barongsai. Hiburan ini dilaksanakan pada sore hari menjelang malam, dimana pada malam itu seluruh masyarakat etnis Cina sangat menikmati
hiburan ini termasuk didalamnya anak-anak. Mereka tak henti nya bermain-main di halaman depan klenteng dengan teman-teman
sebayanya. Sedangkan di rumah-rumah, seluruh etnis Cina sudah melakukan
persiapan sejak tujuh hari menjelang perayaan. Setiap keluarga mempersiapkan makanan-makanan khas seperti Tiong Chiu Pia; kue yang
berbentuk bulat berisikan bermacam-macam rasa, mulai dari kacang- kacangan hingga daging. Dalam menyambut perayaan ini, setiap keluarga
saling mengantarkan makanan, khususnya Tiong Chiu Pia. Bahkan pada saat perayaan ini setiap anak perempuan yang sudah menikah dan tinggal
bersama suami, pun pulang ke rumah orang tua mereka untuk berkumpul bersama keluarga.
58
E. Kegiatan Spiritual Upacara dalam Perayaan Zhong Qiu Jie
1. Sembahyang Bulan Purnama
Setiap agama yang memiliki konsep ketuhanan, pastilah mempunyai cara untuk mendekatkan diri dengan Sang Pencipta, didalam
agama Islam misalnya, shalat. Shalat merupakan wujud rasa terimakasih umatnya kepada Allah, yang dilakukan 5 kali dalam sehari. Begitu juga
bagi orang Cina banyak cara mendekatkan diri kepada Thian tuhan.
59
58
Iwan Suryana, Penjaga Klenteng, Wawancara Pribadi, 28 September 2006
59
Ati Atiyah, Perayaan Twan Yang dan Phe Cun dalam Agama Konghucu skripsi Sarjana Theologi, Fakultas Ushuludin dan Filsafat, Jurusan Perbandingan
Agama, UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2006, h.30
Tanggal 15 bulan 8 adalah saat bulan purnama dipertengahan musim gugur di belahan bumi utara. Pada saat itu cuaca baik dan bulan
tampak sangat cemerlang. Pada saat itu juga para petani sibuk dan gembira karena berada di tengah musim panen. Pada saat bulan purnama
itu dilakukan sembahyang kepada Hok Tek Ceng Sin malaikat bumi untuk menyatakan pernyataan syukur.
60
Sembahyang ini dilaksanakan pada saat perayaan Zhong Qiu Jie, namun demikian, masyarakat lebih
kenal dengan sembahyang Tiong Chiu Pia. Sebenarnya penyebutan ini tidak tepat namun kenyataan dalam masyarakat tetap demikian.
61
Pada saat purnama yang cemerlang itu dilakukan sembahyang kepada malaikat bumi Hok Tek Ceng Sin sebagai pernyataan syukur
atas berkah yang diperoleh. Sebagai sajian khususnya ialah Tiong Chiu Pia Kue Bulan yang melukiskan bulat dan cemerlangnya bulan. Bulan,
seperti juga bumi, melambangkan sifat Thai Iem sifat negative yang besar.
62
Maka Tiong Chiu Pia yang melukiskan rembulan juga melambangkan Hok Tek Ceng Sin malaikat bumi.
63
60
M. Ikhsan Tanggok, Mengenal Lebih Dekat Agama Konghucu di Indonesia, Jakarta: pelita Kebajikan, 2005 , h.172
61
Sejarah dan makna Tiong Chiu, www.harianbatampos.com
62
Tai Chi, yang kadang ditulis Tai Ji, yang diwujudkan dengan kekuatan atau kutub yin - dan yang +. Yin mewakili hal negative seperti sikap pasif, kelemahan,
malam hari, kemunduran dan kematian. Sedangkan yang mewakili hal positif seperti aktifitas, kekuatan, siang hari, pertumbuhan dan kelahiran.
Kekuatan yin dan yang saling menarik, tapi dua kekuatan yin atau dua kekuatan yang akan saling menolak. Ini seperti hukum fisika: kutub berlawanan saling menarik,
kutub sejenis saling menolak. Pada symbol Tai Chi bagian yin berwarna hitan dan berisi lingkaran kecil
berwarna putih, sedangkan bagian yang yang berwarna putih dan berisi lingkaran kecil berwarna hitam, ini untuk menunjukkan bahwa yin mengandung sedikit yang dan yang
yang mengandung sedikit yin, jadi yin dan yang tidak bisa mendominasi. Albert Cheng, Tong Sing, Buku Kebijaksanaan Cina Kuno Berdasarkan Almanak Cina Kuno, Jakarta:
Abdi Tandur, 2001, h.62-63
63
MATAKIN, Tata Agama dan Tata Laksana Upacara dalam agama Konghucu, h.87
Di dalam upacara sembahyang Tiong Chiu hendaklah dihayati makna yang tersirat bahwa Tuhan Maha Besar, Maha Pengasih dan
segenap berkah karunia hendaknya mendorong dan meneguhkan iman, menjunjung dan memuliakan Kebajikan karena makna Hok Tek Ceng Sin
ialah Malaikat Sejati Yang membawakan Berkah atas Kebajikan. Menghormat kepada Hok Tek Ceng Sin hendaknya mengingatkan pula
kepada Sabda Nabi Ie Ien yang berbunyi –“sungguh milikilah yang satu- satunya, yaitu Kebajikan, Dialah yang benar-benar berkenan di hati Tuhan
senantiasa melindungi yang satu, yakni kebajikan”. Sembahyang bulan purnama ini biasanya dilakukan di hadapan
altar leluhur, Hok Tek Ceng Sin maupun di tempat ibadah Lithang Klenteng. Tata cara sembahyang yang dilakukan pada perayaan ini, sama
dengan pelaksanaan sembahyang yang dilakukan bagi para suci.. Pertama – tama setiap umat melakukan sembahyang kepada
Thian, dengan melakukan Ting Lee yaitu sikap merangkapkan dua tangan, mula-mula ditempatkan kedepan di bawah pusat, lalu dinaikkan
hingga di atas dahi. Ini sebagai penyampaian hormat setinggi-tingginya.
