BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Penelitian
Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya dari lingkungan hidup manusia. Kulit merupakan organ yang esensial dan vital serta
merupakan cermin kesehatan dalam lingkungan. Kulit juga sangat kompleks, elastis dan sensitif, serta bervariasi pada keadaan iklim, umur, seks, ras, dan lokasi
tubuh Wasitaatmadja, 1997. Secara normal kulit memiliki perlindungan alami terhadap sengatan sinar
matahari yang merugikan dengan penebalan stratum korneum, pengeluaran keringat, dan pigmentasi kulit. Radiasi sinar matahari dapat menambah mitosis sel
epidermis yang menyebabkan penebalan stratum korneum. Sedangkan pigmentasi terjadi karena migrasi granul-granul melanin dari sel basal kulit ke stratum
korneum di permukaan kulit. Jika kulit mengelupas, butir melanin akan lepas, sehingga kulit kehilangan pelindung terhadap sinar matahari. Karena keterbatasan
kulit untuk melawan efek negatif tersebut, maka diperlukan perlindungan buatan, baik perlindungan fisik misalnya penggunaan jaket, topi lebar atau payung,
maupun perlindungan kimia misalnya penggunaan tabir surya dalam sediaan kosmetik Ditjen POM, 1985.
Bahan aktif tabir surya bekerja dengan dua mekanisme yaitu penghambat fisik physical blocker, antara lain TiO
2
, ZnO, kaolin, CaCO
3
, MgO, dan penyerap kimia chemical absorber meliputi anti UV A misalnya turunan
Universitas Sumatera Utara
bensofenon antara lain oksibenson, dibensoilmetan, serta anti UV B yaitu turunan salisilat, turunan para amino benzoic acid PABA misalnya oktil dimetil PABA,
turunan sinamat sinoksat, etil heksil parametoksisinamat dan lain-lain Purwanti dkk., 2005. Untuk mengoptimalkan kemampuan dari tabir surya sering dilakukan
kombinasi antara tabir surya kimia dan tabir surya fisik, bahkan ada yang menggunakan beberapa macam tabir surya dalam satu sediaan kosmetika
Wasitaatmadja, 1997. Kemampuan menahan sinar ultraviolet dari tabir surya dinilai dalam faktor
proteksi sinar Sun Protecting Factor SPF. Nilai SPF ini berkisar antara 0 sampai 100 Wasitaatmadja, 1997.
AHA Alpha Hydroxy Acid merupakan asam alamiah yang terdapat dalam tumbuhan tertentu. Asam ini sering digunakan dalam sediaan tabir surya.
Kelebihannya adalah karena mempunyai molekul yang kecil sehingga dapat dengan mudak masuk ke lapisan luar tanduk kulit dan mencapai lapisan dalam
dermis. Asam ini melarutkan lapisan yang menahan kulit mati, mempercepat pergantian sel, mengelupaskan dengan halus permukaan kulit yang kasar dan
kusam, serta mempunyai daya melembabkan. Yang termasuk golongan AHA ini adalah baham-bahan asam glikolat tebu, asam laktat asam susu, asam malat
apel, asam tartrat anggur serta asam sitrat jeruk-jerukan Anonim, 2001. Basis vanishing cream merupakan golongan emulsi minyak di dalam air.
Basis ini disukai pada penggunaan sehari-hari karena memiliki keuntungan yaitu setelah pemakaian tidak menimbulkan bekas, memberikan efek dingin pada kulit,
tidak berminyak serta memiliki kemampuan penyebaran yang baik Ansel, 1985.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan penelitian sebelumnya, dilakukan penelitian tentang pengaruh penambahan asam glikolat pada sediaan tabir surya kombinasi oksibenson dan
oktimetoksisinamat. Berdasarkan acuan tersebut, peneliti melakukan penelitian terhadap sediaan tabir surya kombinasi oksibenson dan oktilmetoksisinamat
dengan penambahan asam laktat. Penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi mengenai pengaruh
penambahan asam laktat terhadap peningkatan nilai SPF.
1.2. Perumusan Masalah