4.6.2. Pergeseran Fungsi Tempat Wisata ke Arah Prostitusi
Tempat wisata Lumban Silintong merupakan tempat wisata dimana para pengunjung menikmati panorama alam Danau Toba yang telah disediakan oleh Sang
Pencipta. Di tempat ini telah disediakan segala kebutuhan yang bisa dinikmati oleh pengunjung untuk mempermudah dalam tujuannya untuk melakukan aktivitas berwisata.
Dimulai dari kafe sebagai tempat mangkal untuk lebih santai dalam menikmati keindahan alam sampai dengan penyediaan aksesoris yang bisa dibeli oleh pengunjung sebagai
bentuk kenang-kenangan. Dinas Pariwisata Seni dan Budaya Toba Samosir, 2006. Banyaknya pengunjung yang datang dalam melakukan perjalanan wisata, mengakibatkan
penyedia sarana maupun jasa lebih bersaing untuk mendapatkan keuntungan yang diperolehnya.
Seiring dengan munculnya sarana dimana-mana, hal ini diimbangi pula dengan terjadinya pergeseran-pergeseran fungsi dari tempat wisata. Dimana fungsi awal dari
tempat wisata adalah sebagai tempat untuk rekreasi telah mengalami pergeseran kearah negatif. Para penyedia sarana pun semakin bersaing untuk lebih akses terhadap
keuntungan yang ingin diperolehnya, dengan menyediakan sarana yang lebih digemari oleh pengunjung yang datang dari berbagai tempat.
Situasi inilah yang telah terjadi pada tempat hiburan malam yang merupakan suatu bentuk persaingan yang berusaha merekrut pengunjung. Dalam membahas fungsi
tempat wisata, sarana yang seharusnya membantu pengunjung untuk lebih mudah dalam melakukan aktivitas wisatanya, telah mengalami pergeseran yakni sebagai tempat praktek
prostitusi di tempat hiburan malam tersebut. Adapun yang menjadi pelaku dalam praktek ini adalah pedagang tempat hiburan malam tersebut, pengunjung, germo dan Pekerja
Universitas Sumatera Utara
Seks Komersial itu sendiri. Dimana masing-masing pelaku di dalam bisnis seks ini memiliki fungsi dan peran yang berbeda-beda satu dengan yang lainnya.
Hal yang serupa juga diutarakan oleh informan saya A.N Pr, 43 tahun yang mengatakan
“ Setiap rumah di tempat wisata Lumban Silintong selalu menyediakan café untuk melayani para pengunjung. Hal ini dikarenakan dengan banyaknya pengunjung yang
sangat menyukai daerah wisata Lumban Silintong. Segala cara telah dilakukan untuk lebih mendapatkan keuntungan, walaupun dengan melakukan penyimpangan terhadap
fungsi tempat wisata itu sendiri seperti adanya bisnis seks “ Terjadinya pergeseran fungsi tempat wisata juga tidak terlepas dari perilaku sosial
yang sering terjadi dalam kehidupan masyarakat. Seperti dalam konsep Cooley menunjuk aspek konsep diri ini dengan istilah looking glass self. Setiap hubungan sosial dimana
seseorang itu terlibat merupakan satu cerminan diri yang disatukan dalam identitas orang itu sendiri. Maraknya tempat prostitusi di Medan seperti oukup, hotel tempat mesum
sebagai akses untuk meraup keuntungan yang besar, jadi cerminan di daerah-daerah untuk melakukan hal yang serupa.
