Bab II Klenteng Hok Tek Ceng Sin Cibinong
F. Pengertian dan Fungsi Klenteng
Di Indonesia, bukan saja di kota-kota besar melainkan juga di tempat-tempat terpencil terdapat kuil-kuil Cina.
9
Istilah paling umum digunakan saat ini untuk menyebut kuil Cina adalah Klenteng. Istilah lain,
seperti Vihara untuk kuil Budha, Lithang untuk tempat ibadah konghucu dan beberapa istilah Cina lainnya seperti Bio dan Kiong juga biasa
dipakai.
10
Klenteng merupakan Rumah Ibadah Orang Cina yang beragama Sam Kao memuja roh leluhur yang mengandung unsur Buddhisme,
Taoisme dan Konghucu Konfusius
11
Yang dimaksud dengan rumah ibadah Cina adalah : -
Klenteng -
Vihara -
Kuil -
Lithang -
Tempat Ibadah Tridharma -
Citya -
Rumah Toapekong -
Bio
9
Nio Joe Lan, Peradaban Tinghoa Selayang Pandang, Jakarta : Keng Po, 1961 , h. 61
10
James J. Fox, Klenteng dalam Indonesian Heritage, Agama dan Upacara , Jakarta : PT. Widyadara, 2002 , h.56
11
Save M. Dagun, Kamus Besar Ilmu Pengetahuan, Jakarta : Lembaga Pengkajian Kebudayaan Nusantara, 1997 , h. 504
Dengan kata lain rumah ibadah yang dipimpin oleh orang Cina yang menyatakan diri beragama Tao, Konghucu dan Budha, merupakan
tempat ibadah Cina. Sebenarnya rumah ibadah Cina digunakan istilah Klenteng atau
rumah Toapekong, yaitu rumah di dalamnya banyak patung. Klenteng yang besar disebut “miao” bio, sedang yang kecil disebut “an” am
dalam dialek Fukkien. Menurut sinolog, Nio Joe Lan, menyatakan bahwa sebutan Klenteng telah tercipta dari tiga kata Cina “Kuan Yin Ting”, yang
berarti “Paseban Kuan Yin”. Jadi dalam nama klenteng itu terkandunglah suatu arti yang indah tinggi. bagi kebanyakan orang, sebutan klenteng itu
tidak berarti apa-apa, tetapi apabila dikatakan “Paseban Kwan Yin” yaitu Paseban Dewi Pengasih dan Penyayang welas asih yang dianggap oleh
sebagian orang Cina sama dengan “ibu Suci Maria dari Tiongkok”, maka berubahlah bangunan yang dinamakan klenteng itu dari bangunan
pemujaan biasa menjadi suatu paseban yang indah tinggi dan suci murni yang layak untuk menjadi tempat bersemayamnya Dewi Kwan Yin.
Sedang “Rumah Toapekong”, maksudnya ialah bahwa apa saja yang dipuja itu disebut secara umum sebagai Toapekong baik yang dipuja
dalam klenteng itu bersifat Budhis ataupun patung-patung yang bersifat Taoistis.
Istilah Vihara sering pula digunakan sebagai tempat ibadah sebagaimana halnya klenteng. Sebenarnya Vihara Biara atau Klooster
yang dalam bahasa Cina disebut “Szu” merupakan tempat tinggal dan berkumpul para paderi pendeta. Dengan pengertian ini sulit dikatakan di
Indonesia terdapat biara, karena banyak sekali kuil dan klenteng yang
tidak mempunyai paderi. Klenteng biasanya hanya diurus oleh orang Cina setempat yang kemudian mengangkat seorang pengurus yang disebut
“biokong” yang bertugas merawat klenteng dan memberikan pelayanan bagi orang-orang yang akan bersembahyang di dalam klenteng tersebut.
Dengan kata lain dapat ditegaskan bahwa untuk tugas sehari-hari di dalam klenteng tersebut diurus oleh biokong, kemudian klenteng itu masih
ditempatkan kepengurusannya dibawah suatu yayasan setempat, dan selanjutnya yayasan itu bergabung dalam suatu organisasi yang meliputi
seluruh Indonesia.
12
Klenteng atau Kelenteng adalah sebutan untuk tempat ibadah penganut kepercayaan tradisional Tionghoa di Indonesia pada umumnya.
