan informasi peluang pasar dan meningkatkan pengetahuuan menajemen pemasaran dalam rangka menjaga kontinuitas pemasaran.

3. Tujuan KUBE

1. Meningkatkan kemampuan anggota kelompok KUBE di dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidup sehari-hari, ditandai dengan: meningkatnya pendapatan keluarga, meningkatnya kualitas pangan, sandang papan, kesehatan tingkat pendidikan, dapat melaksanakan


(52)

kegiatan keagamaan dan meningkatnya pemenuhan kebutuhan-kebutuhan sosial lainnya.

2. Meningkatkan kemampuan anggota kelompok KUBE dalam mengatasi masalah-masalah yang mungkin terjadi dalam keluarganya maupun dengan lingkungan sosialnya. Ditandai dengan adanya kebersamaan dan kesepakatan dalam pengambilan keputusan di dalam keluarga, dalam lingkungan sosial, adanya penerimaan terhadap perbedaan pendapatan yang mungkin timbul diantara keluarga dan lingkungan semakin minimnya perselisihan yang mungkin timbul antara suami dan istri atau antara orang tua dan anak dan lain-lain.

3. Meningkatkan kemampuan anggota kelompok KUBE dalam menampilkan peranan-peranan sosialnya. Baik dalam keluarga maupun lingkungan sosialnya, ditandai dengan semakin meningkatnya kepedulian dan rasa tanggung jawab dan keikutsertaan anggota dalam usaha-usaha kesejahteraan sosial dilingkungannya, semakin terbukanya pilihan bagi para anggota kelompok dalam pengembangan usaha yang lebih menguntungkan, terbukanya kesempatan dalam memanfaatkan sumber dan potensi kesejahteraan sosial yang tersedia dalamlingkungannya.4

4

Direktorat Bantuan Sosial Fakir Miskin, Direktorat Jendral Bantuan dan Jaminan Sosial.

Panduan Umum Pengembangan Usaha Ekonomi Produktif Fakir Miskin Melalui Kelompok Usaha Bersama (KUBE) dan Lembaga Keuangan Mokro (LKM) (Jakarta: Departemen sosial. 2004) h. 52-53.


(53)

4. Pengelola Program KUBE Teluk Amanah

Penyelenggara kegiatan ini melelui Kelompok Usaha Bersama (KUBE) Teluk Amanah, dengan struktur organisasi sebagai berikut:

1. Penangggungjawab Program : Kube Teluk Amanah

2. Pimpinan Program : Ahmad Muhrim

3. Sekertaris : Yoji

4. Keuangan : Dewi Komala

5. Team Work : KUBE Teluk Amanah5

5. Struktur Organisasi KUBE

6

5

Proposal Konveksi melalui Bantuan Langsung Pemberdayaan Sosial (BLPS) tahun 2009

Kelompok Usaha Bersama Teluk Amanah Kp. Melayu. (terlampir)

KETUA AHMAD MUHRIM

BENDAHARA DEWI

SEKERTARIS YOJI ANGGOTA

1. Aini 7. Sofiah 2. David 8. Sukarni 3. Raya 9. Ipay 4. Ethek 10. Mila 5. Meriana 11. Ningsih 6. Jhon 12. Muhammad


(54)

6. Pengelolaan KUBE

1. Pengelolaan kelompok meliputi; dilakukan pendekatan kelompok, dibentuk kepengurusan sesuai dengan kebutuhan masing-masing kelompok, dipimpin oleh ketua, kegiatan kelompok diserahkan seluruhnya kepada kelompok, pengeluaran dana diserahkan pada musyawarak kelompok, menetapkan peraturan-peraturan kegiatan kelompok.

2. Pengelolaan jenis usaha meliputi; untuk mendorong dan menjamin kelangsungan masing-masing KUBE dapat mengembangkan satu atau dua jenis usaha sosial ekonomi produktif yang sesuai dengan minat, pengelolaan sepenuhnya dikelola oleh KUBE diserahkan kepada kelompok KUBE tersebut, kelompok KUBE dapat bekerjasama dengan pengusaha atau instansi terkait.