Pernyataan tersebut diperkuat juga oleh informan saya B. M Pr, 24 tahun: yaitu “ Munculnya praktek prostitusi di lokasi tempat wisata, karena melihat maraknya
di kota Medan dengan tempat-tempat hiburan malam disertai pekerja seks. Dan paling menggiurkan adalah para pengunjung biasanya berasal dari kalangan menengah ke
atas, karena harga-harga yang tersedia di tempat hiburan malam tersebut biasanya sangat mahal, baik harga makanan, minuman bahkan harga perempuan Pekerja Seks”
Universitas Sumatera Utara
Suasana lain yang bagi penulis melihat adanya pergeseran fungsi kearah penyimpangan di tempat hiburan malam tersebut, diwaktu buka dengan kondisi
penerangan yang sangat minim, yang membuat lokasi tersebut sangat remang-remang, yang secara tidak langsung memperbolehkan pengunjung untuk melakukan hal-hal yang
tidak baik. Kondisi inilah yang membuat pasangan yang sedang berpacaran, maupun antara pengunjung dengan Pekerja seks Komersial dapat dengan mudah melakukan hal-
hal yang tidak seharusnya dilakukan di tempat yang banyak dihuni oleh penduduk yang banyak dihuni oleh anak-anak, misalnya dengan berpelukan ataupun bahkan ciuman
ditempat hiburan malam tersebut. Namun yang uniknya, para pekerja ataupun pedagang dan orang-orang yang ada
di tempat hiburan malam tersebut, menganggap ini adalah hal yang biasa yang sudah biasa dilakukan di tempat hiburan malam tersebut dan sudah menjadi tradisi kalau hal
tersebut tidak perlu jadi bahan perhatian. Seiring dengan banyaknya pengunjung yang lebih tertarik dengan hiburan malam
dan keadaan hiburan malam yang remang-remang, hal ini pula diimbangi dengan terjadinya pergeseran-pergeseran fungsi dari tempat wisata yang mengakibatkan
disfungsi dari tempat wisata itu sendiri. Dimana fungsi utama dari tempat hiburan malam itu sendiri adalah sebagai tempat tujuan berwisata untuk menikmati panorama danau toba
itu sendiri, namun seiring dengan berjalannya waktu, fungsi awal dari tempat wisata ini mengalami disfungsi, yang tidak sesuai dengan norma-norma masyarakat.
4.6.3 Praktek Prostitusi Merupakan Disfungsi Tempat Wisata Lumban Silintong 4.6.3.1 Analisa Tentang Prostitusi
Universitas Sumatera Utara
Prostitusi diartikan sebagai pelacur atau penjual jasa seksual atau disebut juga dengan pekerja seks komersil. Menurut istilah, prostitusi diartikan sebagai suatu
pekerjaan yang bersifat menyerahkan diri atau menjual jasa kepada umum untuk melakukan perbuatan-perbuatan seksual dengan mendapatkan upah sesuai dengan apa
yang dijanjikan sebelumnya. Secara sosiologi, prostitusi merupakan perbuatan amoral yang terdapat dalam
masyarakat httpid.wikipedia.orgwikidiakses 28-6-2010, pkl 18.00. Prostitusi atau pelacuran merupakan penyakit masyarakat yang semakin marak sekarang ini dan
mempunyai sejarah panjang. Sejak adanya kehidupan manusia telah diatur norma-norma perkawinan, dan sejak itu pula pelacuran sebagai salah satu penyimpangan daripada
norma-norma perkawinan tersebut lahir dimana tidak ada habis-habisnya yang terdapat didalam kehidupan manusia.
Walaupun prostitusi sudah ada sejak dulu, namun masalah prostitusi yang dulu dianggap tabu atau tidak biasa. Namun pada sekarang, prostitusi oleh masyarakat
Indonesia dinggap menjadi sesuatu yang biasa dan hampir ada disetiap daerah Kartini Kartono, 2002. Tidak hanya dikota-kota besar namun mencakup keseluruh daerah
terpencil sekalipun. Pernyataan ini juga diperkuat oleh informan saya R.S lk, 54 tahun yaitu
“ Pelacuran yang terjadi saat ini bukan hanya di kota-kota saja, tetapi sudah sampai kedaerah ke kampung. Dan masyarakat setempat sepertinya sudah memaklumi
adanya praktek tersebut, buktinya tidak adanya protes yang terjadi secara besar-besaran yang bisa menghambat praktek tersebut ada “
Universitas Sumatera Utara
Kehidupan para pelaku Prostitusi sangatlah primitif. Dilihat dari segi sosiologisnya, mereka dipandang rendah oleh masyarakat sekitar. Mereka seakan-akan
meresahkan warga sekitar serta mencemarkan nama baik tempat berasal mereka, karena perilaku para pekerja seks komersial yang melakukan hubungan seks bukan dengan
suaminya. Meski demikian perbuatan prostitusi masih ada, bahkan terorganisir secara professional dan rapi, tempat-tempat prostitusi disediakan, dilindungi oleh hukum bahkan
mendapatkan fasilitas-fasilitas tertentu. Konsumennya pun beranekaragam dari orang- orang miskin sampai orang kaya, dari kalangan pejabat sampai tingakat rakyat biasa.