64
Kemudian sembahyang menghadap Dewa Bumi Hok Tek Ceng Sin. Juga dengan melakukan Ting Lee. Setelah sembahyang kepada Dewa
Bumi, dilanjutkan kepada Dewi Kwan Im dan Dewa Kwan Kong. Dengan melakukan Ting Lee masing-masing sebanyak tiga kali. Pada setiap altar
ditancapkan pula beberapa batang hio, biasanya tiga batang hio.
65
Adapun Doa pujian yang dipanjatkan adalah:
64
MATAKIN, Tata Cara dan Tata Laksana Upacara Agama Kunghucu, h. 17
65
Tan Wie Tjiang, 28 September 2006.
“puji syukur kami naikkan, berkenan Thian pada malam suci bulan purnama bulan 8 imlek ini, kami berhimpun bersama
melaksanakan ibadah sembahyang Tiong Chiu, mensyukuri rahmat dan karunia yang telah Thian limpahkan bagi kehidupan
makhluk di dunia ini. Thian telah menciptakan alam semesta dan menjelmakan
makhluk, melengkapinya sehingga genaplah Sam Sai, Tiga Dasar Kenyataan:
Thian sebagai Khalik yang wajib kami satya, bakti dan
sujudi
Tee, Bumi, Semesta Alam sebagai ciptaan Thian yang mewujudkan kemahakuasaan, kemahabesaran dan Maha
Kasih Tuhan, serta
Jien, manusia sebagai yang terluhur di antara makhluk di muka bumi ini, yang mengemban Firman Thian di dalam
hidupnya, sehingga boleh berkembanglah kebajikan, pancaran kemuliaan Thian.
Sembah dan sujud kami pada malam suci ini berkenan Thian menerima; semoga meneguhkan Iman dan Satya kami
menghayati Firman Thian yang menjadi watak sejati manusia dan mengamalkannya, yakni;
Sadar untuk selalu berusaha hidup di dalam Jalan Suci, Tenggang rasa, Tepa sarira kepada sesama dan memahami
peranan agama sebagai pembimbing di jalan suci, sehingga
rakhmat sentosa dan bahagia boleh meliputi penghidupan ini.”
66
2. Peralatan Sembahyang dan Makna Simbolisnya
a. Dupa atau Hio
Dupa atau Hio adalah simbol yang menandai semangat dari kesucian dan persembahan diri sendiri. Dupa memiliki potensi
untuk menghasilkan keharuman, hanya ketika dibakar uap dupa menyebarkan bau wanginya. Ukuran dupa bermacam-macam,
digunakan hendaknya sesuai dengan ukuran tempat dupa. Jumlah dupa yang digunakan bermacam-macam dengan fungsi
masing-masing. Tempat dupa biasanya diletakkan tepat ditengah-tengah altar. Tapi tempat dupa juga bisa diletakkan di
sisi lain, seperti di kanan bawah, kiri bawah, tengah atas, kanan atas, kiri atas. Tujuan penggunaan dupa ada dua versi, yang
pertama dupa bila dibakar maka asapnya akan melambung ke atas, ini melambangkan bahwa doa yang dipanjatkan akan
sampai pada Tuhan. Yang kedua adalah sebagai sarana pengharum ruangan yang bertujuan mempengaruhi konsentrasi
saat berdoa. b.
Hio Low Adalah tempat untuk menancapkan hio atau dupa yang sudah
dibakar atau setelah sembahyang. c.
Batang Hio
66
MATAKIN, Tata Agama dan Tata Laksana Upacara Agama Konghucu, h.85
Melambangkan jalan suci dari tiga kutub sam keuhakikat Thian, Tee, Jien
d. Tempat Lilin
Pada umumnya tempat lilin diletakkan di kanan dan kiri tempat dupa. Jumlah lilin tidak tentu, mengingat pemasangan lilin ini
hanya merupakan lambang penerangan dunia. Selain sebagai penerang dunia, lilin juga berfungsi sebagai lambang keabadian,
yang berasal dari api bersifat abadi. e.
Lampu Lampu melambangkan penerangan. Menghilangkan kegelapan
dan ketidaktahuan dunia. Nyala api pada lilin atau lampu minyak dan bunga masing-masing dapat diumpamakan sebagai badan
jasmani.
67
F. Sajian – Sajian Khas Perayaan Zhong Qiu Jie