Dikarenakan di Indonesia, penganut kepercayaan tradisional Tionghoa sering disamakan sebagai penganut agama Konghucu, maka klenteng
dengan sendirinya disamakan sebagai tempat ibadah agama Konghucu. Tidak ada catatan resmi bagaimana istilah “klenteng” ini muncul,
tetapi yang pasti istilah ini hanya terdapat di Indonesia karenanya dapat dipastikan kata ini muncul hanya dari Indonesia. Sampai saat ini, yang
lebih dipercaya sebagai asal mula kata klenteng adalah bunyi teng-teng- teng dari lonceng di dalam klenteng sebagai bagian ritual ibadah.
Klenteng juga disebut sebagai Bio yang merupakan dialog Hokkian dari karakter miao. Ini adalah sebutan umum bagi klenteng di
Tiongkok. Pada mulanya Miao adalah tempat penghormatan pada leluhur, “Ci” rumah abu. Pada mulanya masing-masing marga membuat “Ci”
untuk menghormati leluhur mereka sebagai rumah abu. Para Dewa-Dewi
12
Rumah Ibadah Cina makalah, h.1-2
yang dihormati tentunya berasal dari suatu marga tertentu yang pada awalnya dihormati oleh marga family klan mereka. Dari perjalanan
waktu maka timbullah penghormatan pada Dewa-Dewi yang kemudian dibuatkan ruangan khusus untuk para Dewa-Dewi yang sekarang ini kita
kenal dengan miao yang dapat dihormati oleh berbagai macam marga dan suku. Saat ini, masih di dalam miao juga bisa ditemukan bagian samping
atau belakang dikhususkan untuk abu leluhur yang masih tetap dihormati oleh para sanak keluargamargaklan masing-masing. Ada pula didalam
miao disediakan tempat untuk mempelajari ajaran-ajaran agama leluhur seperti ajaran Konghucu, Lao Tze dan bahkan pula yang mempelajari
ajaran Budha. Miao atau klenteng dalam bahasa Jawa dapat membuktikan
selain sebagai tempat penghormatan para leluhur, para suci Dewa-Dewi, dan tempat mempelajari berbagai ajaran, juga adalah tempat yang damai
untuk semua golongan tidak memandang dari suku dan agama apa orang itu berasal. Saat ini miao klenteng bukan lagi milik dari marga, suku,
agama, organisasi tertentu tapi adalah tempat umum yang dipakai bersama.
13
Klenteng adalah sebutan umum sehingga klenteng sendiri terbagi atas beberapa kategori:
• Klenteng berdasarkan umat o
Konghucu
Lithang
Ci
13
Klenteng, http:id.wikipedia.orgwikiklenteng.
Miao
o Taoisme
Gong
Guan
o Buddhisme
Si
An
• Klenteng berdasarkan fungsi o
Fungsi Ibadah o
Fungsi Sosial Budaya o
Fungsi Politik • Klenteng berdasarkan pemilik
o Milik Kekaisaran Pejabat
o Milik Masyarakat
o Milik Pribadi
Kebanyakan Klenteng dinamai menurut Dewa terkemuka atau pelindung yang menjadi tujuan klenteng didirikan.
14
Adapun tujuan utama klenteng adalah sebagai tempat pemujaan di mana masyarakat yang
percaya meletakkan patung dari orang-orang yang berjasa bagi umat manusia dan menghormatinya. Sebagai sarana untuk mengingat
tauladannya dalam kehidupan sehari-hari. Selalu menolong sesamanya. Itulah sebenarnya tujuan utama klenteng.
Pada kehidupan sehari-hari ada orang ke klenteng selain memuja, mereka juga memohon sesuatu dan ada yang dikabulkan, sehingga ini
14
James J. Fox, Indonesian Heritage, Agama dan Upacara, h.56
diceritakan dari satu orang ke orang lainnya dan akhirnya klenteng dijadikan tempat meminta segala sesuatu untuk memenuhi hawa nafsu
manusia, yaitu harta, nama, cinta, keberuntungan dan lain-lain. Sehingga ini menjadi suatu kebiasaaan.
Dari waktu ke waktu maka inti dari pada berkunjung ke klenteng menjadi kabur sehingga banyak orang ke klenteng selalu mengandung
maksud untuk meminta sesuatu. Klenteng dibangun bukan hanya untuk meminta tetapi untuk beribadah, dimana saat berkunjung kita lupakan
segala kesibukan dan meluangkan waktu untuk mengingat Tuhan sebagai pelindung kita dengan memberi sembah sujud kepada Dewa – Dewi yang
ada di klenteng sambil merenungkan cara hidup dan sifat-sifat mereka yang tulus dan patut kita tiru.
15
G. Sejarah dan Tugas Hok Tek Ceng Sin