Secara sosiologis sangat sulit untuk dibayangkan ada orang yang ingin hidup untuk hidup menjadi seorang pelacur. Meski ada sebab-sebab lain yang mendorong
seseorang itu untuk melacur, namun perbuatannya itu sangatlah tidak rasional. Kebanyakan dari mereka para pelaku prostitusi hanya ingin mendapat uang banyak
dengan mudah dan dalam waktu yang singkat, ada juga dari keluarga broken home, keluarga berada namun kurang kasih sayang dan yang paling parah adalah alasan karena
hobbi yang ia jalankan. Jadi tidak hanya kepuasan batin saja, melainkan kepuasan lahir dan kenikmatan sementara yang ia dapatkan dan rasakan.www.detiknews.comread,
diakses 15-07-2010 pkl 14.00 Para pelaku prostitusi telah hilang rasa harga dirinya. Mereka hanya dapat dinilai
dengan uang dan di depan orang lain tidak menunjukkan rasa yang sekiranya tidak dapat dinilai dengan uang. Secara sosiologi, prostitusi merupakan perbuatan amoral yang
terdapat dalam masyarakat. Para pelakunya tidak hanya dari kalangan remaja, anak dibawah umur melainkan dikalangan ibu-ibu rumah tangga pun ada. Hanya demi
Universitas Sumatera Utara
mendapat sesuap nasi dan kesenangan sesaat mereka mengorbankan kehormatan, harga diri, derajat dan martabatnya di depan laki-laki hidung belang.
Dari uraian yang telah terpapar diatas, dapat dilihat dengan jelas adanya pergeseran fungsi Tempat Wisata dari fungsi positif adalah sebagai tempat orang untuk
melakukan kegiatan tamasyarekreasi, namun sejalan berjalannya waktu, tempat wisata mengalami pergeseran fungsi, sehingga mengalami disfungsi, yakni sebagai tempat
prostitusi yang menyediakan wanita-wanita cantik dan seksi yang siap untuk melayani kebutuhan-kebutuhan seks bagi para pengunjung.
4.5.3.2 Proses Terjadinya Praktek Prostitusi Di Tempat Hiburan Malam Tempat Wisata Lumban Silintong .
Praktek Prostitusi di tempat hiburan malam yang menyediakan pelayanan seks sudah menjadi rahasia umum bagi penduduk disekitar kawasan wisata maupun bagi
penduduk luar lainnya. Pelayanan seks ini dapat diterima dengan mudahnya oleh pengunjung hanya dengan uang yang mereka miliki.
Untuk pengunjung yang ingin memperoleh pelayanan seks dari para pekerja seks komersial baik atau tanpa berhubungan seks, mereka biasanya terlebih dahulu duduk dan
menikmati layanan hiburan di tempat hiburan malam, sembari memesan makanan ataupun minuman atau bahkan minuman yang ada kandungan alkoholnya. Setelah
memesan minuman, pengunjung dapat memesan pekerja seks komersial kepada para pelayan tempat hiburan malam, dengan memberi tahu mereka menginginkan teman
berkencan. Seperti diutarakan oleh informan saya I.S Pr, 30 tahun
Universitas Sumatera Utara
“ Setiap pengunjung yang mendapatkan pelayanan seks terlebih dahulu duduk dan menikmati layanan tempat hiburan malam, sembari memesan minuman yang
ada alkoholnya. Setelah itu barulah pengunjung memesan pekerja seks komersial kepada para pelayan”
Dalam praktek prostitusi tersebut dapat mudah diterima oleh pengunjung hanya dengan uang yang mereka miliki, sesuai dengan kesepakatan bersama. Pada bisnis yang
terjadi di tempat hiburan malam tersebut, dapat dilihat dengan adanya hubungan yang terjadi pada seseorang yang berbeda kedudukan tetapi dihubungkan melalui ikatan
kepentingan dalam persahabatan untuk tujuan tertentu, dimana dalam pola hubungan patron-klien ada dua atau lebih sebagai pelaku utama hubungan tersebut, yaitu bisnis
antara pekerja seks komersial dengan hidung belang yang terjadi di tempat hiburan malam tersebut. Merton dalam Poloma 2000.
Dalam proses yang terjadi pada praktek tersebut, dapat dilihat yang menjadi patron adalah penyalur atau orang yang menjadi distributor dengan bekerja sama dengan
pedagang yang berhasrat untuk memperoleh keuntungan. Sedangkan yang menjadi klien adalah para pekerja seks komersial, yang siap melayani para hidung belang dengan
melakukan hubungan intin di tempat penginapanhotel. Begitu juga halnya seperti yang dikatakan oleh informan saya P.N lk, 25 tahun
“ Saya harus bisa mengenali para pengunjung yang yang ingin mencari barang bahasa untuk panggilan bagi Pekerja Seks Komersial dan harus pintar mematok harga
dengan iming-iming barang tersebut barang bagus. Karena setiap besar harga yang disepakati, berpengaruh pada banyaknya keuntungan yang diperoleh “.