3. Strategi pengembangan meliputi; perlu adanya pengadministrasian dan pengorganisisasian kelompok yang baik, pertemuan rutin kelompok perlu disepakati dan adanya komitmen dari setiap anggota untuk melakukannya, mempertahankan azas musyawarah untuk mufakat, pengelolaan dan pengembangan KUBE harus berorientasi pada pemanfaatan dan penggalian sumber dan potensi yang tersedia dilingkungan masing-masing. Penerapan inovasi-inovasi dalam pengembangan.7

6

Laporan UAS Praktikum II, Siti Dawiyah Di Dinas Sosial Kabupaten Tangerang, KUBE Teluk Amanah Kp. Melayu (2010)

7

Direktorat Bantuan Sosial Fakir Miskin, Direktorat Jendral Bantuan dan Jaminan Sosial.

Panduan Umum Pengembangan Usaha Ekonomi Produktif Fakir Miskin Melalui Kelompok Usaha Bersama (KUBE) dan Lembaga Keuangan Mokro (LKM) (Jakarta: Departemen sosial. 2004) h. 62-63


(55)

7. Prinsip Pengembangan KUBE

1. Penentuan nasib sendiri, anggota KUBE sebagai manusia yang memiliki harkat dan martabak, mempunyai hak untuk menentukan dirinya sendiri. Dalm nilai sepperti ini, para supervisior atau pendamping sosial yang terlibat dalam kegiatan KUBE berperan sebagai fasilitator dalam pengembangan KUBE tersebut.

2. Kekeluargaan, prinsip ini menekankan bahwa pengembangan KUBE perlu dibangun atas semangat kekeluargaan diantara sesama anggota KUBE dan lingkungannya. Nilai seperti ini akan menumbuhkan suatu semangat dan sikap kerja tanpa pamrih dalam mewujudkan keberhasilan KUBE.

3. Kegotong-royongan, kegotong-royongan berarti menuntut perlu adanya kebersamaan dan semangat kebersamaan diantara sesama para anggota KUBE. Dalam prinsip tidak menonjolkan adanya perbedaan antara atasan dan bawahan, tetapi lebih mengedepankan kebersamaan diantara sesama KBS.

4. Potensi anggota, bahwa pengelolaan dan pengembangan KUBE harus didasarkan pada kemampuan dan potensi yang dimiliki oleh para anggota KUBE. Bila para anggota KUBE memiliki keterampilan dalam bidang ternak ikan maka hendaknya jenis usaha yang dikembangkan adalah bidang ternak ikan, bukan usaha lain.

5. Sumber-sumber setempat, prinsip ini menekankan bahwa pengembangan usaha yang dilakukan harus didasarkan pada


(56)

ketersediaan sumber-sumber yang ada di daerah tersebut. Adalah menjadi suatu kendala bilamana suatu jenis usaha yang dikembangkan namun sumber-sumber yang menjadi bahan baku didaerah tersebut tidak tersedia.

6. Keberlanjutan, bahwa pengelolaan KUBE, kegiatan-kegiatannya, bidang usaha yang dikembangkan harus diwujudkan dalam program-program yang berkelanjutan, bukan hanya untuk sementara waktu.

7. Usaha yang berorientasi pasar, bahwa pengembangan usaha yang dilakukan harusdiarahkan pada jenis usaha yang dimiliki prospek yang baik dan sesuai dengan kebutuhan pasar.8

8. Aset yang Dimiliki KUBE Teluk Amanah Saat Ini: TABEL 3.

NO MESIN JUMLAH UNIT

1 MESIN JAHIT X-PIT 10 Unit

2 MESIN OBRAS 4 Unit

3 MESIN CAM 2 Unit

4 MESIN MH 1 Unit

JUMLAH 17 Unit

8


(57)

9. Kemitraan KUBE Teluk Amanah

Salah satu pengelolaan yang baik dan menghasilkan produksi yang dapat dijaga kualitasnya, KUBE membuktikan dengan bekerjasama pengusaha lain atau dengan perusahaan lain yang sudah mempunyai mutu dan merek yang sudah dikenal. Sehingga dapat meningkatkan pendapatan dan terciptanya kesinambungan sehingga KUBE tidak berhenti berproduksi. Berikut perusahaan yang menjalin kemitraan dengan KUBE Teluk Amanah:

1. Little M 2. Nevada 3. Sophie Martin 4. Matahari dan 5. Crocodile

10.Sumber Dana

Program kelompok usaha bersama (KUBE) Teluk Amanah Usaha Konveksi tidak berdiri sendiri oleh karena itu sumberdana yang didapatkan dari berbagai pihak yaitu:

1. Departemen Sosial (DEPSOS) dan


(58)

B. Temuan Lapangan 1. Profil Informan

a. Pendamping KUBE Teluk Amanah

AC adalah seorang laki-laki berusia 38 tahun bertempat tinggal di Kampung Suka Damai rt/rw 06/08 Desa Pangkalan Kecamatan Teluknaga Kabupaten Tangerang. Sudah memiliki istri dan dua orang anak. Pendidikan terakhir adalah S1.

