terakhir adalah biaya bangunan sekitar Rp 6.000.000,00 per bulannya. Jika dijumlahkan hasilnya untuk per tahun adalah sebagai berikut:
Tabel 3.1 Tabel Perhitungan Biaya Pusat Data Tradisional bhinneka.com, 2010
Perangkat keras Rp 45.600.000,00
Rp 45.600.000,00 Perangkat lunak
Rp 30.000.000,00 Rp 30.000.000,00
Jaringan Rp 3.000.000,00 + 12 x
Rp 3.000.000,00 Rp 39.000.000,00
Bangunan, dll 12 x Rp 6.000.000,00
Rp 72.000.000,00 Perawatan
12 x Rp. 3.000.000,00 Rp 36.000.000,00
Total Rp 222.600.000,00
Kita bandingkan jika menggunakan sistem cloud. Perangkat keras yang dibutuhkan sebuah pc standar untuk kantor Rp 5.000.000,00. Biaya layanan cloud
CloudServer 4 Core, 4 GB RAM, 100 GB SAN Storage Rp 4.000.000,00 per bulan + pemasangan Rp 2.000.000,00 biznetnetworks.com, 6 November 2010. Untuk jasa
aplikasi diperkirakan per bulannya sekitar Rp 1.000.000,00. Biaya internet Rp 1.500.000,00 per bulan. Untuk total per tahunnya diperkirakan sebagai berikut:
Tabel 3.2 Tabel Perhitungan Biaya Pusat Data Cloud biznetnetworks, 2010
PC Rp 5.000.000,00
Rp 5.000.000,00 Cloud Service
Rp 2.000.000,00 + 12 x Rp 4.000.000,00
Rp 50.000.000,00
Aplikasi 12 x Rp 1.000.000,00
Rp 12.000.000,00 Internet
12 x Rp 1.500.000,00 Rp 18.000.000,00
Total Rp 85.000.000,00
3.3 Membandingkan CloudProvider dengan IT Service Provider Tradisional
Pada penyedia layanan IT tradisional, mereka mengoperasikan seluruh perangkat keras, perangkat lunak, jaringan, dan penyimpanan untuk klien mereka. Sementara si
pelanggan membayar lisensi dari perangkat lunak, pihak IT mengelola seluruh
Universitas Sumatera Utara
lingkungan dan menyesuaikan lingkungan tersebut untuk menemui kebutuhan pelanggan. Pelanggan akan terikat kontrak mutualisme jangka panjang dengan
pengelola IT sebatas tingkat layanan.
Pada model cloud, penyedia layanan kemungkinan masih mengoperasikan infrastruktur dari fasilitas kecuali pada private cloud, akan tetapi sebagian besar
dapat dioperasikan sendiri oleh pelanggan yang bersangkutan. Bagaimanapun, infrastruktur dari cloud ini sendiri menggunakan sistem virtualisasi, yang berarti kita
tidak mengetahui keberadaan sebenarnya dari resource, aplikasi, bahkan data kita. Sistem cloud sendiri didesain untuk dikembangkan secara kedepannya, oleh sebab itu
tidak diperlukan lagi berbagai macam penyesuaian.
3.3.1 Virtualisasi Sistem Pada TI Konvensional
Teknologi virtualisasi server memungkinkan beberapa sistem operasi server berjalan di satu mesin fisik yang sama. Tujuan utama penggunaan teknologi ini adalah fungsi
infrastruktur yang dapat diandalkan dan memungkinkan penggunaan yang maksimal dari sebuah mesin server. Kebutuhan akan penggunaan infrastruktur yang maksimal
diperlukan karena biasanya dalam skala enterprise, satu server didedikasikan hanya untuk satu peran saja. Dengan demikian sering kali terjadi sebuah server
penggunaannya hanya 10. Hal ini tentu saja tidak efektif, terutama apabila investasi yang telah dikeluarkan untuk membeli mesin tersebut cukup besar.
Konsep virtualisasi memungkinkan beberapa server berjalan diatas satu mesin. Hal ini menurunkan space yang dibutuhkan oleh server dan memaksimalkan
penggunaan server. Setiap peran dapat berjalan di sebuah lingkungan virtual yang terisolasi sehingga relatif lebih aman dan mudah untuk diatur. Bila salah satu server
down, maka administrator cukup mematikan server tersebut dan menyalakan cadangannya. Semudah melakukan aktivitas copy dan paste. Implementasi virtualisasi
dapat menekandowntime secara drastis.