Universitas Sumatera Utara
Kehadiran para pengunjung ke tempat hiburan malam didukung juga oleh fasilitas-fasilitas lainnya, yakni dengan tersedianya hotel yang biasanya digunakan oleh
pasangan mesum untuk melakukan hubungan badan. Dan paling digemari oleh sebagian pengunjung adalah dengan tersedianya minuman-minuman alkohol dari kadar rendah
sampai tinggi, yang sebagai pemicu para pengunjung untuk melakukan hubungan badan dengan para pekerja seks komersial.
Setelah pengunjung memesan kepada pelayan tempat hiburan, maka mereka menghubungi germo yang langsung membawa perempuan pekerja seks tersebut kepada
pengunjung. Setelah pengunjung dan pekerja seks diperkenalkan, mereka dipersilahkan untuk mengobrol untuk sementara untuk mencocokkan apakah pengunjung tertarik untuk
memakai jasa daripada pekerja seks tersebut. Atau kadang tanpa germo pun, kadang kala pekerja seks komersial melakukan transaksi dengan sendirinya, dan transaksi harga ini
disesuaikan dengan hal-hal berikut: •
jenis pelayanan yang dipakai dengan cara melakukan hubungan suami istri atau cuma untuk dikawani saja.
• Lama pelayanan seks yang diberikan. apakah sekali berhubungan saja short time
atau semalaman long time. Setelah negoisasi harga telah tercapai barulah pekerja seks komersial tersebut
dapat dibawa tergantung dimana tempat yang telah disepakati, seperti hotel yang telah menjadi langganan wanita Pekerja Seks Komersial atau kadang dibawa pengunjung ke
tempat tinggalnya. Hal serupa juga diperkuat oleh informan saya P. N 28 tahun yaitu
Universitas Sumatera Utara
“ Setelah kesepakatan harga tercapai, kedua pasangan pun meninggalkan tempat hiburan malam dan biasanya mencari hotel yang digunakan untuk melakukan hubungan
suami istri. Dan biasanya pengunjung juga minta izin sama saya untuk bisa membawa ke tempat tinggalnya, karena untuk lebih menghemat biaya”
Dalam pelayanan pekerja seks komersial kepada pelanggannya, biasanya pelayanan yang dilakukan harus memuaskan. Sebab apabila pengunjung merasa puas
dengan pelayanan pekerja seks komersial tersebut, tidak jarang mereka memberikan imbalan uang berupa tanda terimakasih atas pelayanan yang baik yang diberikan untuk
pengunjung. Dan lagi, untuk menghindari pengaduan buruk dari pelanggan terhadap si germo, perihal pelayanan yang diberikan oleh pekerja seks komersial tersebut kepada
pelanggan. Hal ini diperkuat juga oleh informan saya J.S 28 tahun “ Saya biasanya memberikan uang tip walau sedikit, sebagai tanda terimakasih
saya terhadap pekerja seks komersial atas layanan yang terbaik. Dan jika pekerja seks tersebut tidak melayani dengan sewajarnya, maka saya juga akan mengadukan kepada
germo yang telah menawarkan kepada saya untuk minta ganti rugi” Selain menggunakan jasa melalui germo, pengunjung juga dapat memperoleh
pelayanan seks melalui tanpa perantara atau germo. Biasanya mereka berjanjian pada suatu tempat untuk ketemu, dan bukanlah di tempat hiburan malam tersebut, karena
masing-masing pekerja seks komersial yang ada di tempat hiburan malam tersebut biasanya telah dikoordinir oleh perantaranya. Hal ini dikarenakan oleh germo berperan
dalam keberadaan para pekerja seks komersial di tempat hiburan malam. Pelayanan seks yang dilakukan tanpa melalui perantara sangat menguntungkan para pekerja seks
tersebut, karena dalam memberikan pelayanan seks terhadap pelanggannya, pekerja seks
Universitas Sumatera Utara
dapat memperoleh keuntungan yang lebih besar, karena tanpa harus menyetor kepada germo.
