BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori 2.1.1. Definisi
Dermatitis berasal dri kata dermoo- kulit –itis radanginflamasi,
sehingga dermatitis dapat diterjemahkan sebagai kulit yang mengalami inflamasi. Klasifikasi dermatitis saat ini masih beragam. Hal tersebut
diakibatkan oleh penentuan etiologi dalam dermatitis belum cukup jelas. Dermatitis kontak iritan merupakan reaksi inflamasi non infeksi yang
diakibatkan oleh senyawa yang kontak dengan kulit.
4,5
2.1.2. Epidemiologi
Dermatitis kontak dapat dialami oleh semua orang dari berbagai golongan umur, ras dan jenis kelamin.
4,5,6
Sebuah penelitian yang dilakukan terhadap pekerja penyamakan kulit di semarang tahun 2000
menunjukan angka kejadian dermatitis kontak iritan 57,1 adalah lebih besar dibanding dengan dermatitis kontak alergi yaitu 42,9. Penelitian
lain yang dilakukan Damayanti S di Jakarta, tahun 2008 terhadap pekerja pabrik semen juga menunjukan penederita dermatitis dengan
perbandingan 65 dermatitis kontak iritan dan 35 dermatitis kontak alergi.
7
2.1.3. Etiologi
Banyak literatur yang menyatakan faktor-faktor penyebab dermatitis kontak.
8,9
Pernyataan-pernyataan mengarah pada dua kategori penyebab dermatitis kontak yaitu direct causes dan indirect causes. Secara garis
besar faktor tersebut antara lain : Direct causes antara lain bahan kimia, mekanik, fisika, racun
tanaman dan biologi dengan contohnya adalah bahan pelarut,
deterjen, minyak pelumas, asam alkali, serbuk kayu.
5
Indirect causes yaitu faktor genetik alergi, riwayat atopik, usia, lingkungan, personal hygiene, jenis kelamin, ras, tekstur kulit
ketebalan kulit, pigmentasi, daya serap, keringat, obatpengobatan
dan musim. 2.1.4. Patogenesis
Pada dermatitis kontak iritan, kelainan kulit timbul akibat kerusakan sel yang disebabkan oleh bahan iritan. Bahan iritan
merusak lapisan tanduk, denaturasi keratin, menyingkirkan lemak lapisan tanduk, dan mengubah daya ikat air kulit. Keadaan ini akan
merusak sel epidermis.
6
Ada dua jenis bahan iritan yaitu : iritan kuat dan iritan lemah. Iritan kuat akan menimbulkan kelainan kulit pada pajanan pertama
pada hampir semua orang, sedang pada iritan lemah hanya pada mereka yang paling rawan atau mengalami kontak berulang-ulang.
Faktor kontribusi, misalnya kelembaban udara, tekanan, gesekan, dan oklusi, mempunyai andil pada kerusakan tersebut.
6,9
Dermatitis kontak alergi, didasari oleh reaksi hipersensitivitas tipe lambat tipe IV dengan perantara sel limfosit T. Terdapat dua
tahap dalam terjadinya dermatitis kontak alergi yaitu tahan induksi sensitisasi dan tahap elisitasi. Tahap sensitisasi dimulai dengan
masuknya antigen ke epidermis.
6
Kemungkinan sel langerhans yang terdapat di epidermis menangkap antigen tersebut dan selanjutnya
akan diproses dan diinterprestasikan pada sel limfosit T. Sel Limfosit T tersebut mengalami proliferasi dan difrensiasi pada kelenjar getah
bening yang sama. Antigen yang telah dikenal itu akan langsung mempengaruh sel limfosit T yang telah tersensitisasi yang
kemudian akan dilepaskan sebagai mediator yang akan menarik sel- sel radang. Hal inilah yang akan menimbulkan gejala klinis
dermatitis.
4,6,10.
6
2.1.5. Gejala Klinis Dermatitis kontak alergi mempunyai gejala klinis gatal