Secara garis besar, metodologi yang digunakan untuk melakukan perancangan dan implementasi teknologi virtual pada Local Area Network LAN adalah dimulai
Universitas Sumatera Utara
dengan perencanaan topologi LAN server virtual, kebutuhan perangkat lunak dan perangkat keras yang digunakan dalam implementasi, instalasi, koneksi jaringan, dan
konfigurasi.
Virtualisasi pada cloud dan sistem TI konvensional tidaklah jauh berbeda. Konsep yang diterapkan dikeduanya adalah sama. Perbedaan yang terdapat pada
kedua sistem ini adalah pada penggunaan jaringan. Dimana pada sistem konvesional biasanya menerapkan teknologi Local Area Network LAN, sedangkan pada
cloudmenggunakan jaringan internet.
3.3.2 Keamanan dalam Pusat Data Tradisional
Ada empat aspek utama dalam keamanan komputer. 1.
PrivacyConfidentiality: yaitu usaha menjaga informasi dari orang yang tidak berhak mengakses mengaransi bahwa data pribadi tetap pribadi.
2. Integrity: yaitu usaha untuk menjaga data atau sistem tidak diubah oleh yang tidak
berhak. 3.
Authentication: yaitu usaha atau metoda untuk mengetahui keaslian dari informasi, misalnya apakah informasi yang dikirim dibuka oleh orang yang benar asli atau
layanan dari server yang diberikan benar berasal dari server yang dimaksud. 4.
Availability: berhubungan dengan ketersediaan sistem dan data informasi ketika dibutuhkan.
Sistem keamanan pada pusat data tradisional terbagi dalam 2 bagian. Bagian pertama adalah pengamanan secara software. Bagian ini mencakup tentang
pengamanan sebagai berikut: 1.
Kontrol akses logikal, menyangkut apa, siapa dan bagaimana data diakses secara virtual. Contohnya seperti password untuk menentukan hak akses.
2. Kontrol penyimpan, menyangkut berapa lama data disimpan dan jenis keamanan
apa yang digunakan pada media penyimpan dan data yang disimpan. Contohnya sistem backup data yang dipakai dan enkripsi yang digunakan.
3. Keamanan jaringan baik jaringan intranet maupun internet terkait dengan
konfigurasi jaringan, hak akses jaringan, firewall, intrusiondetection dan lainnya.
Universitas Sumatera Utara
4. Keamanan sistem terkait dengan sistem operasi yang digunakan.
5. Otorisasi dan otentikasi, menyangkut hal pemberian wewenang kepada orang yang
tepat.
Bagian ke-2 adalah keamanan secara fisik. Hal ini tidak terdapat pada pusat data cloud dikarenakan data pengguna terletak pada lingkungan virtualisasi cloud dan
secara fisik tidak mungkin diraih. Keamanan secara fisik disini meliputi 3 faktor sebagai berikut:
1. Faktor lingkungan
Penerapan keamanan fisik harus memperhatikan faktor lingkungan dan menerapkan kontrol keamanan lingkungan. Dari hasil survei yang dilakukan, 70
manajer mengatakan resiko terbesar adalah bahaya lingkungan sebagai ancaman terbesar. Bahaya lingkungan ini berupa kebakaran, banjir, embun, suhu, listrik,
gempa bumi dan bentuk-bentuk bencana alam lainnya yang memberikan pengaruh negatif untuk peralatan yang ada dalam data center. Namun banyak yang belum
siap untuk mengatasi bahaya ini, karena menganggap bahwa bencana belum tentu akan terjadi.
2. Faktor manusia
Manusia merupakan faktor penting dalam keamanan fisik. Eksploitasi keamanan komputer kebanyakan dilakukan oleh manusia. Jika menganggap bahwa sesorang
yang tidak sah tidak mungkin masuk ke ruang server atau ruang penyimpanan data adalah sebuah hal yang salah. Hal ini dapat menjadi ancaman terbesar untuk
datacenter. Namun demikian kita tidak hanya memperhatikan eksploitasi keamanan oleh orang dari luar, namun harus peduli pula dengan orang yang
berasal dari dalam. Hal ini adalah ancaman terbesar karena orang berasal dari dalam lebih mengetahui banyak hal dibandingkan penyusup dari luar.
3. Faktor finansial
Perlu investasi yang cukup lumayan untuk mengimplementasikan keamanan fisik yang terintegrasi di sebuah datacenter. Namun terkadang karena alasan keuangan
pengimplementasian tidak jadi dilakukan. Jika para manejer mengabaikan hal tersebut bisa jadi hal tersebut merupakan tindakan yang benar. Namun pandangan
Universitas Sumatera Utara
yang demikian adalah salah, pengimplementasian keamanan fisik harus diinvestasikan seefisien dan seefektif mungkin, karena jika terjadi sesuatu karena
faktor lingkungan atau faktor manusia telah ada pencegahan dan penanggulangannya. Dengan penerapan keamanan fisik resiko kehilangan baik
pada data ataupun perangkat keras menjadi lebih kecil, kerugian yang didapat tidak sebesar tanpa penerapan keamanan fisik. Jadi wajar saja jika diinvestasikan
untuk keamanan fisik.