Dalam memperoleh pelayanan seks tersebut pengunjung yang menginginkan pelayanan seks tersebut dapat dibagi menjadi 2 bagian, yaitu :
1. Pengunjung baru
Pengunjung baru adalah pengunjung yang masih pertama atau dua kali datang ke tempat hiburan malam, yang biasanya belum tahu proses didalam
memperoleh pelayanan seks tersebut, biasanya mereka terlebih dahulu pesan minuman pada tempat hiburan malam tersebut. Dengan wajah yang pertama
sekali datang yang dilihat oleh para pekerja seks komersial. Dalam keadaan seperti ini , sewaktu pengunjung memesan minuman, biasanya para pekerja seks
mendekati para pengunjung dengan mengobrol, dan menawarkan diri untuk mengawani pengunjung untuk minum. Setelah pengunjung bernegoisiasi dengan
pekerja seks, biasanya pengunjung menawarkan untuk memakai jasa dalam pelayanan seks. Dan pekerja seks biasanya permisi atau pun melapor kepada sang
germo untuk melayani pengunjung tersebut. Barulah pengunjung dapat membawa pekerja seks komersial tersebut ke hotel atau pun ke tempat yang disetujui oleh
pengunjung atau pun pekerja seks komersial itu sendiri. Pernyataan ini diperkuat juga oleh informan saya J.S 28 tahun yaitu
“ Pertama kali saya datang ke tempat ini, saya langsung ditawari untuk ditemani oleh perempuan yang sebenarnya adalah pekerja seks komersial dan
lama kelamaan dia menawarkan pelayanan seks. Setelah harga yang kami
Universitas Sumatera Utara
sepakati cocok, pekerja seks tersebut minta izin sama germonya dan kami pun pergi ke hotel yang sudah disetujui “
2. Pengunjung yang sudah biasa datang
Pengunjung yang sudah biasa datang ke tempat hiburan malam biasanya sudah langsung mengambil tempat, tanpa harus dipersilahkan dulu. Pedagang
pelayan pun sudah tahu apa minuman yang sudah biasa bagi pengunjung. Setelah selesai menikmati sajian hiburan malam, biasanya ia langsung menghubungi
germo, lalu germo membawa pekerja seks yang terbaru kepada pengunjung dan dibiarkan untuk mengobrol dalam mencocokkan harga. Setelah ada kecocokan
harga, maka pengunjung membawa pekerja seks tersebut ke tempat yang sudah disetujui oleh kedua pihak.
Kelebihan dari pengunjung yang sudah biasa datang ke tempat ini adalah, pengunjung biasa bisa melakukan janji kepada pekerja seks komersial untuk
bertemu disuatu tempat. Dengan begitu, pengunjung bisa lebih menawar lebih murah karena pekerja seks tidak perlu menyetor sebagai tanda laporan kepada
sang germo. Dan pengunjung pun bisa menghubungi pekerja seks tanpa harus datang ke tempat hiburan malam dan hanya menunggu di tempat yang sudah
dijanjikan, supaya pekerja seks komersial tersebut menjumpai pelanggan tersebut. Hal ini juga dikatakan informan saya D.T lk,40 tahun yaitu
“ Para PSK bisa dihubungi saja dan kapan saja, jika kita sudah menjadi langganan buat mereka “
Pelayanan seks yang terjadi dapat dengan mudah diterima dengan mudahnya oleh pengunjungnya, hanya dengan uang yang mereka miliki. Adapun pelayanan seks yang
Universitas Sumatera Utara
diberikan oleh pekerja seks komersial tersebut kepada pengunjungnya dibagi menjadi dua bagian, yaitu:
1. Pelayanan seks dengan cara tidak berhubungan badan, yakni pelayanan jasa yang diberikan oleh pekerja seks komersial kepada para pengunjungnya, dengan
tanpa melakukan hubungan kelamin namun hanya sekedar berkencan dengan berpegangan tangan, berpelukan dan sekedar berciuman. Pelayanan seks dengan
tidak berhubungan badan ini biasanya diberikan Pekerja seks kepada pengunjungnya hanya di lokasi tempat hiburan malam, dimana pengunjung hanya
ditemani untuk mengobrol ataupun sekedar minum-minum yang mengandung alkohol dan sambil untuk bermesraan. Pelayan seks ini biasanya dikasih upah
dengan uang tip ala kadarnya dengan minimal Rp 50.000,-. Hal ini didukung pula dengan kondisi penerangan di tempat tersebut dengan remang-remang dan agar
tertutup dari luar yang merupakan lintas jalan di Tempat wisata tersebut. 2. Pelayanan seks dengan berhubungan badan, yakni pelayanan jasa yang
diberikan oleh para pekerja seks komersial kepada para pengunjungnya dengan melakukan hubungan kelamin. Pelayanan seks ini biasanya diberikan oleh Pekerja
seks kepada pengunjungnya di hotel-hotel yang telah tersedia di kawasan tempat wisata tersebut, dan bahkan juga di hotel-hotel luar kawasan tempat wisata,
tergantung kesepakatan antara pengunjung dan pekerja seks komersial tersebut. Pelayanan seks dengan berhubungan badan dapat diperoleh oleh pengunjung
dengan harga berkisar Rp. 200.000,- sampai dengan Rp. 1.000.000,- tergantung kualitas pekerja seks yang digunakan oleh pengunjung.