AC Sudah mendampingi KUBE Teluk Amanah selama tujuh tahun hingga sekarang. Dari awal KUBE terbentuknya hingga sekarang, AC tidak hanya sebagai pedamping KUBE, AC juga sebagai TKSK dan LSM diberbagai KUBE khususnya KUBE-KUBE yang berada di Kecamatan Teluknaga.

AC melakukan monitoring KUBE Teluk Amanah empat kali dalam sebulan sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan KUBE, jika terjadi masalah atau KUBE memerlukan sesuatu maka pendamping akan datang dan membantu mencari penyelesaian masalah.

b. Pengurus KUBE Teluk Amanah

1. YJK

YJK adalah seorang laki-laki yang lahirkan pada tanggal 29 Desember 1973 lahir di Kabupaten Tangerang, sudah berkeluarga mempunyai seorang istri dan dua orang anak, pendidikan terakhir Sekolah Menengah Atas (SMA) namun YJK juga sempat mengikuti perkuliahan selama empat semester jurusan manegemen pemasaran. Namun tidak


(59)

dilanjutkan Dikarenakan YJK memiliki keterbatasan dalam biaya sehingga YJK tidak meneruskan pendidikan perguruan tinggi, setelah itu YJK bekerja namun pada tahun 2004 YJK terkena PHK sehingga YJK tidak memiliki pekerjaan. Oleh karena itu adanya program KUBE sangat membantu bagi YJK.

Rumah YJK beralamat di Jalan Raya Tanjung Pasir Kampung Melayu Kecamatan Teluknaga Kabupaten Tangerang. yang sekarang menjadi tempat produksi KUBE Teluk Amanah dalm menjalankan usaha konveksi.

YJK Mengikuti program KUBE sejak awal terbentuknya pada tahun 2004 namun sejak pengurus lain keluar sejak saat itu YJK menjadi pengurus KUBE sebagai skertaris KUBE Teluk Amanah, YJK mengurus semua yang diperlukan KUBE dari mencari pesanan hingga menjahit.

2. DKM

DKM adalah seorang perempuan yang lahir pada tanggal 5 November tahun 1975 di Jakarta, pendidikan terakhir adalah Sekolah Menengah Atas (SMA) di Jakarta. Sempat bekerja dipabrik dan menjadi guru sekolah dasar (SD) di sekolah swasta yang tidak jauh dari tempat tinggalnya sekarang.

DKM adalah istri dari YJK namun DKM baru menjadi anggota karena KUBE karena kekurangan tenaga pengurus sehingga DKM sangat dibutuhkan. DKM juga memiliki keterampilan menjahit karena


(60)

keterampilan itu DKM dapat membantu anggota lain jika terjadi kesulitan dalam menjahit pola yang dikerjakan anggota KUBE Teluk Amanah.

c. Anggota KUBE Teluk Amanah

1. SKN

SKN adalah seorang perempuan berusia 40 tahun yang lahit pada tanggal 8 Agustus 1971 di Seragen, memiliki dua orang anak putra dan putri. Bertempat tinggal di Kebon Kelapa, rt/rw 02/04, Gg. Ambon, Kampung Melayu Kecamatan Teluknaga Kabupaten Tangerang. Suku Jawa, menetap di Kabupaten Tangerang selama 26 tahun. Pendidikan terakhir SKN yaitu Sekolah Menengah Pertama (SMP) Di Seragen.

SKN memiliki keterampilan menjahit didapatnya dari mengikuti kursus di Kampung halamannya yaitu di Seragen. SKN mengikuti program KUBE selama tiga tahun lebih, sebelum mengikuti program KUBE SKN pernah bekerja di Pabrik Ramlati, PT. Sinta Pertiwi dan PT Serip. Pada tahun 2004 SKN juga terkena PHK oleh karena itu SKN mencari pekerjaan hingga akhirnya mengikuti proram KUBE hingga sekarang. Selain mengikuti program KUBE SKN memiliki pekerjaan lain yaitu berdagang lauk matang dan makanan kecil. Selama SKN berdagang SKN dibantu oleh kedua orang anaknya dikarenakan SKN sudah pisah namun belum memperoses percerai SKN harus mengur kedua anaknya sendiri.

