15
kekambuhan stroke dalam 90 hari, yaitu stroke berulang dapat terjadi setelah 30 hari setelah serangan pertama sebesar 4,4 dan 90 hari setelah serangan pertama
sebesar 31,8.
2.1.5 Faktor Risiko Terjadinya Stroke Berulang
Semakin banyak faktor risiko yang dimiliki, semakin tinggi kemungkinan mendapatkan stroke berulang. Faktor risiko stroke yang dipunyai tersebut, seperti
riwayat hipertensi, diabetes mellitus, dislipidemia, pola hidup tidak sehat, dll. Kekambuhanterjadinya stroke berulang dipengaruhi oleh tiga hal penting, yaitu:
a. Penanggulangan faktor risiko yang ada, dikaitkan dengan kepatuhan penderita dalam mengontrol dan mengendalikan faktor risiko yang telah ada, seperti
menjaga kestabilan tekanan darah. Alter, dkk. 1994 mengatakan bahwa tekanan darah yang tidak dikontrol dengan baik akan meningkatkan risiko
terjadinya stroke berulang. b. Pemberian obat-obatan khusus yang bertujuan untuk mencegah terjadinya
stroke berulang c. Genetik, yaitu seseorang yang memiliki gen untuk terjadinya stroke berulang.
Stroke berulang akan meningkatkan angka mortalitas dan morbiditas, sehingga upaya untuk melakukan prevensi dan penanggulangan terhadap faktor
risiko sangat penting. Faktor risiko untuk terjadinya stroke berlaku juga untuk stroke serangan yang berulang, beberapa studi menunjukkan bahwa pengendalian
faktor risiko akan menurunkan angka kejadian stroke berulang. Faktor penting yang mempengaruhi terjadinya stroke berulang yaitu:
1. Faktor risiko yang tidak dapat diubah a. Jenis kelamin laki-laki lebih sering mengalami stroke berulang daripada
perempuan, yaitu laki-laki memiliki risiko 1,7 kali lebih besar daripada perempuan dengan nilai OR=1,707; 95 Qodriana, 2010:41.
b. Umur, bukan merupakan prediktor terhadap kejadian stroke berulang. Dalam beberapa penelitian yang dilakukan, umur tidak mempengaruhi peningkatan
risiko terjadinya stroke berulang.
16
Riwayat penyakit jantung kongestif, kelainan jantung seperti infark miokard, atrium fibrilasi, kelainan katub jantung, gambaran EKG yang abnormal,
merupakan faktor risiko terjadinya stroke berulang. Faktor risiko fibrilasi atrium mempunyai risiko terjadinya stroke berulang sebesar 5 kali Laksmawati,
2001:13. Penelitian yang dilakukan oleh Siswanto 2005, kelainan jantung merupakan salah satu faktor risiko stroke berulang dengan OR=4,62:95,
sedangkan riwayat penyakit stroke memiliki nilai OR=2,14:95. 2. Faktor risiko yang dapat diubah
a. Hipertensi merupakan faktor risiko utama terjadinya stroke. Penderita yang mempunyai tekanan darah diastolik 100 mmHg akan mempunyai risiko
terjadinya stroke berulang sebesar 5 kali. Menurut Alter, dkk dalam Laksmawati 2001:17, tekanan diastolik 95 mmHg berhubungan erat
dengan kejadian stroke berulang dan dengan melakukan pengendalian terhadap tekanan darah diastolik dapat menurunkan risiko stroke berulang.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Siswanto 2005:41, tekanan darah sistolik ≥140 mmHg berpengaruh terhadap kejadian stroke berulang dengan
OR=7,04; 95. b. Diabetes mellitus merupakan salah satu faktor risiko terjadinya stroke
berulang. Kadar gula darah ≥200mgdl meningkatkan risiko terjadinya sroke berulang dengan nilai OR=4,62; 95 Siswanto, 2005:46.
c. Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid yang merupakan salah satu faktor risiko terjadinya stroke.
d. Obesitas merupakan keadaan ketika Indeks Masa Tubuh IMT ≥ 25 kgm² dan merupakan faktor risiko diabetes, hipertensi, serta hiperkolesterolemia.
Obesitas dapat meningkatkan risiko terjadinya stroke Song et al, 2004 dalam Agustina, 2008:23.
e. Merokok merupakan salah satu faktor risiko terjadinya stroke. Merokok menimbulkan kontribusi yang sangat signifikan terhadap kejadian stroke.
Penelitian yang dilakukan oleh Pradipta 2010 menunjukkan bahwa merokok tidak meningkatkan risiko terjadinya stroke berulang, tetapi penelitian yang
17
dilakukan oleh Suryati 2009 menyatakan bahwa merokok mempengaruhi kejadian stroke berulang. Penelitian yang dilakukan Siswanto 2005:91,
menyatakan bahwa kebiasaan merokok memiliki risiko 1,28 kali terkena stroke berulang, meskipun risiko tersebut tidak bermakna secara statistik
OR=1,28;95Cl:0,578-2,825. f. Ketidakteraturan berobat pasien menjadi salah satu faktor risiko terjadinya
stroke berulang. Sebagian besar penderita stroke yang telah sembuh merasa puas dengan kesembuhan yang dirasakannya, sehingga penderita tidak
melakukan pengobatanmedical check-up secara teratur untuk mengetahui faktor risiko yang dimiliki yang dapat menyebabkan terjadinya serangan
stroke berulang. Penelitian yang dilakukan Siswanto 2005:92, menyatakan bahwa keteraturan berobat memiliki hubungan yang signifikan terhadap
kejadian stroke berulang, dengan nilai p-value=0,004 OR=3,84;95 Cl:1,610- 9,161.
g. Aktivitas fisik merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya stroke, diabetes mellitus, obesitas, hipertensi, dan depresi Tylor et al, 2004
dan Shephard, 2001 dalam Agustina, 2008:22. Penelitian yang dilakukan Siswanto 2005:92, menyatakan bahwa aktivitas fisik tidak berhubungan
dengan kejadian stroke berulang, dengan nilai p-value=0,34 OR=1,77;95. h. Stres adalah reaksi atau respon tubuh terhadap stresor psikososial, seperti
tekanan mentalbeban kehidupan Rasmun, 2004:9. Menurut Hans Selye 1950 dalam Hawari 2006 mengemukakan stres adalah respon tubuh
terhadap setiap tuntutan beban pada dirinya yang sifatnya tidak spesifik. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Martiani dan Pratiwi 2012:17 menyatakan
bahwa stres memicu terjadinya kejadian stroke berulang. i. Konsumsi alkohol yang berlebih lebih dari 5 gelas perhari merupakan faktor
risiko yang signifikan terjadinya stroke Sacco et al, 1998 dalam Agustina, 2008:23.
Faktor risiko stroke berulang paling tinggi yaitu TIA Transient Ischemic Attack, sebesar 41,1 kali, infark miokard sebesar 8 kali, penyakit jantung koroner
sebesar 8,4 kali, hipertensi sebesar 4,5 kali dan diabetes melitus sebesar 5,8 kali
18
Alter, dkk dalam Laksmawati, 2001:14. Menurut burn J, dkk dalam penelitian Laksmawati 2001:14, faktor risiko stroke berulang paling sering adalah:
1. Hipertensi 2. Kelainan jantung berupa infark miokard, atrium fibrilasi
3. Diabetes mellitus 4. Sedangkan usia maupun tipe stroke bukan merupakan faktor risiko terjadinya
stroke berulang.
2.1.6 Pencegahan Stroke Berulang