Universitas Sumatera Utara
Jika dikategorikan menurut lamanya pekerja seks melayani pengunjung, dapat dibagi menjadi 2, yakni :
• Short Time
Adalah pelayanan seks yang diperoleh oleh pengunjung dalam rentang waktu yang singkat, untuk satu kali pelayanan seks dimana pengunjung
mencapai satu titik kepuasan atau ejakulasi dalam satu kali hubungan seks. Biasanya harga untuk layanan ini berkisar antara Rp 200.000,- sampai
dengan Rp 300.000,-. •
Long Time Adalah pelayanan seks yang diperoleh oleh pengunjung dalam rentang
yang panjang yang biasanya semalaman sampai batas waktu hotel telah habis. Biasanya harga untuk layanan ini berkisar antara Rp 500.000,
keatas tergantung kesepakatan Jika dikaterogikan menurut kualitas, berarti sama saja membicarakan
masalah Umur pekerja seks yang dipakai. Dalam kategori ini dapat dibagi menjadi 3, yakni:
• Umur 22 ke bawah
Biasanya pekerja seks dalam kategori ini adalah para wanita yang melakukan pekerjaan sebagai pekerja seks komersial dengan masih ragu-
ragu. Kebanyakan dari mereka adalah remaja-remaja yang sudah berhenti sekolah dan berhasil dibujuk untuk memperoleh uang dengan cara yang
mudah. Tarif untuk seumuran remaja biasanya sangat mahal, dan bahkan
Universitas Sumatera Utara
sampai 1 juta, tergantung bagaimana germo meyakinkan pengunjung terhadap kualitas pekerja seks yang ditawarinya.
• 23-30 Tahun
Para pekerja seks dengan kategori ini biasanya melakukan pekerjaan sebagai pekerja seks komersial adalah karena tidak mempunyai pekerjaan
yang bisa mencukupi hidupnya dengan hidup yang mewah. Dan bahkan juga ada sebagian yang sudah pernah berkeluarga dan ditinggal oleh
suaminya. Karena tekanan keluarga, maka mereka lebih memilih untuk merantau dan mencari hidup mereka sendiri. Tarif dalam kategori ini
biasanya berkisar standar yang menjadi pasaran di tempat hiburan malam tersebut.
• 35 Tahun keatas
Para pekerja seks dengan kategori ini biasanya melakukan pekerjaan sebagai pelayan seks dikarenakan kondisi ekonomi mereka. Biasanya
mereka mengirimkan uang sebagian hasil pekerjaan mereka sebagai pekerja seks komersial ke orang-orang terdekatnya di kampung, sebagai
biaya hidup maupun sekolah anak-anaknya. Dalam praktek Prostitusi yang terjadi di tempat hiburan tersebut biasanya
dilakukan malam hari, berkisar dimulai jam 7.30 malam dengan keadaan tempat yang remang-remang dan agak tertutup dari luar. Sehingga aroma prostitusi yang terjadi tidak
mencolok, walaupun praktek tersebut sudah menjadi rahasia umum. Disamping praktek prostitusi yang terjadi, suara musik yang ada di tempat
hiburan malam tersebut yang semakin kuat disaat malam yang sudah larut yang kadang
Universitas Sumatera Utara
dirasakan oleh warga pas waktunya tidur malam. Keadaan inilah yang kadang membuat masyarakat kadang terganggu dengan keberadaan tempat hiburan malam Lumban
Silintong tersebut.
4.6.4 Penyediaan Tempat Hiburan Malam di Lokasi Tempat Wisata