3.3.3 Skalabilitas
Tingkat skalabilitas dari suatu pusat data bergantung pada model infrastruktur pusat data tersebut. Beberapa perusahaan memiliki berbagai macam model dalam
pembangunan infrastruktur pusat data ini. Hal ini terkait dengan letak secara geografis. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pembangunan pusat data:
1. Letak perangkat keras penyimpanan data
2. Sistem pendinginan
3. Penyediaan tenaga
4. Sistem keamanan
5. Penanggulangan emisi buangan
Tingkatan skalabilitas pusat data tradisional terbatas pada ruang yang dimiliki atau disediakan untuk penambahan perangkat baru. Jika pada pusat data yang ada sudah
tidak mencukupi ruang, maka perusahaan akan membuat sebuah pusat data baru di lokasi yang berbeda. Hal ini akan berdampak pada penambahan biaya yang
dikeluarkan.
3.3.4 Biaya
Berkaitan dengan skalabilitas-nya, sebuah sistem TI akan mengalami kenaikan pengeluaran pada saat pengembangan infrastruktur baru. Biaya yang dihabiskan
terkait dengan masalah perangkat keras sebanding dengan tingkat keamanan yang didapatkan yaitu akses penuh terhadap sumber daya fisik.
Universitas Sumatera Utara
3.4Green Computing
Disebutkan bahwa cloud computing merupakan teknologi yang ramah lingkungan. Akan tetapi hal tersebut berbeda dengan perhitungan yang dilakukan oleh
Greenpeace.Greenpeace menilai bahwa teknologi cloud ini justru berdampak memperburuk situasi perubahan iklim.
Gambar 3.8 Konsumsi Tenaga Pusat Data Cloud Greenpeace.org, 2010
Dikatakan bahwa pusat data cloud akan mengkonsumsi suplai tenaga hingga 1 juta MWh Megawatt hours pada tahun 2020, dengan sektor telekomunikasi
menggunakan tenaga lain hingga 950.000 MWh.
Disebutkan bahwa beberapa perusahaan cloud terbesar saat ini menghasilkan limbah yang cukup banyak yang berasal dari batu bara dan tenaga nuklir. Menurut
Greenpeace, seharusnya cloud dapat menggunakan sumber tenaga yang dapat didaur ulang sehingga dapat mengurangi pembuangan limbah serta penghematan energi.
Beberapa perusahaan cloud terbesar seperti Google, Yahoo, Microsoft, Facebook, Amazon serta Apple sudah mulai untuk mengembangkan teknologi pusat data yang
lebih ramah lingkungan. Google telah menerapkannya pada pusat data di Dallas, Oregon dimana penggunaan energi daur ulang mencapai hingga 50,9.
Pada akhir-akhir ini, Greenpeace melakukan kampanye “Greenpeace’s Cool It” pada perusahaan Facebook berkaitan dengan perbangunan pusat data berlokasi di
Prineville, Oregon dimana area tersebut mendapatkan sumbangan tenaga utama yang berasal dari batu bara. Tentunya hal ini akan bertentangan dengan greencomputing.
Universitas Sumatera Utara
3.5Google Apps
Google Apps merupakan layanan SaaS yang menawarkan berupa office, communication and collaboration tools. Google sendiri memiliki sebuah PaaS, yaitu
Google App Engine, yang dapat digunakan juga melalui Google Apps. Adapun lingkungan yang diadopsi oleh Google App Engine:
1. Phyton runtime
2. Java runtime
3. Software Development Kit
4. Web-based administration console
5. Datastore
Google Apps menawarkan layanan dalam beberapa edisi yang berbeda. Saat ini ada lima edisi yang ditawarkan Google, yaitu :
1. Standard
2. Premier
3. Team
4. Education and Nonprofits
5. Partner
Dari kelima edisi tersebut fitur yang ditawarkan pun cukup bervariasi, mulai dari edisi gratis hingga yang berbayar. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel 3.3
Tabel 3.3 Lima Edisi Google Apps
Standard Premier Team Education and
Nonprofits Partner
free Partner
paid Price
Free 50
account year
Free Free
Free 0.15
account month
Gmail
● ●
● ●
Universitas Sumatera Utara
99.9 uptime guarantee for email