Dari hasil menjahit di KUBE serta berdagang makanan kecil SKN dapat menabung yang disimpan dirumahnya, menyekolahkan kedua


(61)

anaknya, dapat berkeridit kompor gas, merenofasi rumah dan membeli mesin pompa air. Secara fisik SKN sehat tidak mudah sakit dan tidak mudah stres SKN beranggapan menjahit di KUBE dapat menghilangkan beban pikiran.

2. NGS

NGS adalah seorang perempuan berumur 38 tahun yang lahir pada tanggal 28 Maret 1973 di Jakarta, status menikah belum memiliki seorang anak, menyewa rumah yang beralamat di Desa Kebon Cau Rt/rw 01/02. Suku Padang, lama menetap di tempat tinggalnya sekarang selama 15 tahun. Pendidikan terakhir adalah Sekolah Menengah Pertama (SMP).

Mengikuti program KUBE dari tahun 2008 hingga sekarang sebelum mengikuti program KUBE NGS bekerja dipabrik PT. GS. Garmen selama 7 tahun, di PT. Indoraya selama 2 tahun dan di PT Taksindo kurang lebih selama 2 tahun. NGS juga mengalami PHK sebelum mengikuti program KUBE. Memiliki keterampilan menjahit dari pengalaman selama bekerja di pabrik.

Dari hasil menjahit di KUBE NGS dapat menabung dan membeli peralatan rumah tangga seperti lemari dan kursi. dan juga untuk membeli baju yang diinginkan NGS. NGS merasa nyaman berada dilingkungan KUBE karena menganut sistem kekeluargaan yang membuat NGS merasa mempunyai keluarga baru .


(62)

3. MRA

MRA seorang perempuan berumur 43 tahun yang lahir pada tanggal 22 November 1968 di Jakarta, status menikah memiliki tiga orang anak, satu orang putri dan dua orang putra. Menyewa rumah di kebon kelapa, Gang Ambon, rt/rw 02/04 Kecamatan Teluknaga Kabupaten Tangerang. Suku Sunda menetap di Kebon Kelapa selama 3 tahun hingga sekarang. Pendidikan terakhir Sekolah Menengah Pertama (SMP).

Mengikuti program KUBE dari tahun 2009 hingga sekarang sebelum mengikuti program KUBE MRA bekerja di dadap PT Lestari, Garmen dan di pasar Kemis PT Grori selama lima tahun. MRA menjadi salah satu korban PHK pada tahun 2008. Keterampilan menjahit didapatkan dari pengalaman bekerja di pabrik.

Selama menjahit di KUBE, MRA menjelaskan bahwa MRA dapat memenuhi kebutuha sehari-hari dan memberikan HP yang diinginkan oleh anaknya yang pertama. Tidak hanya menjahit yang dapat dilakukan oleh MRA, MRA juga bisa mengobras, mengancing, mengkelim baju.

4. AIN

AIN seorang perempuan berumur 47 tahun yang lahir pada tanggal 12 Juni 1964 di Rangkas Belitung. Status menikah memiliki dua orang putri. Bertempat tinggal di Kebon Jamblang Gang Pocong, Kapuk Baru, Jalan Tanjung Pasir, rt/rw 09/03 No.22. Kecamatan Teluknaga Kabupaten Tangerang. Suku Sunda enetap di Kebon Jamblang selama 10 tahun hingga sekarang. Pendidikan terakhir Sekolah Menengah Pertama (SMP).


(63)

Mengikuti program KUBE Teluk Amanah pada tahun 2008 sebelum mengikuti program KUBE usaha konveksi AIN bekerja di pabrik konfeksi PT. Bitung Utama, Di Rangkas Bitung selama 2 tahun dan di PT. Gudang Lapan selama 3 tahun. AIN juga menjadi korban PHK pada tahun 2008.

Keterampilan menjahit dengan cara otodidak yang dipelajarinya sendiri di rumah sehingga AIN dapat berlatih setiap hari. sehingga dapat terbiasa dan menjadi mahir menjahit. selain memiliki keterampilan menjahit AIN memiliki keterampilan yang lain yaitu membuat tas dengan bahan sederhana seperti kardus dan ikat pelastik bisa dijadikan apa saja seperti tas dan dompet dengan ukuran yang berbeda-beda. Penghasilan yang didapat di KUBE AIN menggunakannya untuk membeli beberapa alat elektronik seperti salon atau pengeras suara, furniture seperti gupet/lemari kecil dan bangku.


(64)

C. Analisis Hasil Penelitian

Evaluasi yang dilakukan penulis pada program Kelompok Usaha Bersama (KUBE) Teluk Amanah di Kampung Melayu Kabupaten Tangerang. Evaluasi dilakukan untuk mengukur dampak langsung yang terjadi pada kelompok sasaran dengan mengetahui keadaan anggota sebelum mengikuti program KUBE dan setelah mengikuti program KUBE dilihat dari aset nyata dan tidak nyata.

1. Aset-Aset yang nyata (tangible asset).

Aset yang nyata adalah sesuatu yang sah dimiliki termasuk di dalamnya properti fisik sebagaimana hak milik dan berfungsi sama seperti properti fisik.9 Memiliki delapan kategori;

a. Memiliki tabungan uang yang pemasukannya dalam bentuk uang.

Anggota memiliki penghasilan perminggu sebesar Rp.250.000.- jika anggota bekerja lembur anggota dapat menghasilkan Rp.300.000.- perminggu.10

“Perminggu disini tergantung, kan ada anak borongan sama anak harian. Kalo anak harian perminggu Rp.120.000 dia ngerjain apa aja buang benang, jait karet ya apa aja. tapi kalo yang borongan tergantung mereka bisa menghasilkan berapa kalo banyak pasti banyak juga dapetnya tapi rata-rata mereka dapet Rp.250.000 sampai Rp.300.000 perminggu”11

“ya ku ada tabungan, tapi tabungan ku simpen sendiri dirumah ku gak

taro di bank ku ngerasa ribet kalo taro di bank”12

.

9

Ibid., h. 135

10

Laporan Kegiatan Usaha Konveksi KUBE Teluk Amanah. Tahun 2009-2010. (terlampir)

11

wawancara Peribadi dengan Yoji Kristiani, Kabupaten Tangerang, 18 mei 2011. (terlampir)

12


(65)

saya punya tabungan ada buat simpenan aja dirumah dari penghasilan

di KUBE”13

“dulu ada saya ikutan tabungan dikube ada yang anggotanya buat tabungan saya nabung aja sama dia tapi sekarang orangnya sudah keluar dari kube jadi saya berenti juga nabungnya saya pegang aja sendiri

sekarang”14

Tidak semua anggota memiliki tabungan karena itulah anggota tidak jarang kasbon atau mengambil uang penghasilan terlebih dahulu sebelum pekerjaan anggota selesai.

b. Dalam bentuk saham, surat tanggungan dan semua bentuk tanggungan. Dalam hal ini tidak ada anggota yang memiliki saham atau yang lebih mirip surat obligasi. Anggota tidak tertarik dan tidak mengetahui aset dalam bentuk saham atausemua bentuk tanggungan.

c. Properti dalam bentuk nyata seperti tanah atau bangunan rumah yang disewakan. Untuk hal ini anggota tidak ada yang memiliki bangunan atau tanah yang disewakan namun tanah dan bangunan yang ditempati.

“ada tanah 120 meter dan rumah yang ku tempatin sekarang Cuma itu

aja”15

Rumah ibu Sukarni memiliki luas keseluruhan 120 meter terdiri dari halaman 20 meter dan selebihnya 100 meter digunakan untuk bangunan rumah..16

“Cuma bangunan rumah dan tanah, ini tanah saya luas seluruhnya 42

meter”.17

13

Wawancara pribadi dengan ibu NGS, Kabupaten Tangerang, 18 mei 2011. (terlampir)

14

Wawancara pribadi dengan Ibu AIN, Kabupaten Tangerang, 15 mei 2011. (terlampir)

15

Wawancara pribadi dengan ibu SKN. (terlampir)

16

Hasil pengamatan pribadi dilakukan di rumah SKN. 8 mei 2011. (terlampir)

17


(1)

PEDOMAN PENGAMATAN

Nama : Meriana

Tempat/Tanggal : di rumah ibu Meriana/8 mei 2011

1. Mengamati keadaan/bangunan tempat tinggal anggota KUBE Teluk Amanah

Sekarang ibu meriana tinggal di kontrakan yang berukuran dua kamar karna tidak memiliki ruangan lain hanya dua kamar saja. Cat tembok yang masik bagus dan mempunyai langi-lngit atau loteng. Diruang pertama yaitu ruang serbaguna bisa untuk tidur, nonton TV dan memlakukan aktifitas lain di ruang tersebut terdapat kipas angin, satu gupet dan satu TV dan diruang yang terakhir yaitu ruang dapur menjadi satu dengan kamar mandi hanya di sekat dengan tripleks diruang tersebut terdapat satu kompor gas 2 kg dan peralatan dapur lainnya. Di kamar mandi terdapat keran dan bak kecil dan tempat MCK.

Ibu meriana menggunakan perhiasan berbentuk anting-anting yang ia pakai untuk sehari-hari.

2. Mengamati kendaraan yang dimiliki anggota KUBE Teluk Amanah Tidak memilliki kendaraan selama ini jika ibu meriana pergi hanya jalan kaki atau menaiki ojek.


(2)

PEDOMAN PENGAMATAN

Nama : AINI

Tempat / tanggal : di tempat tinggal ibu Aini/15 mei 2011

1. Mengamati keadaan/bangunan tempat tinggal anggota KUBE Teluk Amanah

Rumah ibu Aini memiliki luas kurang lebih 42 meter, memliki halaman rumah yang tidak memiliki taman hias, lantai yang terbuat dari semen atau tidak di pakaikan keramik, beratapkan genteng tanah liat, sebagian cat tembok yang mulai memudar dan sebagian tembok tidak di cat dan tidak ditembok tetapi menggunakan teripleks dan tidak memiliki langit-langit atau loteng.

Rumah ibu Aini memiliki 1 ruang tamu sekaligus ruang nonton TV, 1 ruang kamar tidur dan 1 ruang dapur sekaligur ruang kamar mandi. Di kamar tidur di pakai oleh ibu Aini dan anak keduanya yang selesai lulus sekolah SMA sedangkan suami ibu Aini tidur di ruang TV. Di ruang tamu terdapat dua kursi dan sepasang pengeras suara, sebuah TV dan satu buah gupet sebagai tempat TV. di ruang kamar tidur tedapat kasur yang di taruh di lantai dan satu lemari pakaian,

dan ruang dapur terdapat rak piring dan meja makan, alat tempat air (despenser)

satu buah kompor gas 2 kg. dan dikamar mandi terdapat kolam kecil dan termapat MCK.

Ibu Aini juga mengenakan perhianasan seperti gelang, kalung, dan anting-anting yang ia pakai di rumah setiap harinya.

2. Mengamati kendaraan yang dimiliki anggota KUBE Teluk Amanah Ibu Aini hanya memiliki sepeda motor yang sedang di pakai oleh suaminya bekerja buruh bangunan dan dengan motor tersebut yang dipakai keluarga untuk bepergian


(3)

PEDOMAN PENGAMATAN

Nama : Ningsih

Tempat/Tanggal : di rumah ibu Ningsih/18 mei 2011

1. Mengamati keadaan/bangunan tempat tinggal anggota KUBE Teluk Amanahyang memilik

Selama ini ibu ningsih mengontrak bersama suaminya di kebon cau, terdiri dari tiga ruangan; pertama ruang depan yaitu ruang tamu dan ruang nonton TV terdapat dua kursi, berlantai keramik putih, memiliki gupet sebagai tempat menaruh TV, ruang tengah atau ruang kamar tidur terdapat tempat tidur, satu lemari dan sebuah kipas angin dan ruang terakhir yaitu ruang kamar mandi dan dapur terdapat kompor gas 2 kg dan rak piring, dispenser dan peralatan mandi di kamar mandi. Cat berwarna putih sedikit memudar.

Kontrakannya rapih dan tidak banyak barang yang terdapat diruamah ibu ningsih dan terlihat bersih. Ditempat kontrakan ibu ningsih hanya ditempati dua orang ibu ningsih dan suami ibu ningsih sehingga ketika suami ibu ningsih bekerja tempat tinggal ibu ningsih terlihat sepi.

2. Mengamati kendaraan yang dimiliki anggota KUBE Teluk Amanah

Ibu ningsih memiliki kendaraan beroda dua yaitu sepeda motor yang di pakai suami ibu ningsih untuk bekerja. Jika Ibu ningsih ingin berpergian ibu ningsih menggunakan jasa ojek atau angkot.

PEDOMAN DOKUMENTASI

1. Melihat hasil gambar yang dimiliki KUBE Teluk Amanah

2. Melihat pembukuan keuangan yang dimiliki KUBE Teluk Amanah

3. Melihat peroposal KUBE Teluk Amanah


(4)

DOKUMENTASI

KUBE TELUK AMANAH USAHA KONVEKSI


(5)

(6)